Anda di halaman 1dari 9

Combustio Akibat Ledakan Kompor Gas

Leopold Karsa Prapaskalis


102013309
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
e-mail: leopold.karsa@ymail.com

Pendahuluan
Kulit adalah barier proteksi utama tubuh dan sangat rentan terhadap berbagai trauma.
Luka bakar merupakan jenis trauma yang paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagian besar luka bakar terjadi di dalam rumah terutama di dapur dengan penderita
terbanyak adalah dewasa muda dan anak-anak.
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal.
Etiologi utama adalah pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh yang dapat
dipindahkan melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan
menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Dan luka bakar itu sendiri diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar.
Prinsip penatalaksanaan utama bagi luka bakar yaitu penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital
dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Luka bakar ringan
dapat ditangani secara konservatif. Sedangkan luka bakar berat memerlukan tindakan bedah
yakni escharotomi.

Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto atau allo anamnesis. Dokter akan menanyakan
beberapa pertanyaan secara langsung kepada pasien atau keluarga pasien untuk mengetahui
dengan lebih jelas penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Adapun pertanyaan mengenai
riwayat luka bakar harus meliputi:1,2
Penyebab luka bakar (termal, kimia, atau listrik)
Waktu luka bakar. Hal ini penting untuk kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya ke rumah sakit
Tempat di mana luka bakar terjadi: area terbuka atau tertutup

1
Kemungkinan cedera lainnya, seperti: ledakan dengan serpih-serpih tajam atau kaca,
kecelakaan kendaraan bermotor, dan sebagainya
Masalah-masalah medis yang menyertai
Alergi, khususnya sulfat karena banyak antimikroba topikal mengandung sulfat
Adanya konsumsi obat-obatan tertentu

Pemeriksaan fisik
Luas luka (persentase). Dasar persentase yang digunakan dalam rumus-rumus di bawah
ini adalah luas telapak tangan dianggap 1%.3
1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine, yaitu:
a. Kepala dan leher: 9%
b. Ekstremitas atas: 2 x 9% (kiri dan kanan)
c. Dada, perut, punggung, bokong: 4 x 9%
d. Perineum dan genitalia: 1%
Rumus tersebut tidak digunakan pada bayi dan anak karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak
Kedalaman luka. Secara klasik, pembagian luka bakar yaitu:4
1. Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Hanya mengenai daerah epidermis luar dan tampak sebagai daerah hiperemia dan
eritema yang akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
2. Derajat 2 (luka bakar dermis)
Mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti
sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan
adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam 10-
21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini
tampak lebih pucat dan lebih nyeri daripada luka derajat 1 karena adanya iritasi ujung
saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh
karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka bakar derajat 2 terdiri atas:4
I. Derajat 2 dangkal, di mana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
dan penyembuhan terjadi spontan dalam 10-14 hari
II. Derajat 2 dalam, di mana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subjektif dirasakan nyeri.

2
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki
kemampuan reproduksi sel-sel kulit (biji epitel, stratum germinativum,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan sebagainya) yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. 4
3. Derajat 3
Mengenai semua lapisan kulit, mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam.
Oleh karena tidak ada lagi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan
harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran
luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak nyeri. 4
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya,
tetapi juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka dan penyediaan darahnya. Daerah
berkulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber panas untuk
mendapat luka seluruh ketebalan kulit daripada daerah berkulit lebih tipis. Kulit
pasien lanjut usia dan bayi lebih tipis pada semua daerah daripada kelompok umur
lain, serta merupakan faktor pertimbangan penting untuk menentukan kedalaman luka
bakar pada pasien ini.4
Klasifikasi luka bakar4
1. Berat/kritis bila:
Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
Derajat 3 dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan
Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak yang luas, atau
fraktur
Luka bakar akibat listrik
2. Sedang bila:
Derajat 2 dengan luas 15-25%
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, dan tangan
3. Ringan bila:
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
Derajat 3 dengan luas kurang dari 2%.3

Pemeriksaan penunjang 4

3
Hitung darah lengkap terjadi peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.
Elektrolit serum kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan
penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
Alkalin fosfat peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan
pompa natrium.
Foto rontgen dada atau scan paru untuk memastikan cedera inhalasi
EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Fotografi luka bakar memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

Diagnosis
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal. Luka
bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak atau hanya
sebagian merusak epitel kulit, dan dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar
dengan ketebalan penuh merusak semua sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan dapat
memerlukan eksisi atau cangkok kulit bila luas.5

Penatalaksanaan
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di tempat kejadian
adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah membebaskan pasien dari
pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri. Kemudian lepaskan
semua bahan yang dapat menahan panas (pakaian, perhiasan, logam), hal ini untuk mencegah
luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan dengan sumber. Bahan yang meleleh
dan menempel pada kulit tidak boleh dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas
luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak boleh diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.6

Resusitasi cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid (isotonik), cairan hipertonik dan
koloid.
1. Larutan kristaloid
Larutan kristaloid terdiri dari cairan dan elektrolit. Contoh larutan kristaloid adalah
Ringer Laktat (RL) dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam

4
plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal,
cairan ini tidak banya dipertahankan di ruang intravaskuler karena cairan ini banyak
keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1L Ringer Laktat akan meingkatkan volume
intravaskuler 300 ml.6
2. Larutan hipertonik
Larutan hipertonik dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam hipertonik
tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5%, 7,5% dan 10%.
Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga akan cairan akan berpindah
dari intraseluler ke ekstravaskuler. Larutan garam hipertonik meningkatkan volume
intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari intraseluler.6
3. Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES, Hetastarch, Hespan,
Hemacell) dan Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian besar akan tetap dipertahankan di ruang
intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk
edema interstisium yang ada. 6
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah efek
hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler, oxygen carrier,
pH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor keamanan, eliminasi,
praktis dan efisiensi.6,7 Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan cairan di kompartemen
interstisial secara masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan
dengan pemberian cairan kristaloid. Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid
dibutuhkan tiga sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1L cairan kristaloid akan
meningkatkan volume intravaskuler 300ml. Kristaloid hanya sedikit meningkatkan cardiac
output dan memperbaiki transpor oksigen.6 Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II-III 20 %
atau lebih sudah ada indikasi untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan
pada orang tua dan anak-anak batasnya 15%. Untuk perkiraan pemberian cairan dapat digunakan
Formula Parkland .6,7

Formula Parkland : % luas luka bakar x BB (kg) x 4 cc

Tabel 1 : Formula Parkland6,7

5
Hari I: hanya menggunakan cairan RL untuk mencegah syok hipovolemik. Diberikan nya dalam 8
jam I dan nya dalam 16 jam berikut.

Hari II: kebutuhan faali 50 cc x BB/24 jam, diberikan cairan RL dan dextran L 500 ml, NaCl
fisiologis, D10% atau Martos.

Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme bernapas dan
resusitasi cairan dilakuakan. Tindakan meliputi debridement, nekrotomi dan pencucian luka. Tujuan
perawatan luka adalah mencegah degradasi luka dan mengupayakan proses epitelisasi. 8
Berikan analgetik efektif seperti morfin atau petidin secara intravena. Hati-hati dengan pemberian
intramuskuler karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan dalam otot. Lakukan
pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan debridement dan
memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan
antiseptik. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate
0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau gentamisin sulfat . Balut luka dengan kasa
gulung kering dan steril dan berikan ATS 3000 unit pada dewasa dan separuhnya pada anak-anak. 8

Komplikasi 9
Sepsis merupakan sebab paling umum dari morbiditas mortalitas pada penderita luka
bakar, terutama pneumonia
Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah sehingga timbul
cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli paru
Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti
paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta sindrom distress pernafasan
pada orang dewasa
Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung
Syok luka bakar dapat merusak ginjal secara irreversible sehingga timbul gagal ginjal
dalam 1-2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia
ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot
yang luas)

6
Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-sel penghasil
mukus sehingga timbul ulkus peptikum yaitu ulkus akibat stress (ulkus Curling). Hal ini
dapat dicegah dengan antasid, bloker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis
Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan yang
luas

Prognosis
Prognosis luka bakar bervariasi, tergantung pada derajat luka bakar, luas permukaan
tubuh yang terkena, komplikasi yang menyertai, serta kecepatan penatalaksanaan pada
pasien. Luka bakar derajat 1 memiliki prognosis terbaik dan semakin cepat luka bakar
ditangani, maka prognosisnya akan semakin baik.9

Etiologi
Luka bakar disebabkan pengalihan energi dari sumber panas ke tubuh melalui hantaran
atau radiasi elektromagnetik. Adapun penyebab tersering antara lain:5
Trauma suhu yang berasal dari sumber panas yang kering (api, logam panas) atau
lembab (cairan, gas panas)
Listrik (luka bakar dalam dapat menyebabkan henti jantung)
Kimia (biasanya terjadi pada kecelakaan industri akibat trauma asam atau basa)
Radiasi (awalnya dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut ke trauma yang
lebih dalam).
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit
dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam,
termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan agen penyebab (burning agent).5
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu burning agent dan lamanya kontak dengan
agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar akibat tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama satu detik dengan air panas bersuhu 68,9oC akan merusak epidermis
dan dermis sehingga terjadi luka bakar derajat tiga (full thickness injury). Pajanan selama 15
menit dengan air bersuhu 56,1oC menyebabkan cedera yang sama. Suhu kurang dari 44oC
dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.5

Epidemiologi

7
Sekitar dua juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun, di mana
100.000 penderita dirawat di rumah sakit dan 20.000 penderita yang perlu dirawat dalam
pusat-pusat perawatan luka bakar. Dewasa ini, penderita luka bakar lebih dari 50% daerah
permukaan tubuh memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan hidup bila dirawat dengan
tepat. Insiden puncak luka bakar pada dewasa muda yaitu pada umur 20-29 tahun, diikuti
oleh anak umur 9 tahun ke bawah. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas.5
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Penyebab luka bakar tersering pada anak usia 3-
14 tahun, penyebab tersering ialah nyala api yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60
tahun, luka bakar tersering disebabkan kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka bakar
biasanya terjadi karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membakar tempat tidur atau
berhubungan dengan lupa mental.5

Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan terjadi peningkatan permeabilitas. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang berisi banyak elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajat 3.9
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Akan tetapi, bila luas lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urine berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah 8 jam. 9
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. 9
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis. 9

8
Kontaminasi pada kulit mati akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, kapiler ini
membawa sistem pertahanan tubuh. Kuman penyebab infeksi luka bakar, selain berasal dari
kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran nafas atas dan kontaminasi
kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial sangat berbahaya karena kumannya
banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik. 9

Kesimpulan
Luka bakar adalah salah satu kegawatan yang sering dihadapi oleh dokter. Baik itu luka
bakar dengan derajat ringan maupun luka bakar dengan derajat yang berat. semakin besar
derajat luka bakar tersebut maka akan semakin besar morbiditas dan mortalitas yang dapat
disebabkan. Maka dari itu, penanganan yang cepat dan tepat akan dapat meningkatkan
prognosis dan juga menghindarkan komplikasi yang dapat memperparah keadaan pasien.
Penanganan cairan pada pasien luka bakar menjadi sangat penting untuk menggantikan cairan
yang hilang akibat luka tersebut.

Daftar pustaka
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. H: 103-10.
2. David C. Sabiston. Buka ajar Bedah;alih bahasa, Petrus Andrianto, Timan I.S; editor, jonatan
Oswari. Jakarta : EGC. 2008. h:276-90
3. Bresler MJ, Sternbach GL. Manual kedokteran darurat. Edisi ke-6.
Jakarta:EGC;2006.h.294-8.
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta
kedokteran. Edisi ke-3. Volume 2. Jakarta:Media Aesculapius;2001.h.365-70.
5. Wedro BC. Burn percentage in adults. Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com/burn , 20 November 2012.
6. Moenadjat Y. Petunjuk praktis penatalaksanaan luka bakar. Jakarta: Komite medik
asosiasi luka bakar Indonesia; 2005. h.4-20; 30-41.
7. Ansermino M, Hemsley C. ABC of burns; intensive care management and control of
infection. BMJ 2004;329:h. 2203.
8. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta:EGC;2002.h.151-63.
9. Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
Jakarta:Erlangga;2006.h.87-8.

Anda mungkin juga menyukai