MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Matakuliah
Perkembangan Hewan
yang dibina oleh Bapak Abdul Ghofur
oleh
Kelompok 4
Binti Hifdotun Al Aslahah (120341421999)
Putri Ani Puji K. K (120341421954)
Rifalatul Isnaini (120341400031)
Siti Nur Arifah (120341400022)
Titis Nur Ilmi (120341400021)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pada ayam sebagaimana pada hewan yang lain
yaitu melewati proses fertilisasi sehingga terbentuk zigot. Zigot inilah yang
kemudian akan berkembang menjadi dua sel. empat sel, dan seterunya hingga
terbentuk jaringan, organ, sistem organ, dan akhirnya membentuk suatu
organisme dengan susunan sistem dalam tubuhnnya yang sangat kompleks.
Perkembangan organisme mulai dari zigot dipelajari dalam ilmu embriologi.
Embriologi adalah cabang biologi yang mempelajari proses perkembangan
organisme multiseluler pada awal kehidupan individu. Sedangkan yang
mempelajari proses perkembangan dari awal sampai akhir hayat individu
disebut biologi perkembangan (developmental biology) (Sagi, 1999).
Perkembangan dari suatu hewan pada umumnya sama namun akan
berbeda pada suatu tahap tertentu karena ketika terjadi perkembangan pasti
suatu sel akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi menjadi organ tertentu.
Setiap jaringan mengandung sekelompok sel yang sama. Sel jaringan ini sudah
merupakan sel khusus. Bentuk umum dan struktur dari sel dimodifikasi selama
perkembangan sehingga setiap jaringan mengandung sel dengan fungsi khusus.
Ketiga lapisan benih akan mengalami spesialisasi selama periode ini dan
karena itu, setiap lapis benih menghasilkan sel yang fungsional pada jaringan
tempatnya berbeda.(Puja et.al. 2010) Perkembangan yang terjadi pada ayam
sebagimana pada hewan lainnya yaitu melewati fase blastulasi, morulasi,
gastrulasi, neurulasi, dan organogenesis.
Pada tahap blatulasi pada aves dalam hal ini ayam, blastula yang
terbentuk berbentuk cakram, hal ini terjadi karena pembelahan holoblastik
yang tidak teratur. Sedangkan pada fase gastrula terjadi penebalan yang
disebut dengan primitive steak (lempeng sederhana) yang terjadi pada daerah
bakal median embrio di bagian caudal. Sumbu memanjang bakal tubuh embrio
diperankan oleh primitive streak. Lapisan-lapisan lembaga dibentuk melalui
migrasi sel-sel epiblas ke arah nodus Hensens dan primitive streak, dan sel-sel
2
beringresi untuk membentuk lapisan lembaga tengah dan bawah (mesoderem
dan endoderem). Sel-sel pertama yang melintasi primitive streak bagian
anterior adalah bakal endoderem dan diikuti oleh bakal mesoderem. Sel-sel
bakal mesoderem menyebar diantara epiblas dan hipoblas membentuk lapisan
tengah yang kini disebut sebagai mesoderem. Sel-sel yang bermigarasi melalui
nodus Hensens meluas ke depan dan sel-sel tersebut terkondensasi membentuk
notokorda, sedangkan sisa sel-sel epiblast yang tidak berinvaginasi melalui
daerah primitive akan tetap menjadi ektoderem (Yatim, 1994).
Setalah tahap gastrulasi maka akan dilanjutkan dengan tahap neurulasi
yaitu proses pemebntukan neural atau saraf. Neurulasi aves (ayam), arkenteron
dibentuk ketika lipatan lateral menekan dan memisahkan embrio menjauhi
kuning telur. Sekitar bagian pertengahan dari panjang embrio akan tetap bertaut
ke kuning telur melalui batang kuning telur yang sebagian besar terbentuk dari
sel-sel hipoblas (Yatim, 1994). Selanjutnya menuju tahap organogeesis dari
lapisan-lapisan ektoderm, endoderm, dan mesoderm yang akan berkembang
lebih spesifik menjadi organ-organ tertentu. Seiring berjalannya waktu maka
sel-sel yang telah terdiferensi akan tumbuh menjadi organ penyusun individu,
dalam hal ini ayam yang akan tumbuh dewasa dan normal jika selama
pembelahan dan perkembangan selnya tidak megalami gangguan sehingga
terjadi keabnormalan pada bentuk tubuhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk telur pada ayam ?
2. Bagaimanakah mekanisme fertilisasi pada ayam ?
3. Apakah yang dimaksud dengan tahap morulasi ?
4. Apakah yang dimaksud dengan tahap blastulasi ?
5. Apakah yang dimaksud dengan tahap gastrulasi ?
6. Apakah yang dimaksud dengan tahap neurulasi ?
7. Apakah yang dimaksud dengan tahap organogenesis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk telur pada ayam.
2. Untuk mengetahui mekanisme fertilisasi pada ayam.
3. Untuk mengetahui tahap morulasi pada ayam.
3
4. Untuk mengetahui tahap blastulasi pada ayam.
5. Untuk mengetahui tahap gastrulasi pada ayam.
6. Untuk mengetahui tahap neurulasi pada ayam.
7. Untuk mengetahui tahap organogenesis pada ayam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Testis
Testis pada ayam jantan berjumlah dua (sepasang) dan terletak di dalam
rongga perut. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma, seminal plasma,
dan hormone testosterone. Sprema nantinya akan membuahi ovum. Seminal
plasma merupakan cairan semen yang berguna untuk media transportasi
(perantara) sehingga memudahkan dalam proses ejakulasi ketika perkawinan.
Testosterone merupakan hormone kejantanan yang berfungsi untuk
membantu pembentukan spermatozoa dan menumbuhkan sifat kelamin jantan
terutama membangkitkan lebido seksual.
b. Epididymis
Epididymis merupakan saluran terbelah-belah yang berfungsi untuk alat
transport, penyerapan air, pematangan dan penyimpanan sperma.
c. Vas deferens
Vas deferen pada ayam terdapat sepasang yang menghubungkan epididymis
dengan penis dan berfungsi untuk menyalurkan sperma.
d. Penis
Penis pada ayam tidak berkembang seperti halnya pada aves lainnya.
Bentuknya hanya sebagai papilla atau pallus dan mengalami rufimenter
seperti putting susu dan agak berkembang pada saat akan kopulasi atau
terangsang lebidonya. Penis berfungsi sebagai alat kopulasi atau
5
menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina pada saat terjadinya
kopulasi. Menurut Nesheim (1972) menyatakan bahwa organ kopulasi unggas
duktus deferen berakhir pada suatu lubang papilla kecil yang terletak pada
dinding dorsal kloaka. Papilla kecil ini merupakan rudimenter dari organ
kopulasi.
e. Kloaka
Kloaka sebenarnya bukan merupakan alat kelamin, namun fungsi kloaka ini
adalah untuk melindungi alat reproduksi terutama organ kopulasinya. Kloaka
memiliki otot spinter dan selalu tertutup rapat dan membuka pada saat hanya
akan membuang kototran dan saat akan ejakulasi.
a b
Sumber : a. http://www.search-document.com/pdf/1/7/sistem-
reproduksi-ayam-jantan.html
6
b. Nesheim et al., 1979
a. Ovarium
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan
rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat
kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus
besar yang banyak mengandung folikel-folikel (Nalbandov, 1990). Ovarium
biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkembang dan sekitar
3.000 ovum yang belum masak yang berwarna putih (Akoso, 1993).
7
Gambar . Ovarium dari ayam petelur (Nesheim et al., 1979)
Tipe yolk pada aves tergolong pada tipe polilechital atau juga
disebut dengan megalechital yaitu kuning telur berjumlah banyak dan cukup
untuk cadangan makanan selama beberapa hari.
8
b. Oviduct
9
estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks dengan
terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas
sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi
sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas
tidak dapat membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga
akan tetap mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras
disekitar benda asing tersebut (Nalbandov, 1990).
i. Infundibulum
Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai
panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum berbentuk seperti corong
atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian
kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang
tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning
telur sampai ke kutub-kutub telur (Nalbandov 1990). Pada bagian leher
infundibulum yang merupakan bagian kalasiferos juga merupakan tempat
penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara
uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat
fertilisasi (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999).
ii. Magnum
Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan
bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum
tidak dapat terlihat dari luar (Nalbandov, 1990). Magnum mempunyai panjang
sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan
telur dalam magnum sekitar 3 jam (North, 1978).
10
Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet
yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang
disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
iii. Ithmus
Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara
ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut
garis penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990).
11
uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel.
Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25%
(North, 1978).
12
kutikula terdapat lapisan porus yang berguna untuk sirkulasi air dan
udara.
v. Vagina
Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm
(North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh
kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam
waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-
pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari
vagina keluar melalui kloaka (Nalbandov, 1990).
vi. Kloaka
Seperti halnya pada ayam jantan, sebenarnya kloaka bukan merupakan
alat reproduksi. Namun fungsi dari kloaka ini sendiri adalah pintu keluar
telur, alat pengeluaran kototran feses, dan apagila kloaka tidak terbuka maka
tidak dapat terjadi perkawinan.
Fertilisasi pada ayam didahului dengan dengan rposes ejakulasi pada ayam
jantan kea yam betina.
13
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet
yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel
yang disebut zygote. Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel
ovum oleh sperma dan secara genetik merupakan pemasukkan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum (Toelihere, 1985).
Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya
beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya
hanya satu buah sperma yang bisa membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Begitu
pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai
infundibulum dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel
benih betina, sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut
telur fertil dan telur yang tidak dibuahi disebut telur infertil atau telur
konsumsi (Nuryati et al., 1998).
Ayam bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari
berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima
butir atau lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch (Nalbandov,
1990).
Ovulasi biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang
terjadi setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di
magnum untuk mendapat selubung albumen, 1,25 jam di ithmus dengan
terbentuknya membran kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya
kerabang keras. Sehingga secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk
waktu pembentukan telur. Ovulasi berikut pada satu irama bertelur terjadi 30
sampai 60 menit setelah ovoposition sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi
tidak terjadi secara teratur setiap siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari
berikutnya pada clutch yang sama akan terlambat. Akhirnya akan semakin
terlambat sampai mencapai jam 14.00 - 15.00. Bila batas waktu ini tercapai,
maka akan terjadi penundaan ovulasi, sehingga bertelurnya tertunda satu hari
14
atau beberapa hari sebelum irama bertelur baru dapat dimulai. Ovulasi pada
irama bertelur baru terjadi pada pagi hari
Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan
sistem syaraf karena adanya variasi panjang siang dan malam yang
mempengaruhi ovulasi dan peneluran. Lama penyinaran tertentu akan
mempengaruhi sistem syaraf sehingga mengakibatkan pelepasan hormon
untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi merupakan suatu proses yang
penting untuk suatu awal produksi telur (Nesheim et al., 1979). Pengaruh
irama telur antara lain :
15
pematangan oviduk untuk dapat mensekresikan kalsium, protein,
lemak, vitamin, dan substansi lain dari dalam darah untuk
pembentukan komponen telur (Nesheim et al., 1979). Hasil sekresi
komponen telur tersebut akan mengakibatkan terjadinya
perkembangan telur pada oviduk, sehingga dihasilkan telur utuh di
dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi (Nalbandov, 1990).
16
pembelahan. Pada telur ayam, kuning telur sangat banyak menghentikan semua
alur pembelahan. Pembelahan ini terjadi secara meroblastik diskoidal, yaitu
pembelahan sel tidak membagi telur dengan lengkap, sehingga pembelahan ini
disebut meroblastik (Greek, meros=bagian). Karena hanya sitoplasma pada
blastodisk yang menjadi embrio, maka pembelahan meroblastik ini disebut
dengan diskoidal (Burley & Vadehra, 1989).
17
Gambar proses pembelahan pada embrio unggas (bagian blastodiskusi);
(a) pembelahan pertama; (b) pembelahan kedua; (c) pembelahan ketiga;
(d) pembelahan keempat; (e) pembelahan kelima; (f) morula muda
(Carlson, 1988 dalam Surjono, 2001)
2. Blastula
Setelah pembelahan yang terjadi di daerah permukaan telur, pada
embrio 32 sel, kemudian terjadi pembelahan secara ekuatorial di bawah
permukaan lapisan sel berinti, sehingga sel-sel tersebut terbagi menjadi 2
lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang berbatasan dengan kuning
telur (Surjono, 2001). Antara blastoderm dan kuning telur terdapat ruang yang
bernama rongga subgerminal. Ruang ini terbentuk ketika sel-sel blastoderm
menyerap cairan dari albumin (putih telur) dan sekresi antara sel-sel
blastoderm dan kuning telur. Pada tahap ini, sel yang cekung yang berada di
18
tengah blastoderm lepas dan hilang, meninggalkan ke belakang menjadi satu
sel yang tebal yaitu area pellusida. Bagian ini blastoderm membentuk embrio
sesungguhnya. Pada cincin tepi sel blastoderm yang tidak lepas oleh sel yang
cekung akan terdapat area opaca. Antara area pellusida dan area opaca terdapat
lapisan sel yang tebal yang disebut dengan rongga marginal (atau sabuk
marginal). Beberapa sel pada rongga marginal menjadi sangat penting dalam
menentukan sel nasib selama sejak perkembangan anak ayam (Gilbert, 2008).
19
Epiblas dibandingkan dengan embrio amfibia serta dengan daerah
animal dan hipoblas setara dengan daerah vegetal. Seperti blastula hewan
lainnya, blastula unggas telah mempunyai daerah-daerah pembentuk alat
(Surjono, 2001)..
Gambar bakal pembentuk alat pada blastula ayam (Yatim,1990 dala Surjono,
2001)
3. Gatrulasi
20
adanya migrasi sel-sel dari daerah posterolateral ke bagian tengah area
pelusida.Gastrula ayam memiliki epiblast, hipoblast dan rongga arkhentheron.
Pembelahan meroblastik pada sel telur aves yang kaya kuning telur
dan bercangkang hanya terbatas pada cakram kecil sitoplasma pada kutub
animal. Dari pembelahan tersebut terbentuk embrio dan empat lapisan
ekstraembrionik (korion, amnion, alantoisdanyolk sac). Proses morfogenetik
disebut juga sebagai proses gastrulasi. Selama masa gastrulasi sel-sel
melakukan gerakan morfogenetik sehingga terjadi reorganisasi seluruh embrio
atau sebagian daerah kecil di dalam embrio. Hasil pembelahan sel berupa
blastoderm yang terletak sebagai suatu tudung di atas yolk. Sedangkan bagian
tengah dari blastoderm terpisah dari yolk oleh rongga sub germinal, sehingga
tampak terang disebut sebagai area pelusida. Sebaliknya bagian tepi dari area
pelusida tampak gelap karena berlekatan dengan yolk, disebut area opaca.
Saat sel dalam bentuk blastula, pertambahan massa sel masih terus
terjadi dengan pembelahan mitosis. Akibatnya sel mendesak kebawah (ke arah
kutub vegetal / vegetal pole) dan terjadilah pelipatan sel ke dalam (invaginasi).
Terjadinya invaginasi membentuk sebuah lekukan yang disebut blastopore.
Invaginasi ini yang menandai dimulainya tahap gastrulasi. Sel-sel blastula
yang mengalami invaginasi terus tumbuh ke arah dalam sehingga blastopore
akan terus terdesak ke dalam dan terbentuk rongga arkenteron. Rongga ini
membagi sel-sel yang tumbuh tersebut menjadi lapisan endoderm disebelah
dalam dan mesoderm dibagian tengah.
Lapisan bagian luar dari lapisan sel pada animal pole yang tetap
berada diluar (tidak melipat ke dalam) membentuk ektoderm. Ketiga lapisan
tersebut kemudian disebut dengan Lapisan Germinal Embrio. Pada gastrulasi
beberapa organisme invaginasi diawali oleh penyempitan (wedging) sel-sel
pada permukaan blastula, penetrasi sel-sel untuk masuk lebih dalam kebagian
dalam embrio melibatkan ekstensifi lopodia oleh sel-sel terdepan dari jaringan
yang bermigrasi. Gerakan sel-sel tersebut akan menarik sel-sel yang mengikuti
dibelakangnya untuk melalui blastopori sehingga membantu menggerakkan
21
lapisan sel dari permukaan embrio ke dalam blastosoel untuk kemudian
membentuk endoderm dan mesoderm embrio.
22
bergerak ke anterior, bergabung dengan hipoblast. Sel berikut yang masuk
melalui nodus Hensen juga bergerak ke anterior, tetapi tidak bergerak sejauh
bakal endoderm tetap berada antara epiblast dan endoderm membentuk
mesoderm kepala dan notokord.
23
Lembaran ini yang membentuk bagian mesoderm dari embrio dan
selaput ekstra embrio. Saat pembentukan mesoderm berlangsung, daerah
unsure primitif mulai memendek sehingga nodus Hensen berpindah letak dari
tengah area pelusida menjadi berada di bagian posterior terbentuk notokord
posterior. Akhirnya nodus bergeser mencapai posisinya yang paling posterior
dan membentuk daerah anal. Pada tahap ini, epiblast seluruhnya terdiri atas
bakal sel-sel ektoderm yang berepiboli hingga mengelilingi yolk. Gastrulasi
telah selesai dengan dibentuknya ectoderm digantinya hipoblast dengan
endoderm dan terletaknya mesoderm di antara kedua lapisan ini.
2. Interkalasi adalah dua atau lebih deretan sel yang menyusun tubuh dengan
cara masuk ke sela-sela antara satu sel ke sel lainnya, sehingga terbentuk
deretan sel yang lebih panjang dan lapisannya lebih tipis.
24
3. Convergent Extension (Perluasan secara Konvergen) adalah dua atau lebih
deretan sel interkalasi, tetapi interkalasinya teratur dan terarah pada suatu
tujuan.
4. Emboly adalah gerakan sel-sel dari luar (permukaan) ke arah dalam,
perpindahan sel yang akan menyusun mesoderm dan endoderm, meliputi :
Invaginasi proses pelekukan sel ke arah dalam. Lapisan sel bagian
luar masuk atau melipat ke dalam.
Involusi proses peluncuran sel / pembelokan lapisan ke posisi
tertentu. Lapisan sel membelok ke dalam dan kemudian membentang
jauh ke bagian permukaan internal.
Inggresi pemisahan kelompok sel secara bebas untuk membentuk
lapisan baru. Sel-sel bagian permukaan secara individual bermigrasi
ke bagian dalam (interior) dari embrio.
Delaminasi pelepasan lapisan sel untuk membentuk lapisan baru
dalam embrio.
4. Neurulasi
25
ectoderm. Sebagai inducer pada proses neurulasi adalah chorda
mesoderm yang terletak di bawah neural ectoderm. Proses Neurulasi
melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukan keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds)
serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang
terbenam dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan
korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya bumbung neural.
Diduga bahwa perubahan morfologi yang terjadi selama neurulasi
sejalan dengan perubahan kromosom dan pola proteinnya.
26
3. Pembentukan bumbung dengan adanya pemisahan (peninggian)
epidermis yang membatasi keping neural. Peninggian epidermis
disebut juga sebagai pelipatan neural temporer yanga akan bertemu
di bagian mediodorsal da menjadi atap di atas keping neural yang
sudah melipat dan melekuk, membentuk lipatan neural dan lekuk
neural biasa yng sama dengan kejadian pada neurulasi primer.
Kedua lipatan neural ini akan bertemu satu sama lain membentuk
bumbung neural. Selanjutnya atap epidermis akan terpisah dari
bumbung neural.
Dari ketiga cara ini, neurulasi primer merupakan cara paling
umum yang terjadi berbagai hewan salah satunya adalah ayam dari
bangsa aves.
27
crest akan berdiferensiasi menjadi sel-sel ganglia spinalis dan otot
otonom,dan sebagainya. Di tempat kedudukannya yang terakhir pial
neural akan berdiferensiasi menjadi berbagai struktur, misalnya:
28
penonjolan jaringan mesoderm di antara kantung faring yang satu
dengan yang berikutnya. Selain itu pial tersebut juga dapt membentuk
jaringan otot dan jaringan iakat pada dinding arteri yangmuncul dai
jantung dan terdapat pula pada sekat-sekat yang memisahkan
sirkulasi pulmonalis dari sirkulasi aorta.
Lebih lanjut pada Surjono (2001) dijelakan mengenai fenomena
bermigrasinya pial neural pada embrio ayam terjadi yaitu karena adanya
berbagai molekul yang sintesisnya dikontrol oleh berbagai gen yang
relevan. Diantara molekul itu adalah protein slug yang diekspresikan
pial neural pada tahap pramigrasi selain itu ada juga molekul adhesif N-
khadherin yang mengalami down regulated pada saat mulai migrasi
dan mengubah sel-sel yang semula berupa epitelium berubah menjadi
mesenkim.
29
3) epithelium dari rongga mulut (stomodium), rongga hidung, sinus
paranasalis, kelenjar ludah, dan kelenjar analis (proctodeum).
b. Neural tube akan menumbuhkan organ antara lain : otak, spinal cord,
saraf feriper, ganglia, retina mata, beberapa reseptor pada kulit,
reseptor pendengaran, dan perasa, neurohifofisis.
c. Neural crest akan menumbuhkan organ antara lain : neuron sensoris,
neuron cholinergik, sistem saraf parasimpapetik, neuron adrenergic,
sel swann dan ginjal, sel medulla adrenal, sel para folikuler kelenjar
tyroid,sel pigmen tubuh, tulang dan yang lainnya.
30
ChE terjadi seiring dengan pertumbuhan akson (Gilbert, 1988). Sistem
cholinergik pada awal perkembangan berfungsi sebagai regulasi
pertumbuhan dan fungsi morfogenetik (Lauder dan Schambra, 1999)
yaitu perkembangan sel dan penyusunan perkembangan otak.
Penurunan aktivitas ChE menyebabkan terjadi penumpukkan ACh pada
sinaps dan aliran sinaps akan terganggu, kondisi demikian meyebabkan
individu menjadi hiper aktif kemudian lumpuh dan mati (Luqman, 2007).
5. Organogenesis
31
terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing lapisan yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung atau
tabung yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda
namun berkaitan satu dengan yang lain. Organogenesis atau morfogenesis
merupakan suatu proses pertumbuhan embrio yang masih memiliki bentuk
primitif yang akan tumbuh menjadi bentuk definitif dan memiliki bentuk dan
rupa yang spesifik menurut spesies. Pada tahap organogenesis ini terdapat dua
periode, yaitu periode pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Pada
periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan diferensiasi
bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk
definitif. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi
suatu spesies. Pada periode ini sudah terdapat bentukan ayam.
32
kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lendir, dan kelenjar air mata, lensa
mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra raba, stomodeum menumbuhkan
mulut, dengan derivatnya seperti lapisan enamel (email) gigi, kelenjar ludah
dan indra kecap, proctodeum, menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang
menghasilkan bau tajam.
Proses Organogenesis
33
Proses yang terjadi dalam organogenesis meliputi transformasi dan
diferensiasi embrio bentuk primitif berupa Ekstensi dan pertumbuhan
bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi, evaginasi dan invaginasi
daerah tertentu setiap bumbungnya.Pertumbuhan yang tidak merata pada
berbagai daerah bumbung, perpindahan sel-sel dari satu bumbung ke bumbung
lain atau ke rongga antara bumbung-bumbung, pertumbuhan alat yang terdiri
dari berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai macam jaringan
yang berasal dari berbagai bumbung, pengorganisasian alat-alat menjadi
sistem: sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem urogenitalia, dan
seterusnya, dan penyelesaian bentuk luar (morfologi) embrio secara terperinci,
halus dan individual (Yatim, 1994).
34
menyediakan bantalan bagi embrio agar terlidung dari setiap guncangan
mekanis.
Paru-paru 72 jam
35
Gambar Embrio ayam umur 18 jam
36
yang menyatu terlepas sel-sel yang akan menjadi dua batang neural chest di di
kiri-kanan bumbung neural. Neural crest ini bersegmen dan
merupakan primordial dari akar dorsal saraf spinal dan juga ganglia
dari sistem saraf otonom (Yatim, 1982).
37
Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki 35
pasanag somit. Embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah
rhombenchepalon berada di sebelah dorsal dan telencephalon mendekati
perkembangaan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior,
sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembnag ke arah anterior), dan lateral
body fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke arah kaudal dari padaotosis.
Daerah ventro-lateral rhombencephalon menjadi tempat berkembang derivat
neural crest berupa pasanagn ganglion saraf-saraf kranial. Di daerah setinggi
AIP, terjadi penebalan mesoderm yang kaan berkembang menjadi upper limb
bud atau wig bud, merupakan primordia sayap, sedangkan di daerah cauda
dibentuk lower bud yaitu primordia kaki (Syahrum, 1994).
38
sel-sel yang kompak, selanjutnya terjadi rongga dn terpisah menjadi kumpulan
sel-sel sentral. Sel-sel sentral ini kelak akan menjadi butir-butir darah yang
menagndung hemoglobin, sednagkan sel-sel perifer yang tinggal, memebangun
dinding pembuluh darah yang disebut endothelium . pulau-pulau darah itu
sedemikian banyaknya sehingga bersentuhan satu sama lain dan terjadi suatu
jaringan pembuluh kapiler yang disebut retikulum.ya rongga-rongga di dalam
pulau darah tersebut disi dengan palsma darah (Balinsky, 1970)
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, N.A; J.B Reece dan L.G Mitchell. 2000. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3.Erlangga.Jakarta.
39
Gilbert S. 1988. Developmental Biology. 2nd ed. Sinauer
Associates. Massachuset.
Gilbert, Scott. 2008. Development Biology Seventh Edition. New York: The
MC. Graw-Hill Inc.
40
Nuryati, T. N., Sutarto, M. Khamim dan P. S. Hardjosworo, 1998.
Sukses Menetaskan Telur. Jakarta : Penebar Swadaya
41
42