Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI KELAS VII SMP NEGERI 3 GORONTALO

Lusiana, Nurhayati Abbas, Sumarno Ismail


Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Lusiana. 2013. Analisis Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika di


Kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Seberapa besar motivasi belajar siswa di
kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian
adalah siswa SMP Negeri 3 Gorontalo kelas VII Tahun Ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 192 siswa yang tersebar pada 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100 siswa yang diambil secara secara random (acak) sederhana. Metode
yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan kusioner/angket. Data hasil
penelitian dianalisis melalui uji normalitas sehingga diketahui bahwa data hasil
penelitian berdistribusi normal. Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 1,24 dan ttabel = 1,66 dan diketahui bahwa
thitung < ttabel. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menerima H0 dan menolak
H1. Sehingga, hasil pengujian menolak hipotesis yang diajukan sebelumnya. Artinya,
kurang dari 50% siswa kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi belajar
dalam pembelajaran matematika.

Kata Kunci: Motivasi Belajar.

1
PENDAHULUAN

Usaha ke arah pembaharuan pendidikan yang menyeluruh dan terpadu telah


banyak dilakukan oleh berbagai pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas
maupun kuantitas pendidikan. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk
mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan
tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri
kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pembelajaran khususnya
pelajaran matematika adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara
baik sehingga peserta didik termotivasi dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu
para guru sangat berperan penting dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan
dorongan ataupun motivasi kepada sisiwa dalam belajar. Guru secara professional
diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan
mendorong terbukanya komunikasi dengan siswa yang ada. Guru dalam kegiatan
mengajarnya dapat bersikap lebih terbuka dan menerima gagasan baru yang
dikemukakan oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan penulis, proses belajar mengajar seperti ini juga
terjadi di SMP Negeri 3 Gorontalo. Hal ini terlihat dari hasil belajar matematika
siswa di sekolah tersebut belum mencapai batas ketuntasan atau KKM. Berdasarkan
wawancara penulis dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 3 Gorontalo
diperoleh informasi bahwa motivasi belajar siswa disekolah tersebut, khususnya pada
pelajaran matematika masih tergolong rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan. Kurangnya
pemahaman tersebut disebabkan oleh pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru.
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Gorontalo?adapun

2
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran matematika.

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Pengertian Motivasi Belajar Matematika

Motivasi dan belajar adalah merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial
terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2003: 23). Dalam motivasi
terkandung adanya kegiatan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989;
Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan
teman sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar
4) Membesarkan semangat belajar
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-
selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan, individu dilatih
untuk menggunkan kekuatannya sedemikian rupa sehingga apat berhasil.
Jenis-jenis Motivasi Belajar
1) Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Moto-
motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologi atau jasmani manusia.

3
2) Motivasi sosial atau motivasi sekunder
Motivasi sekunder memagang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli
membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda.
Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder menjadi kebutuhan-
kebutuhan untuk (i) memperoleh pengalaman baru, (ii) untu
k memperoleh respons, (iii) memperoleh pengakuan dan (iv) memperoleh rasa
aman. Mc Cleland menggolongkan menjadi kebutuhan-kebutuhan (i) berprestasi,
seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke
atas, (ii) memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama, (iii)
memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan.
Upaya-upaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa dikelas merupakan awal motivasi belajar. Guru professional
tertarik perhatiannya pada membelajarkan siswa. Dalam upaya pembelajaran,
guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan
atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan (i) Guru telah mempelajari
bahan pelajaran, (ii) Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah,sedang,
dan sukar, (iii) Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan (iv) Guru
telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
2) Optimalisai unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Sering kali siswa lengah tentang nilai kesempatan
belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsure-unsur
dinamis yang ada dalam diri sebagai berikut: (1) pemberian kesempatan pada
siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. (2) memelihara
minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindkat belajar;
betapa lambat gerak belajar, guru tetap secara terus menerus mendorong; dalam
hal ini berlaku semboyan lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar. (3)
meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan

4
kepada siswa untuk beraktwalisasi diri dalam belajar. (4) memanfaaatkan unsur-
unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar, dan tayangan
televisi yang mengganggu penmusatan perhatian belajar agar dicegah. (5)
menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar, pada tingkat ini guru memerlukan upaya belajar merupakan
akualisasi diri siswa. (6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi
rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
3) Optimalisasi pemanfaatan penagalaman dan kemampuan siswa.
Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa sebagai penggerak, maka
guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai
motivator belajar guru diharapkan membantu tingkat kesukaran pengalaman
belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. Bantuan mengatasi
kesukaran belajar perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Upaya optimalisasi
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: (1)
Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca bahan belajar
siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan
kepada guru. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar. (3) Guru memecahkan
hal-hal yang sukar dengan cara mencari memecahkan. (4) Guru mengajarkan cara
memecahkan dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak
serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu
rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru member penguatan kepada
siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai
pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri (Monks, 1989:
293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980: 105-129 dan 147-163).
4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan
mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa
merupakan upaya memberantas kebodohan masyarakat. Upaya

5
mendidikan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu: (1) guru menciptakan suasana belajar yang
menggembirakan, seperti mengatur kelas dan sekolah yang indah dan
tertib. (2) guru mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas
belajar. (3) guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk
belajar, seperti lomba baca, lomba karya tulis ilmiah, lomba tanaman
bunga, lomba lukis, lomba kerajinan. Siswa yang sudah cukup terampil
juga diajak serta menjadi panitia lomba. (4) guru mengajak serrta orang
tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan,
majalah, alat olahraga, dan kebun coba. (5) guru memberanikan siswa
untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat
keinginan yang tercapai dan tak tercapai, siswa diajak berdiskusi tentang
keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan, selanjutnya siswa
diminta merumuskan keinginan-keinginan yang baru yang diduga dapat
tercapai. (6) guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, dan
para instruktur pendidik muda, untuk mengembangkan cita-cita belajar
sepanjang hayat.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gorontalo, Penelitian ini


akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 selama 2 bulan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Teknik Penelitian
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner atau angket. Setiap item pernyataan pada angket dilengkapi
dengan lima alternatif jawaban bertingkat yang penskorannya didasarkan pada skala

6
Likert. Skala Likert terdiri dari sejumlah pernyataan baik pernyataan positif maupun
pernyataan negatif. Bentuk pernyataan positif adalah bentuk pernyataan yang menjadi
indikasi sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif adalah bentuk pernyataan yang
menjadi indikasi sikap negatif. Setiap pernyataan disediakan lima alternatif jawaban,
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu atau netral (Rg-Rg), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS). Untuk setiap pernyataan positif pilihannya berturut-
turut diberi skor 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk
jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju. Sebaliknya untuk pernyataan negatif berturut-turut diberi skor 1 untuk
jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 4 untuk
jawaban tidak setuju, dan 5 untuk jawaban sangat tidak setuju. Agar angket ini dapat
mendekati tes standar dan dapat dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu
angket tersebut diuji apakah benar-benar valid dan reliabel.

3.1.1 Teknik Analisis Data


3.1.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan analisis data yang tidak dapat dinominasikan
dengan menggunakan angka, melainkan disajikan berupa keterangan, penjelasan, dan
pembahasan teori.

3.1.2 Analisis Kuantitatif


Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka yang
pembahasannya, melalui penghitungan statistik berdasarkan jawaban kuesioner dari
responden. Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dianalisis
secara statistik untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel
penelitian, dengan melakukan uji data sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu untuk

7
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali:
2005). Pengujian validitas angket dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
koefisien korelasi produk momen yang dikemukakan oleh Person (dalam
Arikunto, 2005:160).

=
2 2 2 2

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi sksor item dan skor total
N = jumlah responden
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
X2 = jumlah kuadrat skor
Y2 = jumlah kuadrat skor total
XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali: 2005). Teknik pengujian
reliabilitas ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Alpha
Cronbach. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala dengan gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Uji reabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
2
11 = 1
1 2

Keterangan:
r11 = reabilitas butir soal
K = banyaknya butir soal
2
ab = jumlah varians butir
a12 = varians total

8
Sebagai pedoman interpretasi tentang berapa tinggi koefisien reabilitas digunakan
klasifikasi sebagai berikut:
- 0,800 1,000 = Sangat tinggi
- 0,800 0,799 = Tinggi
- 0,400 0,599 = Cukup
- 0,200 0,399 = Sangat Rendah (Arikunto, 2005:75).
3. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi data. Uji normalitas
menggunakan uji Chi Kuadrat. Rumus uji Chi Kuadrat adalah:
0 2
2 = (Arikunto, 2005: 312)

Keterangan:
x2 = harga Chi Kuadrat
f0 = frekuensi yang ada (frekuansi observasi atau frekuensi
sesuai dengan keadaan)
fh = frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori

Frekuensi pengamatan (f0) adalah frekuensi tiap kelas interval, sedangkan


frekuensi harapan (fh) di peroleh dari hasil perkalian antara banyaknya sampel
dengan peluang atau luas kelas interval. Langkah-langkah kerja yang dilakukan
dalam pengujian dengan rumus Chi kuadrat adalah sebagai berikut:
1) Menentukan rentang/range (R) yaitu data terbesar kurang data terkecil
2) Menentukan banyaknya kelas interval (K) dengan menggunakan aturan
Sturges yaitu:
K= I + (3,3) Log n
3) Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus:
Rentang
P= Kelas Interval

4) Menentukan daftar distribusi frekuensi


5) Mencari nilai rata-rata () dengan menggunakan rumus:

9

=

6) Mencari simpangan baku melalui varians (s2) dengan menggunakan rumus:

2
2 2
=
( 1)

7) Menghitung harga z batas kelas


Harga Z batas kelas diperlukan untuk perhitungan harga 2 (uji normalitas
data). Untuk mengetahui harga Z batas kelas diperoleh melalui rumus:

Z=

Keterangan:
xi = Batas kelas
= Nilai rata-rata
= Simpangan Baku

3.2 Pengujian Hipotesis


Dari rumusan hipotesis ini akan diuji kebenarannya dengan statistik uji
proporsi satu pihak, dalam hal ini uji pihak kanan. Untuk menguji hipotesis di atas
digunakan statistik uji proporsi t. Uji t dapat diterapkan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian satu perlakuan/variabel yang menggunakan persentase. Adapun
rumus untuk mengetahui nilai t yaitu:

t= (Sudjana, 2005: 227).

Keterangan:
n = Banyaknya data
s = Standar deviasi
= Rata-rata dari keseluruhan data
Rumusan Hipotesis:

10
1) H0 : 0.50 : Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2) H1 : > 0,50 : Lebih dari 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Kriteria pengujian pada taraf nyata = 0,05.
1) Terima Ho, Jika t hitung < t daftar
2) Tolak Ho, jika t hitung t daftar

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif


dengan tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Gorontalo pada pembelajaran matematika. Jumlah sampel penelitian
yang terpilih untuk mewakili keseluruhan populasi siswa berjumlah 100 orang siswa
yang diambil secara random (acak) sederhana. Alat pengumpul data penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun tabulasi data hasil penelitian
yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data hasil penelitian
tersebut nilai dari masing-masing responden diurutkan dari jumlah terendah sampai
urutan tertinggi. Nilai terendah adalah 100 dan nilai tertinggi adalah 165 (lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2).
4.1 Analisis Data
4.1.1 Uji Normalitas Data
Berdasarkan analisis data (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa harga 2 hitung =
7,0996. Sedangkan untuk harga 2 tabel pada taraf nyata = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = Banyaknya kelas interval 3 = 7 3 = 4 diperoleh
2 (0,95)(4) = 9,49. Kriteria pengujian normalitas: Jika 2 hitung < 2 tabel, maka data
berdistribusi normal. Pada keadaan lain, data tidak berdistribusi normal.

11
Berdasarkan hasil perhitungan/analisis normalitas data diketahui bahwa nilai
2 hitung < 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi yang sedang diteliti
melalui angket diperoleh sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal.
4.1.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t ini dipakai
untuk menganalisis data yang varians populasinya tidak diketahui dan pada penelitian
ini varians populasinya tidak diketahui. Adapun yang diketahui hanyalah varians dari
sampel yang diteliti. Tujuan pengujian hipotesis ini yakni untuk mengetahui apakah
hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Adapun kriteria
pengujian sebagai berikut.
1) H0 : 0,50 : Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki
motivasi belajar dalam pembelajaran matematika.
2) H1 : > 0,50 : Lebih dari 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi
belajar dalam pembelajaran matematika.
Skor maksimal yang dapat dicapai untuk keseluruhan item soal merupakan
hasil kali jumlah butir soal dengan skor maksimal tiap item soal yaitu sebanyak 35
butir soal dengan skor tertinggi untuk masing-masing item soal adalah 5. Sehingga,
jumlah skor maksimal/tertinggi sebesar 175. Adapun jumlah skor terendah adalah 50.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai terendah adalah 34 dan nilai tertinggi adalah 170.
Perhitungan pengujian hipotesis dengan uji t pada Lampiran 2 dengan hasil diperoleh
nilai t hitung = 1,24.
Adapun nilai ttabel yakni dengan mengambil = 0,05 dengan dk = n 1 = 100 - 1 =
99, maka ttabel = 0,05 (99) = 1,66.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai thitung adalah 1,24 dan
ttabel adalah 1,66. Keduanya bila dibandingkan maka nilai thitung < ttabel. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis menolak H1 dan menerima H0.
Sehingga, berdasarkan pengujian ini, menerima hipotesis yang diajukan sebelumnya

12
yaitu Paling tinggi 50% siswa SMP Negeri 3 Gorontalo memiliki motivasi belajar
dalam pembelajaran matematika.
KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di SMP Negeri


3 Gorontalo pada siswa kelas VII dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 100
orang siswa dengan instrumen pengumpulan data penelitian menggunakan angket.
Hasil penelitian diperoleh sebesar 1,24 dan ttabel = 1,66. Berdasarkan hasil ini,
diketahui bahwa < . Sehingga, hasil uji hipotesis menerima H0
(menerima hipotesis yang diajukan sebelumnya) dan menolak H1. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Gorontalo dalam
pembelajaran matematika kurang dari 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Asdy Msahasatya.

Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Fazri, Zul M. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hudoyo, Herman. 2005. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

13
Nasution. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pujiati, Irma. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika


Melalui pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.
I, No. 1.

Sadirman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2006. Pembelajaran Terpadu. Gorontalo: Raisal.

Sattori, Djam'an. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Siddiq, Djauhar, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Dirjen


Pendidikan Tinggi Depdiknas

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sofyan, Herminto & Hamzah. B. 2003. Teori Motivasi dan Aplikasinya dalam
Penelitian. Gorontalo: Nurul Jannah.

Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

14
________. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya.

15

Anda mungkin juga menyukai