Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan segala potensi

peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan

bertakwa kepda Allah Swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi,

berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya,

bangsa, dan Negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung

sepanjang sejarah kehidupan manusia.1

Begitu juga di dalam Garis-Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP)

PAI, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau

latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.2

Dari pengertian di atas, ternyata Pendidikan Islam sangat

memperhatikan penataan individu (peserta didik) dan sosial yang membawa

penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif.

Agar penganutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki Allah,

1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. I, hlm. 3.
2
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, hlm. 75-76.

1
2

pendidikan Islam harus kita manai secara rinci. Karena itu, keberadaan

referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam

itu sendiri, yaitu al-Quran an as-Sunnah.

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal diletakkan pada dasar-

dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar

pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama

tentu saja adalah al-Qur'an dan as-Sunnah. Al-Qur'an misalnya memberikan

prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal

manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara

kebutuhan sosial. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial

kemasyarakatan dan warisan pemikiran Islam yang tidak bertentangan dengan

ajaran-ajaran al-Qur'an dan as-Sunnah atas prinsip mendatangkan

kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.3

Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman

hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur'an bukan sekedar memuat petunjuk tentang

hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia

dengan sesama (hablu min Allah wa Hablun min an-nas), bahkan hubungan

manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara

sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah

memahami kandungan isi al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten. Dalam surat al-Isra ayat 9

bahwa Allah berfirman:

3
Azzumardi Azra, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2002), Cet. IV, hlm. 9.
3


Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar

Al-Qur'an merupakan salah satu sumber dari pendidikan yang berbasis

Islam. Maka dari itu, siswa yang berada pada lembaga tersebut harus

mempunyai kemampuan membaca al-Qur'an dengan fasih, memahami isi

kandungan al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca al-Qur'an merupakan bagian dari ibadah yang diperintahkan oleh

Allah Swt. Oleh karena itu, kemampuan membaca al-Qur'an menjadi pra

syarat syahnya ibadah shalat seseorang.

Bentuk lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya sekolah,

melainkan juga madrasah. Dari masing-masing pengelola ini memiliki

karakteristik dan kekhususan tersendiri yang tercermin dalam tujuan

institusionalnya. Perbedaan ini berimplikasi kepada perbedaan struktur

program pengajarannya tertuang dalam kurikulum yang digunakan oleh

lembaga tersebut. Namun demikian, kesemuanya mengarah satu tujuan

pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2008), hlm. 6.
4

Begitu pentingnya keseimbangan antara keimanan dan pengetahuan

seseorang. Oleh karena itu, di samping ilmu pengetahuan umum siswa juga

harus mempelajari ajaran-ajaran Allah Swt yang terdapat di dalam al-Qur'an

dengan cara membaca dan memahami isi kandungannya.

Terlebih untuk sekolah madrasah yang identik dengan ilmu

keislamannnya harus mengedepankan dalam kemampuan membaca al-

Qur'annya selain ilmu pengetahuan yang lain. Salah satunya adalah MAN 3

Pekalongan harus bisa mencetak siswa-siswinya yang mempunyai

kemampuan membaca al-Qur'an lebih baik dibandingkan dengan sekolahan

yang lain melalui pembelajaran BTQ yang ada di sekolahnnya.

BTQ merupakan mata pelajaran yang ada di sekolah MAN 3

Pekalongan yang isinya mengajarkan tentang tata cara membaca dan menulis

al-Qur'an sesuai dengan ilmu tajwid dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang

baik dan benar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian di MAN 3 Pekalongan dengan judul

PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR'AN (BTQ) SISWA KELAS X

DI MAN 3 PEKALONGAN TAHUN 2014-2015 dengan alasan sebagai

berikut:

1. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan suatu bidang

keilmuan yang di dalamnya mengandung lebih banyak nilai-nilai agama

sebagai usaha membentuk manusia secara utuh, lengkap dan terpadu, yang

secara umum dapat dikatakan proses pembentukan kepribadian yang mulia


5

atau akhlak al-karimah atau pembentukan yang bertaqwa dengan jalan

membina potensi-potensinya.

2. Salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menumbuhkan pribadi

pada setiap individu yang melaksanakan kewajibannnya secara baik

terutama dalam hal ibadah mahdhoh contohnya shalat yang memerlukan

kemampuan membaca al-Qur'an bagi pelakunya sehingga mengajarkan al-

Qur'an sangat dianjurkan bagi tiap muslim agar setiap muslim bisa

membaca al dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid melalui metode

tertentu dalam pembelajaran BTQ.

3. Dalam pembelajaran BTQ di MAN 3 Pekalongan terdapat metode tutor

sebaya oleh siswa yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa yang

sudah menguasai dalam membaca al-Qur'an untuk ikut membantu dalam

pembelajaran BTQ memberikan pengajaran kepada siswa yang lain yang

belum bisa membaca al-Qur'an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis memberikan

beberapa rumusan masalah yang akan dijadikan pokok kajian dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Bagaimana pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) siswa di MAN 3

Pekalongan kelas X?

2. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur'an kelas X di MAN 3

Pekalongan tahun 2014-2015?


6

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang mempengaruhi

pembelajaran al-Qur'an siswa kelas X di MAN 3 Pekalongan?

C. Penegasan Istilah

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,

yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna

kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.5

2. Pengertian Membaca al-Qur'an

Membaca al-Qur'an karim kita harus membacanya dengan

tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya secara

terus menerus, yaitu membaca tarqiq bila bacaan itu termasuk bacaay yang

harus dibaca tarqiq dan dibaca tebal (tafkhim) bilamana bacaan itu

termasuk bacaan tafkhim. Juga dibaca pendek apabila bacaan itu harus

dibaca pendek; yang dibaca panjang dipanjangkan; yang dibaca jelas

(izhar) maka harus dibaca jelas; yang dibaca dengung maka harus dibaca

dengung; dibaca samar maka harus dibaca samar (ikhfa). Dan huruf yang

dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya huruf (makharijul-hurf) dan

5
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 17.
7

janganlah mencampuradukkan antara yang satu dan yang lainnya

(misalnya, bacaan izhar harus dibaca izhar jangan dibaca ikhfa dan

lainnya).6

3. Pengertian BTQ

BTQ (Baca Tulis Al-Qur'an) adalah sebuah kegiatan membaca al-Qur'an

dengan tartil, artinya jelas, racak, dan teratur, sedang menurut istilah ahli

qiroat ialah membaca al-Qur'an dengan pelan-pelan dan tenang, beserta

dengan memikirkan arti-arti al-Qur'an yang sedang dibaca, semua hukum

tajwid dan waqof terjaga dengan baik dan benar/terpelihara dengan

sempurna.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan judul skripsi ini adalah pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an

(BTQ) siswa kelas X di MAN 3 Pekalongan berdasarkan hukum-hukum

bacaan dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan pembelajaran Baca Tulis Al-

Qur'an (BTQ) kelas X di MAN 3 Pekalongan.

2. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan kemampuan membaca al-Qur'an

kelas X di MAN 3 Pekalongan tahun 2014-2015.

6
Otong Surasman, Metode Insani Kunci Praktis Membaca al-Qur'an Baik dan Benar,
(Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 22-23.
8

3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja

selama pembelajaran al-Qur'an siswa kelas X di MAN 3 Pekalongan.

E. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis:

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian

selanjutnya dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

dibidang pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan siswa membaca

al-Qur'an terkait dengan kemampuan siswa.

2. Praktis

a. Bagi siswa: Dapat memberikan informasi tentang pentingnya

kemampuan membaca al-Qur'an sehingga dapat membantu siswa

dalam keabsahan ibadah shalat yang dilakukan setiap hari.

b. Bagi orang tua: Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan untuk mengasuh putra-putrinya dengan baik dalam rangka

memberikan dorongan dalam kemampuan membaca al-Qur'an.

c. Bagi peneliti: Dapat menjadi bahan acuan dan masukan untuk peneliti-

peneliti lain yang berkaitan dengan kemampuan membaca al-Qur'an.

d. Bagi dunia pendidikan (guru): Dapat memberikan sumbangan

alternatif jawaban serta contoh bagi institusi pendidikan dari berbagai

macam persoalan pendidikan yang terjadi di Indonesia.


9

F. Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teori dan Penelitian yang Relevan

Dalam buku yang berjudul Mendidik Anak Membaca, Menulis,

dan Mencintai al karya Ahmad Syarifuddin dijelaskan bahwa membaca

al-Qur'an merupakan satu kemuliaan yang diberikan Allah Swt kepada

umat manusia. Sesungguhnya para malaikat tidak diberikan kemuliaan itu.

Mereka amat merindukan diberikan kemuliaan tersebut agar dapat

mendengarkannya.7

Kemudian dalam buku yang berjudul Metode Insani: Kunci

Praktis Membaca Al-Qur'an Baik dan Benar karya Otong Surasman

dijelaskan bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia ibadahnya serta

besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah

membaca al-Qur'an Karim. Hal ini diperintahkan kepada kita untuk

membaca al-Qur'an, sebagaimana dalam firman Allah Swt:8

Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur'an

Dalam buku yang berjudul Menghidupkan Malam karya Abu

Malikah al-Husnayaini dijelaskan bahwa dengan membaca al-Qur'an,

maka akan hiduplah jiwa kita. Jiwa yang hidup adalah jiwa yang sangat

sensitif terhadap ayat-ayat Allah, baik qauliyah (teks) ataupun kauniyah

(yang terbentang di alam raya), baik sulfiyah (yang ada di bawah) ataupun

ulwiyyah (yang ada di angasa luar; atas). Jiwa yang hidup adalah jiwa

7
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai al-Qur'an,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 45.
8
Otong Surasman, Op.Cit., hlm. 119.
10

yang rindu akan surga dan takut akan neraka. Jiwa yang hidup adalah jiwa

yang senang dengan amal ketaatan dan membenci kemaksiatan.9

Dalam skripsi yang berjudul Studi Komparasi Prestasi Belajar

Quran Hadits antara Siswa Program Takhasus dengan Non Takhasus

pada Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta yang disusun oleh Siti

Lilis Musriah Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta Tahun 2003 dijelaskan bahwa persamaan dan perbedaan

prestasi belajar al-Qur'an Hadits antara siswa program Takhasus dengan

non Takhasus terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan dan

persamaannya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: faktor latar

belakang, siswa (lingkungan), asal sekolah, dan kemampuan membaca al-

Qur'an.10

Skripsi berjudul Metode Tahfid dalam Pembelajaran Al-Qur'an di

SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta

karya Dwi Mahmudah jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2003, dijelaskan bahwa ada 5 metode yaitu metode

memperdengarkan bacaan, membaca sendiri, setoran, dan pemberian tugas

dan murajaah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa

mampu menghafal al-Qur'an dengan baik ataupun ada beberapa kendala

9
Abu Malikah al-Husnayaini, Menghidupkan Malam, (Surakarta: Ziyad Books, 2007), hlm.
129.
10
Lilis Musriah, Skripsi: Studi Komparasi Prestasi Belajar Quran Hadits antara Siswa
Program Takhasus dengan Non Takhasus pada Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003.
11

yang ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat dari

beberapa santri telah mencapai target yang diinginkan.11

Dalam skripsi lain yang berjudul Pembelajaran Al-Qur'an dan

Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur'an di S MP PIRI

Ngaglik Sleman yang disusun oleh Agus. M. Hidayat jurusan Pendidikan

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 dijelaskan tentang

aspek materi kegiantan Quranisasi yang didalamnya dibahas tentang

implikasinya terhadap kemampuan siswa-siswi dalam membaca dan

menuli al dengan baik dan benar. Skripsi ini ada sedikit kesamaan antara

skrispi peneliti yang penulis buat yakni kemampuan membaca pada siswa

akan tetapi pada skripsi Agus M. Hidayat ini mengkaji tentang

implikasinya terhadap Baca Tulis Al-Qur'an sedangkan skripsi penulis

disusun terkait kemampuan membaca al-Qur'an.12

2. Kerangka Pikiran

Al-Qur'an berisi petunjuk bagi manusia agar ia mampu menepati

janjinya kepada Tuhan. Karenanya al-Qur'an menjadi pusat kehidupan

Islami. Al-Qur'an adalah dunia dimana seorang muslim hidup. Karena itu,

dari mulai lahir al-Qur'an pun sudah berperan sebagai landasan ideal yang

keberadaannya bukan hanya sebagai pelengkap. Lebih dari itu al-Qur'an

berperan penting ganda untuk menata kepribadian sejak mulai lahir hingga

11
Dwi Mahmudah, Skripsi: Metode Tahfid dalam Pembelajaran Al-Qur'an di SD
Muhammadiyah Al-Mujahiddin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2009.
12
Agus M. Hidayat, Skripsi: Pembelajaran al-Qur'an dan Pengaruhnya Terhadap
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur'an di SMP PIRI Ngaglik Sleman, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2006.
12

menjelang ajalnya. Buktiknya ketika dilhairkan, ditelinganya dibisikkan

syahadat yang terdapat dalam al-Qur'an. Ia mengulang-ulang setiap hari

dalam shalat. Ia dinikahkan melalui pembacaan al-Qur'an dan setelah

matipun al-Qur'an berperan untuk mengakhiri umurnya dengan syahadat

pula.

Bagi umat Islam, al-Qur'an adalah petunjuk Tuhan yang

disampaikan kepada Rasul-Nya melalui malaikat Jibril. Rasullah Saw

adalah orang yang terpilih untuk menyampaikan firman-firman-Nya

kepada umat manusia. Bukan hanya arti dan makna al-Qur'an yang datang

dari Tuhan, tetapi juga bentuknya, sehingga al-Qur'an adalah aspek yang

integral dari petunjuknya.

Mempelajari al-Qur'an hukumnya adalah fardhu kifayah, namun

untuk membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar

merupakan fardhu ain, kalau terjadi kesalahan dalam membaca al-Qur'an

maka termasuk dosa. Untuk menghindari diri dari dosa tersebut, kita

dituntut untuk selalu belajar al-Qur'an pada ahlinya. Disisi lain, kalau kita

membaca al-Qur'an tidak mempunyai daar riwayat yang jelas (sah), maka

bacaan kita itu dianggap kurang utama, bahkan bisa tidak sah yang kita

baca itu. Tidak sedikit diantara kita (umat Islam) yang tidak m engetahui

periwayatan membaca al-Qur'an ini.

Begitulah pentingnya al-Qur'an dalam kehidupan manusia maka

bagi setiap Muslim untuk bisa membaca dan mengamalkannya dengan

baik dan benar. Maka kita harus mendidik anak tentang al-Qur'an sejak
13

dini termasuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan yang

mengajarkan al-Qur'an di dalamnya sehingga anak bisa mempunyai

kemampuan membaca al-Qur'an dengan baik dan benar serta

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya kemampuan membaca al-Qur'an akan berdampak pula

pada nilai ibadah yang dijalaninya yang membutuhkan bacaan-bacaan al-

Qur'an di dalam pelaksanaannya. Dunia pendidikan diharapkan

memberikan yang terbaik dalam membimbing siswa-siswinya agar apa

yang diharapkan dalam tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

G. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan langkah yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penlitian, yaitu meliputi:

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di

tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidikinya.13 Dan merupakan

penelitian yang mendalam.

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini jenis pedekatannya adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak

13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 62.
14

menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya pada proses

penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika

antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.14

2. Jenis Data

Sedangkan untuk analisis data yang peneliti ambil dan penulis teliti

adalah sebagai berikut:

a. Data Kualitatif, data ini diperoleh melalui waancara dengan

narasumber, yaitu guru BTQ dan siswa kelas X di MAN 3 Pekalongan.

b. Data Observasi, data ini diperoleh melalui pengamatan tempat

penelitian yaitu di MAN 3 Pekalongan.

c. Data Dokumentasi, datai ini diperoleh melalui data-data yang berkaitan

dengan gambaran umum MAN 3 Pekalongan.

3. Metode Pengumupulan Data

a. Observasi

Metode observasi (pengamatan) yaitu pengumpulan data yang

dilakukan cara mengamati dan mencatat sejarah sistematik gejala-

gejala yang diselidiki.15 Artinya peneliti mengadakan pengamatan

yang sistematis pada objek yang akan diteliti.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses

pembelajaran BTQ dan tata cara serta metode yang digunakan di MAN

3 Pekalongan khususnya kelas X.


14
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5.
15
Cholid Narbuko dan H. Abu Achamdi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
hlm. 70.
15

b. Angket

Metode angket yang penulis lakukan adalah mengajukan

beberapa point pertanyaan kesejumlah reponden penelitian yang terkait

dengan materi. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung

bersifat tertutup, angket ini mengandung 10 butir item pertanyaan.

Setiap butir pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban antara lain:

1) Angket tentang pembelajaran BTQ meliputi 4 alternatif jawaban

yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

2) Angket tentang kemampuan membaca al-Qur'an siswa meliputi 4

alternatif jawaban yaitu: sangat mampu, mampu, kadang-kadang,

dan tidak pernah.

3) Angket tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pembelajaran BTQ untuk jawaban alternatifnya berbeda-beda

menyesuaikan pertanyaan yang diajukan peneliti.

c. Wawancara dan Interview

Metode interview adalah proses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi

atau keterangan.16 Interview ini dipakai dengan cara peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru BTQ dan siswa kelas X

di MAN 3 Pekalongan.

Dalam wawancara ini peneliti memberikan beberapa

pertanyaan kepada guru BTQ yang meliputi: profil sekolah, kurikulum

16
Ibid., hlm. 83.
16

mata pelajaran BTQ, metode yang digunakan dalam pembelajaran

BTQ, problem yang dihadapi selama pembelajaran BTQ, faktor

penghambat dan pendukung, saran dan prasarana yang tersedia selama

pembelajaran BTQ, pengelolaan kelas, dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan materi penelitian skripsi.

Fungsi dari metode ini adalah untuk memperoleh data tentang

metode pembelajaran BTQ, efektifitas pembelajaran BTQ, keadaan

sarana dan prasarana, serta faktor pendukung dan penghambat dalam

pembelajaran BTQ di MAN 3 Pekalongan.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode untuk mendapatkan data

berupa dokumen atau barang tertulis.17

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari dokumen-

dokumen, baik berupa arsip atau catatan-catatan penting yang ada

hubungannya dengan penelitian ini untuk kelengkapan data yang

diperoleh dari objek seperti data tentang keadaan guru dan siswa,

struktur organisasi, letak geografis, kondisi fisik sekolah serta keadaan

sarana prasarana dan lain-lain di MAN 3 Pekalongan.

4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data dalam

bentuk yang mudah diinterpretasikan.18 Data yang terkumpul tersebut

17
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 138.
18
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003),
hlm. 176.
17

kemudian diklasifikasikan dan disusun selanjutnya diolah dan dianalisis.

Analisa data tersebut merupakan temuan di lapangan.19

Untuk menganalisa data yang ada, dalam penelitian ini akan

digunakan data kualitatif dengan metode deskriptif analisis adalah proses

pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan

subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang

nampak atau sebagaimana adanya, kemudian dicoba diadakan penegasan

dan analisa sehingga nantinya akan membentuk dalam rumusan teori baru

atau memperkuat teori lama. Dengan menghasilkan modifikasi teori bukan

merumuskan teori, yang kemudian menjadi suatu kesimpulan mengenai

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) serta kemampuan membaca al-

Qur'an kelas X dan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pembelajaran BTQ di MAN 3 Pekalongan.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini terdiri dari V Bab dan masing-masing bab terdiri dari dari

beberapa Sub Bab berikut

Bab I Pendahuluan, meliputi: latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Penegasan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Metode Penelitian, yang terdiri dari Desain Penelitian, Jenis Data,

Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data dan Sistematika Penulisan

Skripsi.

19
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 192.
18

Bab II Konsep Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) dan

Membaca Al-Qur'an terdiri dari dua Sub Bab pembahasan, yaitu: Sub Bab

Pertama tentang Konsep Baca Tulis Quran (BTQ) yang meliputi Pengertian

pembelajaran al-Qur'an, Baca Tulis Al-Qur'an yang terdiri dari pengertian

Pengertian ilmu Qiroat dan Sejarah dan Perkembangan Ilmu Qiroat, Metode-

metode Pembelajaran Al-Qur'an. Sub bab yang kedua tentang Konsep

Membaca Al-Qur'an yang terdiri dari Pengertian Membaca, Pengertian Al-

Qur'an, Keutamaan Membaca Al-Qur'an, Adab Membaca Al-Qur'an, dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca Al-Qur'an.

Bab III Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) siswa Kelas X Di

MAN 3 Pekalongan yang terdiri dari Empat Sub Bab, Sub Bab pembahasan,

yaitu: Sub Bab Pertama tentang Gambaran Umum MAN 3 Pekalongan yang

meliputi: Sejarah Berdirinya MAN 3 Pekalongan, Visi dan Misi, Letak

Geografis, Keadaan Peserta Didik, Keadaan Guru dan Karyawan, Keadaan

Sarana dan Prasarana, Organisasi sekolah, Sub Bab Kedua tentang

Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas X di MAN 3

Pekalongan, dan Sub Bab yang Ketiga tentang Kemampuan Membaca Al-

Quran Kelas X Di MAN 3 Pekalongan dan sub bab keempat tentang Faktor-

faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran BTQ.

Bab IV Analisis Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Siswa Kelas X di

MAN 3 Pekalongan, yang terdiri dari tiga sub bab. Sub Bab Pertama yaitu

yaitu Analisis Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) siswa Kelas X, Sub

Bab kedua yaitu Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur'an siswa Kelas X di


19

MAN 3 Pekalongan, dan sub bab ketiga yaitu Analisis tentang Faktor-faktor

Pendukung dan Penghambat Pembelajaran BTQ.

Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai