Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup
untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular dalam
keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran darah yang adekuat ke organ-organ vital
dan ke jaringan yang mengalami trauma dan efektif untuk penyembuhan luka. Volume
plasma yang adekuat penting untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi jaringan.
Strategi tatalaksana cairan telah mengalami pergeseran selama 50 tahun belakangan ini.
Sebelum tahun 60- an, restriksi cairan intra operatif banyak dipraktekkan. Pada awal tahun
1960-an ditunjukkan bahwa trauma dan pembedahan yang disertai dengan kebutuhan cairan
secara bermakna melampaui laju rumatan cairan biasa sebagai konsekuensinya pemberian
cairan menjadi kurang restriktif. Satu dekade kemudian pilihan cairan menjadi subyek debat
yang intensif dan berlangsung hingga saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

Komposisi Cairan Tubuh


Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat
terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air tubuh total (TBW, Total
Body Water) yaitu persentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi
menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60 % dari
berat seorang priadan sekitar 50 % dari berat badan wanita. Pada orang tua, TBW sekitar 45
% sampai 50 % dari berat badannya. (Maxwell dan Kleeman, 1987). Karena lemak pada
dasarnya bebas air, maka makin sedikit lemak akan mengakibatkan makin tinggi persentase
air dari berat badan orang itu. Sebaliknya, jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi.
Oleh karena itu dibandingkan dengan orang kurus, orang yang gemuk memiliki TBW yang
relatif lebih kecil dibandingkan berat badannya. Secara proposional wanita umumnya
mempunyai lebih banyak lemak, dan lebih sedikit otot jika dibandingkan dengan pria,
sehingga kandungan airnya pun lebih kecil dibandingkan dengan berat badannya. Orang
yang tua juga mempunyai presentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
orang muda.
Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan 65 %,
dewasa pria 60 % dan wanita 50 %, sisanya ialah zat padat seperti protein, lemak,
karbohidrat, dll. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraseluler 35 %, ekstraseluler
20 %,Ekstraslular dibagi menjadi intertisisal 16 %, dan intravascular 7 %. Cairan antarsel
khusus disebut cairan transelular misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan
peritoneum, dll. Gbr (1). Gbr (2)
Gbr (1) : skema kompartemen cairan tubuh

Gbr (2) : Komponen cairan dari tubuh


Kandungan air dalam setiap organ tidak seragam seperti terlihat pd tabel (1) :
Jaringan Persentase Air
- Otak 84
- Ginjal 83
- Otot lurik 76
- Kulit 72
- Hati 68
- Tulang 22
- Lemak 10

Tabel (2) : Air tubuh total dalam persentase berat badan


- Bayi (baru lahir) 75 %
- Dewasa
pria (20 40 th) 60 %

Wanita (20 40 th) 50 %

- Usia lanjut (> 60 th) 45 50 %


Ket : Data dari Maxwell M, Kleeman CR dan Narins RG: clinical disorders of fluid and electrolyte
metabolism, ed 4. New York, 1987. Mc Graw Hill Book Co.

Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau diperlukan
proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit didalam dan diluar
sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, ion Mg, dan ion Fosfat,
sedangkan ekstraselular mengandung banyak ion Na dan Cl.
Plasma ialah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit.
Serum ialah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya fibrinogen dan
protombin. Hematokrit ialah presentasi volume eritrosit dalam darah.

Elektrolit-Elektrolit Utama dan Distribusinya


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non-elektrolit.
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan yang tidak bermuatan listrik.
Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam
organik. Garam yang terurai di dalam air menjadi satu atau lebih partikel-partikel bermuatan,
disebut ion atau elektrolit. Elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium
(Ca++), magnesium (Mg++), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4-) dan sulfat (SO4-).
Larutan elektrolit menghantarkan aliran listrik. Ion-ion yang bermuatan positif disebut kation
dan yang membawa muatan negatif disebut anion. Contohnya natrium korida (NaCl) terurai
dalam larutan menjadi Na+ (kation) dan CL- (anion). Sebaliknya, ketika glikosa dilarutkan
dalam air, ia tidak berubah menjadi komponen yang lebih kecil.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
lainnya, dan dalam keadaan sehat mereka harus berada pada bagian yang tepat dan dalam
jumlah yang tepat. Kation utama pada ECF (extraceluler fluid) adalah natrium (Na+), dan
anion-anion utama adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-); konsentrasi dari elektrolit-
elektrolit ini rendah pada ICF (intraceluler fluid). Pada ICF kalium (K+) adalah kation utama
dan posfat (HPO4-) adalah anion utama, dan sebaliknya, konsentrasi-konsentrasi ion ini
rendah pada ECF. Sebagai partikel terbanyak pada ECF, natrium memegang peranan penting
dalam mengendalikan volume cairan tubuh total, sedangkan kalium penting dalam
mengendalikan volume sel. Perbedaan muatan listrik di dalam dan diluar membran sel
penting untuk menghasilkan kerja saraf dan otot, dan perbedaan konsentrasi K+ dan Na+
didalam dan diluar membran sel penting untuk mempertahankan perbedaan muatan listrik itu.
Meskipun konsentrasi ion pada tiap bagian berbeda-beda, hukum netralitas listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan
positif (dalam satuan mili-equivalen) dalam setiap bagian. Mempertahankan muatan listrik
yang netral adalah penting agar dapat menetukan pemindahan ion antara ECF dan ICF dan
pada ginjal. Akhirnya, diperhatikan bahwa komposisi ion dari ISF mirip dengan IVF.
Perbedaan utamanya adalah pada ISF mengandung sedikit sekali protein dibandingkan
dengan IVF. Jumlah protein yang lebih tinggi didalam plasma berperanan penting dalam
mempertahankan volume IVF.

Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari


Asupan Cairan Harian. Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber
utama : (1) berasal dari larutan atau cairan makanan yang dimakan, yang normalnya
menambah cairan tubuh sekitar 2100 ml/hari, dan (2) berasal dari sintesis dalam badan
sebagai hasil oksidasi karbohidrat, menambah sekitar 200 ml/hari. Kedua hal ini memberikan
asupan cairan harian total kira-kira 2300 ml/hr. (tabel - 3). Asupan cairan sangat bervariasi
pada masing-masing orang dan bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda,
bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Tabel 3 : Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari)
Normal Latihan berat yg lama
Asupan
Cairan dari makanan 2100 ?
Dari metabolisme 200 200
Asupan total : 2300 ?
Keluaran
Insensible-kulit 350 350
Insensible paru 350 650
Keringat 100 5000
Feses 100 100
Urin 1400 500
Total pengeluaran 2300 6600

Insesible water loss, yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada keringat bahkan
tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat; jumlah rata-rata kehilangan cairan
dengan cara difusi melalui kulit kira-kira 300-400 ml/hr. Kehilangan ini diminimalkan oleh
lapisan korneumkulit yang mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap
kehilangan yang berlebihan lewat difusi ini. Bila lapisan korneum ini hilang, seperti terjadi
pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat meningkat sampai 10 kali lipat,
mencapai 3 sampai 5 liter/hari. Karena alasan ini, maka korban luka bakar harus diberi cairan
dalam jumlah yang besar, biasanya intravena, untuk mengimbangi kehilangan cairan.
Insesible water loss melalui traktus respiratorius rata-rata berkisar 300 sampai 400
ml/hr. Ketika udara memasuki traktus respiratorius maka kemudian dijenuhkan dengan
pengembunan, dan mencapai tekanan uap kira-kira 47 mmHg, sebelum dikeluarkan. Karena
tekanan uap dari udara inspirasi kurang dari 47 mmHg, maka dengan respirasi, cairan terus
menerus hilang melaui paru-paru. Pada udara dingin, tekanan uap atmosfer turun sampai 0,
menyebabkan kehilangan cairan bahkan lebih besar dari paru-paru bersamaan dengan
turunnya suhu tubuh. Hal ini menjelaskan perasaan kering pada saluran napas saat cuaca
dingin.
Kehilangan cairan lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang melalui keringat
sangat bervariasi, bergantung pada aktifitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat
normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat,
kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 liter/jam. Hal ini akan cepat
mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan, sehubungan dengan aktivasi
mekanisme haus.
Kehilangan cairan lewat feses. Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan
melaui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada
penderita diare. Karena alasan ini, maka diare berat dapat membahayakan jiwa jika tidak
dikoreksi dalam beberapa hari.
Kehilangan cairan lewat ginjal. Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin
yang diekskresikan oleh ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan
ekskresi urin. Sebenarnya, cara yang paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh
ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini. Sebagai
contoh, volume urin dapat serendah sampai 0,5 liter/hari pada pasien dehidrasi atau bisa
setinggi 20 liter/hari pada orang yang minum cairan yang luar biasa.
Variasi yang sangat ekstrim inijuga terjadi pada kebanyakan elektrolit tubuh, seperti
natrium, clorida, dan kalium. Pada beberapa orang, asupan natrium dapat serendah 20
mEq/hari, sedangkan pada orang lainnya, dapat mencapai 300 500 mEq/hari. Ginjal
dihadapkan dengan keharusan untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi cairan dan
elektrolitnya dengan asupan zat-zat ini, demikian juga mengkompensasi kehilangan cairan
dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi pada keadaan penyakit tertentu.

Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai berikut :
30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1C ditambah 10-15%
Pada anak sesuai berat badan :
*0-10 kg : 100ml/kgBB
* 10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg
* > 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg

Elektrolit : Na+ : 1,5 2 mEq/kgBB (100 mEq/hari = 5,9 g)


K+ : 1 mEq/kb/BB (60 mEq/hari = 4,5 g)

Cairan Intravena
Berdasarkan fungsinya cairan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Cairan pemeliharaan : ditujukan untuk mengganti air yang hilang lewat urine, tinja,
paru dan kulit (mengganti puasa). Cairan yang diberikan adalah cairan hipotonik,
seperti D5 NaCl 0,45 atau D5W.
2. Cairan pengganti : ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat
sekuestrasi atau proses patologi lain seperti fistula, efusi pleura asites, drainase
lambung. Cairan yang diberikan bersifat isotonik, seperti RL, NaCl 0,9 %, D5RL,
D5NaCl.
3. Cairan khusus : ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang
dipakai seperti Natrium bikarbonat, NaCl 3%.

Pembagian cairan :
1. Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari
intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume
darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi
cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus
dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine.Secara umum kristaloid digunakan untuk
meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.
2. Koloid
Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma
tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga
volume yang diberikan sama dengan volume darah yang hilang. Contohcairankoloid antara
laindekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.

Secara umum koloid dipergunakan untuk :


1. Resusitasicairan pada penderita dengan defisit cairan berat (shock hemoragik)
sebelum transfusi tersedia.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar

Perbedaan kristaloid dengan koloid :


Terapi Cairan Perioperatif
1. pra-pembedahan
2. selama pembedahan
3. pasca pembedahan

Meliputi :
Penggantian kehilangancairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk
membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan pulihnya perfusi ke
jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi iskemia jaringan dan
kemungkinan kegagalan organ

Cairan Prabedah :
1. Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi
untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut.
2. Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir,
jumlah dan warnanya.
3. Pemeriksaan fisik : Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari
status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan
mukosa.
4. Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan
protein.

Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.


1. Faseawalpasien yang sadarakanmengeluhhaus, nadibiasanyameningkatsedikit,
belumadagangguancairandankomposisinyasecaraserius.
Dehidrasipadafaseiniterjadijikakehilangankira-kira 2% BB (1500 ml air).
2. Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan lemah.
Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.
3. Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi, terjadi
pada kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit
biasanya menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB atau lebih.
Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan,

1. Pada dewasa 2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan


lebih dari 20 kg.

2. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan
ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.

Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi


tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.

Terapi cairan selama operasi meliputi :


kebutuhandasarcairan dan penggantian sisa defisitpraoperasiditambahcairan yang
hilangselamaoperasi.
Berdasarkanberatnya trauma pembedahandikenalpemberiancairan pada trauma
ringan, sedangdan berat.
PadaDewasa :
Trauma ringan
Cairan2 ml/kg BB/jamuntukkebutuhandasarditambah4 ml/kg
BB/jamsebagaipenggantiakibat trauma pembedahan.
Trauma pembedahansedang
6 ml/kg BB/jam
Trauma pembedahanberat
8 ml/kg BB/jam

Pada anak :
Ringan 2 ml/kg BB/jam,
Sedang4 ml/kgBB/jamdan
Berat6 ml/kgBB/jam.

Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan perkiraan jumlah
perdarahan.

Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk memperkira kan jumlah perdarahan
dengan {mengukur jumlah darah di dalam botol suction + perkiraan jumlah darah di
kain kasa dan kain operasi} .Satu lembar duk dapat menampung 100 150 ml darah,
sedangkan untuk kain kasa sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana
selisih 1 gram dianggap sama dengan 1 ml darah.
Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan pemeriksaan hematokrit dan
hemoglobin secara serial

Transfusi pada Pembedahan


Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua system penggolongan darah, yaitu sistem
ABO dan sistem Rh
Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%) dan sisanya (15%) sistem Rh-
Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat
badan. Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk
setiap kilogram beratbadannya.
Indikasi Transfusi

Perdarahan akut sampai Hb<8 gr% atau Ht<30%. Pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung Hb<10 gr%

Bedah mayor kehilangandarah>20% volumdarah

Pada dewasa perdarahan >15%EBV dan >10% pada bayi dan anak

Transfusi dengan :

Whole blood : (Hbx Hbpasien)xBBx6 = .ml

Packed red cell : (Hbx-Hbpasien)xBBx3 = .ml

Penanggulangan Reaksi Transfusi

Stop transfusi
Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah
vasokonstriktor, inotropik
Berikanoksigen 100%
Diuretikamanitol 50 mg ataufurosemid (lasix) 10-20 mg
Antihistamin
Steroid dosistinggi
Jikaperluexchange transfusion

Periksaanalisa gas dan pH darah

DAFTAR PUSTAKA
1. Weldy JN; Bodu Fluid and Electrolyte ,3rd edit,The CV Mosby Company St.
Louis,Toronto,London, 1980.
2. Carroll JD Water,Electrolyte,and Acid-Base Metabolism
:J.B.Lippincott Company,Philadelphia,Toronto,1978.

3. Smith K; Fluids Electrolyte A Conceptual


Approach,Churchill Livingstone,Newyork Eddinburg&London,1980.

4. Bunton LG : Fluid Balance without tears or The Child guide to electrolyte,2nd


edit; LLoyd Luc (Medical Books) ltd,New Street,London,1976.

5. Smith MR : Anesthetics for infant and children,The CV Mosby Company,Toronto 1980.

Anda mungkin juga menyukai

  • Mutasi Tingkat Kromosom
    Mutasi Tingkat Kromosom
    Dokumen8 halaman
    Mutasi Tingkat Kromosom
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • BIOTEKNOLOGI
    BIOTEKNOLOGI
    Dokumen35 halaman
    BIOTEKNOLOGI
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kunjungan Museum Nasional
    Kunjungan Museum Nasional
    Dokumen5 halaman
    Kunjungan Museum Nasional
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • DIFTERI
    DIFTERI
    Dokumen22 halaman
    DIFTERI
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • BIOTEKNOLOGI
    BIOTEKNOLOGI
    Dokumen35 halaman
    BIOTEKNOLOGI
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen9 halaman
    Presentation 1
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kasus 6 Radikulopati Lumbal
    Kasus 6 Radikulopati Lumbal
    Dokumen2 halaman
    Kasus 6 Radikulopati Lumbal
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Mutasi Gen Pada Rantai Nukleotida
    Mutasi Gen Pada Rantai Nukleotida
    Dokumen16 halaman
    Mutasi Gen Pada Rantai Nukleotida
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • LARINGITIS
    LARINGITIS
    Dokumen8 halaman
    LARINGITIS
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Difteri
    Difteri
    Dokumen18 halaman
    Difteri
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Aspirasi Benda Asing
    Aspirasi Benda Asing
    Dokumen4 halaman
    Aspirasi Benda Asing
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronchiale
    Asma Bronchiale
    Dokumen21 halaman
    Asma Bronchiale
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Iktiosis Vulgaris
    Iktiosis Vulgaris
    Dokumen12 halaman
    Iktiosis Vulgaris
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Angioedema Diagnosis
    Angioedema Diagnosis
    Dokumen17 halaman
    Angioedema Diagnosis
    Winarmi Taswin
    75% (4)
  • Difteri
    Difteri
    Dokumen18 halaman
    Difteri
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Stevens Johnson
    Sindrom Stevens Johnson
    Dokumen19 halaman
    Sindrom Stevens Johnson
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen12 halaman
    Journal Reading
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Referat Sinusitis
    Referat Sinusitis
    Dokumen19 halaman
    Referat Sinusitis
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Vitiligo
    Vitiligo
    Dokumen12 halaman
    Vitiligo
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Surviving Sepsis Caimpaign
    Surviving Sepsis Caimpaign
    Dokumen18 halaman
    Surviving Sepsis Caimpaign
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Cover Psikomotor
    Cover Psikomotor
    Dokumen1 halaman
    Cover Psikomotor
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Omsk Bilateral
    Omsk Bilateral
    Dokumen5 halaman
    Omsk Bilateral
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Omsk Sinistra
    Omsk Sinistra
    Dokumen5 halaman
    Omsk Sinistra
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Miliaria
    Miliaria
    Dokumen7 halaman
    Miliaria
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Terapi Cairan Anestesi
    Terapi Cairan Anestesi
    Dokumen14 halaman
    Terapi Cairan Anestesi
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tonsilofaringitis
    Tonsilofaringitis
    Dokumen34 halaman
    Tonsilofaringitis
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Tenggorokan
    Anatomi Tenggorokan
    Dokumen28 halaman
    Anatomi Tenggorokan
    Elfha Monita
    Belum ada peringkat
  • Trauma Thorax
    Trauma Thorax
    Dokumen45 halaman
    Trauma Thorax
    rivanti asmara wijaya
    0% (1)
  • Tutorial Together OE As
    Tutorial Together OE As
    Dokumen22 halaman
    Tutorial Together OE As
    rivanti asmara wijaya
    Belum ada peringkat