Anda di halaman 1dari 45

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN ...

KAMIS, 25 AGUSTUS 2016

KELOMPOK 1

HIGIENE PERUSAHAAN

dr. Adil Makmur

dr. Alyda Hanoum Aulia

dr. Andi SuryaJaya

dr. Anggia Cinta Ayu

dr. Ani Yustiani

dr. Arina Syarifa Fadilah

dr. Asri Paramytha

dr. Asri Syafilla Nur Lestari

dr. Cisyana

dr. Clara Petrisiela Indah Atmaja

dr. Daisy Ratnasari Haryono

dr. Dinda Valupi NurFitriani

dr. Difa Adliah Nurandi

dr. Edwin Kasmun

dr. Elviri Ngedihu

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin
pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah
mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan
teknologi ini telah mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan
kerja dengan teknologi modern dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di
satu pihak perkembangan industri ini memberikan dampak yang positif dengan
terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses
industrialisasi dengan sendirinya akan memperbesar resikonya bahaya yang
terkandung dalam industri, timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi
kecelakaan kerja semakin besar.
K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungankerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta bebas pencemaran lingkungan yang bertujuan agar produktivitas meningkat
sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita
ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu
proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya
berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata
untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja secara maksimal.
Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat

2
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
Sadar betapa pentingnya pengenalan hygine perusahaan bagi perusahaan dan
pekerjanya dan betapa pentingnya pencegahan terhadap dampak buruk tersebut
dan bahkan sekaligus menyadari bahwa perlunya dikembangkan industri yang
produktif, efisien, dan efektif maka diperlukan pengawadsan kesehatan pekerja
yang benar-benar nyata oleh pihak pengusaha dengan cara pemeriksaan kesehatan
berkala maupun dengan jaminan kesehatan kerja

B. DASAR HUKUM

1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja


2. Undang-undang nomor 3 tahun 1969 tentang persetujuan konvensi ilo no.
120 mengetahui hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
3. Peraturan menteri perburuhan nomor 7 tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja
4. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor 13/MEN/X/2011
tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja
5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.187/MEN/1999
7. PP nomor 51 tahun 1993 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan

C. PROFIL PERUSAHAAN

D. ALUR PRODUKSI

3
E. LANDASAN TEORI

a. Definisi
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
6. Penyediaan air
7. Tempat kerja
8. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
9. Perlengkapan fasilitas sanitasi
10. Pembuangan dan pengendalian limbah

b. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA


1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan
menjengkelakan maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini
sangat individual (Eyaanoer, 1997)
menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan
dengan intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari,
kebisingan dengan intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan
selama 4 jam sehari dengan demikian setiap kenaikan 3 dB maka
waktu pemajanannya berkurang setengahnya. Telingan manusia
hanya mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz.
1) Jenis-jenis kebisingan :
a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas
(steady state, wide band noise). Misalnya suara kipas
angin, dapur pijar dll.

4
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan
sempit (steadt state, narrow band noise). Misalnya
gergaji sekuler, katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu
lintas pesawat terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise),
misalnya: pukulan, tembakan bedil atau meriam dan
ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perushaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40
jam seminggu maka menimbulkan penurunan atau
kehilangan fungsi pendengaran yang dapat terjadi secara
sementara atau permanen.
3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-
130dB dan frekuensi dari 20-20.000Hz.

b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu. Intensitas cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis
pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.

Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan


1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.

5
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim
panas. Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan
tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah
terpapar panas yang memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem
termoregulasi pada hipotalamus akan merespon dengan beberapa
mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi
dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tbuh sekitara 36-37
derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus menrus akan
menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek heat
stress (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk
lingkungan fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya
adalah NAB iklim kerja dengan menggunakan indeks suhu bola basah
(ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe Temperature Index (WBGTI)
dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat
kerja adalah sbb:
Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk
pekerja ringan dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius.,
sedang 26,7 derajat celsius dan berat 25 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang
29,4 derajat celsius dan berat 27,9 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang
31,1 derajat celsius dan berat 30 derajat celsius.

d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan ( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran

6
yang bisa melalui kaki ( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk.
Getaran ini terjadi biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor.
Sedangkan getaran lengan-tangan adalah getaran yang terjadi
melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan
gergaji listrik.

Tiga aspek penting pada getaran :


Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat
menyebabkan white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat
dalam sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP,
dan gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration
acceleration meter.

e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:


1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung
dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak, kerusakan
nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan
dosimeter personal.

7
2. Faktor Kimia
Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah dan dihasilkan
dalam industry, sehingga diperlukan upaya :

Survey, untung mengenal dan mengidentifikasi berbagai bahan kimia yang


terdapat di industry supaya dapat direncanakan evaluasi dan assesmen
selanjutnya
Mengenal proses produksi
Mempelajari Material Safety Data Sheet dari tiap bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi

Sifat dan tingkat bahaya dari bahan kimia ditentukan oleh :

Sifak fisik bahan kimia


Sifat kimia dari bahan kimia
Sifat fisiologis dari bahan kimia
Jalan masuk bahan kimia ke tubuh

Bahan kimia dapat memasuki tubuh melalui 3 tempat :


Saluran pernafasan , cara ini merupakan cara yang tercepat, zat kimia yang
terhirup akan masuk ke paru- paru kemudian masuk ke aliran darah dengan cepat.
Zat ( debu bahan kimia ) yang terhirup dapat mengendap ataupun masuk ke aliran
darah, kedua hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti bronkhitiss,
pneumonia, emphysema.
Kulit merupakan tempat masuk bagi bahan cair atau aerosol yang
mengendap di permukaan kulit. Bahan yang larut dalam air akan diserap lebih
cepat. Bahan-bahan pelarut juga diserap dengan baik oleh kulit.Bahan kimia dapat
meyebabkan kerusakan pada kulit berupa abrasi, korosi, atau luka bakar.Factor
kimia ditempat kerja merupakan penyumbang terbesar penyebab penyakit kulit
akibat kerja (occupational dermatosis).
Saluran Pencernaan; bahan kimia masuk ke dalam saluran pencernaan
melalui 2 cara yaitu:
1. Partikel yang masuk melalui saluran pernafasan ditelan berupa ludah
atau dahak.
2. kontaminan pada tangan.

8
Kontaminasi yang masuk melalui saluran pencernaan akan dicerna terlebih
dahulu sebelum masuk aliran darah. Organ yang penting untuk
menetralisir racun adalah hati.

Lama pajanan, menurut lamanya pajanan, dapat dibedakan pajanan akut,


subkronis, dan kronis. Efek pemajanan dapat berupa efek yang ringan sampai
yang berat tergantung dari tingkat toksisitas bahan. Maka untuk membantu
mengenali faktor resiko ini dikeluarkanlah suatu standar. American Conference of
Governmental Industrial Hygienist ( ACGIH) dikembangkanlah suatu konsep
Threshold Limit Value (TLV) atau Nilai Ambang Batas ( NAB) yang
menunjukkan suatu kadar bahan di udara lingkungan kerja bahwa tenaga kerja
masih dapat bekerja tanpa terganggu kesehatannya.

Antara zat kimia satu dan zat kimia lainnya dapa tmenimbulkan interaksi satu
sama lain, efek yang terjadi dapat dibedakan dalam:

Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari
dua zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi merupakan
penjumlahan dan efek masing-masing zat kimia.
Efek sinergi yaitu suatu keadaan bahwa pengaruh gabungan dari dua zat
kimia atau lebih jauh lebih besar daripada jumlah masing-masing efek
bahan kimia.
Efek antagonis yaitu apabila gabungan dua zat kimia atua lebih efeknya
jauh lebih kecil daripada jumlah efek masing-masing.

Pemajanan terhadap bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan


biologic atau fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala, dan tanda
gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh terutama terjadi pada
organ target yakni bagian yang terserang zat kimia, tergantung organ target bahan
kimia dapat berupa neurotoksik, hepatotoksik, nefrotoksik, sistemik, dsb.
Berdasarkan gejala yang ditimbulkannya, bahan kimia dapat bersifat
asfiksian, iritan, alergi. Selanjutnya ditinjau dari lama atau waktu timbulnya
gejala, efek bahan kimia bias terjadi akut dan kronis.

9
Tanda atau gejala terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari
tanda dan gejala spesifik sampai non spesifik misalnya lemas, pusing, mual,
muntah, gemetar, nafsu makan berkurang.Gejala yang spesifik misalnya
kelumpuhan, gangguan penglihatan, diare yang menetap, pendarahan, dll.
Berikut contoh bahan kimia dan pengaruhnya terhadap kesehatan :

ASFIKSIAN (bahan yang menimbulkan anoksia kekurangan oksigen)


yaitu bahan yang dapat mengurangi oksigen atau meningkatkan karbon
dioksida dalam darah atau jaringan. Berdasarkan mekanisme terjadinya,
anoksia dibagi 3 :
Anoksia anoksik, yaitu kekurangan oksigen dalam udara
pernafasan dan darah, disebabkan penggantian atau pengenceran
oksigen dalam atmosfir. Zat-zat yang dapat menimbulkan anoksia
anoksik adalah etana, helium, hydrogen sulfide, nitrogen oksida.
Anoksia anemik : kekurangan oksigen yang dapat diangkut oleh
hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gas CO, aniline, toluidine, yang mempunyai daya
ikat (afinitas) terhadap Hb lebih kuat, sehingga Hb tidak mampu
lagi mengikat oksigen.
Anoksia histotoksik : disebabkan kerusakan pada sel, sehingga
tidak mampu mengambil oksigen dan darah; misalnya akubat asam
sianida, nitrit.

IRRITANT (perangsang) : bahan yang menimbulkan peradangan dari


selaput lender atau kulit pada tempat kontak, factor konsentrasi
mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan waktu pemaparan. Contoh
zat irritant :

Asam Formaldehi Asam


asetat d fosfat
Kalsium Klorobenze Stiren
oksida na Fosfor
Arsen Etil alcohol kuning
Aseton Xylene

10
Trikioroetil Etilen Sulfur
en oksida dioksida
Ammonia Fosgen Seng
Hydrogen Berilium klorida
klorida Asam Ozon
Asam nitrat kromat
Klor


ZAT KIMIA NEUROTOKSIK :bahan yang dapat meracuni saraf. Contoh :

Asetaldehi Trikloroeta Kloroform


Etil alkohol
da na
Benzene Aseton Tetrakloroetana
Karbon Karbon tetraklorida Timah hitam
Etilen oksida Akrilaiffid
disulfide Arsen
Toluene Xylene
Styrene Merkuri
Merkaptan


ZAT KIMIA HEPATOTOKSIK : bahan yang dapat meracuni hati.
Contoh :

Karbon Tetrakloroe Fosfor


tetraklorida tilena kuning
Dimetil Trikloroetil Selenium
nitrosamine ena Toluene
Etil alkohol Aflatoksin diamin
Trinitro Vinilklorid Notribenze
toluene a na
Antimon Amen



ZAT KIMIA NEFROTOKSIK : bahan kimia yang dapat meracuni ginjal.
Contoh :
Arsen

11
Aniline
Organoklorin
Cadmium
Toluene
Kloroform
Karbon tetraklorida
Etilen glikol
Fosfor kuning
Methanol
Timah hitam
Fenol
Merkuri

ZAT KIMIA HEMATOTOKSIK : bahan kimia yang dapat meracuni darah.
Contoh :

Aniline Timah Nitroklorob


Toluidin hitam enzena
Dihidro Nitrogen Propil
toluene trifluorida nitrat
Nitrobenze Para Trinitro
ne nitroanilin toluene

12

a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk
gas yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan
normal.

1
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk
zat padat atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud
semula.
Kabut
Debu

b. Efek-efek bahan kimia
Iritasi
Reaksi alergi: flour, garlic powder.
Asfiksia
Cancer
Efek sistemik: otak ,peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,
ginjal, paru
Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan
resiko keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari
bahan kimia yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik
atau gas-gas yang kontak dengan sumber api.

c. Pengukuran.
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-
bahan kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang
sudah tesedria di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai
kualitas dan kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.


d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.

2
3. NAB tertinggi

3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh
adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
Infeksi akut dan kronis
Parasit
Produk toksik.
Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
Irritan.

Klasifikasi faktor biologis meliputi :
1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya
2. Arthropoda. Contoh: crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
5. Protein alergen dari hewan vertebrata
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.

Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:
1. Inhalasi
2. Ingesti
3. Kontak kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut

c. PENGENDALIAN
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
Memiliki SDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik
dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek
terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat
dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang
kimia.

3

Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah
keputusan menteri tenaga kerja RI, No.KEP 187/Men/1999.

4
BAB II

PELAKSANAAN

A. TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN


B. LOKASI PENGAMATAN
C. DOKUMEN PENGAMATAN

5
BAB III
HASIL PENGAMATAN

6
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

7
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penerapan higiene perusahaan ditempat kerja bertujuan agar para pekerja selalu
dalam keadaan sehat bebas dari penyakit akibat kerja, nyaman, produktif, selamat
dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya kemampuan,
kemauan, dan rasa peduli serta kerjasama yan baik dari semua pihak.
Untuk mendapat manfaat dan hasil dari higiene perusahaan perlu dibuat suatu
program yang dapat diterapkan dan dijalankan oleh semua tenaga kerja, petugas,
dan semua pihak yang terkait dilingkungan tersebut

B. SARAN
Higiene perusahaan perlu diarahkan pada perbaikan lingkungan kerja dan
meningkatkan produktifitas para tenaga kerja untuk mengurangi timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik, psikis karyawan, infeksi dan penularan, serta dapat memelihara
kebersihan, kesehatan dan ketertibaban diseluruh lingkungan kerja
C.

8
BAB VI
PENUTUP

Demikianlah Laporan Walkthrough Survey ke Perusahaan ....... Kamis, 26 Agustus


2016 mengenai Higiene Industri. Semoga bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

9
Contoh BAB 2 dan 3

PERMASALAHAN PENYELESAIAN MASALAH


Jumlah karyawan kurang lebih Dengan masalah tersebut, perlu
sebanyak 650 orang dengan 8 adanya penambahan kamar mandi bagi
kamar mandi karyawan dengan target 14 kamar mandi

Bak kamar mandi kosong Berdasarkan kondisi kamar mandi


dengan kondisi sekitar yang yang kotor, kebersihan kamar mandi perlu
kotor dan menimbulkan bau diperhatikan kembali dengan membersihkan
yang tidak sedap 2-3 kali dalam sehari. Selain itu, air yang
tersedia harus cukup dengan fasilitas yang
memenuhi seperti tisu yang cukup
Ruangan kerja proses produksi Ruangan kerja harus dibersihakan,
masih kotor dan banyak hasil bebas dari hambatan, bebas dari bahan atau
sisa produksi yang berserakan barang yang dapat menyebabkan terjatuh
dilantai atau terpeleset. Sisa produksi langsung
dibuang ditempat yang telah ditentukan dan
tertutup
Wastafel diruang produksi dan Dengan masalah tersebut, perlu
kantin tidak terdapat sabun diperhatikan kembali kebersihan saat
untuk mencuci tangan mencuci tangan dengan menyediakan sabun
sehingga para pekerja hanya untuk mencuci tangan dan diganti segera saat
mencuci tangan dengan air habis
yang mengalir tanpa sabun
Tempat sampah diruang Sisa produksi langsung dibuang
produksi tidak tertutup ditempat wadah yang tertutup
sehingga bau sisa hasil
produksi masih dapat tercium
Sumber air minum diruang Air minum bagi para karyawan
produksi masih kurang bersih perusahaan harus tertutup dengan baik.
karena air pada galon yang Sehingga tidak mudah terkontaminasi dengan
dipakai tidak tersegel dengan zat atau bahan yang berbahaya bagi
baik, hanya ditutup dengan kesehatan

10
plastik
Terdapat botol berisi alkohol Barang-barang yang berbahaya harus
dalam tempat penyimpanan air diatur dalam rak atau lemari yang terpisah
minum

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA

A. Tabel Pengamatan

Peng Antisip
PAK Fa ukur L asi
an yang
dan Telah
Kete dilaku
rsedi kan
aan
Fasil
itas

1. Kebersihan di dalam 1. Terdapat 3 petugas


Ke Tidak Pe perusahaan dan di luar L kebersihan yang bertugas
perusahaan sudah setiap harinya
terjaga dengan baik.
2. Terdapat alat alat
penunjang kebersihan ,
tempat sampah
dibedakan untuk B3
dan sampah sisa
produksi dan sering
dikosongkan dengan
teratur
3. Pemeliharaan fasilitas
industri sudah terjaga
dengan baik, bebas dari
debu dan sisa-sisa
bahan produksi
4. Hygiene perseorangan
sudah terjaga dengan
baik

Mast Terdap
Fas Tidak Pe er L at
point Hazard
(pos Mappi
satpa ng dan
m), pemeli
guda haraan
ng fasilitas
peny secara

11
impa berkala
nan, .
kama
r
man
di,
temp
at
beris
tirah
at
dan
mero
kok,
wast
afel,
ruan
g
maka
n,
mush
olla,
parki
r
area.

1. WC memenuhi
syarat kesehatan
dari jumlah dan
letaknya tapi
tidak dibedakan
laki laki dan
wanita
2. Ruang makan
(pantry) sudah
memenuhi syarat
kesehatan
3. Wastafel sudah
ideal karena
dibedakan
wastafel setelah
bekerja dan
sebelum makn
1. Terdapat alat alat 1. Terdapat 3 petugas
Pen Tidak Li penunjang kebersihan , L kebersihan yang bertugas
tempat sampah setiap harinya
dibedakan untuk B3
dan sampah sisa
produksi.
2. Pemeliharaan fasilitas
industri sudah terjaga
dengan baik, bebas dari
debu dan sisa-sisa
bahan produksi

Sumber, kualitas Dengan


pen Tidak Pe dan jumlah L mengg
kebutuhan unakan
penyediaan air jasa

12
bergantung dari penyed
jenis kebutuhan iaan air
minum
dari
PT.
OASIS
dan
PAM
untuk
kebutu
han
industri

1. Tersedia pantry 1. Terdapat office boy


San Tidak Pe dan ruang makan L yang selalu
yang membersihkan
menyediakan pantry dan ruang
tempat khusus makan
2. Sabun antiseptik
untuk mencuci
selalu tersedia
tangan
3. Alat-alat makan dan
2. Pemesanan dan
minum yang
pembelian
tersedia
makanan dari area
menggunakan bahan
luar kantor
yang sesuai dengan
dilakukan secara
standard.
kolektif
3. Minuman
menggunakan air
yang memenuhi
standar kesehatan
4. Terdapar area
merokok yang
terpisah dari
ruang makan

Terg Oli Penyim


pe Tidak Pe antu Sludge ( timbunan panan
ng lumpur) limbah
coolant
bent dibagi
uk menjad
limb i2
ah tempat
yang :
ada.
Limbah B3
Perusahaan hanya
Cair: dalam
bentuk liter bertanggung jawab
Padat: dalam mengumpulkan
ukuran kilogram limbah maksimal 90
hari dan selanjutnya
cv. Raga Mandiri yang
mengolah limbah
Limbah Organikdan non-
organik
Diolah langsung oleh
bagian kawasan
industri

13

14
B. Kebersihan Umum

Kebersihan lingkungan kerja dapat bermanfaat untuk mencegah timbulnya penyakit


akibat kerja, contohnya penyakit dermatitis dapat dicegah bila tempat kerjanya bersih dan
tenaga kerja mematuhi aturan keselamatan dan kesehatan kerja. Kebersihan lingkungan
meliputi kebersihan di dalam perusahaan seperti dinding, lantai, atap, peralatan dan
perkakasa, gudang penyimpanan bahan baku, gudang penyimpanan produk kerja serta
kebersihan di luar perusahaan meliputi kebersihan halaman, jalanan.

15
Pada saat kunjungan ke PT. Torashinma Guna, tampak bahwa secara umum
kebersihan lingkungan perusahaan tersebut cukup baik.

Kebersihan lingkungan di dalam perusahaan seperti lantai, tampak bersih dan


tidak tampak adanya genangan air yang dapat menyebabkan lantai menjadi licin. Dinding,
atap, peralatan dan perkakasa, gudang penyimpanan bahan baku, gudang penyimpanan
produk kerja juga tampak bersih .

Sedangkan kebersihan di luar perusahaan meliputi kebersihan halaman,


jalanan pun tampak bersih. Untuk menangani masalah kebersihan tersebut
perusahaan mempekerjakan 3 orang petugas kebersihan yang bekerja setiap
hari kerja.

C. Fasilitas Industri

Terdapat beberapa fasilitas yang memadai di PT. Tiroshima Guna Engineering yaitu :

1. Parking Area

2. Pos Satpam (master point)

3. Meeting Room : Terdapat 1 ruang pertemuan

4. WC : Terdapat 2 untuk wc tamu, 5 wc pekerja, dan 3 wc kantor di lantai


atas.

Letak : Mudah dicapai dan dekat dengan wilayah kerja

Fasilitas : Tersedia air yang cukup, tisu, sabun, serta terjaga kebersihannya.

Jumlah : Terdapat 10 WC (ideal dengan jumlah pekerja, total kurang lebih 75 orang
terdiri dari 60 pekerja, dan 15 orang pegawai kantoran

5. Gudang penyimpanan bahan material dan B3 : Tempat penyimpanan bahan


material dan produksi dipisahkan dengan B3

6. Smoking Area

16
7. Wastafel : Terdapat dua wastafel yang letaknya satu di dekat wc dan satu
lagi di ruang makan. Setelah bekerja, pekerja akan cuci tangan di wastafel
khusus yaitu di dekat wc, apabila saat sebelum makan di wastafel di ruang
makan.

8. Pantry dan ruang makan

9. Musholla

10. Tempat pembuangan sampah : Tempat pembuangan sampah dibedakan


tempatnya dari bahan berbahaya atau tidak, dan dari sisa produksi, dan bahan
material.

17

Penjelasan :

Lantai, atap dinding ruangan, peralatan kerja, mesin mesin, gudang


penyimpanan, tempat beristirahat dan merokok harus dibersihkan dan dirawat dengan baik,
bebas dari debu, dan sisa sisa bahan produksi. Kebersihan lantai dan dinding dapat mencegah
pekerja dari bahaya terpeleset, terjatuh akibat ceceran minyak atau air. Disamping itu dapat
memperlaancar lalu lintas barang dan pekerja. Dinding yang bersih dan rapi dapat menambah
intensitas penerangan saat bekerja.

Ketatarumahtanggaan Perusahaan:

Gedung Perusahaan dijaga agar tetap bersih, dicat, mempunyai penerangan yang cukup
dan mempunyai sitem sirkulasi udara/ventilasi yang baik
Mesin-mesin, peralatan dan perkakas kerja diatur sehingga aman dan efesien untuk
melakukan pekerjaan serta mudah untuk dibersihkan, bahan-bahan disimpan secara aman
Ruangan, tempat lalu lintas, jala keluar dari tempat kerja harus bebas dar bahan buangan.
Semua sudut ruangan tempat kerja harus dibersihkan, mempunyai penerangan yang
cukup dan bebas dari bahan buangan.
Bahan yang mudah terbakar harus dibuang di tempat yang telah ditentukan atau disimpan
di tempat yang tertutup.

18
Alat-alat perlengkapan kerja disimpan secara aman di dalam lemari atau rak
Tempat pembuangan dan penyimpanan sampah harus tersedia, layak dan harus sering
dikosongkan dan teratur
Tempat kerja harus terang, bersih, bebas dari kotoran dan gangguan
Lantai harus dibersihkan, bebas dari hambatan, bebas dari bahan/barang yang dapat
menyebabkan terjatuh atau terpeleset (air, minyak, dll)
Sisa-sisa produksi yang bersih disimpan di dalam wadah tertutup, kemudian disimpan di
suatu ruangan yang tahan api atau di dalam lemari.
Alat kerja yang sudah tua atau tidak digunakan lagi harus dibuang atau dipindahkan dari
tempat kerja.

Syarat WC yang ideal

Tiap tempat kerja harus menyediakan WC yang memenuhi syarat kesehatan


dan harus terpisah untuk tenaga kerja pria dan wanita. Letak WC harus mudah dicapai dan
tidak berhubungan langsung antara WC tenaga kerja pria dan WC tenaaga kerja wanita.
Tersedia air yang cukup, kertas, tisu, serta terjaga kebersihannya. WC untuk pekerja wanita
harus tertutup rapat. Perbandingan jumlah WC dengan tenaga kerja adalah: 1 WC untuk 1 s/d
24 orang tenaga kerja, 2 WC untuk 25 s/d 50 orang tenaga kerja, 3 WC untuk 51 s/d 100
orang tenaga kerja. Tiap WC harus dibersihkan 2-3 kali sehari.

Syarat wastafel, dan ruang ganti yang ideal

Yang perlu diperhatikan adanya tempat cuci tangan, mandi dan ruang ganti,
pembuangan sampah dan tempat terpisah antara pekerja pria dan wanita. Tempat cuci harus
tersedia 1 tempat cuci 25 orang tenaga kerja dan satu untuk tiap tambahan 15 orang tenaga
kerja kalau jumlah tenaga kerjanya lebih dar 100 orang.

Syarat Ruang Makan dan kantin yang ideal

Ruang makan harus cukup luas, tenaga kerja dapat makan secara sekaligus atau secara
bergilir. Tenaga kerja dilarang makan, minum, dan merokok di tempat kerja terutama di
tempat kerja yang banyak bahan berbahayanya.

19
Hazard Mapping

Pada perusahaan telah terdapat satu hazard mapping yang cukup jelas dan
disosialisasikan secara berkala pada seluruh karyawan. Selain terdapat hazard mapping juga
ditemukan nama para karyawan yang bertugas dan karyawan yang kompeten membantu P3K.

20

D. Penyediaan Air

Dasar hukum yang menetapkan harus dilaksanakannya sanitasi industri di


setiap tempat kerja adalah Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja. ruang lingkup sanitasi
industri salah satunya penyediaan air bersih.

Berdasarkan peruntukannya, air dalam industri dikategorikan sebagai :
- Kebutuhan domestik
- Kebutuhan proses produksi
Pada PT. Torishima Guna Engineering sumber air untuk kebutuhan domestik
dan proses produksi dibedakan. Sumber air untuk kebutuhan domestik seperti air minum
pekerja/pegawai didapat dari kerjasama dengan PT. OASIS yang secara rutin memberikan
beberapa galon tiap minggunya ke tempat kerja, sedangkan untuk kegiatan higienitas
perorangan seperti aktivitas di WC, mencuci tangan didapat dari air PAM

21
lingkungan/kompleks industri MM2100. Proses produksi pada pabrik ini tidak menggunakan
banyak sumber air karena kegiatan yang berlangsung hanya berupa repairing/memperbaiki
mesin, namun apabila ada beberapa mesin yang harus dicuci (washing machine) di bagian
cleaning room air yang digunakan juga bersumber dari air PAM.
Seluruh aktivitas menggunakan sumber air PAM yang secara kolektif
terdistribusi dari penampungan air PAM kompleks industri MM2100 sehingga standar atau
kualitas air sudah terjamin. Begitu juga dengan kualitas air minum yang sudah sesuai standar
untuk dikonsumsi karena pabrik bekerja sama dengan PT. OASIS.
Tidak ada proses sanitasi air pada pabrik ini. Tidak ada pencemaran air karena
proses produksi tidak banyak menggunakan air, kalaupun ada limbah cair B3 pabrik sudah
bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengatasi limbah tersebut. Sejak pabrik di Cibitung
ini didirikan tahun 2013 hingga saat ini tidak ada PAK/PAHK yang berhubungan dengan air
dan tidak pula ada kecelakaan kerja akibat air. Cara pengontrolan atau antisipasi yang
dilakukan oleh pabrik berkaitan dengan air adalah dengan bekerja sama dengan pihak
MM2100.
Saran bagi PT. Torishima Guna Engineering agar dapat terus mempertahankan
sistem penyediaan air yang ada karena apa yang telah dilakukan selama ini telah sesuai
dengan ketetapan.

22
E. Sanitasi Makanan

Sanitasi makanan bagi pekerja di perusahaan perlu diperhatikan. Jika sanitasinya


kurang baik maka dapat menyebabkan keracunan makanan. Keracunan makanan dapat
disebabkan oleh bakteri pathogen, parasit yang terdapat pada makanan ataupun akibat
kontaminasi makanan dengan bahan kimia seperti Arsen (As), Cadmium (Cd), Lead (Pb), dan
sebagainya.
Upaya pencegahan keracunan makanan dapat dilakukan dengan cara menuediakan

tuang makan khusus yang terpisah jauh dari tempat kerja dan bebas kontaminasi bahan bahan
kimia beracun, pengontrolan bahan makanan yang akan diolah, menggunakan air yang
memenuhi syarat standar kesehatan dan memasak makanan sebelum dikonsumsi, pengelola
makanan mengerti tentang sanitasi makanan dan gizi kerja.
Pada PT Torishima Guna ini tersedia pantry dan ruang makan yang cukup luas dan

bersih. Terdapat officeboy yang rutin membersihkan area area makan tersebut. Pantry disini
hanya digunakan untuk menyediakan minum seperti membuat teh, kopi dan sebagainya,
semua minuman tersebut dibuat dengan menggunakan air yang sesuai standar kesehatan.
Sementara itu, untuk makanan karyawan perusahaan melakukan pemesanan setiap harinya
secara kolektif kepada office boy yang terdapat pada perusahaan. Makanan yang disediakan
dibeli di area luar kantor. Pada perusahaan ini disediakan ruang makan yang cukup untuk
digunakan karyawan. Ruang makan juga dilengkapi dengan tempat cuci tangan khusus yang
hanya digunakan untuk sebelum dan sesudah makan.
Pada perusahaan ini juga disediakan area untuk merokok yang terpisah dengan ruang

makan dan juga pantry. Diruangan ini tersedia ventilasi sebagai tempat untuk pertukaran
udara dan pada area merokok ini juga tidak ditemukan bahan bahan yang berbahaya.
Secara keseluruhan sanitasi makanan pada perusahaan ini sudah cukup baik. Akan

tetapi untuk masalah penyediaan makanan akan lebih baik lagi jika tersedia catering untuk
para karyawan sehingga dapat memudahkan karyawan untuk mendapatkan makanan dan
perusahaan dapat lebih mengetahui bagaimana proses dari pembuatan makanan tersebut
sehingga perusahaan pun dapat meniminalisasi dari kemungkinan terjadinya pencemaran
makanan.
Sanitasi makanan pada PT. Torishima Guna tersedia pantry dan ruang makan. Pantry
terletak bersebelahan dengan ruang makan, pemesanan makanan setiap harinya dilakukan
secara kolektif oleh setiap pegawai dengan cara memesan makanan yang diinginkan setelah
data seluruh pesanan pegawai terkumpul, petugas office boy yang selanjutnya bertugas untuk
membelikan makanan. Penyediaan air minuman yang tersedia menggunakan air yang sesuai

23
standard kesehatan yaitu menggunakan suatu produk air mineral dan terdapat satu dispenser
untuk seluruh pegawai.
Fasilitas yang terdapat di ruang makan adalah tersedianya tempat cuci tangan dengan
sabun antiseptik dan handuk pembersih tangan yang digunakan. Terdapat 4 keran air, 3
tempat sabun antiseptik dan 1 handuk pembersih tangan sebagai fasilitas sanitasi kebersihan
yang digunakan oleh seluruh pegawai di perusahaan tersebut. Ruang makan dan pantry yang
digunakan cukup luas, tenaga kerja dapat makan secara sekaligus secara bersamaan atau
bergilir.
Ruangan untuk merokok juga disediakan oleh perusahaan yang berada dibagian
samping pantry, para pegawai dapat menempati ruangan tersebut untuk merokok dan tidak
diperkenankan merokok dibagian pantry atau ruang makan, diruangan tersebut terdapat
ventilasi jendela kaca yang dibuka saat ruangan tersebut dipakai sehingga sirkulasi udara
berjalan baik. Alat-alat makanan dan minuman berupa piring, gelas, sendok, dan pisau
menggunakan bahan yang terbuat dari bahan kaca dan stainless steel, sehingga dapat
memenuhi standard dengan baik.



F. Pembuangan & Pengolahan Limbah
Untuk pengolahan limbah industri, Torashima Guna Engineering menggunakan jasa
pihak ketiga, CV. Raga Mandiri. Perusahaan untuk mengolah limbah telah bersertifikat
Kementerian Lingkungan Hidup dan telah melalui ijin Kementerian Perhubungan.
Limbah yang dikeluarkan berupa Coolant, Sludge, Oli Bekas dan limbah industri kering.
Pengolahan limbah akan digunakan kembali dengan menggunakan proses destilasi ulang.
Sedangkan untuk limbah domestik, dikelola oleh kawasan industri setiap hari.

24

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal
dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan
dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan
lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu
relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup
fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah
merumuskan akibat akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.

25
Melihat pada sifat sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah
pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.

A. PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. Upaya meminimasi timbulan limbah
2. Pencemaran harus membayar semua biaya yang diakibatkannya
3. Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai dibuang/ditimbunnya limbah B3
4. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat mungkin
dengan sumbernya.
5. Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di dalam pengolahan dan
penanganannya.
6. Pembangunan berkelanjutan

B. BENTUK LIMBAH
1. Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air
terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika
dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah
bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu
penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang
dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri
kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak
yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri
kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah
domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih
harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air

26
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisik
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan
tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair
(PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat. Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda
Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda
Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
2. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah
domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-
tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan,
plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll. Limbah padat adalah
hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa
proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam
dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat
yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara
lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
3. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat
(limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur
dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan
timah. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap
yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.

27
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan
mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2,
hidrokarbon dan lain-lain.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Menurut PP RI No. 18/1999 tentang pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan
berrbahaya dan beracun, yang karena sifat dan atau konsentrasinya, baik secara
langsung maupun tak langsung merusak lingkungan hidup, kesehatan maupun
manusia. Limbah B3 dapat diklasifikasikan sebagai zat bahan yang mengandung
satu atau lebih senyawa:
Mudah meledak (explosive)
Pengoksidasi (oxidizing)
Amat sangat mudah terbakar (extremely flammable)
Sangat mudah terbakar (highly flammable)
Mudah terbakar (flammable)
Amat sangat beracun (extremely toxic)
Sangat beracun (highly toxic)
Beracun (moderately toxic)
Berbahaya (harmful)
Korosif (corrosive)
Bersifat mengiritasi (irritant)
Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Karsinogenik/dapat menyebabkan kanker (carcinogenic)
Teratogenik/dapat menyebabkan kecacatan janin (teratogenic)
Mutagenik/dapat menyebabkan mutasi (mutagenic)

Zat atau bahan tersebut diatas diklasifikasikan sebagai limbah B3 karena
memenuhi satau atau lebih karakteristik limbah B3 berikut:
Limbah mudah meledak, yaitu limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (250 C, 760 mmHg) dapat meledak dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Limbah mudah terbakar, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat
berikut:

28
Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol yang
mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik
nyala tidak lebih dari 400C (1400F) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760 mmHg.
Limbah bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (250C, 760mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus.
Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
Merupakan limbah pengoksidasi.
Limbah yang bersifat reaktif, yaitu limbah yang mempunyai salah
satu sifat berikut:
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
Limbah yang apabila bercsmpur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
Merupakan limbah sianida, sulfida, atau amonia yang pada kondisi
pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap
beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan.
Limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (250C, 760mmHg).
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi.
Limbah beracun, yaitu limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit
atau mulut. Limbah yang menyebabkan infeksi, yaitu limbah kedokteran, limbah
dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular. Limbah bersifat korosif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat
berikut:

29
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja .
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12,5 untuk bersifat basa.

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
pembuatan kosmetik. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan, dan perlengkapan,bahan produksi serta wadahnya, dan setiap
hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu.
Secara umum penatalaksanaan sistem K3 dan Sanitasi lingkungan &
Pengolahan Limbah di Torashima Guna Engineering dari penilaian higiene industri
sudah berjalan cukup baik. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di evaluasi lebih
lanjut dikarenakan kurangnya data yang diperoleh dari beberapa faktor dibawah ini:
a. Faktor Fisik
1. Bising
Tidak dapat dievaluasi lebih lanjut karena keterbatasan akses.
2. Penerangan
Tidak ditemukan permasalahan.
3. Iklim Kerja
Tidak ditemukan permasalahan.
4. Getaran
Tidak dapat dievaluasi karena keterbatasan data dan waktu.
5. Radiasi
Tidak dapat dievaluasi karena keterbatasn data dan waktu.
b. Faktor Kimia
Faktor kimia tidak dapat dievaluasi karena informasi yang diperoleh
tidak lengkap.
c. Faktor Biologi
Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang
berkaitan dengan faktor biologi. namun terdapat faktor resiko pada perusahaan
ini terkait bahaya faktor biologi.
d. Kebersihan
Tidak ditemukan masalah
e. Petugas Higiene Industri
Tidak ada dokter yang bertugas di tempat sehingga menyulitkan
pemberian tatalaksana pada keadaan darurat medis
f. Pengolahan Limbah

31
Tidak ditemukan adanya permasalahan

B. SARAN
Perlu adanya kehadiran setiap hari untuk dokter di klinik perusahaan
Membangun pusat pusat pengolahan limbah industri (PPLI B3) di wilayah padat
industri

32
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penerapan higiene perusahaan ditempat kerja bertujuan agar para pekerja selalu dalam
keadaan sehat bebas dari penyakit akibat kerja, nyaman, produktif, selamat dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya kemampuan, kemauan, dan rasa peduli
serta kerjasama yan baik dari semua pihak.
Untuk mendapat manfaat dan hasil dari higiene perusahaan perlu dibuat suatu
program yang dapat diterapkan dan dijalankan oleh semua tenaga kerja, petugas, dan semua
pihak yang terkait dilingkungan tersebut

B. SARAN

Higiene perusahaan perlu diarahkan pada perbaikan lingkungan kerja dan


meningkatkan produktifitas para tenaga kerja untuk mengurangi timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik, psikis karyawan, infeksi dan penularan, serta dapat memelihara kebersihan,
kesehatan dan ketertibaban diseluruh lingkungan kerja

33

Anda mungkin juga menyukai