Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid

Oleh:

Menthari Hartati Mokodongan

14014101249

Masa KKM : 06 Februari 2017 05 Maret 2017

Pembimbing:

dr. Herdy Munayang, MA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN
LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan kasus pada Februari 2017

Pembimbing,

dr. Anita Dundu, Sp.KJ

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Menthari Hartati mokodongan


NRI : 14014101249
Masa KKM : 06 Februari 2017 05 Maret 2017

Dengan ini menyatakan bahwa saya benarbenar telah melakukan wawancara psikiatri
terhadap pasien lapkas saya.

Manado, Februari 2017

Menthari Hartati Mokodongan

3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul:


Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Februari 2017

Pembimbing,

dr. Herdy Munayang, MA

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i
SURAT PERNYATAAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1
I Identitas Pasien ................................................................................................ 1
II Riwayat Psikiatrik .................................................................................. 1
III Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................... 3
IV Pemeriksaan Status Mental .................................................................... 5
V Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ................................................... 8
VI Ikhtisar Penemuan Bermakna ................................................................. 10
VII Formulasi Diagnostik ............................................................................. 10
VIII Diagnosis Multiaksial ............................................................................. 11
IX Problem .................................................................................................. 11
X Terapi ...................................................................................................... 11
XI Prognosis ................................................................................................ 12
XII Diskusi .................................................................................................... 12
XIII Kesimpulan.. 16
XIV Wawancara Psikiatri ............................................................................... 17
XV DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 20
LAMPIRAN.....................................................................................................

5
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B.H
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Bungko, 15 November 1995
Status perkawinan : Belum Menikah
Jumlah anak :-
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Mongondow / Indonesia
Agama : Islam
Alamat sekarang : Bungko dusun III, Kec. Kota Selatan, Kota Kotamobagu
Tanggal MRS pertama : 22 Desember 2017
MRS terakhir : 19 Januari 2017
Cara MRS : Pasien datang diantar oleh keluarganya
Tanggal pemeriksaan : 09 Februari 2017
Tempat pemeriksaan : Ruangan Rawat Waraney RS Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang.

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 09 Februari 2017, di ruangan rawat Waraney RS
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado:
- Autoanamnesis dengan pasien
- Catatan rekam medis pasien
- Aloanamnesis dengan: Tn. J.B, ayah pasien, 68 Tahun, agama Islam, suku
Mongondow, bekerja sebagai petani, keluarga pasien di aloanamnesis saat
berkunjung menjaga pasien.

A. Keluhan utama
Marah-marah tanpa sebab.

6
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar ke rumah sakit dengan keluhan sering marah-marah tidak jelas dan
tanpa alasan, bingung serta bicara tidak nyambung sejak 2 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Jika sedang marah pasien berteriak. Kejadian ini dialami hampir
setiap hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Pasien sering berjalan-jalan tanpa tujuan di
lingkungan sekitar rumahnya.
Menurut pasien dan ayahnya sendiri, pasien sering mengancam ibunya jika tidak
dituruti keinginannya. Menurut pasien, hal ini dikarenakan ia sering mendengar suara
yang berbisik-bisik dan mengikuti kemanapun pasien pergi. Suara tersebut sering
menyuruhnya untuk memukul. Suara itu juga sering mengingatkan bahwa pasien sudah
tidak layak lagi untuk hidup.
Pasien mengaku ada kesulitan tidur tetapi tidak tiap hari. Menurut ayahnya, sebelum
masuk Rumah Sakit, pasien sudah mulai sulit tidur . Aktivitas yang dilakukan pasien
adalah hanya berdiam dirumah dan keluar untuk nongkrong. Pasien makan teratur tiga
kali sehari. Pasien mandi sehari sekali.
Saat ditanyakan apakah pasien mengetahui bahwa ia sakit apa, ia menjawab tidak
mengetahui dirinya sakit.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatrik


Pasien sebelumnya pernah di rawat RS Prof. dr. V L Ratumbuysang pada bulan
desember 2016 dengan keluhan yang sama. Pasien mendengar ada bisikan-bisikan
ditelinganya yang menyuruh pasien untuk memukul orang. Riwayat putus obat.
Pasien terakhir kali masuk di rumah sakit pada tanggal 19 Januari 2017 dengan
keluhan marah-marah tidak jelas, bicara dan tertawa sendiri, . Pasien cepat menjadi
emosi dan tersinggung. Pasien dirawat dengan diagnosa Skizofrenia Paranoid.
2. Riwayat gangguan medis
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medik sebelumnya.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Riwayat merokok (+), alkohol (+), inhalasi/lem ehabon ( + )

7
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal dan cukup bulan, tidak kuning, tidak biru dan tidak ditemukan
kelainan dan cacat bawaan. Berat badan lahir dan tinggi badan lahir tidak diketahui.
Selama kehamilannya, kondisi kesehatan kesehatan fisik dan mental ibu pasien cukup
baik.
B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Hubungan kedua orang tuanya harmonis.
Terdapat perlekatan antara ibu pasien dengan pasien berupa pemberian ASI. ASI
diberikan selama 3 bulan dari pasien lahir.
C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal. Pasien bersekolah SD hingga tamat.
Saat sekolah, pasien tidak pernah tinggal kelas, pasien rajin dan mampu untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan
baik.
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pada masa kanak akhir hingga remaja, pasien melanjutkan pendidikannya sampai ke
SMA. Kelas 1 ( Satu ).
E. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dengan mendapatkan nilai yang baik mulai dari SD selama 6
tahun. Pasien melanjutkan sekolah selama 3 tahun di SMP dan melanjutkan di SMA.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis. Tidak ada riwayat gangguan
psikoseksual.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
5. Kehidupan Beragama

8
Pasien beragama Kristen Protestan, pasien sering pergi ke masjid dan mengikuti
kegiatan kerohanian.

6. Riwayat Kehidupan Sosial


Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarganya. Menurut ayahnya,
pasien memiliki banyak teman dan mudah bergaul dengan lingkungannya.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah dipenjara atau melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di rumah permanen milik otangtuanya. Rumah tersebut memiliki 3
kamar tidur dan 1 WC sekaligus kamar mandi berada di dalam rumah.

Denah Rumah

9.
KT RT
10.
11. D
12.
KT
13.
RM/RK 14.

KM

Keterangan:
KT = Kamar Tidur
KM = Kamar Mandi
RT = Ruang Tamu
RM/RK = Ruang Makan/Ruang Keluarga
D = Dapur

9
9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien memiliki dua saudara laki-laki,
pasien termasuk golongan keluarga yang kurang mampu. Hubungan dengan keluarga
harmonis.

10. Silsilah Keluarga/ Genogram

F. Persepsi Pasien
1. Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien selalu beranggapan bahwa ia tidak sakit sehingga pasien masih sulit untuk
mengabaikan suara-suara yang didengarnya. Setelah mendapatkan perawatan dan
penjelasan mengenai penyakitnya, pasien mengaku belum juga merasa dirinya sakit,
tetapi pasien sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

2. Tentang Keluarga Pasien


Menurut ayah pasien, pasien mulai memiliki gangguan sejak 3 bulan yang lalu saat
dia mulai bergaul dengan teman-temannya yang sering merokok dan minum alkohol.
Sikap pasien berubah marah-marah dan memberontak saat keinginannya tidak dipenuhi,
seperti meminta uang kepada orang tuanya.
3. Keluarga Pasien terhadap Pasien
Ayah pasien mengatakan pasien merupakan anak yang baik, dan kedua orang tuanya
mendukung pasien.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan

10
Pasien adalah seorang laki-laki, usia 21 tahun, tampak sesuai umur, berkulit putih,
rambut hitam pendek. Berpakaian baju lengan panjang warna merah hitam dan celana
pendek warna biru jeans, bersih, duduk sopan dan ekspresi wajah biasa.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara pasien duduk
dengan tenang. Pasien merespon salam dari pemeriksa dan pasien tidak menghindari
kontak mata dengan pemeriksa. Saat ditanya tentang penyakitnya, pasien mencoba
menjawab dengan lancar dan santai untuk menceritakan masalah penyakit fisiknya.
Pasien terlihat aktif.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Secara umum pasien kooperatif, pasien menjawab setiap pertanyaan pemeriksa

dengan baik dan tenang.

B. Mood dan Afek


1. Mood : eutimia
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi

C. Bicara
1. Kualitas : artikulasi jelas, volume kuat, intonasi berubah-
ubah sesuai dengan isi pembicaraan,
2. Kuantitas : Menjawab sesuai pertanyaan
3. Hendaya bahasa : tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki halusinasi auditorik dan visual. Pasien sering mendengar suara
bisikan-bisikan dan melihat cahaya berbentuk gari berputar-putar. Ilusi, depersonalisasi dan
derealisasi tidak ditemukan pada anamnesis.

E. Pikiran
1. Proses/arus pikir : Asosiasi Longgar
2. Isi pikiran
Waham kebesaran
Obsesi, Kompulsi, dan Fobia tidak ditemukan dalam anamnesis

11
F. Kesadaran dan Kognitif
1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, mengalihkan dan
memusatkan perhatiannya.
2. Orientasi
Orientasi waktu : baik, pasien mengetahui waktu
pada saat pemeriksaan
Orientasi tempat : baik, pasien mengetahui dimana rumah
dan rumah sakit
Orientasi orang : baik, pasien dapat mengenali
keluarganya, perawat, teman-teman disekitarnya dan dokter
yang mewawancarainya.
3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat
menceritakan masa kecilnya dengan baik
Daya ingat jangka sedang : baik, pasien dapat
menceritakan kejadian yang terjadi beberapa bulan
lalu saat pasien masih sehat
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat
mengingat apa yang ia kerjakan dari tidur semalam,
bangun pagi sampai saat wawancara berlangsung
Daya ingat segera : baik, dapat mengingat kembali
beberapa nama benda yang disebutkan pemeriksa
beberapa waktu sebelumnya
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan perhatiannya
terhadap pertanyaan pemeriksa.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.
6. Kemampuan Visuospatial
Baik.
7. Intelegensi dan Daya Informasi
Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

12
G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup lama
dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan


1. Daya nilai
a. Daya nilai sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
Penilaian Realitas
Pasien beranggapan bahwa ia tidak sakit sehingga pasien masih sulit untuk
mengabaikan suara-suara yang didengarnya. Setelah mendapatkan perawatan dan
penjelasan mengenai penyakitnya, pasien masih beranggapan dirinya tidak sakit dan
obat yang dia minum hanya obat untuk menghilangkan sakit kepala.
2. Tilikan
Derajat tilikan I dimana pasien tidak sadar dirinya sakit

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT / PEMERIKSAAN FISIK


INTERNA DAN NEUROLOGI
A. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 120/80 mmHg
N :72 x/m
R : 20 x/m
S : 36,4C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Jantung :SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
wheezing-/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar dan lien :
Tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat <2 detik,
akral hangat

13
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola mata
yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Hal
ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien
terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX),
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus
Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
(Tremor,bradikinesia, rigiditas).

14
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien diantar ke rumah sakit dengan keluhan sering marah-marah tidak jelas dan
tanpa alasan, bingung serta bicara tidak nyambung sejak 2 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Jika sedang marah pasien berteriak. Kejadian ini dialami hampir
setiap hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Pasien juga menjadi cepat tersinggung.
Pasien sering berjalan-jalan tanpa tujuan di lingkungan sekitar rumahnya. Pasien sering
mendengar bisikan suara dan mengikuti kemanapun pasien pergi. Suara tersebut sering
menyuruhnya untuk memukul. Suara itu juga sering mengingatkan bahwa pasien sudah
tidak layak lagi untuk hidup.
Berdasarkan status mental ditemukan pasien mempunyai psikomotor tenang,
artikulasi baik, volume kecil, intonasi sedang, pasien menoleh saat dipanggil namanya.
Pasien kooperatif saat diwawancara. Bentuk pikiran koheren. Mood eutimia, afek
terbatas, ditemukan adanya waham kebesaran dan halusinasi auditorik dan visual. Daya
nilai sosial baik, uji daya nilai baik, penilaian realitas baik. Derajat tilikan I, dimana
pasien tidak sadar dirinya sakit.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi auditorik, halusinasi
visual dan waham kebesaran. Pasien baru pertama kali sakit ini. Diagnosis pasien ini
termasuk Skizofrenia Paranoid.
Pada aksis II, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan pasien memiliki ciri
kepribadian dependen dan histrionik.
Pada aksis III, pasien tidak memiliki gangguan medis yang bermakna sehingga tidak
ada diagnosis untuk aksis III.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan pribadi pasien. Karena pasien
sebelumnya sering bergaul dengan teman-temannya yang sering minum alkohol dan
merokok.
Pada aksis V, yaitu GAF current : 70 61, terdapat beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Terdapat gejala
halusinasi, gangguan ringan dalam lingkungan sosialnya. GAF HLPY (High Level Past
Year) : 70 61, terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik. Terdapat gejala halusinasi, waham, bicara kacau,

15
gangguan ringan dalam lingkungan sosialnya (marah-marah, mengamuk dan berniat
memukul).

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


- Aksis I : Skizofrenia Paranoid
- Aksis II : Ciri kepribadian dependen dan histrionik
- Aksis III : Pasien tidak memiliki gangguan medis umum
- Aksis IV : Masalah psikoseksual
- Aksis V : GAF-Current : 70 61
GAF-HLPY (High Level Past Year) : 70 61
Terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik. Terdapat gejala halusinasi, waham yang menetap, bicara kacau,
gangguan ringan dalam lingkungan sosialnya (marah-marah, mengamuk dan
membanting barang).

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Tidak ada
b. Psikologi
Pasien marah-marah tanpa sebab, mengamuk,, jalan-jalan tanpa tujuan, berniat
memukul dan membunuh suaminya.
Pasien mengalami halusinasi auditorik.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi :
Pasien bersosialisasi dengan baik dan terlihat bahwa status keluarga pasien adalah
cukup.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka :
Haloperidol 5 mg 2x1/2 tablet/ hari
Triheksifenidil 2 mg 2x1 tablet/ hari
B. Edukasi

16
Memberikan informasi kepada pasien agar memahami gangguannya lebih lanjut,
cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan, dan
keteraturan minum obat.
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab
penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta
mengenali gejala-gejala kekambuhan.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada
perjalanan penyakit, memastikan pasien selalu dalam pengawasan keluarga
Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan dukungan
selama masa pengobatan.

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad malam

XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma klinis
dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta melibatkan
proses pikir, persepsi, emosi gerakan dan tingkah laku.1
Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana diagnosisnya
belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu, diagnosisnya
ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan karakteristik untuk
skizofrenia.2
Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh Amerika Serikat
atau seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat
Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.3
Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan
pendekatan yang sifatnya holistik, yaitu dari sudut organobiologik, psikodinamik,
psikoreligius dan psikososial.3

17
Etiologi skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelitian biologik, genetik,
fenomenologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan atau
penyakit. Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada pada kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
(bertahun-tahun).4 Pada pasien muncul gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi
auditorik, dan waham kebesaran selama bertahun-tahun. Setelah mengonsumsi obat
secara teratur gejala-gejala yang ada pada pasien perlahan menghilang, namun jika
ada stressor dan putus obat maka penyakit pasien dapat kambuh lagi.
Pedoman untuk dapat menegakkan diagnostik adalah DSM-V (Diagnostic and
statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini berdasarkan dari anamnesis
terhadap pasien dan keluarga.6,7
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Dua (atau lebih) dari gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama
periode 1 bulan (atau kurang apabila berhasil diterapi). Setidaknya harus
terdapat kriteria (1), (2), atau (3) Di antaranya:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi ( misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau
pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama
lainnya.6,8
b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan
yang diharapkan). 6,8
c. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan. Periode
6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati
dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mugkin

18
termasuk periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal
atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala
negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk
yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang
tidak lazim).6,8
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena :
(1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode mood telah terjadi
selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif singkat dibandingkan
durasi periode aktif dan residual.6,8
e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.6,8
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang
menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan ( atau kurang jika diobati
secara berhasil).6,8
Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostik tersebut, skizofrenia di dalam
DSM IV dapat dikelompokan menjadi beberapa sub-tipe yaitu :
1. Skizofrenia Paranoid
2. Skizofrenia Terdisorganisasi
3. Skizofrenia Katatonik
4. Skizofrenia Tidak Tergolongan
5. Skizofrenia Residual
Pada kasus yang di dapat pasien Ny. AM 57 tahun masuk di dalam kategori
Skizofrenia Paranoid karena, DSM-IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh
keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering
dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau
katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham
persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. 8 Diagnosis pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-
gejala yang mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid

19
adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gambaran
klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat
paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran
dan gangguan persepsi (gejala positif). Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya
neurologis dan kognitif tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun
bagaimanapun juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami gangguan
jiwa berat dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih belakangan dibandingkan dengan bentuk-bentuk
skizofrenia yang lain

B. Terapi
Pada pasien ini diberikan Haloperidol 5 mg 2x1/2 tablet/hari yang disesuaikan dengan
dosis anjuran yaitu 5-20 mg/hari dan Triheksifenidil (THP) 2 mg 2x1 tablet/ hari.
Haloperidol merupakan antipsikotik generasi I atau tipikal yang termasuk dalam
derivat butirofenon. Haloperidol bersifat D2 antagonis yang sangat poten. Obat ini
bekerja dengan cara memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbik otak. Efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergik lainnya sangat
minimal. Haloperidol merupakan piperidine yang paling sering digunakan.4
Haloperidol adalah obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya. Haloperidol dapat menekan gejala pada penyakit seperti
halusinasi, delusi, dan berpikir tidak teratur atau berpikir kacau.9
Relaps sangat umum pada skizofrenia dan penyebab yang paling sering adalah
bahwa pasien berhenti minum obat. Skizofrenia membutuhkan pengobatan jangka
panjang. Jangan berhenti minum haloperidol atau mengubah dosis tanpa konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter ahli. Beberapa orang dapat terjadi efek samping pada
haloperidol seperti gelisah, tremor, dan kekakuan. 9
Interaksi obat dari antipsikosis dengan antipsikosis lain dapat menimbulkan
potensiasi efek samping, khususnya sering menimbulkan gejala Ekstrapiramidal.
Tindakan mengatasinya yaitu terapi dikombinasikan dengan Triheksifenidil 2 mg, 2x1
tablet /hari. Obat ini adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat dari
pada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini
bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral
terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada
dosis toksik. Apabila Sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis

20
secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat
antiparkinson. 4,6
Psikoterapi reedukatif pada keluarga pasien juga penting diberikan dalam bentuk
yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta
mengenali gejala-gejala kekambuhan dan terapi keluarga yaitu dengan memberikan
pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada
perjalanan penyakit.4,6
Edukasi perlu diberikan terutama kepada pasien dan keluarga pasien. Tujuan
edukasi terhadap pasien diharapkan dapat memahami gangguannya, bagaimana cara
pengobatannya, serta efek samping yang kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan
kepatuhan dalam hal meminum obat merupakan bagian yang penting dalam mengedukasi
pasien.4,8
Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk mengenali gejala-gejala
kekambuhan secara dini ketika pasien berada di rumah dan membantu pasien dalam hal
meminum obat secara rutin dan teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan
dapat dicegah. Peran keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien, terutama dalam
memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien merasa tenang dan nyaman.4,8

XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan pencegahan
timbulnya relaps.
3. Serta menyarakan kepada keluarga dalam mengontrol pasien dalam proses
pengobatan agar dapat meminum obat dengan rutin. Sehingga pengobatan dapat
terlaksana dengan baik dan tidak ada namanya putus obat.

21
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di dalam ruangan pasien dirawat di ruangan Waraney RS. Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Manado pada 09 Februari 2017, pukul 16.00 WITA.
Keterangan:
A : Pemeriksa
P : Pasien

A : Selamat sore aman, perkenalkan ini dengan Menthari dokter muda dari bagian
Psikiatri, kita mo wawancara mo kong mo rekam neh. Nama lengkap siapa katu?
P : Kasman Buhang
A : so umur berapa dang?
P : 21 taon dok.
A : lahir tahun berapa ibu?
P : 1995
A : lahir tanggal berapa dang?
P : 11 November
A : pendidikan terakhir?
P : SMA kelas 1 dok
A : kerja dimana?
P : Cuma kerja di rumah kasiang dok
A : aman tau ada di mana skarang ?
P : di rumah sakit dok
A : so berapa lama dang aman disini
P : so dari bulan desember dok
A : kiapa dang aman maso disini?
P : kita da marah-marah kwa dirumah kong ada ancam kita pe mama dok
A : kiapa dang bagitu ? Ada yang ja suruh?
P : io dok. Kita jaga dengar ada yang jaba bise suruh suruh pukul kong suruh pigi pa
kita.
A : kong aman ja beking apa dang kalo ja dengar itu?
P : tuhari dok, kita so ancam-ancam tape mama lantaran nda kase doi bensin kong tape
papa lapor dipolisi pa kita. Kong kita ja dengar itu suara ja bise pukul jo kong pigi
jo ngana , itu noh kita ja dengar
A : sering aman ja dapa dengar bagitu?

22
P : io dok. Kong kita nda tahan.
A : kong aman ja beking apa dang kalo so mulai dengar itu bisikan-bisikan?
P : kita kalo dapa dengar itu cuma badiam kong menghayati yang dia bise-bise
A : selain ja ba dengar tu orang ba bise, aman ja balia sesuatu yang orang laeng nda
bisa lia?
P : ada dok, kita jalia cahaya ba garis-garis kong ta putar-putar itu cahaya
A : bagus aman pake ini baju lengan panjang
P : io kita suka ja pake ini baju apalagi warna itam
A : dari kecil so suka pake baju bagini ?
P : io dokter. Waktu kecil kita memang suka pake baju lengan panjang
A : kong kalo ada mo beking sesuatu musti batanya pa mama dang?
P : kadang-kadang dok, kalo kita rasa susah for mo bekeng kita tanya tape mama
A : kong aman sapa yang antar k RS dang?
P : tape papa dok.
A : aman deng papa mama pe hubungan bagimana ?
P : bagus dok, tape papa mama perhatian noh pa kita, Cuma itu lalu noh dok qt minta
doi kong mama nda kase kita langsung marah
A : kiapa bagitu dang?
P : karana itu suara bise-bise yang kita dengar noh dok
A : bapak deng tamang-tamang bagimana dang ? ada bagus-bagus jo itu hubungan
deng tamang skolah atau yang tamang-tamang rumah ?
P : io dok bagus, kita ja nongkrong deng dorang, ja ba rokok deng ba minum sama-
sama torang
A : oh, kong so ada cewek dang ?
P : sudah so ada
A : so berapa lama dang batunangan ?
P : dari 3 SMP dok
A : ohh io dang aman istirahat jo ulang, nanti dokter datang ulang neh

Alloanamnesis di ruangan Waraney RS. Ratumbuysang dimana pasien di rawat , Tn. JB


pukul 17.30. Wawancara dilakukan pada tanggal 09 Januari 2017.
Keterangan:
A : Pemeriksa
K : Ayah pasien

23
A : Selamat sore bapak, kita dengan Menthari dokter muda dari bagian psikiatri.
Dengan bapak sapa kang?
K : Yusuf dok.
A : bapak yang antar dang aman ke RS?
K : io dokter. Kita yang antar qt pe anak ka RS
A : kyapa dang waktu itu, bapak antar aman ke RS?
K : waktu bulan desember dok dia so ja marah-marah nda jelas, bacirita sandiri, kong
so ja ancam depe mama, kita langsung lapor polisi dok , abis kaluar polisi kita
langsung bawa ka sini
A : menurut bapak kiapa dang aman bagitu?
K : kita tarukira pas dia so mulai bergaul deng depe tamang-tamang skolah SMA dia so
jadi bagini, tambah le dorang ja ba minum sama-sama deng ciong lem ehabon.
A : kong dia pernah bilang pa bapak ja ba dengar orang bise pa dia deng sesuatu yang
Cuma dia yang boleh lia?
K : dia bilang dok ada yang ja bise ngana pukul, pigi jo ngana deng jalia cahaya
garis-garis
A : oh, kong aman pe reaksi bagimana kalo bapak lia?
K : dia cuma badiam dok mar kalo datang ada jo depe mau yang nda mo kase dia
langsung mo marah itu.
A : oh. Di keluarga ada yang saki rupa aman ?
K nda ada dok cuma dia
A : aman pe orang sebelum dia saki bagimana dang bapak ?
K : dia itu anak dengar-dengaran dok, rajin sambayang, mangaji, nilai di skolah cukup
bagus, anak bae-bae kasiang, nanti dia bergaul deng depe tamang-tamang itu kong
so jadi laeng bagini.
A : oh io dang bapak makase neh so ada waktu for kita wawancara sadiki
K : io dokter sama-sama.
A : Selamat malam
K : Selamat malam

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In : Sadock BJ, Sadock VA,
eds. Kaplan and Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8 th ed. Philadhelpia :
Lippincott Williams and Wilkins, 2005. p.1329.
2. First M.B., Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Mental Disorders Diagnosis,
Etiology and Treatment. London: Wiley, 2004. p. 640-700.
3. Hawari, D : Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia edisi 2 cetakan ke-3.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006.
4. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2010.
5. Katherine and Patricia. Psychiatric Mental Health Nursing 3rd edition. Philadhelpia :
Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dario PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya, 2001.
7. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American Psychiatric Publishing, 2013
8. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.
9. National Alliance on Mental Illness. Fact Sheet: Haldol (Haloperidol). 2007.Available on
http://www.namihelps.org/assets/PDFs/fact-sheets/Medications/Haldol.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai