Melly
102012525
Kelompok E2
Pendahuluan
Ginjal merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang sangat penting. Ginjal memiliki
banyak fungsi, tetapi fungsi yang terpenting dan terutama yaitu mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh atau yang biasa disebut homeostasis. Tanpa ginjal zat-zat
yang tidak diperlukan oleh tubuh tidak bisa keluar. Tidak hanya ginjal saja yang penting
dalam proses pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh, tapi saluran dan organ-organ
penyerta lainnya juga sangat penting dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai
struktur makroskopis dan mikroskopis dari ginjal dan juga mekanisme kerja ginjal.
Pembahasan
1. Traktus urinarius
1. Makro
o Ginjal/ ren1
Letak ginjal terletak sebelah kiri / kanan columna vertebralis:
1. ki. : iga 11/ L 2-3
2. ka.: iga 12/ L 3-4
Pembungkus Ginjal :
Bagian-Bagian Ginjal :
1. Cortex Renis
Terdiri dari : - Glomerolus
- Pembuluh darah
Di glomerulus darah disaring menjadi filtrat, kemudian disalurkan ke dalam medulla,
saluran- saluran tsb dan akan bermuara pada papilla renalis dan terdapat garis- garis
dari medulla: processus medullaris ( FERHEINI )
2. Medulla Renis
Papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk = pyramid renalis (malphigi).
Papilla renalis menonjol ke dalam calyx minor dan di antara pyramis-pyramis terdapat
columna renalis (Bertini). Beberapa calyx minor ( 2 4 ) membentuk calyx major dan
beberapa calyx major menjadi pelvis renis, kemudian menjadi ureter ruangan tempat
calyx = hilus renalis.
Pendarahan Ginjal
2. Mikro
2.
Ginjal 2
Nefron. Di dalam tiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron. Nefron merupakan
unit dasar ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus terkait yang menuju pada
duktus kolektivus. Urin dibentuk oleh filtrasi di glomerulus yang kemudian
dimodifikasi di tubulus melalui proses reabsorpsi dan sekresi. Nefron kortikal tersebar
di seluruh korteks ginjal dan memiliki ansa Henle yang pendek. Sedangkan nefron
jukstamedular bermula di dekat persambungan kortikomedular dan memiliki ansa
Henle yang panjang, yang turun jauh ke medula dan memungkinkannya memekatkan
urin dengan efektif. Perbandingan jumlah nefron kortikal dan jukstamedular adalah
7:1.
Glomelurus Ginjal (korpus Malphigi). Bentuknya khas bundar dengan warna yang
lebih tua dari sekitarnya karena sel-selnya tersurun lebih padat. Paling luar diliputi
epitel selapis gepeng dan disebut kapsula Bowman lapis parietal. Kadang ditemukan
kapsula Bowman lapis parietal yang bersambung dengan kontortus proksimal
membentuk kutub tubular/urinari. Di bawah kapsula Bowman lapis parietal terdapat
ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat.
Pada arah yang berlawanan dari kutub tubular terdapat kutub vaskular, tempat masuk
dan keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang
kemudian bercabang - cabang menjadi kapiler yang bergelung - gelung di dalam
glomerulus. Kapiler ini sebenarnya di liputi oleh podosit yang membentuk kapsula
Bowman lapis viseral, namun sulit membedakan antara sel endotel kapiler dengan
podosit. Kapiler kemudian bergabung menjadi satu lagi membentuk arteriol keluar
dari glomerulus dan disebut vasa eferen.
Pada beberapa glomerulus dapat dibedakan vasa eferen dan vasa eferen, bila
terpotong pada sel sel yuksta glomerular. Sel-sel ini merupakan sel otot polos
dinding vasa aferen di dekat glomerulus yang berubah sifatnya menjadi epiteloid. Sel-
sel tersebut tampak terang dan kadang di dalam sitoplasmanya terdapat granula.
Ditempat ini, arteriol tidak mempunyai lapis elastika interna.
Sel-sel yuksta glomerular disebelah luar berhimpit dengan sel-sel makula densa yang
merupakan epitel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada di bagian lain. Sel-sel
makula densa dan yuksta glomerulus bersama-sama membentuk aparatus yuksta
glomerulus. Di antara aparatus yuksta glomerulus dan tempat keluarnya vasa eferen
glomerulus terdapat kelompokan sel kecil-kecil yang terang, dan disebut sel
mesangial (ekstraglomerular) atau polkisen (bantalan).
Tubulus Kontortus Distal. Seperti yang proksimal, saluran ini selalu terpotong
dalam berbagai arah. Disusun oleh selapis kuboid yang batas-batas antar selnya agak
lebih jelas dibandingkan yang proksimal. lnti sel juga bulat dan berwarna biru, tLtapi
bila diperhatikan, jarak antara inti sel yang bersebelahan agak berdekatan satu sama
lain. Sitoplasmanya kelihatan basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang menghadap
lumen tidak mempunyai jumbai (brush border).
Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga A/V intralobularis atau A/V
kortikalis radiata. Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan
berwujud arteriol dan venul. Tergantung pada arah potongannya, kedua pembuluh ini
dapat terpotong melintang atau memanjang tetapi selalu berada di dalam jaringan
korteks ginjal.
Medula ginjal. Jaringan medula hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih
berjalan lurus. Di dalam korteks ginjal terdapat berkas-berkas jaringan medula yang
disebut Prosesus Ferreini. Bila terpotong melintang, berkas ini tampak terdiri atas
sekelompok saluran-saluran, penampilannya berbeda dari jaringan korteks. Biasanya
lumennya lebih kecil-kecil dan dinding saluran lebih tipis. Di dalam jaringan medula,
baik yang terdapat pada prosesus Ferrein maupun pada piramid dapat di pelajari
saluran-saluran sebagai berikut:
1. Ansa Henle segmen tebal turun (pars desenden/tubulus rektus proksimal).
Penampilannya mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi garis tengahnya lebih
kecil.
2. Ansa Henle tipis. Penampilannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi
epitelnya lebih tebal sedikit sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain
itu di dalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah.
3. Ansa-Henle segmen tebal naik (pars asenden/ tubulus rektus distal).
Penampilannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi garis tengahnya lebih
kecil.
4. Duktus koligen. Gambarannya mirip tubulus kontortus distal tetapi batas-batas
sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.
Jaringan medulla pada piramid gambarannya sama dengan yang terdapat pada
Prosesus Ferreini, tetapi didalam aiai di dekat papilla renis, saluran-saluran tampak
bergaris tengah lebih besar yang dindingnya dil apisi epitel selapis kubis tinggi
sampai torak yang disebut duktus papilaris Bellini. Saluran yang terakhir ini bermuara
ke dalam kaliks minor.
2. Tahap reabsorpsi
Mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal,
kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang
direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-. Setiba
di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini
dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air,
garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan
zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.
3. Tahap sekresi
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam
tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi
tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat
tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus
maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif
atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen
(H+), ionkalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah
senyawa senyawa yang asing bagi tubuh.
3. Fungsi Ginjal
1. Ginjal mempunyai fungsi spesifik yang bertujuan untuk mempertahankan cairan
ekstrasel (CES) yang konstan.4
Mempertahankan keseimbangan air seluruh tubuh, mempertahankan volume
plasma yang tepat melalui pengaturan tekanan ekskresi garam dan air, dan
pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mengatur umlah dan kadar berbagai ion dalam CES, seperti ion Na +, Cl-, K+,
HCO3-, Ca2+, Mg2+, SO42-, PO43-, dan H+ yang mengatur osmolalitas cairan tubuh.
Membantu mempertahankan imbangan asam-basa dengan mengatur kadar ion H +
dan HCO3-.
Membuang hasil akhir dari proses metabolisme seperti: ureum, kreatinin, dan
asam urat yang bila kadarnya meningkat di dalam tubuh dapat bersifat toksik.
2. Mengsekresikan berbagai senyawa asing seperti obat, pestisida, toksin, dan berbagai
zat eksogen yang masuk kedalam tubuh.
3. Menghasilkan beberapa senyawa khusus seperti:
Eritropoietin: hormon perangsang kecepatan pembentukan, pemarangan dan
penglepasan eritrosit.
Renin: enzim proteolitik yang berperan dalam pengaturan volume CES dan
tekanan darah.
Kalikrein: enzim protelitik dalam pembentukan kinin, suatu vasodilator.
Ada beberapa macam prostaglandin dan tromboksan: derivat asam lemak yang
bekerja sebagai hormon lokal. Prostaglandin E2 dan I1 di ginjal menimbulkan
vasodilatasi, meningkatnya ereksi garam dan air dan merangsang pelepasan renin.
Tromboksan bersifat vasokonstriktor.
4. Melakukan fungsi metabolik khusus:
2. Mengubah vitamin D inaktif menjadi bentuk aktif (1,25-dihidroksi-D3), suatu
hormon yang merangsang absopsi kalsium di usus.
3. Sintesis amonia dari asam amino untuk pengaturan imbangan asam-basa.
4. Sintesis glukosa dari sumber non-glukosa (glukoneogenesis) saat puasa
berkepanjangan.
5. Menghancurkan/menginaktivasi berbagai hormon seperti: angiotensin II, glukosa,
insulin dan hormon paratiroid.
- Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari metabolisme
asam amino dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam askorbat merupakan
penyumbang terbesar dari prekursor okalat hingga 30 %.
2. Batu struvit
Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalisum
karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila produksi ammonia
meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal
tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri pemecah urea yang banyak berasal dari
spesies proteus dan providencia, peudomonas eratia, dan semua spesies klebsiella,
hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada saluran urine.
3. Batu urat
Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit rematik,
pengguna urikosurik misalnya probenesid atau aspirin dan penderita diare kronis
karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentarsi urine serta asidosis yakni pH
urine menjadi asam sehingga terjadi penimbunan yang membentuk asam urat.
4. Batu sistina
Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan paling
kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi asam. Bila
kadar sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta membentuk kristal
yang kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran kandung kemih akan
membentuk batu ginjal.
Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni kadar
kalsium dalam urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam tubuh
yang berasal dari konsumsi susu dan keju.
KESIMPULAN
Mekanisme ginjal harus melewati beberapa tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Fungsi
utama ginjal adalah mengeluarkan sisa hasil ekskresi dari tubuh. Proses filtrasi dari ginjal
dilakukan pada daerah korpuskel ginjal. Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui
proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari
nefron mulai dari tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan
tubulus koligents mempunyai sifat dan cara kerja reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda.
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam
tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Ginjal
mempunyai fungsi spesifik yang bertujuan untuk mempertahankan cairan ekstrasel (CES)
yang konstan.
Daftar pustaka