ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Seberapa besar motivasi belajar siswa di
kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian
adalah siswa SMP Negeri 3 Gorontalo kelas VII Tahun Ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 192 siswa yang tersebar pada 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100 siswa yang diambil secara secara random (acak) sederhana. Metode
yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan kusioner/angket. Data hasil
penelitian dianalisis melalui uji normalitas sehingga diketahui bahwa data hasil
penelitian berdistribusi normal. Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 1,24 dan ttabel = 1,66 dan diketahui bahwa
thitung < ttabel. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menerima H0 dan menolak
H1. Sehingga, hasil pengujian menolak hipotesis yang diajukan sebelumnya. Artinya,
kurang dari 50% siswa kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi belajar
dalam pembelajaran matematika.
1
PENDAHULUAN
2
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran matematika.
Motivasi dan belajar adalah merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial
terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2003: 23). Dalam motivasi
terkandung adanya kegiatan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989;
Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan
teman sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar
4) Membesarkan semangat belajar
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-
selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan, individu dilatih
untuk menggunkan kekuatannya sedemikian rupa sehingga apat berhasil.
Jenis-jenis Motivasi Belajar
1) Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Moto-
motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologi atau jasmani manusia.
3
2) Motivasi sosial atau motivasi sekunder
Motivasi sekunder memagang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli
membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda.
Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder menjadi kebutuhan-
kebutuhan untuk (i) memperoleh pengalaman baru, (ii) untu
k memperoleh respons, (iii) memperoleh pengakuan dan (iv) memperoleh rasa
aman. Mc Cleland menggolongkan menjadi kebutuhan-kebutuhan (i) berprestasi,
seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke
atas, (ii) memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama, (iii)
memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan.
Upaya-upaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa dikelas merupakan awal motivasi belajar. Guru professional
tertarik perhatiannya pada membelajarkan siswa. Dalam upaya pembelajaran,
guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan
atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan (i) Guru telah mempelajari
bahan pelajaran, (ii) Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah,sedang,
dan sukar, (iii) Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan (iv) Guru
telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
2) Optimalisai unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Sering kali siswa lengah tentang nilai kesempatan
belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsure-unsur
dinamis yang ada dalam diri sebagai berikut: (1) pemberian kesempatan pada
siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. (2) memelihara
minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindkat belajar;
betapa lambat gerak belajar, guru tetap secara terus menerus mendorong; dalam
hal ini berlaku semboyan lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar. (3)
meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan
4
kepada siswa untuk beraktwalisasi diri dalam belajar. (4) memanfaaatkan unsur-
unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar, dan tayangan
televisi yang mengganggu penmusatan perhatian belajar agar dicegah. (5)
menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar, pada tingkat ini guru memerlukan upaya belajar merupakan
akualisasi diri siswa. (6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi
rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
3) Optimalisasi pemanfaatan penagalaman dan kemampuan siswa.
Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa sebagai penggerak, maka
guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai
motivator belajar guru diharapkan membantu tingkat kesukaran pengalaman
belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. Bantuan mengatasi
kesukaran belajar perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Upaya optimalisasi
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: (1)
Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca bahan belajar
siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan
kepada guru. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar. (3) Guru memecahkan
hal-hal yang sukar dengan cara mencari memecahkan. (4) Guru mengajarkan cara
memecahkan dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak
serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu
rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru member penguatan kepada
siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai
pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri (Monks, 1989:
293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980: 105-129 dan 147-163).
4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan
mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa
merupakan upaya memberantas kebodohan masyarakat. Upaya
5
mendidikan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu: (1) guru menciptakan suasana belajar yang
menggembirakan, seperti mengatur kelas dan sekolah yang indah dan
tertib. (2) guru mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas
belajar. (3) guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk
belajar, seperti lomba baca, lomba karya tulis ilmiah, lomba tanaman
bunga, lomba lukis, lomba kerajinan. Siswa yang sudah cukup terampil
juga diajak serta menjadi panitia lomba. (4) guru mengajak serrta orang
tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan,
majalah, alat olahraga, dan kebun coba. (5) guru memberanikan siswa
untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat
keinginan yang tercapai dan tak tercapai, siswa diajak berdiskusi tentang
keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan, selanjutnya siswa
diminta merumuskan keinginan-keinginan yang baru yang diduga dapat
tercapai. (6) guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, dan
para instruktur pendidik muda, untuk mengembangkan cita-cita belajar
sepanjang hayat.
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik Penelitian
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner atau angket. Setiap item pernyataan pada angket dilengkapi
dengan lima alternatif jawaban bertingkat yang penskorannya didasarkan pada skala
6
Likert. Skala Likert terdiri dari sejumlah pernyataan baik pernyataan positif maupun
pernyataan negatif. Bentuk pernyataan positif adalah bentuk pernyataan yang menjadi
indikasi sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif adalah bentuk pernyataan yang
menjadi indikasi sikap negatif. Setiap pernyataan disediakan lima alternatif jawaban,
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu atau netral (Rg-Rg), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS). Untuk setiap pernyataan positif pilihannya berturut-
turut diberi skor 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk
jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju. Sebaliknya untuk pernyataan negatif berturut-turut diberi skor 1 untuk
jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 4 untuk
jawaban tidak setuju, dan 5 untuk jawaban sangat tidak setuju. Agar angket ini dapat
mendekati tes standar dan dapat dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu
angket tersebut diuji apakah benar-benar valid dan reliabel.
7
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali:
2005). Pengujian validitas angket dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
koefisien korelasi produk momen yang dikemukakan oleh Person (dalam
Arikunto, 2005:160).
=
2 2 2 2
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi sksor item dan skor total
N = jumlah responden
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
X2 = jumlah kuadrat skor
Y2 = jumlah kuadrat skor total
XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali: 2005). Teknik pengujian
reliabilitas ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Alpha
Cronbach. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala dengan gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Uji reabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
2
11 = 1
1 2
Keterangan:
r11 = reabilitas butir soal
K = banyaknya butir soal
2
ab = jumlah varians butir
a12 = varians total
8
Sebagai pedoman interpretasi tentang berapa tinggi koefisien reabilitas digunakan
klasifikasi sebagai berikut:
- 0,800 1,000 = Sangat tinggi
- 0,800 0,799 = Tinggi
- 0,400 0,599 = Cukup
- 0,200 0,399 = Sangat Rendah (Arikunto, 2005:75).
3. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi data. Uji normalitas
menggunakan uji Chi Kuadrat. Rumus uji Chi Kuadrat adalah:
0 2
2 = (Arikunto, 2005: 312)
Keterangan:
x2 = harga Chi Kuadrat
f0 = frekuensi yang ada (frekuansi observasi atau frekuensi
sesuai dengan keadaan)
fh = frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori
9
=
6) Mencari simpangan baku melalui varians (s2) dengan menggunakan rumus:
2
2 2
=
( 1)
Keterangan:
xi = Batas kelas
= Nilai rata-rata
= Simpangan Baku
Keterangan:
n = Banyaknya data
s = Standar deviasi
= Rata-rata dari keseluruhan data
Rumusan Hipotesis:
10
1) H0 : 0.50 : Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2) H1 : > 0,50 : Lebih dari 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Kriteria pengujian pada taraf nyata = 0,05.
1) Terima Ho, Jika t hitung < t daftar
2) Tolak Ho, jika t hitung t daftar
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
11
Berdasarkan hasil perhitungan/analisis normalitas data diketahui bahwa nilai
2 hitung < 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi yang sedang diteliti
melalui angket diperoleh sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal.
4.1.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t ini dipakai
untuk menganalisis data yang varians populasinya tidak diketahui dan pada penelitian
ini varians populasinya tidak diketahui. Adapun yang diketahui hanyalah varians dari
sampel yang diteliti. Tujuan pengujian hipotesis ini yakni untuk mengetahui apakah
hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Adapun kriteria
pengujian sebagai berikut.
1) H0 : 0,50 : Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki
motivasi belajar dalam pembelajaran matematika.
2) H1 : > 0,50 : Lebih dari 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi
belajar dalam pembelajaran matematika.
Skor maksimal yang dapat dicapai untuk keseluruhan item soal merupakan
hasil kali jumlah butir soal dengan skor maksimal tiap item soal yaitu sebanyak 35
butir soal dengan skor tertinggi untuk masing-masing item soal adalah 5. Sehingga,
jumlah skor maksimal/tertinggi sebesar 175. Adapun jumlah skor terendah adalah 50.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai terendah adalah 34 dan nilai tertinggi adalah 170.
Perhitungan pengujian hipotesis dengan uji t pada Lampiran 2 dengan hasil diperoleh
nilai t hitung = 1,24.
Adapun nilai ttabel yakni dengan mengambil = 0,05 dengan dk = n 1 = 100 - 1 =
99, maka ttabel = 0,05 (99) = 1,66.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai thitung adalah 1,24 dan
ttabel adalah 1,66. Keduanya bila dibandingkan maka nilai thitung < ttabel. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis menolak H1 dan menerima H0.
Sehingga, berdasarkan pengujian ini, menerima hipotesis yang diajukan sebelumnya
12
yaitu Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi belajar
dalam pembelajaran matematika.
KESIMPULAN
Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fazri, Zul M. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher.
13
Nasution. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadirman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sofyan, Herminto & Hamzah. B. 2003. Teori Motivasi dan Aplikasinya dalam
Penelitian. Gorontalo: Nurul Jannah.
14
________. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
15