Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah


Pelaksanaan KP (Kerja Praktik) yang dilaksanakan pada pembangunan jalan ruas
Jarit-Puger mempunyai beragam masalah yang akan diulas. Masalah yang dimaksud
diantaranya, yaitu metode pelaksanaan penghamparan.

4.2 Pengamatan Lab


4.2.1 Aspal
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumen adalah bahan
yang berwarna coklat hingga hitam, keras hingga cair mempunyai sifat baik larut dalam Cs2
atau CCL4 dengan sempurna dan mempunyai sifat lunak dan tidak larut dalam air, ter adalah
bahan cair berwarna hitam tidak larut dalam air, larut sempurna dalam Cs2 atau CCL4,
mengandung zat-zat organik yang terdiri dari gugusan aromat dan mempunyai sifat kekal.

Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasi.


AC per 40/50 yaitu AC dengan penetrasi antara 40 50
AC per 60/70 yaitu AC dengan penetrasi antara 60 70
AC per 84/100 yaitu AC dengan penetrasi antara 80 100
AC per 120/150 yaitu AC dengan penetrasi antara 120 150
AC per 200/300 yaitu AC dengan penetrasi antara 200 300
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu lintas dengan
volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dengan lalu lintas ber volume rendah.
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi (60/70 dan 80/100).

4.2.2 Pembuatan Job Mix Formula (JMF)


Tentukan JMF (Job mix formula) yang merupakan kompromi kombinasi optimum
antara jenis aspal dan agregat tertentu. Hal terpenting dalam JMF adalah gradasi agregat dan
kadar aspal.
4.2.3 Asphalt Mixing Plant
AMP merupakan seperangkat peralatan yang menghasilkan produk berupa campuran
aspal panas. AMP singkatan dari Asphalt Mixing Plant.
Bagian bagian AMP :
Bin dingin (Cold Bin)
Pengangkut agregat dingin
Pengering (Dryer)
Elevator panas (Hot Elevator)
Bin panas (Hot Bin)
Bin penimbang (Weigh Bin)
Pencampur (Pugmill)
Bahan pengisi atau filler
Pemasok aspal
Pengumpul debu atau dust collector
Tenaga penggerak
Ruang pengendali pengontrol atau ruang pengontrol (control room)

4.3 Pengamatan Lapangan


4.2.1 Metode Kerja Pembangunan Jalan

Timbunan Biasa
Pekerjaan ini meliputi Pengadaan, Pengangkutan, Penghamparan dan Pemadatan Material
Timbunan, yang diperlukan untuk Pembentukan Kelandaian dan Elevasi Penampang Badan
Jalan.

Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik (menggunakan peralatan berat).


Peralatan yang Digunakan :
1. Wheel Loader mengangkut material ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck mengangkut material dari quarry ke lapangan
3. Material dihampar dengan menggunakan Motor Grader
4. Hamparan material disirami air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum
pemadatan dilakukan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller
5. Selama pemadatan sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu.

REHABILITASI BAHU JALAN


Lapisan strukur perkerasan pada pelebaran jalan, akan dimulai dari urutan pekerjaan
penghamparan timbunan pilihan, agregat kelas B, agregat kelas A, pekerjaan pengaspalan
yang terdiri dari lapis AC Binder dan AC- WC.

Proses pemadatan akan dilakukan untuk menyiapkan tanah dasar sebelum timbunan
pilihan,penyiapan badan jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pemadat mekanis
dan perapihannya dibantu dengan tenaga manusia.

Pekerjaan penghamparan lapis material timbunan pilihan, lapis pondasi bawah (agregat
kelas B) dan lapis pondasi atas (agregat kelas A), pada pekerjaan pelebaran akan dilakukan
dengan menggunakanmotor grader dan dipadatkan lapis per lapis dengan menggunakan
Tandem Roller. Untuk mendapatkan kepadatan yang maksimum pada kadar air optimum
yang direncanakan, maka dilapangan akan ditempatkan satu unit water tank untuk sewaktu
waktu akan diperlakukan dalam mengendalikan kadarair saat proses pemadatan.
Pekerjaan penghamparan dan pemadatan aspal panas (hotmix) diatas permukaan agregat A
yang telahdiprime coat akan dilaksanakan / dimulai dengan lapisan AC Binder danAC-WC.
Tack coat sebagai bonding akan dilakukan sebelum pekerjaan lapisan untul AC-BC dan AC-
WC.
Pekerjaan ini terdiri dan peningkatan kembali dan pembentukan kembali bahu jalan yang
ada, termasuk pembersihan tumbuh-tumbuhan, pemotongan, perapihan, pengurugan dengan
bahan terpilih serta pemadatan untuk mengembalikan bahu jalan mencapai garis, kemiringan
dan dimensi yang benar yang ditunjukkan pada Gambar Rencana atau seperti yang
diperintahkan dalam RKS.

4.2.2 Volume Pada Jalan Ruas Jarit-Puger


Urugan Pilihan
- Lebar : 15.5 m
- Panjang : 6000 m
- Tebal : 50 cm
Kelas B
- Lebar : 10.5 m
- Panjang : 6000 m
- Tebal : 20 cm
Kelas A
- Lebar : 10.47 m
- Panjang : 6000 m
- Tebal : 15 cm
Kelas S / Bahu Jalan
- Lebar : 1.5 m
- Panjang : 6000 m
- Tebal : 10 cm
Prime Coat
- 0.8L/m2
Take Coat
- 0.2L/m2
Jumlah passing AC-BC
- Tandem : 2 kali passing
- TR : 18 x 2 kali passing
Jumlah Passing Wearing
- Tandem ; 2 kali passing
- - TR ; 16 x 2 kali passing

4.3 Dokumen Perencanaan Proyek


Ada beberapa faktor yang sekiranya dapat menentukan keberhasilan proyek antara
lain ketepatan memilih bentuk organisasi proyek, memilih pimpinan yang cakap, dan
pembentukan tim proyek yang terintegrasi dan terorganisir. Namun demikian ada hal lain
yang juga penting untuk diperhatikan untuk menjamin suksesnya pelaksanaan proyek yakni
perencanaan.Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perencanaan menjadi satu hal
penting dalam manajemen proyek:
a) Menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian.
Dengan perencanaan yang baik maka apa yang harus dikerjakan, kapan
mengerjakannya, dan sumber daya apa yang diperlukan, dan apa yang menjadi target
dari kegiatan tersebut menjadi jelas bagi setiap orang
b) Efisiensi Operasi.
Perencanaan yang baik maka kegiatan-kegiatan yang tidak jelas dan yang
membutuhkan sumber daya dapat dieleminasi.
c) Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan proyek.
Perencanaan yang baik akan memuat tujuan dari proyek. Dengan adanya tujuan
tersebut maka semua pihak yang terlibat mengetahui dan memahami kemana setiap
kegiatan harus diarahkan.
d) Memberikan dasar bagi pekerjaan monitoring dan pengendalian.
Kegiatan monitoring dan pengendalian hanya bisa dilakukan dengan efektif bila ada
acuan. Hal-hal yang termuat dalam rencana seperti kegiatan, waktu dan sumberdaya
dapat menjadi acuan untuk memonitor dan mengevaluasi proyek.

Anda mungkin juga menyukai