Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METODE ILMIAH

Disusun oleh:
Nawanda nadya (24)
X MIPA 4

SMA KESATRIAN 2 SEMARANG


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Alloh SWT


karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas METODE
ILMIAH.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal
dari Alloh SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Definisi Metode Ilmiah 3
2.2. Sikap Imiah 3
2.3. Kegunaan Metode Ilmiah 4
2.4. Kriteria Metode Ilmiah 5
2.5. Langkah-Langkah Metode Ilmiah 6
BAB III PENUTUP 9
3.1. Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang
diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan
pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan.
Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif
dan intuitif. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi
pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah.
Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra
terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak
perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya.
Sedangkan pengetahuan pra-ilmiah adalah hasil
serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka
terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-
metode ilmiah.
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang
berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses
penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk
meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. Ilmu
pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis,
konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi
ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi
suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun
secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya
agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara
lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan
mengolah pengetahuan menggunakan metode
tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam
usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan
pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-
langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga
menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren,
berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu
merupakan rangkaian yang saling terkait dan
berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian
(research)
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran
terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah
untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-
fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu,
penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan
yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan
dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab,
seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu,
apakah benar, dan sebagainya.
Menurut Almadk (1939), metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan
Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh
sesuatu interelasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode Ilmiah?
2. Kriteria-kriteria apa saja yang tercantum dalam
metode ilmiah?
3. Langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam
membuat metode ilmiah?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pebulisan makalah ini memberi
pengetahuan dan wawasan mengenai metode ilmiah,
serta langkah-langkah pembuatan metode ilmiah
kepada masyarakat awam pada umumnya dan kaum
intelektual (mahasiswa) pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Metode Ilmiah


Metode merupakan prosedur atau cara seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan untuk mempermudah
memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan
terkontrol. Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk
mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan
bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode
ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam
melakukan proses ilmiah (science project) untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran
pada metode ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu
pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta,
maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban dari
semua pertanyaan yang ada pun harus secara
sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah
sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu dengan
lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-
pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti
apakah yang dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal
tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah
terjawab.

2.2. Sikap Ilmiah


1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar
untuk melakukan penelitian-penelitian demi
mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur
Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus
bersikap jujur, artinya selalu menerima kenyataan dari
hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan
penelitian terhadap suatu masalah tidak boleh mudah
putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk
mendapatkan data yang akurat. Dengan data yang
akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih
akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan
tindakan yang teliti dalam melakukan penelitian, akan
mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga
menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya,
hasil penelitian tidak boleh dipengaruhi perasaan
pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan
fakta yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan
sikap terbuka artinya mau menerima pendapat yang
benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang
paling benar atau paling hebat. Kalau ada pendapat
lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.

2.3. Kegunaan Metode Ilmiah


Dengan adanya sikap dan metode ilmiah akan
menghasilkan penemuan-penemuan yang berkualitas
tinggi dan dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode
ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan permasalahan dengan
penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga
diperoleh kebenaran yang objektif.
3. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia
alam yang sebelumnya masih teka teki.

2.4. Kriteria Metode Ilmiah


Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian
disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus
mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam
penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan
pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka,
bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif.
Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang
objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan
hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah
merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah,
hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap
fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip
analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa
yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya
saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat
dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam
proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa
harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta
memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai
sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan
yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam
mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji
harus disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus
menggunakan pikiran yang jernih dan tidak
berdasarkan perasaan.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang
lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut
yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran
seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan
sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran
seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal,
sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi
yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran
nominal, ranking dan rating.

2.5. Langkah Langkah Metode Ilmiah


1. Karakterisasi (Observasi dan Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang
cermat atas subjek investigasi. Dalam proses
karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat
utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang
diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan
proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi
yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran
dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu
tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau
dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.
Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah
khusus seperti termometer, spektroskop, atau
voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya
berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam
itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan
dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau
dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya
ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi
ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan
melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang
diukur.

2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara
tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam
proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi
tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen
dalam laboratorium atau observasi suatu fenomena di
alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan
hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh
prediksi tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau
tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya
hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis
yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang
diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi
dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat
hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diobservasi,
hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah
berguna bagi metode bersangkutan dan harus
menunggu metode yang mungkin akan datang.
Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi
memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.
Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian
ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian
yang dilakukan salah.
3. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel,
yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil
eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu
hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas
kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan
suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut
bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa
eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu
dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan
bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam
reproduksi eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang
perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas
merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas.
Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang
perubahannya bergantung pada variabel bebas.
Variabel kontrol adalah variabel yang selama
eksperimen dipertahankan tetap.
o Usahakan hanya satu variabel bebas selama
eksperimen.
o Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-
variabel yang diasumsikan konstan, catat hasil
eksperimen secara lengkap dan seksama.
4. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif,
yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang
ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih
awal karena pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan
untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek
yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu
hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik
dan teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau
definisi subjek penelitian. Ketidakberhasilan
eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik
dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang
metode eksperimen tersebut, hipotesis yang
mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian
itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai penelitian mereka
sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap yang
manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah
dilakukan dan membentuk hipotesis mereka sendiri,
atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan
mendeduksikan prediksi mereka sendiri. Sering kali
eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh
orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi
didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh orang
lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis :
Jangan ubah hipotesis
Jangan abaikan hasil eksperimen
Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak
sesuai
Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan
selanjutnya untuk menemukan penyebab
ketidaksesuaian
Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau
susun ulang eksperimen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengertian metode ilmiah adalah suatu proses atau
cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science
project) untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
2. Kritria yang termasuk ke dalam metode ilmiah
adalah :
a) Berdasarkan fakta
b) Bebas dari prasangka
c) Menggunakan prinsip-prinsip analisa
d) Menggunakan hipotesa
e) Menggunakan ukuran objektif
f) Menggunakan teknik kuantifikasi
3. Langkah-langkah dalam membuat metode ilmiah
a) Hipotesis
b) Melakukan eksperimen
c) Menyimpulkan eksperimen
DAFTAR PUSTAKA

http://alphaomega86.tripod.com/metode-ilmiah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode-ilmiah.html
http://fachryaje.blogspot.com/2010/04/penggunaan-
metode-ilmiah-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai