PENDAHULUAN
Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup
untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular dalam
keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran darah yang adekuat ke organ-organ vital
dan ke jaringan yang mengalami trauma dan efektif untuk penyembuhan luka. Volume
plasma yang adekuat penting untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi jaringan.
Strategi tatalaksana cairan telah mengalami pergeseran selama 50 tahun belakangan ini.
Sebelum tahun 60- an, restriksi cairan intra operatif banyak dipraktekkan. Pada awal tahun
1960-an ditunjukkan bahwa trauma dan pembedahan yang disertai dengan kebutuhan cairan
secara bermakna melampaui laju rumatan cairan biasa sebagai konsekuensinya pemberian
cairan menjadi kurang restriktif. Satu dekade kemudian pilihan cairan menjadi subyek debat
yang intensif dan berlangsung hingga saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau diperlukan
proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit didalam dan diluar
sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, ion Mg, dan ion Fosfat,
sedangkan ekstraselular mengandung banyak ion Na dan Cl.
Plasma ialah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit.
Serum ialah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya fibrinogen dan
protombin. Hematokrit ialah presentasi volume eritrosit dalam darah.
Insesible water loss, yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada keringat bahkan
tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat; jumlah rata-rata kehilangan cairan
dengan cara difusi melalui kulit kira-kira 300-400 ml/hr. Kehilangan ini diminimalkan oleh
lapisan korneumkulit yang mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap
kehilangan yang berlebihan lewat difusi ini. Bila lapisan korneum ini hilang, seperti terjadi
pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat meningkat sampai 10 kali lipat,
mencapai 3 sampai 5 liter/hari. Karena alasan ini, maka korban luka bakar harus diberi cairan
dalam jumlah yang besar, biasanya intravena, untuk mengimbangi kehilangan cairan.
Insesible water loss melalui traktus respiratorius rata-rata berkisar 300 sampai 400
ml/hr. Ketika udara memasuki traktus respiratorius maka kemudian dijenuhkan dengan
pengembunan, dan mencapai tekanan uap kira-kira 47 mmHg, sebelum dikeluarkan. Karena
tekanan uap dari udara inspirasi kurang dari 47 mmHg, maka dengan respirasi, cairan terus
menerus hilang melaui paru-paru. Pada udara dingin, tekanan uap atmosfer turun sampai 0,
menyebabkan kehilangan cairan bahkan lebih besar dari paru-paru bersamaan dengan
turunnya suhu tubuh. Hal ini menjelaskan perasaan kering pada saluran napas saat cuaca
dingin.
Kehilangan cairan lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang melalui keringat
sangat bervariasi, bergantung pada aktifitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat
normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat,
kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 liter/jam. Hal ini akan cepat
mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan, sehubungan dengan aktivasi
mekanisme haus.
Kehilangan cairan lewat feses. Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan
melaui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada
penderita diare. Karena alasan ini, maka diare berat dapat membahayakan jiwa jika tidak
dikoreksi dalam beberapa hari.
Kehilangan cairan lewat ginjal. Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin
yang diekskresikan oleh ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan
ekskresi urin. Sebenarnya, cara yang paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh
ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini. Sebagai
contoh, volume urin dapat serendah sampai 0,5 liter/hari pada pasien dehidrasi atau bisa
setinggi 20 liter/hari pada orang yang minum cairan yang luar biasa.
Variasi yang sangat ekstrim inijuga terjadi pada kebanyakan elektrolit tubuh, seperti
natrium, clorida, dan kalium. Pada beberapa orang, asupan natrium dapat serendah 20
mEq/hari, sedangkan pada orang lainnya, dapat mencapai 300 500 mEq/hari. Ginjal
dihadapkan dengan keharusan untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi cairan dan
elektrolitnya dengan asupan zat-zat ini, demikian juga mengkompensasi kehilangan cairan
dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi pada keadaan penyakit tertentu.
Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai berikut :
30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1C ditambah 10-15%
Pada anak sesuai berat badan :
*0-10 kg : 100ml/kgBB
* 10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg
* > 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg
Cairan Intravena
Berdasarkan fungsinya cairan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Cairan pemeliharaan : ditujukan untuk mengganti air yang hilang lewat urine, tinja,
paru dan kulit (mengganti puasa). Cairan yang diberikan adalah cairan hipotonik,
seperti D5 NaCl 0,45 atau D5W.
2. Cairan pengganti : ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat
sekuestrasi atau proses patologi lain seperti fistula, efusi pleura asites, drainase
lambung. Cairan yang diberikan bersifat isotonik, seperti RL, NaCl 0,9 %, D5RL,
D5NaCl.
3. Cairan khusus : ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang
dipakai seperti Natrium bikarbonat, NaCl 3%.
Pembagian cairan :
1. Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari
intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume
darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi
cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus
dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine.Secara umum kristaloid digunakan untuk
meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.
2. Koloid
Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma
tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga
volume yang diberikan sama dengan volume darah yang hilang. Contohcairankoloid antara
laindekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.
Meliputi :
Penggantian kehilangancairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk
membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan pulihnya perfusi ke
jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi iskemia jaringan dan
kemungkinan kegagalan organ
Cairan Prabedah :
1. Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi
untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut.
2. Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir,
jumlah dan warnanya.
3. Pemeriksaan fisik : Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari
status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan
mukosa.
4. Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan
protein.
2. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan
ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.
Pada anak :
Ringan 2 ml/kg BB/jam,
Sedang4 ml/kgBB/jamdan
Berat6 ml/kgBB/jam.
Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan perkiraan jumlah
perdarahan.
Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk memperkira kan jumlah perdarahan
dengan {mengukur jumlah darah di dalam botol suction + perkiraan jumlah darah di
kain kasa dan kain operasi} .Satu lembar duk dapat menampung 100 150 ml darah,
sedangkan untuk kain kasa sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana
selisih 1 gram dianggap sama dengan 1 ml darah.
Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan pemeriksaan hematokrit dan
hemoglobin secara serial
Perdarahan akut sampai Hb<8 gr% atau Ht<30%. Pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung Hb<10 gr%
Pada dewasa perdarahan >15%EBV dan >10% pada bayi dan anak
Transfusi dengan :
Stop transfusi
Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah
vasokonstriktor, inotropik
Berikanoksigen 100%
Diuretikamanitol 50 mg ataufurosemid (lasix) 10-20 mg
Antihistamin
Steroid dosistinggi
Jikaperluexchange transfusion
DAFTAR PUSTAKA
1. Weldy JN; Bodu Fluid and Electrolyte ,3rd edit,The CV Mosby Company St.
Louis,Toronto,London, 1980.
2. Carroll JD Water,Electrolyte,and Acid-Base Metabolism
:J.B.Lippincott Company,Philadelphia,Toronto,1978.