Anda di halaman 1dari 35

KEBIDANAN 2015

Made Ita Prastika Dewi

Senin, 06 April 2015


ETIKOLEGAL "WEWENANG BIDAN"

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan adalah Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di
negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post
partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta asuhan pada bayi
baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal
pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan
gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya.
Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi unttk menjalankan praktik kebidanan
Dalam menjalankan praktik kebidanan,bidan memiliki beberapa wewenang dalam
melakukan tindakan terhadap klien dan juga pasiennya. Dalam praktiknya bidan tidak boleh
melakukan tugas diluar wewenang yang ada . Akan tetapi bila dalam kondisi darurat dan
mendapat pelimpahan wewenang dari dokter maka bidan boleh melakukan tindakan di luar
wewenangnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Wewenang?
2. Apa saja yang diatur dalam Wewenang Bidan?
3. Apa isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun 1963?
4. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980?
5. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996?
6. Apa isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002?
7. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010?
8. Apa isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan mahasiswi bidan tentang Wewenang Bidan yang ada sesuai
dengan Keputusan dan Peraturan Menteri Kesehatan.

Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya
kepada mahasiswi kebidanan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Keputusan
dan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang Wewenang Bidan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian wewenang


Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.
Ada 2 pandangan mengenai sumber wewenang, yaitu :
1. Formal, bahwa wewenang di anugerahkan karena seseorang diberi atau
dilimpahkan/diwarisi hal tersebut.
2. Penerimaan, bahwa wewenang seseorang muncul hanya bila hal itu diterima oleh
kelompok/individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan.
Chester Bernard mendukung pandangan tersebut dengan menulis :
1. Komunikasi dapat dipahami
2. Dapat dipercayai bahwa hal tesebut tidak menyimpang disaat keputusannya dibuat.
3. Secara keseluruhan, dapat diyakini bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan
kepentingan pribadinya.
4. Secara mental dan fisik mampu untuk mengikutinya.
Kekuasaan (power) sering sekali dicampur adukan dengan pengertian wewenang. Kekuasaan itu
sendiri memiliki arti sebagai suatu kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Ada banyak
sumber dari kekuasaan itu sendiri, dan keenam sumber kekuasaan tersebut dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Kekuasaan balas jasa.
2. Kekuasaan paksaan.
3. Kekuasaan sah.
4. Kekuasaan pengendalian informasi.
5. Kekuasaan panutan.
6. Kekuasaan ahli.
Persamaan tanggung jawab dan wewenang adalah baik dalam teori, tetapi sukar dicapai. Dapat
disimpulkan, wewenang dan tanggung jawab adalah sama dalam jangka panjang, dan dalam
jangka pendek, tanggung jawab lebih besar peranannya dari pada wewenang itu sendiri.
Organisasi lini adalah orang/badan usaha yang mempunyai hubungan pelapor hanya dengan satu
atasan, sehingga ada kesatuan perintah. Dan organisasi staf adalah orang/badan usaha dalam
struktur organisasi yang fungsi utamanya memberikan saran dan pelayanan kepada fungsi ini.
Wewenang lini adalah dimana atasan melakukanya atas bawahannya langsung. Dan wewenang
staf adalah suatu hak yang dipunyai oleh para staf atau para spesialis untuk memberikan saran,
bantuan, konsultasi kepada personalia lini.

2.2 Wewenang Bidan


Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pengaturan praktik bidan telah diatur sejak tahun 1963 dengan ditetapkannya Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan
normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
Kemudian diubah menjadi Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah lagi menjadi
Permenkes 623/1989 dimana wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan
khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter.
Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah
pengawasan dokter.
Tahun 1996 kembali mengalami perubahan menjadi Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang
ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam
melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
- Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
- Pelayanan Keluarga Berencana
- Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
363/Menkes/Per/IX/1980 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 623/Menkes/Per/IX/1989
menjadi tidak berlaku lagi.
Dalam perkembangannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 direvisi
dan diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan merupakan revisi
dari Permenkes No. 572/VI/1996
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai
dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan
praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta
berdasarkan standar profesi.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena
kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
Selanjutnya berkaitan dengan praktik bidan terdapat reformasi peraturan dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 berkaitan praktik bidan, Untuk menunjang pelaksanaan penurunan
kematian ibu dan bayi/anak maka Permenkes Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 direvisi
dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

2.3 Isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun 1963 diatur
kewenangan terbatas bidan meliputi:
1. memimpin persalinan normal;

2. merawat bayi di dalam dan diluar klinik;

3. memimpin biro konsultasi ibu dan anak;

4. memimpin dapur susu;

5. memberikan suntikan pituitrine;

6. memimpin persalinan dengan letak sungsang;

7. memasang tang pada kepala bayi yang rendah letaknya dan kemudian menolong
lahirnya bayi.

8. membalikkan bayi dan kemudian menolong lahirnya si bayi;

9. memberikan suntikan secale cornutum.

Kewenangan terbatas tersebut diberikan kepada bidan dimana mereka dipandang


cakap/cerdas dan cukup berpengalaman, mereka berkedudukan di tempat-tempat seperti balai
pengobatan dan/atau rumah sakit yang jarang dikunjungi dokter dan untuk keadaan yang darurat
hal mana kemudian dibenarkan oleh dokter atasannya.Untuk perizinan mengacu pada pasal 5 dan
6 UU Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan bahwa tenaga kesehatan untuk melakukan
pekerjaan harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan

2.4 Isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang


Wewenang Bidan dalam Bab II diatur wewenang umum dan khusus bidan sebagai berikut:

1. Wewenang Umum
Dalam melakukan pekerjaan kewenangan umum ini tanggung jawab berada pada bidan yang
bersangkutan.
Bidan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai wewenang umum :
1) memberikan penerangan dan penyuluhan tentang kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan
perawatan buah dada, keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, gizi.
2) melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam
pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah termasuk pembinaan para dukun
peraji.
3) melayani kasus ibu untuk:
a. pengawasan kehamilan
b. pertolongan persalinan normal termasuk pertolongan persalinan letak sungsang pada multipara.
c. episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II
d. perawatan nifas dan menyusukan termasuk pemberian uterotonik
e. pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksaan Pemerintah.
4) melayani bayi dan anak prasekolah untuk:
a. pengawasan pertumbuhan dan perkembangan
b. pemberian pengebalan
c. perawatan
d. petunjuk pemberian makan
5) memberikan obat-obatan:
a. roboransia
b. pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan sepanjang hal itu tidak melalui suntikan.

2. Wewenang Khusus
Dalam melakukan pekerjaan ini tanggung jawab berada pada dokter yang
mengawasinya.
Dibawah pengawasan dokter, bidan diberi wewenang khusus sebagai berikut:
1) pengawasan kehamilan
a. versi luar
b. pengeluaran dengan jari (secara digital) sisa jaringan konsepsi pada keguguran.
2) pertolongan persalinan
a. persalinan sungsang primipara
b. pertolongan dengan cuman atau ekstraktor vakum pada kepala di luar panggul
c. pemberian infusa intravena untuk membpertahankan keadaan penderita
3) pertolongan masa nifas
a. pemberian antibiotika pada infeksi baik yang di makan maupun yang di suntikkan
b. pemasangan alat kontasepsi dalam rahim ( AKDR )
c. pemberian kontrasepsi suntikan
4) pertolongan kedaruratan
a. pencegahan keadan syok pendarahan (infusa)
b. pengatasan pendarahan pasca persalinan dengan pengeluaran uri dengan tangan (secara
manual)
c. pengatasan kedaruratan eklampsi
d. pengatasan infeksi bayi baru lahir
Disamping kewenangan umum dan khusus tersebut maka bidan dapat diberi wewenang oleh
atasannya untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat yang lain, sesuai
dengan program pemerintah dan pendidikan serta latihan yang diterimanya. Dalam keadaan
darurat bidan juga diberi wewenang untuk melakukan tindakan pertolongan yang dianggap perlu
untuk membantumenyelamatkan penderita atas tanggung jawab sendiri. Segera setelah
melakukan tindakan darurat tersebut bidan diwajibkan membuat laporan ke pusat kesehatan
masyarakat wilayah tempat kegiatannnya.

2.5 Isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 kewenangan


bidan diatur sebagai berikut:
Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada ibu dan anak.

Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval). Pelayanan kebidanan
kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra
sekolah.

(1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :

penyuluhan dan konseling


pemeriksaan fisik
pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus
iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan.
pertolongan persalinan normal
pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet
kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post
partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term
pelayanan ibu nifas normal
pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi
ringan
pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
(2) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :

pemeriksaan bayi baru lahir


perawatan tali pusat
perawatan bayi
pemantauan tumbuh kembang anak
pemberian pengobatan pada penyakit ringan
pemberian penyuluhan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu, berwenang untuk :

memberikan suntikan pengebalan

memberikan suntikan pada penyulit kehamilan

bimbingan senam hamil

kuretase digital untuk sisa jaringan konsepsi

episiotomi

penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II

amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm

pemberian infus

pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedativa

kompresi bimanual

versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya

vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul

pengendalian anemi

meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia dan hipotermi

pemberian minum dengan sonde /pipet

pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dengan Formulir
terlampir

pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

2. Pelayanan keluarga berencana

Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana berwenang untuk :

pemberian obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat
kontrasepsi bawah kulit dan kondom dan tablet vaginal serta tissue vaginal

memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi


melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim letak normal

melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit.

3. Pelayanan kesehatan masyarakat

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk pembinaan:

peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak

tenga yang bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan lebih rendah

tumbuh kembang anak.

Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan
tersebut, dan ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

2.6 Isi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 kewenangan


bidan diatur begitu luas sebagai berikut:

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada ibu dan anak.

Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval). Pelayanan kebidanan
kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra
sekolah.

(1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

penyuluhan dan konseling

pemeriksaan fisik

pelayanan antenatal pada kehamilan normal

pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,
hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan

pertolongan persalinan normal

pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar
panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir,
distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term
pelayanan ibu nifas normal

pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan

pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak
teratur dan penundaan haid.

(2) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :

pemeriksaan bayi baru lahir

perawatan tali pusat

perawatan bayi

resusitasi pada bayi baru lahir

pemantauan tumbuh kembang anak

pemberian imunisasi

pemberian penyuluhan.

Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan dapat
memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan
kemampuannya.

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu, berwenang untuk :

memberikan imunisasi

memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas

mengeluarkan placenta secara manual

bimbingan senam hamil

pengeluaran sisa jaringan konsepsi

episiotomi

penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II

amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm

pemberian infus
pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedativa

kompresi bimanual

versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya

vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul

pengendalian anemi

meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

penanganan hipotermi

pemberian minum dengan sonde /pipet

pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dengan Formulir VI
terlampir

pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

2. Pelayanan keluarga berencana;

Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana berwenang untuk :

memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat
kontrasepsi bawah kulit dan kondom

memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi

melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim

melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan


masyarakat.

3. Pelayanan kesehatan masyarakat

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk :

pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak

memantau tumbuh kembang anak


melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan


penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan
pelayanan ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Bidan dalam menjalankan praktik perorangan
harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan ruangan praktik, tempat tidur, peralatan,
obat-obatan dan kelengkapan administrasi.

2.7 Isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010, kewenangan


sebagai berikut:

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan ditujukan kepada ibu dan bayi.


Pelayanan kebidanan kepada ibu diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
dan masa menyusui. Pelayanan kebidanan kepada bayi diberikan pada bayi baru lahir normal
sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.

Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

penyuluhan dan konseling

pemeriksaan fisik

pelayanan antenatal pada kehamilan normal

pertolongan persalinan normal

pelayanan ibu nifas normal

Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi:


pemeriksaan bayi baru lahir

perawatan tali pusat

perawatan bayi

resusitasi pada bayi baru lahir


pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah

dan pemberian penyuluhan.

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu berwenang untuk:

memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah

bimbingan senam hamil

episiotomi

penjahitan luka episiotomi

kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

pencegahan anemi

inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

pemberian minum dengan sonde /pipet;pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan
manajemen aktif kala tiga

pemberian surat keterangan kelahiran

pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan.

2.Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan berwenang untuk:

memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim dalam rangka
menjalankan tugas pemerintah, dan kondom

memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan
supervisi dokter

memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi

melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah

memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan
prahamil.
3. Pelayanan kesehatan masyarakat.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 huruf c, berwenang untuk:

melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi

melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual
(IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit
lainnya.

Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter di
tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya. Bagi bidan
yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya. Daerah yang
tidak memiliki dokter adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam hal daerah tersebut telah terdapat dokter, kewenangan bidan
dimaksud tidak berlaku.
Kewenangan yang diatur dalam Permenkes Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 pada
perkembangannya ternyata dianggap menghambat program karena kewenagan bidan disini
sangat dibatasi seperti pelayanan kebidanan hanya diberikan kepada bayi dan diberikan pada
bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari diamana sebenarnya bidan
memberikan pelayanan kebidanan kepada anak dan diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak pra sekolah.

2.8 Isi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang


Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur kewenangan bidan sebagai berikut:

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

pelayanan kesehatan ibu

pelayanan kesehatan anak

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

1. Pelayanan kesehatan ibu


(1) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu meliputi:

pelayanan konseling pada masa pra hamil

pelayanan antenatal pada kehamilan normal

pelayanan persalinan normal

pelayanan ibu nifas normal

pelayanan ibu menyusui

pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:

episiotomi

penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

pemberian tablet Fe pada ibu hamil

pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif

pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

penyuluhan dan konseling

bimbingan pada kelompok ibu hamil

pemberian surat keterangan kematian

pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2. Pelayanan kesehatan anak

Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk:


1. melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat
2. penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4. pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6. pemberian konseling dan penyuluhan
7. pemberian surat keterangan kelahiran
8. pemberian surat keterangan kematian.
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,
berwenang untuk:

1. memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana

2. memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan
pelayanan kesehatan meliputi:

pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan
alat kontrasepsi bawah kulit

asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di
bawah supervisi dokter

penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah

melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas


melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual
(IMS) termasuk pemberian kondom, penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya

pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak
balita sakit, dan penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu.

Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangannya.
Daerah yang tidak memiliki dokter adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal daerah tersebut telah terdapat dokter,
kewenangan bidan dimaksud tidak berlaku.

Untuk bidan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi:

memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan, serta
peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolah yang
memenuhi persyaratan lingkungan sehat

menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalinan

memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Perbedaan bermakna Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 dan


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah bahwa bidan hanya
memberikan pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal dan
pelayanan ibu nifas normal dimana di Kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 diberikan
kewenangan persalinan abnormal, demikian juga dengan imunisasi bidan hanya diperkenankan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit dalam rangka menjalankan program pemerintah.
Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota akan menugaskan bidan praktik mandiri tertentu
untuk melaksanakan program Pemerintah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pengaturan praktik bidan telah diatur sejak tahun 1963 dengan ditetapkannya Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan
normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
Kemudian diubah menjadi Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah lagi menjadi
Permenkes 623/1989 dimana wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan
khusus.
Tahun 1996 kembali mengalami perubahan menjadi Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang
ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan.
Dalam perkembangannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996
direvisi dan diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai
dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya..
Selanjutnya berkaitan dengan praktik bidan terdapat reformasi peraturan dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 berkaitan praktik bidan, Untuk menunjang pelaksanaan penurunan
kematian ibu dan bayi/anak maka Permenkes Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 direvisi
dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Lingkup praktek kebidanan terkait erat dengan peran, fungsi, kompetensi dan memiliki
kewenangan untuk melaksanakannya.

Ruang Lingkup Praktik Kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan dalam menjalankan
praktikan yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan.

Praktek Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap
terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen Kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis. Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja putri dan wanita
dewasa sebelum dan selama kehamilan dan selanjutnya.
o Definisi secara umum : Ruang Lingkup Praktek Kebidanan dapat diartikan sebagai luas area
praktek dari suatu profesi.
o Definisi secara khusus : Ruang Lingkup Praktek Kebidanan digunakan untuk menentukan apa
yang boleh/tidak boleh dilakukan oleh seorang bidan.
o
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan menurut ICM dan IBI
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan meliputi asuhan :
a. Asuhan mandiri (otonomi) pada anak perempuan, remaja putri dan wanita dewasa sebelum,
selama kehamilan dan selanjutnya.
b. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL.
c. Pengawasan pada kesmas di posyandu (tindak pencegahan), penyuluhan dan pendidikan
kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat termasuk: (persiapan menjadi orang tua,
menentukan KB, mendeteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi).
d. Konsultasi dan rujukan.
e. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada
pertolongan medis.

B. Kerangka kerja dalam pelayanan meliputi:


1. KEPMENKES RI NO.900/MENKES/SK/II/2002
2. Standar pelayanan kebidanan
3. Kode etik profesi bidan
4. Kepmenkes no 369/Menkes/ SK/II 2007

C. Lingkup praktek kebidanan meliputi pemberian asuhan pada:


Bayi baru lahir (BBL), bayi, balita, anak perempuan, remaja putri, wanita pranikah, wanita
selama masa hamil, bersalin dan nifas, wanita pada masa interval dan wanita menopause.

1. Lingkup pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:


a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauaan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian penyuluhan
(KEPMENKES RI NO 900 pasal 18)

2. Lingkup pelayanan kebidanan pada wanita hamil meliputi:


a. Penyuluahan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus imminens,
hipertensi, gravidarum tingkat I, preeklampsi ringan dan anemi ringan.
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongan persalinan normal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar
panggul,ketuban pecah didni tanpa infeksi,perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia
karena inersia uteri primer,postterm dan preterm.
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologis yang meliputi keputihan, perdarahan tidak
teratur dan penundaan haid
(KEPMENKES RI NO 900 pasal 16)

Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk:
1) Memberikan imunisasi
2) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas
3) Mengeluarkan plasenta secara normal
4) Bimbingan senam hamil
5) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
6) Episiotomi
7) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II
8) Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4cm
9) Pemberian infus
10) Pemberian suntikan intamuskuler uterotonika, antibiotika dan sedative
11) Kompresi bimanual
12) Versi ekstasi gemelli pada kelahiran bayi ke II dan seterusnya
13) Vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul
14) Pengendalian anemia
15) Meningkatkan pemeliharaan dan pengeluaran ASI
16) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
17) Penanganan hipotermi
18) Pemberian minum dengan sonde atau pipet
19) Pemberian obat-obatan terbatas melalui lembaran permintaan obat
20) Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian
21) Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan , alat kontrasepsi dalam rahim, alat
kontrasepsi bawah kulit dan kondom
22) Tanpa penyulit
23) Memberikan Memberikan penyuluhan dan konseling pemakaian KB
24) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
25) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit
26) Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, KB dan kesehatan masyrakat
Ruang lingkup berubah bila: dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan
kebidanan selain dalam wewenangn yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa ( KEPMENKES
RI N0 900 pasal 21)
3. Lingkup pelayanan keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana bertujuan untuk mewujdkan keluarga berkualitas melalui
pengaturan jumlah keluarga secara terencana. Pelayanan keluarga berencana diarahkan kepada
upaya mewujudkan keluarga kecil. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan mempunyai
tugas dalam pelayanan keluarga berncana. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga
berncana berwenang utnuk:
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral , suntuikan dan alat kontrasepsi dalam rahi, bawah
kulit dan kondom
b. Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling umtuk pelayanan kebidanan , keluarga berencana dan kesehatan
masyarakat

4. Lingkup pelayanan kesehatan masyarakat


Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Pembianaan peran serta masyarakata di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini , melaksanakan pertolongsn pertam, merujuk dan memberikan
penyuluhan infeksi menular seksual, penyalahgunaan NAPZA , serta penyakit lainnya.

D. Hubungan kompetensi dengan lingkup praktek kebidanan


Pengetahuan ketrampilan dan sikap (kompetensi) tanpa adanya kwenangan (lingkup praktek)
maka dikaitkan sebagai bentuk pelayanan yang tidak sesuai dengan setandar karena pelayanan
yang diberikan tidak mengacu pada kerangka kerja berdasrkan KEPMENKES 900 , standar
praktek dan kode etik.

E. Ruang lingkup 24 standar kebidanan


Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut:
a) Standar Pelayanan Umum (2 standar)
b) Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
c) Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
d) Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
e) Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
I. STANDAR PELAYANAN UMUM
STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT
Tujuan
Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat
dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
Pernyataan standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat
terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum,
gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari
kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
Hasil dari pernyataan standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat Ibu,
keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan
bahaya kehamilan pada usia muda.
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
Persyaratan
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sector terkait sesuai dengan kebutuhan
2. Bidan didik dan terlatih dalam:
a) Penyuluhan kesehatan
b) Komunikasi dan keterampilan konseling dasar
c) Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,gizi, bahaya kehamilan pada
usia muda, kebersihan dan kesehatan diri, kesehatan/ kematangan seksual dan tanda bahaya pada
kehamilan.
d) Tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut di atas. Penyuluhan
kesehatan ini akan efektif bila pesannya jelas dan tidak membingungkan.

STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN


Tujuannya:
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan,
kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti
yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang
telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir
semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru
lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan gtersebut untuk menilai kinerja dan menyusun
rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
Hasil dari pernyataan ini:
a. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
b. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
c. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelayanan
kebidanan.
Prasyarat
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai
ketentuan nasional atau setempat
3. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan
setempat.
4. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf
digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup
untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas
6. Pemetaan ibu hamil.
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal
kerjanya setiap hari.
Hal yang harus diingat pada standar ini:
1. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil
kerjanya.
2. Pencatatn dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan. Menunda
pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan
3. Pencatatn dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan paraf
II. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
Tujuannya
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Hasil dari identifikasi ini
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan,secara dini dan
teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
Persyaratannya antara lain
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan
memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
Prosesnya antara lain
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan
tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL


Tujuaanya
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
Pernyataan standar
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Hasilnya antara lain
1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
2. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan
3. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa
yang harus dilakukan
4. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan
Persyaratannya antara lain
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu
hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )
Prosesnya antara lain
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL


Tujuannya
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan
bagian bawah janin.
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
Hasilnya
1. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
2. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
Persyaratannya
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.

STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN


Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai
untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

Pernyataan standar
1. Ada pedoman pengolaan anemia pada kehamilan
2. Bidan mampu Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
3. Tersedia tablet zat besi dan asam folat Obat anti malaria (di daerah endemis malaria) Obat
cacing
4. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu.
Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB
dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika
anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata
sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.sarankan ibu
hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang
diperlukan
. Pernyataan standar:
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal
tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
Hasilnya
1. Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu
2. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi
Persyaratannya
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu :
a. Mengukur tekanan darah dengan benar , mengenali tanda-tanda preeklmpsia
b. Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.

STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN


Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.
Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus
dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk mel;akukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di poerlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan
aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepatjika terjadi kegawat
daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

III. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN


STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU
Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan
berlangsung.

Hasilnya:
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan.
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN


Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
Pernyataan standar:
Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt dengan benar
untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup.
STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri
dan retensio plasenta
Pernyataan standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban secara lengkap.

STANDAR 12: PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN MELALUI


EPISIOTOMY
Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada
saat kepala janin meregangkan perineum.
Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.

IV. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS


STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Tujuan
menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,
hipokglikemia dan in feksi
Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah
hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.

STANDAR 14: PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN


Tujuan
mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk memulihkan
kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,memulai pemberian IMD
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.

STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS
Tujuan
memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan
ASI ekslusif
Pernyataan standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga,
minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu
dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB.

V. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL


STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN
PADA TRIMESTER III
Tujuan
mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3 kehamilan.
Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.

STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN EKLAMPSIA


Tujuan
mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang
tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi
Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau
memberikan pertolongan pertama.

STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWATAN PADA PARTUS LAMA


Tujuan
mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus
lama/macet.
Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang
memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN PENGGUNAAN VAKUM EKSTRAKTOR


Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.
Pernyataan standar:
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam
memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin /
bayinya.

STANDAR 20: PENANGANAN RETENSIO PLASENTA


Tujuan Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total /
persial.
Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk
plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER


Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu
yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri.
Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan
(perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.

STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER


Tujuan :
mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan
yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

STANDAR 23: PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS


Tujuan :
mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.
Pernyataan standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta m
elakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM


Tujuan :
mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang
tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
neonatorum.
Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan
perawatan lanjutan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkup praktek kebidanan di dasarkan pada pengetahuan, keterampilan, dan kewenangan bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan.
B. Saran
Marilah kita melakukan pelayanan kebidanan dalam ruang lingkup atau sesuai dengan
kewenangan kita serta pengetahuan dan keterampilan, demi memberikan pelayanan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Asri.2009. Catatan Kuliah: KONSEP KEBIDANAN. Yogyakarta:Mitra Cendekia Press
Yogyakarta.
Kusumawati Sixtia.2010.lingkup praktek kebidanan(diakses melalui www.blogspot.com pada tanggal 25
September 2013 pada pukul 11.30 WITA).

Anda mungkin juga menyukai