Anda di halaman 1dari 9

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PENGAJARAN LANGSUNG Saya kurang sependapat

bila ada yang menyatakan pengajaran langsung identik dengan pengajaran ceramah. Memang
pengajaran langsung didesain berorientasi pada guru. Dalam praktiknya sangat bergantung pada
kemampuan guru mengelola pembelajaran. Pengajaran ini relevan bagi guru yang ingin mengajar
eksprimen atau percobaan. Model pengajaran langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu
model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah (Kardi dan Nur, 2000: 5). Hal ini juga senada dengan
pendapat Arends (1997: 66) yang mengatakan 'The direct instruction model was specifically
designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is
well structured and can be taught in a step-by-step fashion." Adapun yang dimaksud dengan
pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang
sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu (Kardi dan Nur, 2000: 5). Proses pembelajaran dengan model pengajaran langsung ini
diharapkan pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan
dasar dan keterampilan akademik siswa. Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri seperti
berikut (Kardi dan Nur, 2000c: 3). (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar. (2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur
kegiatan pembelajaran. (3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Sintaks Pengajaran
Langsung Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda
antara satu model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung
memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan
tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta empersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa
untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase
dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut. a. Menyampaikan
Tujuan dan Mempersiapkan Siswa 1) Menjelaskan Tujuan Para siswa perlu mengetahui dengan
jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran
itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswasiswanya melalui rangkuman
rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang
disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap
pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu. 2) Menyiapkan Siswa Kegiatan ini
bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan,
dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-
pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-
pokok pelajaran yang lalu. b) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan Kunci
keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas
mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. 1) Menyampaikan informasi
dengan jelas Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai
melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi
guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih
sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah: (1) kejelasan
tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu
tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS; (2) presentasi selangkah demi
selangkah; (3) prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan
beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poin yang
sulit; (4) pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor
pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit
dipahami oleh siswa, dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
(Kardi dan Nur, 2000: 32). 2) Melakukan demonstrasi Pengajaran langsung berpegang teguh
pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain.
Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu
diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang
kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau
keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai
komponen-komponennya. c) Menyediakan Latihan Terbimbing Salah satu tahap penting dalam
pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut (Kardi dan
Nur, 2000: 34). 1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. 2) Berikan pelatihan
sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. 3) Hati-hati terhadap
kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced). 4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan. d) Mengecek Pemahaman dan
Memberikan Umpan Balik Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-
kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut (Kardi dan Nur, 2000: 38). 1)
Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan. 2) Upayakan agar umpan balik jelas dan
spesifik. 3) Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud. 4) Jaga umpan balik sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa. 5) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.
6) Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan
benar. 7) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. 8)
Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya
sendiri. e) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri Kebanyakan latihan mandiri yang
diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan
rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43)
memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti
berikut. 1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran,
tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya. 2) Guru
seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan yang
diharapkan. 3) Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

A. Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan
untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan
memproses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat
catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara kritis, mereka perlu
menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat infrensi dari data, dan
mengenal ketidakobjektifan dari presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka
harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan
disiplin diri dalam tugas penulisan.

Salah satu perbedaan yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu atau pemula
dengan pakar ialah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan
dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa difikirkan lagi, walau
dalam situasi baru dan penuh tekanan atau beban.

Pembahasan materi tentang metode pengajaran langsung menfokuskan pada pendekatan


mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini desebut
Model Pengajaran Langsung (MPL). Istilah lain yang juga dipergunakan ialah Pengajaran Aktif
(Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine
&Stevens, 1986). Meskipun tidak sinonim, kuliah/ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan
model pengajaran langsung itu.

1. Istilah dan Pengertian

Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Seperti telah disinggung pada pemaparan
terdahulu bahwa Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran
langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan
explicit instructions.

Adapun gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran Pengajaran Langsung (dalam
Kardi & Nur, 200: 3) adalah sebagai berikut:

1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur
penilaian belajar.
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan

3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Membahas masalah belajar, para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marx & Winne, 1994,
dalam Kardi & Nur, 2000: 4).

Pengetahuan Deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tetang


sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia merupakan lembaga tertinggi, dan anggotanya ditetapkan untuk jabatan
selama lima tahun. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara pemeilihan dan penetapan anggota MPR.

Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

2. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali
pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa
untuk menerima penjelasan guru.

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau
demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan
kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan
siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat
merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada
tabel berikut ini:

Fase Peran Guru

Guru menjelaskan tujuan


Fase 1 pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mepersiapkan siswa untuk
belajar.
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa

Guru mendemonstrasikan
Fase 2 keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi
Mendemonstrasikan tahap
pengetahuan dan
keterampilan

Guru merencanakan dan memberi


Fase 3 bimbingan pelatihan awal

Membimbing pelatihan

Mencek apakah siswa telah berhasil


Fase 4 melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik

Guru mempersiapkan kesempatan


Fase 5 melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada
Memberikan kesempatan penerapan kepada situasi lebih
untuk pelatihan lanjutan dan kompleks dan kehgidupan sehari-
penerapan hari.

Tabel 1. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran langsung

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang
dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu
selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau
keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

3. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan model pengajaran langsung

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak
guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi
didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000: 8).

Menurut Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama
oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui
memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan
baik.

4. Penelitian tentang Keefektifan Guru

Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya, berasal dari
bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang palin jelas terhadap
model pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan
pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Penelitian Stalling dan Kazkowitz (dalam Trianto, 2007: 32) menunjukkan pentingnya waktu
yang dialokasikan pada tugas (Time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik
penggunaan pengajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode yang
sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode
yang informal. Stalling dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah di antara program-
program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Prilaku guru-
guru dalam 166 kelas yang diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat diungkap pada
penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan
tugas (kegiatan yang menggunakan metode pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh
tingkat keterlibatan yang tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal
dan berpusat pada siswa.

Beberapa hasil penelitian tahun 1970-an, misalnya yang dilakukan oleh Stalling dan rekan-
rekannya menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik
menghasilkan rasio keterlibatan siswa (Time task ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-
guru yang berhasil, menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran
langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17).

B. Pelaksanaan Pengajaran Langsung

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung
memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama
berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai
hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model
pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran
langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu pengajaran langsung adalah
sebagai berikut:
1. Tugas-tugas perencanaan

Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini paling sesuai
untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca,
matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok
untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.

Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah: (1) merumuskan
tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan analisis tugas, dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola


pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam
pelajaran itu.

2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka


berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang
harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.

3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru
melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci
keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang
dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.

4. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa


kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa,
mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.

5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa


sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar
dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari
belajar melalui trial and error.

6. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan mengamati
tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan
apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya
agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.

7. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang
intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang
didemonstrasikan.
8. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung
ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan
siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan
pada situasi yang baru.

Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menerapkan dan melakukan pelatihan.

Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna

Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan


yang dipelajari

Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus


dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan

Mempersiapkan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan


keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

Mengecek pemahaman dan Memberiakan Umpan Balik.

Tahap ini kadang-kadang juga disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa
pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberi respon terhadap jawaban siswa.
Kegiatan ini meruapakan aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui
hasilnya, latihan tidak banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran.

Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan resitasi misalnya umpan balik
secara lisan, umpan balik tertulis dan umpan balik komentar tertulis.

Memberikan kesempatan latihan mandiri

Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru
saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan secara pribadi di rumah atau di luar jam
pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri,
yaitu:

Tugas yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi
merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;

Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan
mereka dalam membimbing siswa di rumah

Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu Berwawasan


Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.

Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam
Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA UNM.

Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem


basedinstruc.htm

Ibrahim, Muslimin. Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah .Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya

I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri
Malang.

Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Trianto, S.Pd.M.Pd.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Prestasi


Pustaka Publisher. Jakarta

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Perkasa.
Jakarta.

Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai