Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

OTITIS EKSTERNA

Oleh :
Abrar Jurisman 1110312028

Preseptor :
dr. Fitrianti Adnan

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS BUNGUS TELUK KABUNG
PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis eksterna yang juga disebut swimmers ear, melibatkan peradangan
difus saluran telinga luar yang dapat meluas dari pinna ke membran timpani.
Kejadian infeksi yang akut tahunan sekitar1% dan prevalensi seumur hidup10%.
Otitis eksterna dapat menyerang jaringan lunak sekitarnya dan tulang yang dikenal
sebagai otitis eksterna maligna, dan merupakan keadaan darurat medis sering terjadi
terutama pada pasien yang lebih tua dengan diabetes mellitus.1
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) adalah kuman yang paling banyak
46,5%, sedangkan Staphylococcus aureus S. aureus adalah kuman penyebab kedua
yang paling banyak 31,9 persen%. Kebanyakan pasien menerima pengobatan topikal
yang tepat. Namun, sejumlah besar diobati dengan antibiotik sistemik sendiri tanpa
kejadian yang tidak diharapkan.1
Nyeri pada telinga merupakan keluhan utama pada otitis eksterna dan temuan
klinis mulai dari tragus yang lunak, hiperemi dan edema pada liang telinga.
Pengobatan otitis eksterna tergantung pada anatomi dan fisiologi liang telinga
eksternal, kuman yang menyebabkan pathogen keluhan klinis, sehingga dapat
mencapai diagnosis yang akurat dan tepat.2
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), otitis eksterna
merupakan standar kompetensi dengan level kemampuan 4, dimana kelulusan dokter
mampu membuat diagnosis klinis dan melaksanakan penatalaksanaan penyakit secara
mandiri dan tuntas.

1.2 Batasan masalah


Pada laporan kasus ini akan di bahas menenai definisi, epidemiologi, etiologi
dan faktor resiko, patogenegesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan
prognosis dari otitis eksterna.

1.3 Tujuan penulisan

2
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis
mengenai definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, patogenesis, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis dari otitis eksterna.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan kasus ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk
berbagai literatur.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditori eksternal. Keduanya terdiri
dari rawan elastis yang berkembang dari mesoderm dan sedikit jaringan subkutan,
ditutupi oleh kulit disertai adneksanya. Canalis auditori eksternal berkembang dari
lekuk brakial ektoderm pertama antara mandibula dan arkus hioid. Jaringan ikat dari
mesoderm yang ditemukan antara ektoderm dan endoderm dan akan berkembang
menjadi lapisan membran timpani. Kanalis auditori eksternal dilapisi oleh epitel
skuamosa dan dibagi menjadi dua area.3
Empat puluh persen (40%) Area luar terdiri dari kartilago dan jaringan
subkutan yang tipis yang terletak antara kulit dengan kartilago. Sementara 60%
sisanya berada di daerah yang lebih dalam, terdiri dari tulang, periosteum, sangat
sedikit jaringan lunak, dan kulit. Panjang rata-rata kanalis auditorius eksterna orang
dewasa sekitar 2,5 cm. Karena posisi membran timpani sedikit oblik, maka bagian
posterosuperior dari kanalis 6 mm lebih pendek daripada bagian anterosuperior.
Sambungan bagian tulang dan kartilago disebut isthmus.3

Gambar 2.1. Anatomi telinga4

4
Terdapat tiga mekanisme pertahanan pada telinga luar yaitu: tragus dan
antitragus, kulit pada kanalis dapat menghasilkan serumen dan istmust pada kanal.
Kulit pada kanalis kartilagenous memiliki sel rambut serta kelenjar sebasea dan
kelenjar apokrin yang berperan menghasilkan apokrin. Tiga struktur adneksa kulit
tersebut berparan dalam fungsi proteksi yang disebut juga unit apopilosebaseus.3

2.2 Definisi
Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi oleh bakteri, jamur dan virus.5

2.3 Epidemiologi
Di Amerika Utara, 98% kasus otitis eksterna akut disebabkan olehb akteri.
Bakteri yang paling umum menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Jamur patogen seperti spesies Aspergillus dan
Candida lebih sering terjadi dilingkungan tropis atau subtropics dan pada pasien yang
sebelumnya diobati dengan antibiotik.1 Otitis eksterna menyerang semua kelompok
usia. Puncak insidens pada anak-anak adalah usia 7-12 tahun.6

2.4 Etiologi dan Faktor Resiko


Otitis eksterna merupakan proses inflamasi dan infeksi pada telinga luar yang
paling banyak disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus. Beberapa kuman lainnya juga dapat menyebabkan otitis eksterna diantaranya
Proteus sp, Staphylococcus epidermidis, E. Coli. Selain oleh bakteri dapat disebabkan
oleh infeksi jamur.7
Faktor predisposisi dari otitis eksterna adalah :2,3,7
- Genetik : liang sempit, excessive wax, kecenderungan eksema
- Lingkungan : panas, lembab, berenang, pH yang basa
- Trauma : kebiasaan mengorek liang telinga sehingga menimbulkan luka pada
MAE
- Infeksi
Pada tahap pre-inflamasi, telinga yang terpapar dengan faktor predisposisi
tersebut dapat menyebabkan edema pada stratum korneum dan sumbatan pada

5
unit apopilosebasea. Selanjutnya, pada tahap inflamasi, bakteri akan tumbuh
semakin banyak dan menyebabkan edema yang progresif serta nyeri yang
semakin lama semakin meningkat. Jika terjadi inflamasi yang persisten lebih
dari 3 bulan maka selanjutnya disebut tahap inflamasi kronik.7

2.5 Klasifikasi
Klasifikasi dari otitis eksterna adalah :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul)
Kulit sepertiga liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, lokasi tersebut dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya
4
staphylococcus aureus atau staphylococcus albus. 5 Furunkel dapat soliter, namun
juga bisa multipel.8
Gejala pada OES adalah rasa nyeri hebat, tidak sesuai dengan besar bisul
disertai nyeri pada tragus.5,8 Nyeri yang hebat disebabkan kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga nyeri timbul pada
penekanan perikondrium Keluhan yang lainnya adalah gangguan pendengaran,
bila terdapat furunkel yang besar dan menyumbat liang telinga. 5 Furunkel pada
dinding kanalis auditoris posterior dapat menyebabkan edema sampai ke mastoid
dengan menghilangnya lekuk retroaurikuler. Limfonodus preaurikuler (anterior,
posterior, dan inferior) dapat membesar dan teraba lunak.8
b. Otitis eksterna difus
Merupakan inflamasi yang terjadi secara difus pada kanalis auditori eksterna
yang dapat menyebar sampai ke lapisan epidermis di membran timpani. 8Biasanya
mengenai kulit liang telinga sepertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis
dan edema. Kuman penyebab biasanya golongan pseudomonas. Kuman lain yang
dapat menyebabkan otitis eksterna difus adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder
dari otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang
telinga sangat sempit, kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan,
terdapat sekret yang berbau dan tidak mengandung lendir (musin).5

6
2.6 Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan pasien berupa :
- Rasa Sakit
Rasa sakit di dalam telinga yang bervariasi, dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan seperti terbakar hingga rasa nyeri yang hebat. Rasa
nyeri yang dikeluhkan tidak sesuai dengan derajat lesi, hal ini disebabkan oleh
kulit liang telinga luar tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya,
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
pada dermis langsung menekan serabut saraf yang mangakibatkan rasa nyeri
yang hebat.5
- Rasa tidak nyaman pada telinga, yang memburuk jika sering disentuh.9
- Perasaan penuh dalam telinga
- Kurangnya pendengaran
Terjadi jika edema sudah menutupi liang telinga sehingga mengurangi
konduksi suara.5,6
- Eritem, edema dan penyempitan liang telinga
- Rasa gatal
- Keluar cairan
Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukan secret/cairan berwarna
putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak
menyenangkan dan tidak bercampur dengan lender (musin).6
- Demam
Tidak selalu ada. Waspadai jika suhu diatas 38 derajat celcius, bisa dicurigai
infeksi luas diluar liang telinga.1

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :
- Pemeriksaan Laboratorium

7
Pemeriksaan laboratorium jarang diindikasikan, kecuali pada penderita
diabetes mellitus untuk mengecek kadar gula darahnya. Pada pasien dengan
komplikasi selulitis, bisa diperiksa kadar leukositnya.10
- Pencitraan
Pencitraan jarang dibutuhkan. Dibutuhkan pada keadaan keadaan seperti
portrusi aurikula pada anak-anak dengan tanda infeksi yang parah. CT scan
diperlukan pada keadaan ingin membedakan mastoiditis coalescent dan otitis
eksterna maligna dengan selulitis postauricular.10
- Tes Lainnya
Tes lain seperti kultur membantu pada kasus yang tidak berhasil dengan terapi
awal. Yang diambil jadi sampel adalah debris dan jaringan-jaringan abnormal
lainnya.10

2.8 Diagnosis
Otitis eksterna akut didiagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan fisik.
Tabel 2.1Diagnosis dari otitis eksterna1
Onset gejala muncul dalam kurun waktu 48 jam dalam tiga minggu terakhir
Gejala dari inflamasi liang telinga :
Nyeri telinga, rasa gatal, atau rasa penuh
Dengan atau tanpa hilangnya fungsi pendengaran atau nyeri pada rahang
dan
Tanda dari inflamasi telinga :
Tenderness tragus/pinna atau edema liang telinga/eritem
Dengan atau tanpa otorea, eritem membrane timpani, selulitis dari pinna, atau limfadenitis local
Diadaptasi sesuai perizinan dari Rosenfeld RM, Brown L, Cannon CR, et al; American Academy of
Otholaryngology-Head and Neck Surgery Foundation. Clinical Practice guideline; acute otitis
externa. Otolaryngol Head and Neck Surg. 2014.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa pemeriksaan aurikula dan kelenjar


limfa disekitarnya, pemeriksaan kuli disekitar dan otoskopi dari liang telinga untuk
memastikan bahwa membrane timpani masih intak. Otitis eksterna bisa menyebabkan

8
membrane timpani menjadi eritem, maka bisa diamati dengan menggunakan otoskop.
Dengan otoskop juga bisa mengidentifikasi jika penyebabnya adalah jamur.1

2.9 Tatalaksana
Terapi yang bisa diberikan berupa :
a. Preventif
Strategi untuk pencegahan otitis eksterna ditargetkan pada membatasi
akumulasi air dan lelembapan pada liang telinga, dan menjaga kesehatan kulit
sebagai pertahanan lini satu. Tindakan yang bisa dilakukan berupa pembersihan
serumen prop, penggunaan obat tetes telinga profilaksis sebelum berenang dan
setelah berenang, penggunaan penyumbat telinga saat berenang, dan menghindari
trauma pada liang telinga seperti penggunaan cutton bud.11, 12
b. Medikamentosa
Telinga harus dibersihkan dari debris-debris terlebih dahulu baru kemudian obat
topikal dapat diberikan. Obat-obat topikal yang dapat digunakan bisa antibiotik
saja, atau antibiotik dengan kortikosteroid. Diberikan 2-3 kali sehari selama 7-14
hari. pemasangan tampon digunakan terutama pada kanalis yang sangat edema
sehingga membran timpani tidak mudah terlihat.10
- Terapi topikal
Terapi topikal sangat efektif dalam penatalaksanaan otitis eksternal.Bisa diberi
berupa obat tetes ataupun obat oles. Metode ini bisa memaparkan obat dengan
konsentrasi yang tinggi ke area yang terinfeksi dengan efek samping yang
minimal.11,12 Jenis obat yang dapat diberi :
o Antiseptik
Berfungsi sebagai bakteriostatik, bukan bakteriosidal seperti antibiotic.Juga
efektif digunakan pada infeksi jamur. Bisa membuat lingkungan liang telinga
kurang nyaman untuk hidupnya bakteri dan jamur, dan juga bisa mengurangi
debris di liang telinga. Contohnya seperti : thiomersal, phenazone.12
o Larutan yang mengandung asam

9
Etiologi terbanyak dari otitis eksterna adalah P. aeruginosa dan S. aureus
yang hidup pada lingkungan sedikit asam (pH 6-7), namun kurang bisa
berkembang di lingkungan yang pHnya lebih rendah.Diharapkan dengan
member larutan yang mengandung asam seperti larutan asam asetat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Namun bisa menimbulkan efek samping
seperti iritasi local, seperti rasa terbakar atau nyeri. Juga bisa merusak mukosa
dari telinga tengah.12
o Antibiotik
Antibiotik ideal yang diberikan seperti golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan ciprofloksasin), polymyxin B, aminoglikosida, neomisin,
tobramisin dan gentamisin.
o Kortikosteroid
Memberikan efek yang memuaskan ketika dikombinasikan dengan
antibiotik.
- Sistemik
Diberikan obat simptomatik seperti analgetik.Pemberian antibiotic sistemik
kurang dianjurkan, karena efek yang diberikan tidak sebagus efek dari antibiotic
topical. Digunakan hanya ketika infeksi sudah menyebar diluar liang telinga,
pasien dengan diabetes tidak terkontrol, pasien immunocompromise, ada riwayat
radioterapi, dan pada keadaan yang tidak memungkinkan untuk pemakaian
antibiotic lokal.1

10
Gambar 2.2 Obat-obat topikal pada otitis eksterna1
Berdasarkan Permenkes no 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, rencana penatalaksanaan
komprehensif pada otitis eksterna sebagai berikut:15
1. Bersihkan liang telinga dengan kapas secara hati-hati
2. Selama pengobatan pasien tidak berenang dan mengorek-ngorek telinga
3. Pengobatan topikal:
a. otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan salep ikhtiol atau
antibiotik dalam bentuk salep seperti polimiksin B atatu basitrasin.
b. Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan tampon yang mengandung
antibiotik ke liang telinga supaya terjadi kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang.
c. Pada otomikosis dilakukan pembersihan liang telinga dari debris dilanjutkan
dengan mencuci liang telinga dengan larutan asam asetat 2% dalam alkohol
70% setiap hari selama 2 minggu. Setelah dibersihkan harus dikeringkan.
Tetes telinga dapat digunakan asetat non akueous 2% dan m-kresilasetat
4. Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat
5. Analgetik paracetamol dan ibuprofen dapat diberikan
6. Bila terjadi abses, aspirasi untuk mengeluarkan nanah.

11
2.10 Komplikasi
Jika tidak diterapi, penyebaran dari infeksi bisa memicu miringitis, aurikula
selulitis, perikondritis, selulitis wajah, dan infeksi sistemik. Bisa juga berlanjut
menjadi otitis eksterna kronis. Nekrosis otitis eksterna atau otitis eksternal maligna
adalah keadaan yang mengancam, dimana terjadi perluasan infeksi dari bagian telinga
luar ke tulang temporal, melibatkan jaringan lunak dan kartilago yang bisa
mengakibatkan osteomielitis. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi dari
Pseudomonas aeruginosa, dan sering terjadi pada pasien yang meiliki underlying
disease seperti diabetes mellitus dan penyakit imunocomprimise lain.9,12

12
BAB III
LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. MG/Perempuan/9 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar / SD
c. Alamat : Jaruai
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah Anak/ saudara : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : Berasal dari golongan ekonomi menengah
dengan penghasilan keluarga per bulan 3.000.000 yang bekerja sebagai
guru
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, 3 kamar tidur, perkarangan kecil
- Ventilasi cukup
- Listrik ada
- Sumber air minum : PDAM
- WC ada 1 buah, septitank ada
- Sampah dibuang di TPS
- Jumlah penghuni 4orang : ayah, ibu, kakak dan pasien.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

13
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
4. Keluhan Utama
Nyeri pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, nyeri semakin bertambah
apabila daun telinga tertekan atau tertarik
Ada riwayat mengorek telinga dengan cotton bud
Rasa penuh pada telinga tidak ada
Rasa telinga berdenging tidak ada
Rasa gatal pada telinga tidak ada
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
Gangguan pendengaran tidak ada
Riwayat trauma di daerah telinga tidak ada
Riwayat batuk pilek tidak ada
Demam tidak ada
6. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga
Riwayat keluar cairan pada telinga sebelumnya tidak ada
Tidak ada anggota keluarga lain yang sakit seperti ini
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 76 x/menit
Nafas : 18 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8oC

14
BB : 24 Kg
TB : 130 cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada
Paru
Inspeksi : simetris ki=ka
Palpasi : fremitus ki=ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun telinga Kel. - -
Kongenital
Trauma - -
Radang - -
Kel. - -

15
Metabolik
Nyeri tarik - ada
Nyeri Tekan - ada
Dinding liang Cukup Normal
telinga Lapang (N)
Sempit - ada
Hiperemis - +
Edema - +
Massa - -
Serumen Bau - Sulit dinilai
Warna Kuning
Jumlah Sedikit
Jenis Kering
membran timpani
Utuh Warna putih mutiara Sulit dinilai
Refleks + Sulit dinilai
cahaya
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi Jumlah - -
perforasi
Jenis - -
Kuadran - -
Pinggir - -
Mastoid Tanda radang - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes garputala Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
512 Hz
Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Kesimpulan -
Audiometri Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan

Hidung

16
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Hidung luar Deformitas - -
Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Massa - -

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Trismus -
Uvula Edema -
Bifida -
Palatum mole Simetris/ tidak Simetris
arkus faring
Warna Merah muda
Edema -
Bercak/ eksudat -
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara/kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan - -
dengan pilar
Peritonsil Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -

17
Gigi Karies/ radiks - -
Kesan Gigi geligi baik
Lidah Warna Merah muda Merah muda
Bentuk
Deviasi - -
Massa - -
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
8. Diagnosis Kerja : Otitis eksterna difusa AS
9. Prognosis :
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
10. Manajemen
a. Preventif :
- Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud ataupun dengan alat
lainnya.
- Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.
- Penyakit dapat berulang sehingga pasien harus menjaga liang telinga
agar dalam kondisi kering dan tidak lembab
b. Promotif :
- Menjelaskan dan memberikan edukasi tentang penyakit, faktor
pencetus, pencegahan, dan pengobatannya.
- Menjelaskan jika pengobatan tidak adekuat akan dapat timbul infeksi
kronik pada liang telinga, dan stenosis liang telinga
c. Kuratif :
- Ear packing Benoson N (Neomisin sulfat 0,5% dan Betametason
valerat 0,1%)
- Paracetamol 3 x 250 mg
d. Rehabilitatif :
- Kontrol kembali ke Puskesmas 2 hari kemudian untuk menilai efek
pengobatan yang diberikan.

18
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Bungus
Dokter : Abrar Jurisman
Tanggal : 5 Januari 2016

R/ Benoson N tube No. I


Sue
R/ Paracetamol tab 500 mg No. V
S 3 dd tab

Pro : Mindy
Umur : 9 tahun
Alamat : Jaruai, Bungus

19
BAB IV
DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berusia 9 tahun yang


didiagnosis dengan otitis eksterna difusa AS. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pasien ini dari anamnesis mengeluhkan nyeri
pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, nyeri semakin bertambah apabila daun telinga
tertekan atau tertarik. Ciri khas nyeri pada otitis ekterna adalah kualitas nyeri yang
tidak sebanding dengan peradangan yang ada dan akan terasa sakit bila telinga
disentuh, ditekan atau ditarik. Hal ini dikarenakan kulit dari liang telinga luar
berhubungan langsung dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan
tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun
telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Pasien memiliki kebiasaan membersihkan
telinga. Kedua riwayat ini menjadi faktor predisposisi otitis eksterna pada pasien ini
karena dapat menimbulkan maserasi pada telinga dan hilangnya serumen yang
berfungsi sebagai proteksi. Tidak ditemukannya riwayat demam, batuk, dan pilek
sebelumnya menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi saluran pernapasan atas yang
sering mendahului terjadinya otitis media akut. Pasien tidak pernah mengeluh riwayat
keluar cairan dari telinga sebelumnya sehingga kemungkinan adanya otitis media
supurasi kronis dapat dieksklusi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan liang telinga kiri sempit, hiperemis, dan
edema sehingga membran timpani sulit dinilai. Hilangnya fungsi proteksi telinga
terhadap bakteri (diakibatkan faktor-faktor predisposisi) menyebabkan lingkungan
liang telinga tersebut menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Sebagai
respon terhadap bakteri tersebut terjadi reaksi inflamasi akut berupa hiperemis dan
edema liang telinga.

20
Otitis eksterna difus merupakan suatu proses peradangan pada liang telinga
yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, maka pengobatan pada otitis eksterna
difus ini difokuskan pada dua hal tersebut ditambahkan dengan terapi simtomatik.
Untuk mengatasi proses peradangan dapat diberikan kortisteroid dan untuk
etiologinya ditatalaksana dengan antibiotik. Pemberian kortikosteroid dan antibiotik
ini umumnya cukup diberikan secara topikal. Dalam praktik sehari-hari, biasanya
pemberian kortikosteroid dan antibiotik ini diberikan dengan menggunakan tampon
yang dipasang di liang telinga selama maksimal 2 hari. Tujuannya adalah agar
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pada kasus ini
setelah dilakukan ear packing, dipasang tampon kortikosteroid dan antibiotik yakni
Benoson N, yang mengandung Neomisin sulfat 0,5% dan Betametason valerat 0,1%.
Untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien ini diberikan analgetik golongan NSAID,
paracetamol 3 x 250 mg.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Schaefer Paul, Reginald F. Baugh. 2012. Acute Otitis Externa : An Update.


Journal American Academy of Family Physicians University of Toledo
College of Medicine, Toledo, Ohio. 2012;86(11):1055-1061
2. Jayakar, James Sanders, Emily Jones Capital and Coast District Health Board,
Wellington, New Zealand. 2014. A study of acute otitis externa at Wellington
Hospital, 20072011
3. Koch Karen. 2012. Managing Otitis Eksterna. S Afr Pharmaciest Journal
2012;79(8):17-22
4. Bailey, brion, Jonas Johnson, Shawn D Newland. 2006. Head and Neck
Surgery: Otolaryngoly. Lippincott Williams & Wilkins. Page 128-129
5. Boies. Buku ajar penyakit THT. 1997. Edisi keenam. Jakarta:EGC.
6. Helmi, Sosialisman, Hafil FA. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorok Edisi Ketujuh. Jakarta:FKUI.

7. Lalwani, Anil K. 2007. Current diagnosis and treatment: Otolaryngology


head and neck surgery second edition. The McGraw-Hill Companies.

8. Dhingra PL, Shruti Dhingra. 2014. Disease of ear, nose and throat & head and
neck surgery 6th edition. Elsevier.

9. Musa ST, Bemu AN, Grema US, Kirfi AM. 2015. Pattern of otitis externa in
Kaduna Nigeria. Journal. Department of Clinical Services, National Ear Care
Centre, Kaduna : Nigeria.
10. Waitzman Ariel A. 2015. Otitis Externa .http://emedicine.medscape.
com/article/994550-overview diunduh pada 10 Januari 2017 pukul 20.30
WIB.
11. Kaushik V, Malik T. 2010. Intervention for Acute Otitis Externa (A Review).
The Cochrane Collaburation, John Wiley and Sons. Pg: 3-6
12. Goldenberg David, Bradley J. Goldstein. 2011. Handbook of Otolaryngology,
Head and Neck Surgery. Thieme Medical Publisher; New York.
13. Rosenfeld Richard M., Lance Brown, C Ron Cannon, et al. 2014. Clinical
practice guideline: Acute otitis externa. Otolar yngology-Head and Neck
Surgery 2014, Vol. 150(2) 161168.
14. Clark, Raymond. 2007. Lecture notes. Diseases of the ear, nose and
throat/Ray Clarke. Eleventh edition: Liverpool. Willey Blacwell
15. Permenkes no 5 tahun 2014. Panduan praktik klinik bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer.

22

Anda mungkin juga menyukai