Anda di halaman 1dari 14

Kompressor udara

Alat yang digunakan untuk menaikkan tekanan udara dengan cara memampatkan volumenya.

Kompressor bolak balik satu tingkat.


Salah satu jenis kompressor bolak balik yang sederhana adalah kompressor yang seluruh
kompressinya berlangsung dalam satu selinder, yang biasanya disebut dengan kompressor satu
tingkat.
Dalam hal kompressor ideal diasumsikan sebagai berikut:
(1) tidak ada kerugian tekanan pada katup masuk dan katup buang;
(2) tekanan pada langkah isap dan langkah buang adalah konstan;
(3) kompressor tidak mempunyai ruang rugi;
(4) seluruh proses kompressinya berlangsung pada satu selinder.

Secara termodinamis, kompressor satu selinder, satu tingkat ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar-1: pv-diagram kompressor

Dari gambar 1, pada saat piston berada pada akhir langkah tekan (titik a), jumlah udara di dalam
selinder adalah nol. Ketika piston mulai bergerak melakukan langkah isap, maka katup isap akan
terbuka, katup buang tertutup, pada saat itu udara masuk selinder dengan kondisi tekanan p 1.
Katup isap akan tetap terbuka sampai akhir langkah isap (titik b). Ketika piston mulai bergerak
memampatkan udara, kedua katup tertutup, sehingga tekanan dan temperatur udara naik. Proses
kompressi ini dapat berlangsung secara isotermis, adiabatis, atau politropik. Pada saat udara
mencapai tekanan p2 (titik c), maka katup buang terbuka, dan selanjutnya piston terus menekan,
sehingga udara bertekanan tinggi keluar dari selinder.
Misalkan p1,V1,T1 merupakan kondisi udara sebelum kompressi, dan p 2,V2,T2 merupakan kondisi
udara setelah kompressi, maka apabila:

(1) Proses kompressinya mengikuti persamaan pVn = konstan, berarti:

Kerja yang dibutuhkan


W luas abcd
siklus
p c V c p bV b
W p 2 (Vd Vc ) p1 (Vb Vd )
n 1
p 2V2 p1V1
W p 2Vc p1V1
n 1

p 2V 2 p1V1
W p 2V 2 p1V1
n 1

(n 1) p 2V2 p 2V2 p1V1 (n 1) p1V1


W
n 1

np 2V2 p 2V2 p 2V2 p1V1 np1V1 p1V1


W
n 1

n( p 2V2 p1V1 )
W
n 1

n pV
W ( p1V1 ) 2 2 1 ; Dari persamaan p1V1 p 2V 2 , didapat:
n n
n 1 p1V1

1

V2 p 2 n

V1 p1


1

n p2 p2 n
W ( p1V1 ) 1
n 1 p1 p1

n 1

n p2 n
W ( p1V1 ) 1
n 1 p1

(2) Apabila kompressinya adiabatis, maka persamaan usaha yang dibutuhkan


menjadi:

k 1

k p2 k

W ( p1V1 ) 1
k 1 p1

(3) Apabila kompressinya berlangsung isotermis, pV = konstan, maka persamaan


usaha yang dibutuhkan menjadi:
V1
W p 2V 2 p 2V 2 ln p1V1
V2

Karena p1V1 = p2V2 , maka:

V1 V
W p 2V 2 ln p1V1 ln 1
V2 V2

Beberapa istilah dalam kompressor:


1. Reciprocating Compressor, yaitu kompressor yang memampatkan udara dengan
menggunakan piston yang bekerja bolak balik di dalam selinder.
2. Single acting Compressor, yaitu kompressor yang memampatkan udara hanya dalam satu
ujung selinder;
3. Double acting Compressor, yaitu kompressor yang dapat memampatkan udara pada
kedua ujung selinder.

Contoh perhitungan:

1. Double acting Compressor dengan daya indikator 50 HP, mengisap udara pada kondisi 1
atm, 15 oC, selanjutnya memampatkan udara secara politropik (n = 1,2) sampai 6 atm,
dengan putaran N = 100 rpm, dan kecepatan piston rata-rata C m = 150 meter per menit.
Ditanyakan ukuran selinder !

Jawab:
Pi = 50 HP = 50 x 746 = 37300 Watt
100
N = 100 rpm = = 1,7 rps
60

n 1

n p2 n
W ( p1V1 ) 1
n 1 p1

W = pmVs , dimana pm = tekanan efektif rata-rata


Vs = Volume langkah = V1
n 1

n p2 n
p mV s ( p1V1 ) 1
n 1 p1

n 1

n p2 n
pm ( p1 ) 1
n 1 p1

1, 2 1

1,2 6 1, 2
pm x 1,013 x 10 5 1
1,2 1 1

pm = 2,115 x 105 Pa.

P i = pm x V x N x 2
= pm x A x l x N x 2
150
= pm x A x Cm Cm = 2 x l x N = = 2,5 ms-1.
60

37 300 = 2,115 x 105 x A x 2,5 A = 0,0703 m2



A 2
(d ) d = 0,299 meter
4
d = 30 cm

2,5
Cm = 2 l N l 0,735m
2 x1,7

2. Kompressor udara tipe single stage digunakan untuk memampatkan udara 72 m 3 udara
per menit, dari 1 atm, 15 oC menjadi 8 atm. Tentukan temperatur akhir kompressi, kerja
yang dibutuhkan, daya dan kalor terbuang untuk masing masing proses yaitu: (1)
isotermis, (2) adiabatik, dan (3) politropik (n = 1,25).

Jawab:
(1) Untuk kondisi isotermis,
T1 = 273 + 15 = 288 K
T2 = T1 = 288 K
V1 = 72 m3s-1

p1 1
p1V1 = p2V2 V2 (V1 ) (72) 9 m 3 per menit.
p2 8

V2 9
W p1V1 ln 1,013 x105 x72 ln 151,66 x105 Joule per menit.
V1 72

151,66 x105
P 2,527 x105 Joule per detik 2,527 x 105 Watt.
60

Kalor terbuang,
Q 2,527 x105 x 0,24 0,606 x105 kal.s 1

(2) Untuk proses adiabatis:

k k
p1V1 p2V2
1 1
p1 k
p 1, 4
V2 .V1 V2 1 .72 16,3 m3 per menit.
p2 p2
p1V1 pV p2V2 8 x16,3
2 2 T2 .T1 x 288 521,6 K
T1 T2 p1V1 1x 72

k 1

k p2 k
W ( p1V1 ) 1
k 1 p1

1, 4 1

1,4 1 8 1, 4
W x1,013 x105 x 72 1
1,4 1

W= 207 x 105 Joule per menit.

207 x105
P 3,45 x105Watt
60

Kalor yang terbuang, Q = W + U

p1V1 p2V2
W ;
n 1

U = Cv (T2 T1)
Cp = Cv + R
Cp - C v = R
Cp R
1
Cv Cv
R R
k1 = C Cv
v k 1

R(T2 T1 ) RT2 RT1 p2V2 p1V1


U
k 1 k 1 k 1

p1V1 p2V2 p V p1V1


Q 2 2
n 1 k 1

p1V1 p2V2 p V p2V2


Q 1 1
n 1 k 1

1 1 (k 1) (n 1)
Q ( p1V1 p2V2 ) ( p1V1 p2V2 )
n 1 k 1 (n 1)(k 1)

k n p1V1 p2V2
Q
k 1 n 1
1,4 1,25 1,013 x105 x 72 - 8x1,013x105 x13,6
Q 56,4 x105 Joule per menit.
1,4 1 1,25 1
Q = - 13,54 x 105 kal per menit.

Atau:

k n p2V2 p1V1
Q 1 n
p1V1 p2V2
n

k 1 n 1 p2V2
n 1 1
p1 V2 V1 p2 n p

n
1
p2 V1 V2 p1 p2


1

k n p2V2 p1 p1 n
Q 1
k 1 n 1 p2 p2

n 1

k n p2V2 p1 n
Q 1
k 1 n 1 p2

1, 25 1

1,4 1,25 8 x1,013 x105 x13,64 1 1, 25
Q 1 56,37 x 105 Joule per menit.
1,4 1 1,25 1 8

Kompressor torak dua tingkat.


Diagram indikator ideal untuk kompressor dua tingkat dilukiskan pada gambar 6, dengan asumsi
sebagai berikut:
(1) masing-masing selinder bekerja dengan proses yang sama, yaitu apabila selinder
yang bekerja adiabatis, maka yang kedua juga adiabatis, demikian pula bila
isotermis ataupun politropik.
(2) Masing-masing selinder tidak mempunyai clearance volume.
(3) Udara yang keluar dari intercooler temperaturnya sama dengan udara yang
masuk selinder tekanan rendah.
(4) Udara yang masuk pada langkah isap dan yang keluar pada langkah tekan
berlangsung secara isobar.
Gambar-2: pV diagram kompresor dua tingkat

Misalnya kondisi udara yang masuk selinder tekanan rendah adalah p 1 Pa dan volumenya
V1 m3. Udara/gas yang masuk selinder tekanan tinggi adalah p2 Pa dan volumenya V2 m3,
sedangkan p3 adalah tekanan akhir. Sebagai ilustrasi untuk menerangkan perubahan
tekanan pada kedua selinder dilukiskan pada gambar 2. Mula-mula udara masuk dan
dimampatkan pada selinder tekanan rendah (Low Pressure Cylinder = LPC) dari tekanan
p1 sampai p2, kemudian masuk ke intercooler. Di dalam intercooler udara didinginkan
secara isobar sehingga terjadi transfer kalor ke air pendingin. Selanjutnya keluar dari
intercooler udara dimampatkan pada selinder tekanan tinggi (High Pressure Cylinder =
HPC) secara adiabatik sampai tekanan p3.

Kerja yang dibutuhkan per siklus:


(1) Pada LPC (Low Pressure Cylinder)
k 1

k p2 k
W1 ( p1V1 ) 1
k 1 p1

(2) Pada HPC (High Pressure Cylinder)

k 1

k
p3 k
W2 ( p2V2 ) 1
k 1 p2

Total kerja yang dibutuhkan:
Wt = W1 + W2

k 1
k 1

k p2 k
p3 k

Wt p1V1 1 p2V2 1
k 1 p1 p2


Gambar-3: Skema posisi intercooler

Apabila intercooler sempurna, gambar 3, maka p1V1 = p2V2, sehingga persamaan


total kerja dibutuhkan menjadi:

k 1 k 1

k p2 k p3 k

Wt ( p1V1 ) 2
k 1 p1 p2

Kerja yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompressor akan menjadi minimum


ketika titik d berada pada garis isotermal, hal ini dipenuhi apabila:

dWt
0
dp2



k 1 k 1
k k 1 k 1
W ( p1V1 ) p1
1 k p2 k p3 k
1
( p2 ) k
2
k 1


1 1
k 1
dWt k k 1 1 k 1
k 1 1
p2 k p3 k p2 k
1
( p1V1 ) p1 k

dp2 k 1 k k


2
k 1
dWt k k 1 1 k 1 k 1
1
p2 k p3 k p2 k
1
( p1V1 ) p1 k

dp2 k 1 k k

dWt
0
dp2

k 1
1 k
k 1 1 k 1
k 1 1
p2 k p3 k p2 k 2
p1 k k

k 1
1 k 1 k 1 1
p2 k p3 k p2 k
2

p1
k 1 k 1
1

k

. p2
1
k
p3 k
1
p1 p2
2
k

k 1 k 1
1

k

p3 k
1 1
p1 p2
2
k . p2

k

k 1 k 1
1

k

p3 k
1 1
p1 p2 k 2 k
k 1 k 1
1

k

p3 k
1 2 k 1
p
1 p2 k
k 1 k 1
1

k p k
3 2( k 1)
p
1 p2 k
1 p
32 2
p2 p1 p3 p2 p1 p3
p1 p2

k 1 k 1

k p2 k p3 k
W ( p1V1 ) 2
k 1 p1 p2

k 1 k 1

k p1 p3 k p3 k

W ( p1V1 ) 2
k 1 p1 p1 p3

k 1 k 1

p1 p3 2
1 k k
k p3
W ( p1V1 ) 2
k 1 p p 2
1
p1
1 3

k 1 k 1

k
( p1V1 ) p1 2 . p3 2 . p1 p3 . p1 2 . p3 2
1 1 k 1 1 k
W
1

k 1

k 1 k 1

k
( p1V1 ) p1 2 . p3 2 p3 2 . p1 2
1 1 k 1 1 k
W


k 1

k 1 k 1

k p3 2k p3 2k
W ( p1V1 ) 2
k 1 p1 p1

k 1

2k p3 2k
W ( p1V1 ) 1
k 1 p1

Dalam bentuk umum apabila ada m tingkat:

k 1

mk pm 1 mk
W ( p1V1 ) 1
k 1 p1

Untuk kompressi politropik:

n 1

mn p m 1 mn
W ( p1V1 ) 1
n 1 p1

Pengaruh ruang rugi (clearance volume) dalam kompressor torak


Dalam keadaan sesunguhnya keberadaan ruang rugi pada kompressor merupakan
suatu keadaan yang sulit dihindari, dengan beberapa alasan mekanis antara lain
menghindari terjadinya benturan antara piston dengan katup.
Volume di dalam selinder pada saat piston berada pada akhir langkah ditambah
volume ruang yang menuju katup disebut volume ruang rugi (clearance volume).
Volume ruang rugi secara teoritis ditunjukkan dalam p-V diagram gambar-8. Dalam hal
ini udara bertekanan akan diekspansikan kembali selama langkah isap sampai titik 4. Apabila
selama langkah ekspansi dan kompressi mengikuti persamaan pV n = konstan, maka kerja yang
dilakukan selama langkah kompressi tanpa clearance volume adalah:

n 1

n p2 n
Wkom ( p1V1 ) 1
n 1 p1

Kerja yang dilakukan selama langkah ekspansi:

n 1

n p2 n
Weksp ( p1V4 ) 1
n 1 p1

Kerja yang dilakukan per siklus adalah:

n 1

n p2 n
W . p1 (V1 V4 ) 1
n 1 p1

V1 V4 = Volume isap
= Volume langkah efektif.

Kerja bersih yang dilakukan selama siklus kompressi adalah:

n 1

n p2 n

W ( p1 ) x Volume langkah efektif x 1
n 1 p1

Efisiensi Volumetris
Efisiensi volumetris kompressor torak didefinisikan sebagai perbandingan antara volume udara
yang masuk kompressor dengan volume langkah torak per satuan waktu.

Volume udara masuk kompressor


v
Volume langkah torak

V1 V4
v
V1 V3

Dari proses 3-4 gambar 2 dapat ditulis persamaan:


1 1 1
n
p3V3 p4V4
n V4 p3 n p n p2 n
2 V4 V3
V3 p4 p1 p1

C = Clearance ratio
Clearance volume
C
Volume langkah

V3
C C(V1 V3) = V3
V1 V3
CV1 CV3 = V3
1
CV1 = V3 + CV3 V1 V3 1
k

1 1
p n p n
V1 V3 2 V1 V3 2
V V p1 p1
v 1 4
V1 V3 V1 V4 V3
C

1
1
CV3 1 1
CV p n
k C p2 n
v 1 C 2 p
V3 p1 V3 1

1 1
p n V n
v 1 C C 2 1 C C 1
p1 V2

Rotary Compressor
Yaitu kompressor yang memampatkan udara dengan prinsip rotary.Apabila dibandingkan dengan
kompressor torak yang bekerja bolak balik, kompressor rotary mempunyai rotor sebagai faktor
primer yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Kompressor rotary cocok untuk mensupply udara
dalam jumlah besar (sampai 3 000 m3 per menit) dan mempunyai kenaikan tekanan relatif rendah
sampai 10 atm. Salah satu jenis kompressor rotary ditunjukkan pada gambar-9, udara diisap
masuk dengan tekanan p1 dan dimampatkan sampai tekanan p 2, dan berlangsung pada volume
konstan. Apabila kompressi udara pada kompressor rotary mengikuti persamaan pV k = konstan,
maka kerja teoritis kompressor adalah:

k 1

k p2 k
Wt ( p1V1 ) 1
k 1 p1

Kerja kompressor aktual,


Wk = (p2 p1)V1
kerja teoritis
Efisiensi
kerja aktual

k 1

k p2 k
( p1V1 ) 1
k 1 p1

v
( p2 p1 )V1

p2
Apabila r perbandingan tekanan ;
p1
Cp = C v + R
C R
1 v
Cp Cp

1 R
1
k Cp

1 R k 1 R k C
1 p
k Cp R Cp k 1 R

Cp k 1

( p1V1 ) r k 1
v R
p2 p1 V1
Cp
( p1V1 ) r k 1
k 1

v R
p1 (r 1) V1

C p r k 1
k 1

v
R r 1

Dari persamaan ini terlihat bahwa efisiensi akan turun apabila
perbandingan tekanannya naik.

Contoh perhitungan:
1. Kompressor udara dua tingkat dilengkapi intercooler menghasilkan udara bertekanan 30
atm, dengan kondisi udara mula-mula 1 atm, 27 oC. Apabila kedua selinder mempunyai
langkah sama, tentukan perbandingan diameter kedua selinder untuk kondisi efisiensi
maksimum, dan mengikuti persamaan pVn = konstan.
Jawab:
Gambar 2
Pada HPC, Vd = V2

V2 ( d 2 ) L
4
Pada LPC, Vb = V1

2
(d1 ) L
V1 4 d1 V1

V2 (d 2 ) L d2 V2
2
4

Dari kurva b-c,


1
1, 3 1, 3 V1 p2 1, 3
pV1 1 p2Vc
Vc p1

p2 p1 p3 1x30 5,477 atm

1
V1 5,477 1, 3
3,699
Vc 1

1 k 1 k 1 k 11, 4

Tc Tb p1 1
k 1, 4

Tb p1 k Tc p k
p2


300
5, 477


444 K

Dari proses tekanan konstan c-d:


Vd Vc V2 Vc Vc T V 444
c c 1,48
Td Tc Td Tc V2 Td V2 300

V1 V1 Vc
x 3,699 x 1,48 5,464
V2 V2 V2

d1
5,464 2,337
d2

2. Tentukan efisiensi kompressor rotary yang menghasilkan 0,04 m 3s-1, dengan


memampatkan udara dari 1 atm menjadi 1,6 atm; k = 1,4.

Kerja aktual = (p2 p1)V


= (1,6 1) x 1,013 x 105 x 0,04
= 0,0243 x 105 Nm

k 1

k p2 k

Kerja teoritis ( p1V ) 1
k -1 p1

1, 4 1

Kerja teoritis
1, 4
1, 4 1

1,013 x105 x 0,04
1,6
1, 4
1 0,020 x105 Nm
1

0,0203 x105
x 100 % 83,5 %
0,0243 x105

Anda mungkin juga menyukai