Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

System perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kenadung kemih dan
uretra. System ini berperan memlihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi filtrasi,
absorbs aktif dan pasif, dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin. Urin yang diproduksi di
ginjal engalir melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu,
dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrate
permenit, dari 1 mL yang diteruskan sampai ke ureter sebagai urin. Lebih kurang 1,5 l uring
dibuat setiap 24 jam. Ginjal juga berperan sebagai salah satu pembentuk hormone rennin yang
berfungsi untuk mengaktifkan atau berperan dalam pengaturan tekanan darah. Eritropoietin, juga
mempunyai fungsi dalam menghidroksilasi vitamin D3, yaitu prohormon steroid yang menjadi
bentuk aktif.1
System reproduksi pria terdiri atas testis, saluran kelamin, kelenjar tambahan dan penis.
Fungsi ganda testis adalah menghasilkan hormone dan spermatozoa. Meskipun testosterone
merupakan hormone utama yang diproduksi dalam testis, baik testosterone maupun
metabolitnya, yaitu didrotestosteron, diperlukan bagi fisiologi pria. Testosterone penting untuk
spermatogenesis, diferensiasi seksual selama perkembangan emrio dan fetus, dan pengaturan
sekresi gonadotropin. Dihidrotestosteron bekerja di banyak organ dan jaringan tubuh selama
pubertas dan masa dewasa seperti otot, pola rambut, dan pertumbuhan rambut. Saluran kelamin
dan kelenjar tambahan menghasilkan secret yang dengan bantuan kontraksi otot polos, akan
mendesak spermatozoa kea rah luar. Secret ini juga menyediakan zat nutrisi bagi spermatozoa
sewaktu berada dalam saluran reproduksi pria. Spermatozoa bersama secret saluran kelamin dan
kelenjar tambahan membentuk semen yang masuk ke dalam saluran reporduksi wanita melalui
alat bernama penis.1

Sistem Genitalia
Penis
Penis terdiri dari tiga bagian yaitu radix penis, corpus penis, dan glans penis. Penis
dihubungkan pada simphisis ossis pubis melalui jaringan ikat ligamentum suspensorium penis.
Pada radix penis terdapat tiga masa jaringan erektil yaitu bulbus penis, crus penis kanan dan crus
penis kiri. Corpus penis memiliki pada distal dari bulbus penis. Pada permukaan dorsal corpus
pensi tepat pada garis tengah terdapat vena dorsalis penis superficialis. Letak glans penis adalah
pada ujung distal corpus penis. Pada glans penis terdapat beberapa bangunan yaitu meatus
urethra externa, frenulum yang merupaka lipatan kulit yang letaknya sebelah caudal dari meatus
urethra caudal dari meatus urethra externa, preputium yang adalah lapisan kulit yang menutupi
glans penis pada permukaan dorsal, dan corona glandis yang merupakan bagian pinggir dasar
glans penis.3
Badan utama penis terdiri dari tiga badan erektil. Korpus spongiosum merupakan struktur
ventromedial yang mengelilingi urethra. Dorsal dan lateral terhadap korpus spongiosum garis
tengah, ada dua struktur erektil lain yang masing-masing dikenal dengan nama korpus
kavernosum. Masing-masing badan erektil tertanam terpisah dalam jaringan fibrosa yang dikenal
sebagai tunika albuginea. Struktur ini secara bersama dikelilingi oleh jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai fascia buck. Dibawah kulit penis dan skrotum ada fasicia colles, suatu jaringan
fibrosa yang terbentang dari basis kelenjar ini ke diafragma urogenitalis dan bersambung dengan
fascia scarpa dinding abdomen. Penis dan urethra dilayani oleh arteri pudenda interna yang
bercabang ke dalam arteri profunda penis (arteri dorsalis penis) dab arteri bulbourethralis. Vena
dorsalis perofunda dari penis berjalan dibawah fascia buck dekat arteri dorsalis dan mengalir ke
dalam vena pudenda interna melalui pleksus pudendus. Drainase limfe kulit penis mengalir ke
dalam nodule limfatisi ingunialis superficialis dan prufndi, sementara drainase limfe dari glans
penis dan urethra ke nodule limfatisi iliaka eksterna dan interna serta inguinalis profundi. Secara
embriologi, urethra penis dibentuk oleh fusi lipata urethra ini dari permukaan ventral
tuberkulum genitalis yang kemudian memanjang membentuk penis dalam pria yang sedang
berkembang.2
Sebagian besar urethra penis dilapisi oleh epitel bertingkat silindris, namun epitel ini
berubah menjadi epitel berlapis gepeng di glans penis. Kelenjar litter penyekresi lender terdapat
di sepanjang uretra penis. Preputium yang merupakan lipatan kulit retraktil yang mengandung
jarignan ikat dengan otot polos di bagia dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam
dan di kulit yang menutupi glans. Corpora kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat
kuat, yaitu tunika albuginea. Koorpora kavernosa penis dan urethra terdiri atas jaringan erektil,
jaringan ini mengandung sejumlah besar lumen vena yang dilapisi sel-sel endotel utuh dan
dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos. Pendarah arteri
penis diperoleh dari arteri pudenda interna yang menjadi asal arteri profunda dan arteri dorsalis
penis. Arteri profunda bercabang-caang menjadi arteri nutritive dan arteri helicinae. Arteri
nutritive menyuplai oksigen dan zat makanan ke trabekula, sedangkan arteri helicinae bermuara
langsung ke dalam ruang-ruang kavernosa (jaringan erektil). Terdapat pirau arteriovenosa di
antara arteri helicinae dan vena dorsalis profunda.1

Scrotum
Skrotum adalah ruang ganda dan mengandung testis, epididimis, dab bagian terminal
funikulus spermaticus. Dibawah kulit skrotum ada fasia dartos yang mengandung serat elastic,
jaringan ikat dan otot polos, suplai darah ke skrotum dilakukan oleh arteri pudenda interna dan
oleh cabang pudenda profunda arteri femoralis, vena skrotalis berjalan bersama arteri pudenda
interna dan pudenda profunda serta bermuara ke dalam vena pudenda interna san safena.
Persarafan kulit ke skrotum dari cabang nervus ilioinguinalis dan spermatika eksterna serta
drainase limfe ke nodi limfatial inguinalis superfisialis dan profundi. Skrotum dibentuk pada pria
oleh fusi benjolan genital yang membentuk labia mayora pada wanita.2
Funikulus spermatikus yang menggantung testis adalah struktur yang ditutupi olehf asia
yang mengandung arteri dan vena spermatikus, pleksus pampiniformis, saluran limfe, persarafan
autonom ke testis dan muskulus kremaster. Kontraksi muskulus kremaster mengubah posisi testis
untuk rehulasi suhu. Penting bahwa suhu testis dipertahankan lebih rendah daripada suhu bagian
tubuh lainnya untuk spermatogenesis yang optimum.2
Testis merupakan kelenjar berpasangan yang terletak dalam skrotum dan ditutupi oleh
tunika albuginea. Pada kutub atas testis terdapa badan pedunkulasi kecil, apendiks testis. Tunika
vaginalis adalah slubung yang menanam testis dan epididimis. Tunika albuginea menebal pada
permukaan posterior testis dan membentuk mediastinum testis, tempat penjuluran septa fibrosa
ke dalam kelenjar yang membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen pyramid yang
disebut lobules testis. Septa ini tidak kontinu dan sering terbentuk hubungan antar lobules, setiap
lobules dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus yang terpendam dalam dasar jaringan ikat longgar
yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel intertisial. 1 Tubulus
seminiferus menghasilkan sel kelamin pria, sedangkan sel interstisial menyekresika androgen
testis. Suplai arteri ke testis diberikan oleh arteri spermatika interna, duktus deferens dan
spermatika eksterna. Vena dari testis dan epididimis membentuk pleksus pampinifomis
dalam funikulus spermatikus yabg kemudian menjadi vena spermatika interna. Vena spermatika
kanan bermuara ke dalam vena cava, vena spermatika kiri bermuara ke dalam vena renalis kiri.
Drainase kelenjar limfe dari testis ke kelenjar limfe retroperitoneum serta ke mediastinalis dan
supraklavikularis.2
Tubulus seminiferus meruipakan tempat dihasilkannya spermatozoa. Setiap tubulus
seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis majemuk. Tubulus ini berkelok-kelok dan berawal
sebagai saluran buntu. Di ujung setiap lobules, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas
pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan
labirin saluran berlapis epitel yang beranastomosis yaitu rete testis. Tubulus seminiferus terdiri
atas suatu lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis yang berkembang baik dan suatu epitel
germinal atau seminiferus yang kompleks. Tunika propria fibrosa yang membungkus tubulus
seminiferus terdiri atas beberapa lapis fibroblast. Lapisan terdalam yang melekan pada lamina
basalis terdiri atas sel-sel mioid gepeng yang memperlihatkan cirri otot polos. Sel-sel intertisial
menempati sebagian besar ruang di antara tubuli seminiferus. Epitel tubulus seminiferus terdiri
atas dua jenis sel yang membentuk aris keturunan spermatogenik. Sel-sel turunan spermatogenik
tersebra dala empat sampai delapan lapisan. Fungsinya adalah menghasilkan spermatozoa.
produksi spermatozoa disebut spermatogenesis, yakni suatu proses yang mencakup pembelahan
sel melalui mitosis dan meiosis serta diferensiasi akhir spermatozoa yang disebut
spermiogenesis.1
Epydidimis merupakan duktus yang melingkar-lingkar, terletak posterolateral terhadap
testis dan terdiri dari bagian atas (globus mayor) dan bagian bawah (globus minor). Globus
mayor berhubungan dengan testis melalui duktus eferen dari testis dan merupakan tempat
apendiks epididimis. Suplai arteri ke empididimis diberikan oleh arteri spermatika interna dan
arteri duktus deferentis. Vena epididimalis mengalir ke dalam pleksus pampiniformis. Aliran
limfe epididimis ke nodi limfatisi iliaka eksterna dan hipogastrika. Sperma berjalan ke dalam
epididimis melalui duktus efferent dari rete testis dan kemudian melalui vas deferen ke dalam
ampulla. Di samping memberikan jalan untuk spermatozoa selama perjalanan. Duktus deferens
berdinding otot tebal yang berlanjut dan mencurahkan isinya ke dalam uretra pars prostatika.2

Duktus Deferens
Ductus deferens adalah suatu saluran berdinding otot tebal yang dilalui sperma. Mulai
dari annulus inguinalis medialis menuju lateral A. epigastrica inferior kemudian turun ke
mdorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter di sisi medial dan menuju ke
mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Pada bagian ujung akhir ductus deferens
terdapat bagian yang melebar disebut ampula ductus deferens. 3
Duktus deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos yang tebal.
Mukosanya membentuk lipatan memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat silindris
ddengan stereosilia. Lamina propria merupakan lapisan jaringan ikat dengan banyak serat elastin,
dan lapisan otot tebalnya terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam yang dipisahkan oleh
lapisan sirkular. Banyaknya otot polos menghasilkan kontraksi peristaltic kuat yang iktu serta
menyemprotkan spermatozoa keluar selama ejakulasi.1
Duktus deferens merupakan bagian dari funikulus spermatikus yang mencakup arteri
testikularis, pleksus pampiniformis, dan saraf. Sebelum memasuki prostat, duktus deferens
melebar, membentuk bagian yang disebut ampulla. Di daerah ini, epitel menjadi lebih tebal dan
melipat-lipat. Pada bagian akhir ampula ini, vesukula seminalis bergabung degnan duktus. Dari
tempat duktus deferens kemudian memasuki prostat dan bermuara ke dalam uretra pars
prostatika. Segmen yang memasuki prostat disebut duktus ejakulatorius. Lapisan mukosa duktus
deferens berlanjut melalui ampula ke dalam duktus ejakulatorius, namun lapisan otot berakhir di
belakang ampula1

Glandula Vesikulosa
Alat ini terdiri atas dua gelembung kanan dan diri yang berfungsi memproduksi cairan
essential untuk makanan sperma. Pada bagian ujung atas terttutup peritoneum. Pada bagian
depan glandula vesikulosa berhubungan dengan permukaan dorsal vesica urinaria, pada bagian
belakangnya berhubungan dengan rectum, sedangkan sisi medialnya berhubungan dengan vas
deferens.3
Glandula vesikulosa mempunya mukosa yang melipat-lipat dan dilapisi epitel bertingkat
silindris yang mengandung banyak granula sekretorik. Granul ini memiliki cirri ultrastruktur
yang mirip dengan pembuat protein. Lamina propria di glandula vesikulosa banyak mengandung
serat elastin dan dikeliingi lapisan otot polos tipis. Glandula vesikulosa seminlais bukanlah
tempat untuk menampung spermatozoa. kelenjar ini merupakan kelenjar penghasil secret kuning
kental yang mengandung substansi penggiat spermatozoa seperti fruktosa, sitrat, inositol,
prostaglandin, dan berbagai protein. Karbohidrat yang dihasilkan oleh kelenjar system
reproduksi pria dan disekresikan dalam cairan seminalis. Merupakan sumber energy bagi
pergerakan sperma. Golongan monosakarida yakni fruktosa adalah karboidrat terbanyak.1
Pada perangsangan seksual, vesikula seminalis mengeluarkan suatu zat mirip mucus yang
mengandung gula, prostaglandin dan fibrinogen ke dalam duktus ejakulatorius. Sperma
menggunakan gula untuk energinya dan prostaglandin membantu sperma menembus serviks
wanita. Prostaglandin juga dapat menyebabkan kontraksi saluran genitalia wanita yang
mendorong sperma dalam perjalananny menuju sel telur.4

Glandula prostat
Merupakan kelenjar eksokrin yang fibromuskular yang terdiri atas 5 lobus yaitu lobus
anterior, lobus medius, lobus posterior, dan 2 lobus lateralis. Bentuknya seperti limas terbalik
dengan puncak ada pada arah caudal. Dilapisi oleh selaput fibrotic dan sebelah luar dilapisi
jaringan ikat yang merupakan lanjutan dari fascia pelvis. Dengan bagian basis ada pada atas dan
depan dari sekitar collum vesica urinaria dan apex ada pada diafragma urogenitale. Membrane
prostatika peritoneale (denonviller) dan fascia rectalis memisahkan permukaan posterior
glandula prostat dengan vas deferens dan glandula vesiculosa.3

Lobus-lobus yang terdapat pada glandula prostat:3


Lobus anterior: letaknya di depan urethra pars prostatica, tidak mengandung jaringan
kelenjar
Lobus medius: letaknya di antara urethra dan ductus ejaculatorius, banyak mengandung
jaringan kelenjar, pada lobus ini dapat terjadi proses adenoma.
Lobus posterior: memiliki letak di belakang urethra, caudal dari ductus ejaculatorius,
banyak mengandung jaringan kelenjar. Pada lobus ini dapat terjadi hiperthropi porstat.

Membrane prostat peritoneale (denonvillier) dan fascia rectalis memisahkan permukaan dorsal
dengan vasa deferens dan glandula vesikulosa.

Pendarahan glandula prostate:3


Nadi
o Cabang-cabang A. vesicalis inferior
o Cabang-cabang A. rectalis media
o Cabang-cabang A. pudenda interna

Vena:3
Merupakan anyaman pembuluh balik yang disebut seabagai pleksus prostaticus.

Pada pembuluh getah being, terdapat nodule limfatisi glandula prostat yang disalurkan ke nodule
iliaca interna. 3

Persarafan: disusun oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior.3

Sistem Urinaria

Ginjal (Ren)
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneum yang terletak sepanjang batas
muskulus psoas di bawah diafragma dan dekat dengan kolumna vertebralis. Ginjal dilapisi
kapsula fibrosa. Di luar kapsula renalis ada lemak perirenalis dalam jumlah bervariasi.
Mengelilingi ginjal dan lemak perirenalis serta meluas dari diafragma ke bawah ke ureter adalah
jaringan fasia yang dikenal sebagai fascia gerota. Ginjal terdiri dari korteks luar, medulla tengah,
kalisesn dan pelvis. Dalam korteks ada glomeruli dan tubulus renalis proksimalis. Medulla
renalis merupakan tempat piramida renalis yang mengandung duktus koligen yang masuk ke
dalam kalises. Ginjal terletak di antara vertebra torasika dua belas dan lumbalis kedua, serta
dibatasi di medial oleh psoas dan di posterior oleh muskulus kuadratus lumborum, di lateral oleh
muskulus abdominalis dan di superior oleh diafragma. Ginjal kanan umumnya lebih rendah
dibandingkan dari yang kiri. Ginjal kanan dibatasi di atas oleh lobus hepatis dekster, di medial
oleh duodenum dan vena kava inferior, serta di anterior oleh fleksura koli dekstra. Ginjal kiri
dibatasi di superior oleh limpa dan kauda pancreas, di anterior oleh fleksura koli sinistra dan
jejunum serta di medial oleh aorta desenden. Superior dan medial terhadap tiap ginjal terletak di
glandula adrenal.2
Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria
renalis biasanya bercabang menjadi lima arterioae segmentales yang masuk ke dalam hilum
renale, empat di depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-
segmen atau area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arterioa segmentalis,
masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap
arteria lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares
berjalan menuju cortex diantara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis,
arteriae interlobares bercabang menjadi arteriae aruatae yang melengkung di atas basis piramides
renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteri interlobulares yang berjalan ke atas
di dalam cortex. Arterioalae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares. Vena
renlais keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke vena cava
inferior. Aliran limf, nodi aortic laterals di sekitar pangkal arteria renalis. Persarafan terdiri dari
serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke
medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11, dan 12.5
Setiap ginjal memiliki sisi medial yang cekung yaitu hilus. Tempat masuknya saraf,
masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan memiliki
permukaan lateral yang cembung. Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar , terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks mayor. Beberapa cabang yang lebih kecil yaitu kaliks minor muncul
dari setiap kaliks mayor. Ginjal dibagi menjadi korteks di luar dan medulla di dalam. Pada
manusia, medulla ginjal terdiri atas 10 18 struktur berbentuk pyramid yang disebut pyramid
medulla. Dari dasar setiap pyramid medulla, terjulur berkas-berkas tubulus yang parallel, yaitu
berkas medulla yang menyusup ke dalam korteks.1
Setiap ginjal terdiri dari 14 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar
yakni korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus dan
duktus koligentes. Setiap korpuskel renalis terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus, yang
dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan dalam
kapsul ini menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk batas luar korpuskel
renalis dan disebut lapisan parietal kapsula bowman. Di antara kedua lapis kapsula bowman
terdaoat ruang urinarius, yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan
lapisan visceral. Setiap korpuskel ginjal memiliki kuitub vascular yaitu tempat masuknya arteriol
aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus
proksimal berasal. Setelah memasuki korpuskel renalis, arteriol aferen biasanya terbagi menjadi
dua sampai lima cabang utama, dan setiap cabang terbagi lagi menjadi kapiler, yang membentuk
glomerulus ginjal. Lapisan paretal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gyang ditunjang
lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius, epitelnya berubah menjadi
epitel selapis kubus atau silindris rendah yang menjadi cirri tubulus proksimal.1
Tubulus kontortus proksimal, pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di
lapisan parietal kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus
proksimal berbentuk kubus atau silindris rendah. Tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus
distal dan karenanya tampak lebih banyak di dekat korpuskel ginjal dalam korteks ginjal. Sel
epitel kuboid ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria
panjang dalam jumlah besar. Apeks memiliki banyak mikrovili yang membentuk suatu brush
border. Sitoplasma apical sel-sel ini memiliki banyak kanalikuli di antara pangkal mikrovili,
kanalikuli ii meningkatkan kemampuan sel tubulus kontortus proksimal untuk menyerap
makromolekul.1
Ansa Henle adalah struktur yang berbentuk yang tersusun atas segmen tebal desendens,
segmen tipis desendens, segmen tipis asendens, dan segmen tebal asendens. Segmen tebal
memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Di bagian luar medulla,
segmen tebal desendens. Lumen di segmen nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel
epitel gepeng dengan inti yang hanya sedikit menonjol ke dalam lumen. Kira-kira sepertujuh dari
semua nefron terletak dekat dengan perbatasan korteks medulla dan karenanya disebut nefro
jukstamedula. Nefon lainnya disebut nefron kortikal. Semua nefron turut serta dalam proses
filtrasi, absorbs, dan sekresi. Akan tetapi, nefron jkstamedula terutama pentint untuk
mempertahankan gradient hipertonik dalam interstisium medulla, yaitu dasar kemampuan ginjal
dalam menghasilkan urin hipertonik. Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang sangat
panjang yang masuk jauh ke dalam medulla.. lengkung ini terdiri atas segmen tebal desendens
yang pendek, segmen tipi desendens dan asendens yang panjang dan segmen yebal asendens.
Sebaliknya nefron kortikal memiliki segmen tipis desendens yang sangat pendek tanpa segmen
tipis asendens.1
Tubulus kontortus distal berbeda dari tubulus kontortus proksimal (keduanya terdapat di
korteks) karena tidak memiliki brush border, tidak adanya kanalikuli apical, dan ukuran sel yang
lebih kecil. Karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal,
tampak lebih banyak sel dan inti dinding tubulus distal daripada di dinding tubulus proksimal.
Sel-sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membrane basal dan mitokondria
terkait yang menunjukkan fungsi transport ionnya. Tubulus kontorntus distal mengadakan kontak
dengan kutub vascular di korpuskel ginjal yang berasal dari induk nefronnya. Pada tempat
kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi seperti halnya dengan arterio aferennya. Di
daerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus kontortus distal biasanyan menjadi silindris dan
intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya memiliki kompleks golgi di bagian basal. Dinding
segmen tubulus distal yang mikroskopik karena rapatnya inti, disebut macula densa. Sel-sel
macula densa sensitive terhadap kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan
menghasilkan sinyal molekul yang berakibat pembebasan enzim renin ke dalam sirkulasi.1
Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling bergabung
membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus yang berangsur melebar sewaktu
mendekati puncak pyramid. Tubulus koligentes yang lebih kecil dilapisi oleh epitel kuboid.
Sewaktu tubules memasuki medulla lebih dalam, sel-selnya meninggi sampai berbentuk silindris.
Di sepanjang perjalanannya, tubulus dan duktus koligentes terdiri atas sel-sel yang tampak pucat
dengan pulasan biasa. Sitoplasma sel tersebut bersifat electron-lusen dengan sedikit organel. Di
tubulus koligentes dan duktus koligentes kortikalis, juga tampak suatu sel interkalaris gelap;
fungsi sel ini belum diketahui. Batas antar sel di tubule koligentes dan sel-sel duktus jelas
terlihan dengan mikroskop cahaya. Duktus koligentes kortikalis berhubungan secara tegak lurus
dengan beberapa cabang tubulus koligentes berukuran lebih kecil yang mengalirkan cairan ke
setiap berkas medulla. Di medulla, duktus koligentes merupakan komponen utama pada
mekanisme pemekeatan urin.1

Ureter
Ureter merupakan saluran retroperitoneum yang menghubungkan ginjal dengan vesika
urniaria. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus
psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di
bawah vas deferens dan memasuki basis vesika pada trigonum. Suplai darah ke ureter berasal
dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka komunis, iliaka interna. Arteri yang mendarahi
ureter adalah: ujung atas arteri renlais, bagian tengah oleh arteri testicularis, dan di dalam pelvis
oleh arteri vesicalis superior. Vena dialirkan ke dalam vena yang senama dengan arterinya atau
sesuai dengan arterinya. Aliran limf dari nodi aortic laterals dan nodi iliaci. Pembuluh limfe
menyertai arteri serta mengalir ke dalam nodi hipogastrika iliaka dan para aortika. Persarafan
autonom dinding ureter memberikan aktivitas peristaltic, dimana kontraksi berirama berasal dari
pemacu priksimal yang mengendalikan transport halus dan efisien bagi urin dari pelvis renalis ke
vesika urinaria. Plexus renalis, testicularis, dan hypogastricus (di dalam pelvis). Serabut-serabut
aferen berjalan bersama dengans araf simpatis dan masuk medulla spinalis setinggi lumbal I dan
II. Mukosa ureter terdiri dari epitel transisional, yang bersandar pada lamina propria fibrosa. Di
bawah lamina propria terletak tunika muskularis sirkular dan longitudinalis yang berkembang
baik dan adventisia.

Vesica Urinaria
Vesica urinaria merupaka orga otot yang berfungsi sebagai reservoir utama traktus
urinarius. Ureter memasuki bagian posteroinferior vesika urinaria pada trigonum. Trigonum
membentuk basis vesika urinaria dari ostium ureter ke dalam servis vesika urinaria. Anterior
terhadap vesika urinaria terletak spatium retrzius yang mengandung jaringan lemak dan pleksus
venosus serta os pubis pelvis. Posterior terhadap vesika urinaria pria terletak vesikula seminalis,
vas deferen, ureter, dan rectum. Suplai arteri ke vesica urinaria berasal dari cabang arteri iliaka
interna. Arteri vesikalis superior, media dan inferior. Vena dari vesika urinaria mengalir ke dalam
pleksus santorini di anterior dan pleksus pudendalis di posterior. Drainase limfe bagian ventral
vesika urinaria mengalir ke dalam nodi iliaka eksterna, drainase limfe dari setengah dorsal vesika
urinaria mengalir ke dalam rantai nod iliaka interna, eksterna, dan komunis.
Secara histologist vesika urinaria terdiri dari lapisan mukosa epithelium transisional,
submukosa dari jaringan ikat dan elastic, serta lapisan otot detrusor yang terdirid ari otot
longitudinalis, spiralis dan sirkularis. Persarafan nyeri, suhu, propriosepsi, dan motorik ke vesika
urinaria diberikan oleh radiks nervi sakralis 2, 3, 4 melalui nervus pelvikus. Persarafan simpatis
ke vesika urinaria berasal dari T11, T12, L1, dan L2 melalui nervus hipogastrikus. Ada sfingter
interna pada serviks vesika urinaria yang terdiri dari otot polos, dan mekanisme sfingter eksterna
yang terdiri dari otot lurik.2

Urethra
Urethra merupakan saluran bagi urin dan produk system genitalia pria. Urethra anterior
dibagi menjadi urethra bulbaris, penil, dan glandular. Fosa navikularis adalah dilatasi distal kecil
dalam urethra glandular. Urethra anterior dikelilingi oleh badan erektil, korpus spongiosum.
Glandula bulbourethralis cowpering terletak pada diafragma urogenitalis dan bermuara ke dalam
urethra bulbaris. Urethra penil dilapisi oleh banyak kelenjar kecil, glandula littre. Urethra
posterior terdiri dari urethra pars membaranasea dan prostatika. Urethra pars prostatika
terbentang dari vesika urinaria ke urethra pars membranasea, serta mengandung verumontanum
yang merupakan daerah yang meninggi pada bagian distal basis urethra par prostatika yang
dibentuk oleh masuknya duktus ejakulatorius dan utrikulus yang merupakan sisa duktus muller.2
Uretrhra pars prostatika merupakan bagian yang dilapisi oleh sel epitel transisional.
Urethra pars membranasea, dilapisi oleh epitel berlapis atau bertingkat silindris. Di sekeliling
urethra bagian ini terdapat sfingter urethra eksterna. Sfingter lurik volunteer eksterna ini
menambah tekanan penutupan yang telah ditimbulkan oleh sfingter urethra involunter. Sfingter
urethra involnter dibentuk oleh lanjutan muskulus longitudinalis interna di kandung kemih.
Epitel di bagian fosa navikulare kebanyakan merupakan epitel bertingkat dan silindris, dengan
daerah epitel gepeng dan berlapis.2

Filtrasi Glomerulus
Cairan yang difiltrasi glomerulus ke dalam kapsula bowman harus melewati tiga lapisan
yaitu dinding kapiler glomreulus, membrane basal, dan lapisan dalam kapsula bowman. Secara
kolektif, lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang menahan sel darah
dan protein plasma tetapi membolehkan H 2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil
lewat.6
Dinding kapiler glomreulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeable terhadap H 2O dan
zat terlarut daripada kapiler di baigan lain tubuh. Membrane basal adalah lapisan gelatinosa
aselular yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan
kapsula bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan structural, dan glikoprotein menghambat
filtrasi protein plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena
tidak dapat melewati kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma
terkecil. Namun karena bermuatan negative maka glikoprotein menolak albumin dan protein
plasma lain, yang juga bermuatan negative. Karena itu protein plasma hamper tidak terdapat di
dalam filtrate, dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula
bowman.6
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian
dari plasma di glomerulus menembus lubang membrane glomerulus menuju kapsula bowman.
Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di
kapiler di tempat lain.6

Gaya-gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus:6


Tekanan darah kapiler glomerulus yaitu tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung
dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbukan oleh arteriol aferen dan eferen.
Karena darah dapat lebih mudah masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang lebar
daripada keluar melalui arteriol eferen yang lebih sempit maka tekanan darah kapiler
glomerulus tetap tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu
karena tingginya resistensi yang dihasilkan oleh arteriol eferen maka tekanan darah tidak
memiliki kecenderungan untuk turun di sepanjang kapiler glomerulus seperti di kapiler
lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung mendorong
cairan keluar glomerulus menuju kapsula bowman di seluruh panjang kapiler glomerulus,
dan merupakan gaya utama yang menghasilkan fiiltrasi glomerulus.
Tekanan osmotic koloid plasma yang ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-
protein plasma di kedua sisi membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka
protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula bowman. Karena itu
konstentrasi H2O lebih tinggi di kapsula bowman daripada di kapiler glomerulus. Timbul
kecenderungan H2O untuk berpindah melalui osmosis menuruni gradient konsentrasinya
sendiri dari kapsula bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus.
Tekanan hidrostatik, tekanan ini yang cenderung mendorong cairan keluar kapsula
bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula bowman.

Tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke dalam
glomerulus maka tekanan darah kapiler glomerulus, dan GFR akan meningkat berbanding lurus
jika tekanan arteri meningkat bila factor lain tidak berubah. Demikian juga penrunan tekanan
darah arteri akan menyebabkan penurunan GFR. Perubahan spontan tak sengaja GFR seperti ini
umumnya dicegah oleh mekanisme retulasi intrinsic yang dilakukan oleh ginjal sendiri yaitu
proses otorgeulasi. Ginjal melakukannya dengan mengubah caliber arteriol aferen sehingga
resistensi terhadap aliran melalui pembuluh ini dapat disesuaikan.6

Dua mekanisme intrarenal yang berperan dalam otoregulasi:6


Mekanisme miogenik
Sifat umum otot polos vascular. Otot polos vascular arteriol berkontraksi secara inheren
sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan tekanan di dalam
pembuluh. Karena itu, arteriol aferen secara otomatis berkonstriksi sendiri ketika
teregang akibat peningkatan tekanan darah arteri. Respon ini membantuk membatasi
aliran darah ke dalam glomerulus dalam jumlah normal meskipun tekanan arteri
meningkat. Sebaliknya relaksasi inheren arteriol aferen yang tidak teregang ketika
tekanan di dalam pembuluh berkurang meningkatkan aliran darah ke dalam glomerulus
meskipun tekanan arteri turun.
Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus
Melibatkan apartus jukstoglomerulus, yaitu kombinasi khusus sel tubular dan vascular
dimana tubulus, setelah memutar balik, berjalan melewati sudut yang dibentuk oleh
arteriol aferen dan eferen sewaktu keduanya menyatu dengan glomerulus. Sel-sel otot
polos di dinding arteriol aferen di bagian ini secara khusus membentuk sel granular. Di
namai seperti itu karena sel-sel ini memiliki banyak granula sekretorik. Sel tubulus
khusus di region ini secara kolektif dinamai macula densa. Sel-sel macula densa
mendeteksi perubahan kadar garam cairan tubulus yang melewatinya.

Reabsorbsi Tubulus
Semua konstituen plasma kecuali plasma, difiltrasi melalui kapiler glomerulus. Selain zat
sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh, cairan filtrasi juga mengandung
nutrient, elektrolit, dan bahan lain yang dibutuhkan oleh tubuh, memang melalui filtrasi
glomerulus yang terus-menerus, jumlah dari bahan-bahan yang terfiltrasi perhari bahkan lebih
besar daripada yang ada di tubuh. Bahan-bahan essential yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh
melalui reabsorbsi tubulus, transfer diskren bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler
peritubulus. Reabsorbsi tubulus adal proses yang sangat selektif. Semua konstituen kecuali
protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma. Pada
sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Secara umum
tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh
dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak bermanfaat. Karena itu hanya sedikit
kalaupun ada, konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin
karena sebagian besar telah direabsorpsi dan dikembalikan ke darah. Hanya bahan esensial,
misalnya elektrolit yang berlebihan yang dieksresikan di urin. Untuk konstituen plasma esensial
yang diatur oleh ginjal, kapasitas reabsorpsi dapat bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh.
Sebaliknya, sebagian produk sisa yang terfiltrasi terdapat di ruin. Bahan sisa ini yang tidak
bermanfaat dan bahkan berpotensi merugikan tubuh jika dibiarkan menumpuk sama sekali tidak
direabsorpsi. Zat-zat ini menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin. Sewaktu H 2O dan bahan
penting lain direabsorpsi, produk-produk sisa yang tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat
pekat.6
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus- reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif. Bergantung
pada apakah diperlukan pengeluaran energy local untuk mereabsorpsi bahan tertentu. Pada
reabsorpsi pasif, semua tahap dalam transport transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke
plasma bersifat pasif, yaitu tidak ada pengeluaran energy pada perpindahan netto bahan, yang
terjadi mengikuti penurunan gradient elektrokimia atau osmotic. Sebaliknya reabsorpsi aktif
berlangsung jika salah satu dari tahap-tahap dalam transport transepitel suatu bahan memerlukan
energy bahkan jika keempat tahap lainnya bersifat pasif. Pada reaborpsi aktif, perpindahan netto
bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi melawan gradient elektrokimia. Bahan yang secara
aktif di asam amino, dan nutrient organic lainnya, serta natrium dan elektrolit lain seperti PO43-.6

Reabsorbsi Natrium
Reabsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut
yang difiltrasi, Na+ direabsorbsi hamper di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat berbeda-beda
di bagian yang berbeda. Dari natrium yang difiltrasi, 99.5% secara normal direabsorpsi. Dari Na+
yang direabsorpsi, sekitar 47% dirabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di ansa henle, dan 8% di
tubulus distal dan kolingetes. Reabsorpsi natrium memiliki peran penting berbeda-beda di
masing-masing segmen tersebut.6
Natrium direabsorpsi di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens ansa henle. Di
seluruh segmen tubulus yang mereabsorpsi natrium, tahap aktif dalam reabsorpsi natrium
melibatkan pembawaNa+-K+ ATPase dependen energy yang terletak di membrane basolateral sel
tubulus. Pembawa ini sama dengan pompa Na+-K+ yang terdapat di semua sel yang secara aktif
mengeluarkan natrium dari sel. Sewaktu pompa basolateral memindahkan natrium keluar dari sel
tubulus ke dalam ruang lateral, konsentrasi natrium di ruang lateral terus meningkat, jadi pompa
ini memindahkan natrium melawan gradient konsentrasi. Karena konsentrasi natrium intrasel
dijaga tetap rendah oleh aktivitas pompa basolateral maka terbentuk gradient konsentrasi yang
mendorong perpindahan pasif natirum dari konsentrasinya yang lebih tinggi di lumen tubulus
menembus batas luminal ke dalam sel tubulus. Sifat saluran natrium luminal dan pengangkut
yang memungkinkan perpindahan naitrum dari lumen ke dalam sel bervariasi di berbagai bagian
tubulus, tetapi perpindahan natrium menembusmembran luminal selalu merupakan proses pasif.
Di duktus koligentes, natriume menyeberangi batas luminal melalui suatu saluran natrium.
Setelah masuk ke dalam sel melewati batas luminal melalui cara apapun, natrium secara aktif
dikeluarkan ke ruang lateral oleh pompa Na+-K+ basolateral. Langkah ini sama di seluruh tubule.
Natrium terus berdifusi meuruni gradient konsentrasi dari konsentrasinya yang tinggi di ruang
lateral ke dalam cairan interstisium sekitar dan akhirnya ke dalam pembuluh darah peritubulus.
Karena itu transport netto natrium dari lumen tubulus ke dalam darah berlangsung dengan
menggunakan energy.6

Reabsorpsi Glukosa
Sejumlah besar molekul organic yang penting dari segi nutrisi misalnya glukosa dan
asam amino tersaring setiap hari. Karena bahan-bahan ini seluruhnya secara normal direabsorpsi
kembali ke darah oleh mekanisme yang dependen energy dan dependen natrium di tubulus
proksimal maka tidak satupun dari bahan-bahan tersebut yang diekskresikan di urin. Reabsorpsi
yang cepat dan mutlak di tubulus ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien organic penting ini
dari tubuh. Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transport aktif sekunder. Pada proses ini,
pembawa kontranspor khusus yang hanya terdapat di tubule proksimal secara simultan
memindahkan natrium dan molekul organic spesifik dari lumen ke dalam sel. Pembawa
kotranspor lumen ini adalah cara yang digunakan natrium untuk secara pasif menyeberangi
membrane lumen tubulus proksimal. Gradient konsentrasi natrium lumen sel yang dipertahankan
oleh pompa Na+-K+ basolateral menjalankan system kotranspor ini dan menarik molekul-molekul
organic melawan gradient konsentrasinya tanpa pengeluaran energy secara langsung. Karena
proses keseluruhan reabsorpsi glukosa dan asam amino bergantung pada pemakaian energy maka
molekul-molekul organic ini dianggap direabsorpsi secara aktif meskupun energy tidak
digunakan secara langsung untuk memindahkan keduanya menembus membrane. Pada
hakikatnya, glukosa dan asam amino mendapat tumpangan dengan menggunakan energy yang
telah digunakan dalam reabsorpsi natrium. Transport aktif sekunder memerlukan keberadaan
natrium di dalam lumen, tanpa natrium, pembawa kotranspor tidak dapat bekerja. Setelah
diangkut ke dalam sel tubulus, glukosa dan asam amino akan berdifusi secara pasif menuruni
gradient konsentrasi menembus membrane basolateral untuk masuk ke dalam plasma,
dipermudah oleh pembawa yang tidak memerlukan energy.6

Reabsorpsi Fosfat
Ginjal tidak secara langsung berperan dalam pengaturan banyak elektrolit seperti fosfat
dan kalsium karena ambang ginjal untuk ion-ion inorganic ini sama dengan konsentrasi plasma
normalnya. Pembawa transport untuk elektrolit-elektrolit ini terletak di tubulus proksimal.
Tubulus dapat mereabsorpsi hingga jumlah yang setara dengan konsentrasi fosfat plasma (tidak
lebih), maka kelebihan fosfat ini cepat dikeluarkan ke urin, untuk memulihkan konsentrasi
plasma ke normal. Semakin banyak jumlah fosfat yang masuk ke tubuh semakin besar jumlah
yang dibuang. Dengan cara inilah ginjal mempertahankan konsentrasi fosfat yang diperlukan
sembari mengeluarkan setiap kelebihan fosfat yang masuk. Control reabsorpsi fosfat juga
dilakukan oleh hormone paratiroid yang dapat mengubah ambang ginjal untuk fosfat sehingga
elektrolit ini yang ditahan dapat disesuaikan, tergantung keadaan tubuh.6

Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negative dirabsorpsi secara pasif menuruni gradient listrik
yang tercipta oleh reabsorbsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Umumnya ion klorida
mengalir di antara, bukan menembus sel tubulus. Jumlah klorida yang direabsorpsi ditentukan
oleh laju reabsorpsi aktif natrium dan tidak dikontrol langsung oleh ginjal.6
Reabsorpsi Air
Air direabsorpsi secara pasif di seluruh tubulus karena air secara osmotis mengikuti
natrium yang direabsorpsi secara aktif. 80% air yang difiltrasi ini direabsorpsi di tubulus
proksimal dan ansa henle berapapun jumlah air di tubuh dan tidak berada di bawah control.
Sisanya direabsorpsi dalam juumlah bervariasi di tubulus distal, jumlah yang direabsorpsi di
tubulus distal dan koligentes berada di bawah control langsung hormone, bergantung pada status
hidrasi tubuh. Tidak ada bagian tubulus yang secara langsung memerlukan energy untuk
reabsorpsi air dalam jumlah sebesar ini. Selama reabsorpsi, air melawti akuaporin atau saluran
air, yang terbentuk oleh protein-protein membrane plasma spesifik di sel tubulus. Di berbagai
bagian nefron terdapat beragam jenis saluran air. Saluran air di tubulus proksimal selalu terbuka
sehingga bagian ini sangat permeable terhadap air. Sebaliknya, saluran di bagian distal nefron
diatur oleh hormone vasopressin sehingga reabsorpsi air di bagian ini berubah-ubah.6
Pengembalian air yang terfiltrasi ke plasma ini ditingkatkan oleh kenyataan bahwa
tekanan osmotic koloid plasma lebih besar di kapiler peritubulus daripada di tempat lain.
Konsentrasi protein plasma yang menentukan tekanan osmotic koloid plasma, meningkat di
darah yang masuk ke kapiler peritbulus karena filtrasi ekstensif air di kapiler glomerulus di hulu.
Protein-protein plasma yang tertinggal di glomerulus terkonsentrasi dalam volume air plasma
yang lebih sedikit sehingga tekanan osmotic koloid plasma darah yang tidak terfiltrasi yang
meninggalkan glomerulus dan masuk ke kapiler peritubulus meningkat. Haya ini cenderung
menarik air ke dalam kapiler peritubulus bersamaan dengan dorongan tekanan hidrostatik di
ruangan lateral yang menekan air menuju kapiler.6

Reabsoprsi Urea
Urea adalah suatu produk sisa dari pemecahan protein. Reabsorpsi air yang bersalngsung
secara osmotis di tubulus proksimal sekunder terhadap reabsorpsi aktif natrium menghasilkan
gradient konsentrasi untuk urea yang mendorong reabsorpsi pasif bahan sisa ini. Reabsorpsi
besar-besaran air di tubulus proksimal secara bertahap mengurangi filtrate dari 125/menit
menjadi44ml/menit cairan yang tertinggal di lumen di akhir tubulus proksimal. Bahan yang telah
terfiltrasi tetapi belum di reabsoprsi menjadi semakin pekat dalam cairan tubulus karena air
direabsoprsi sementara mereka tertinggal. Urea adalah salah satu bahan tersebut. Konsentrasi
urea sewaktu difiltrasi di glomerulus identik dengan konsentrasinya di plasma yang masuk ke
kapiler peritubulus. Namun jumlah urea yang ada dalam 125 ml caira yang difiltrasi di awal
tubulus proksimal terkonsentrasi hingga tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang tersisa di akhir
tubulus proksimal. Sehingga terbentuk gradient konsentrasi untuk urea yang secara pasif
menyebabkan urea berdifusi dari lumen teubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus.6

Sekresi Tubulus
Sekresi tubulus pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen
tubulus menjadi mekanisme pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan dari tubuh.
Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus dan tidak di reabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Bahan-bahan yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen, kalium, serta anion-anion dan
kation organic yang banyak diantaranya adalah senyawa asing bagi tubuh.6

Sekresi Ion Hidrogen


Sekresi ion hydrogen ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Ion hodrogen yang disekresika ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh
melalui urin. Ion hidorgen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau kolegentes,
dengan tingkat sekresi hydrogen bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh
terlalu asam, maka sekresi hydrogen meningkat. Sebaliknya sekresi hydrogen berkurang jika
konsentrasi hydrogen di cairan tubuh terlalu rendah.6

Sekresi Ion Kalium


Ion kalium secara selektif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian tubulus,
ion ini secara aktif direaborpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus
distal dan koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorpsikan secara konstan dan tanpa
dikendalikan, sementara sekresi kalium di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah
kontroil. Karena kalium yang difiltrasi hampur seluruhnya di reabsorpsi di tubulus proksimal
maka sebagian besar kalium di urin berasal dari sekresi terkontrol kalium di bagian distal nefron
dan bukan dari filtrasi. Selama deplesi kalium, sekresi kalium di bagian distal nefron berkurang
hingga minimum sehinggal hanya sebagian kecil dari kalium yang terfiltrasi yang lolos dari
reabsorpsi di tubulus proksimal akan diekskresikan di urin. Dengan cara ini kalium yang
seharusnya keluar dari urin ditahan di tubuh. Sebaliknya ketika kadar kalium plasma meningkat,
sekresi kalium disesuaikan sehingga terjadi penambahan kalium ke filtrate untuk mengurangi
konsentrasi atau reabsorpsi kalium yang berubah-ubah di bawah control utnuk mengatur tingkat
eksresi kalium dan memelihara konsentrasi kalium sesuai kebutuhan.6
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes digabungkan dengan reabsorpsi
natrium oleh pompa Na+-K+ basolateral dependen energy. keluar sel menuju ruang lateral tetapi
juga memindahkan kalium dari ruang lateral ke dalam sel tubulus. Konsentrasi kalium intrasel
yang meningkat mendorong perpindahan netto kalium dari sel ke dalam lumen tubulus.
Perpindahan menembus membrane luminal berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar
saluran kalium di membrane ini di tubulus disatal dan koligentes. Dengan menjaga konsentrasi
ion kalium cairan interstisium rendah, pompa basolateral mendorong perpindahan pasif kalium
keluar plasma kapiler peritubulus menuju cairan interstisium. Ion kalium yang meninggalkan
plasma dengan cara ini kemudian dipompa ke dalam sel, dari sini ion tersebut secara pasif
berpindah ke dalam lumen. Dengan cara ini pompa basolateral secaara aktif menginduksi sekresi
netto kalium dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal nefron.6
Factor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi kalium adalah
status asam basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresika kalium
atau hydrogen untuk dipertukarkan dengan natrium yang di reabsorpsi. Peningkatan laju sekresi
kalium atau hydrogen disertai oleh penurunan laju sekresi ion yang lain. Dalam keadaan normal,
ginjal cenderung mensekresikan kalium tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi
hydrogen ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi, maka sekresi kalium akan berkurang.
Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi kalium yang tidak sesuai di cairan tubuh.6

Hormon Aldosteron
System hormone terpenting yang terlibat dalam regulasi natrium adalah system RAAS
(Renin Angiotensin Aldosteron Sistem). Sel granular apparatus jukstaglomerulus mengeluarkan
suatu hormone enzimatik, rennin, ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl,
volum CES, atau penurunan tekanan darah. Fungsi ini adalah tambahan terhadap peran sel
macula densa apparatus jukstaglomerulus dalam otoregulasi.6
Secara spesifik tiga masukan berikut ke sel granular meningkatkan sekresi rennin:6
o Sel granular itu sendiri berfungsi sebagai baroreseptor intrarenal. Sel ini peka
terhadap perubahan tekanan di dalam arteriol aferen. Ketika mendeteksi
penurunan tekanan darah sel granular mengeluarkan lebih banyak rennin.
o Sel macula densa di bagian tubulus apparatus jukstaglomerulus peka terhadap
NaCl yang melewatinya melalui lumen tubulus. Sebagai respon terhadap
penurunan NaCl, sel macula densa memicu sel granular untuk mengeluarkan lebih
banyak rennin.
o Sel granular disarafi oleh system saraf simpatis. Ketika tekanan darah turun di
bawah normal, reflex baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis. Sebagai
bagian dari respons reflek ini, peningkatan aktivitas simpatis merangsangsel
granular mengeluarkan lebih banyak rennin.

Sinyal-sinyal saling terkait unutk meningkatkan sekresi rennin semuanya menunjukan


perlunya meningkatkan volume plasma meningkatkan tekanan arteri ke normaldalam jangka
panjang. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan RAAS, peningkatan sekresi
rennin menyebabkan reabsorbsi natrium oleh tubulus distal dan koligentes. Klorida selalu secara
pasif mengikuti natrium menuruni gradient listrik yang terbentuk oleh perpindahan aktif natrium.
Manfaat akhir dari retensi garam ini adalah bahwa retensi tersebut mendorong retensi air secara
osmotis membantu memulihkan volume plasma sehingga penting dalam control jangka panjang
tekanan darah.6
Rennin bekerja sebagai enzim yang mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin
1. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma dalam konsentrasi yang disintesis oleh hati dan
selalu terdapat dalam plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melawti paru melalui sirkulasi
paru, angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin 2 oleh angiotensi converting hormone (ACE),
yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin 2 adalah perangsang sekresi hormone
aldosteron dari korteks adrenal. Korteks adrenal adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan
beberapa hormone berbeda masing-masing disekresikan sebagai respons terhadap rangsangan
berbeda.6
Diantara berbagai efeknya, aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium di tubulus distal
dan koligentes. Hormone ini melakukannya dengan mendorong penyisipan saluran natrium
tambahan ke dalam membrane luminal dan penambahan pembawa Na+-K+ ATPase ke dalam
membrane basolateral sel tubulus distal dan koligents. Hasil akhirnya adalah peningkatan fluks
pasif natrium masuk ke dalam sel tubulus dari lumen dan peningkatan pemompaan natrium
keluar sel ke dalam plasma yaitu peningkatan reabsorpsi natrium disertai klorida mengikuti
secara aktif. Karena itu RAAS mendorong retensi garam yang menyebabkan retensi air dan
peningkatantekanan darah arteri melalui mekanisme umpan balik negative system ini
menghilangkan factor-faktor pemicu pelepasan awal rennin yaitu deplesi garam, penurunan
volume plasma dan penurunan tekanan darah arteri.
Beberapa factor dapat mengubah laju sekresi kalium dengan yang terpenting adalah
aldosteron. Hormone ini merangsang sekresi kalium oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus
meningkatkan reabsorpsi natrium oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi kalium plasma secara
langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang
pada gilirannya mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan kalium di ruin. Sebaliknya
penurunan konsentrasi kalium plasma menyebabkan penurunan sekresi aldosteron dan
penurunan sekresi kalium ginjal yang dirangsang oleh aldosteron.6

Hormon ADH
Agar air dapat direabsorpsi di suatu segmen tubulus maka dua criteria harus dipenuhi
yaitu harus terdapat gradient osmotic yang melintasi tubulus dan segmen tubulus hars permeable
terhadap air. Tubulus distal dan koligentes impermeable terhadap air kecuali jika terdapat
vasopressin yang juga dikenal sebagai hormone antidiuretik. Hormone ini merupakan hormone
yang diproduksi oleh beberapa bada sel saraf spesifik di hipofialamus, bagian dari otak kemudian
disimpan di kelenjar hipofisi posterior, yang melekat ke hipotalamus melalui sebuah tangkai
tipis. Hipotalamu mengontrol pelepasan ADH (Anti Diuretic Hormone) dari hipofisis posterior
ke dalam darah. Dengan mekanisme umpan balik negative, sekresi ADH dirangsang oleh deficit
air ketika CES terlalu pekat dan air harus dipertahankan dalam tubuh, dan dihambat oleh
kelebihan air ketika CES terlalu encer dan kelebihan air harus dikeluarkan melalui urin.7
Sekresi ADH diatur oleh osmolalitas. Semakin molal cairan, semakin cepat sekresi ADH.
ADH mencapai membrane basolateral sel tubulus yang melapisi tubulus distal dan koligentes
melalui system sirkulasi. ADH mempengaruhi permeabilitas air hanya dibagian distal nefron,
khusunya duktus koligentes. Hormone ini tidak memiliki pengaruh pada 80& air yang difiltrasi
yang direabsorpsi tanpa control di tubulus proksimal dan ansa henle. Pars asendens ansa henle
selalu impermeable terhadap air bahkan dengan keberadaan ADH.7

Kesimpulan
Pada scenario dapat dilihat dimana seorang pria yang berumumr 60 tahun mengalami
sulit buang air kecil atau berkemih sehingga perlu mengejan saat berkemih dan ketika berkemih
urinnya menetes. Dalam hal ini, pada laki-laki tersebut terjadi penyempitan atau obstruksi pada
urethranya, sehingga yang bermasalah adalah saluran kemih dan bagian genitalianya. Bukan
pada organ yang memproduksi urin tersebut. (hipotesis diterima).

Daftar Pustaka
1. Kunqueira CL, Carneiro J. Histologi dasar ,teks dan atlas. Jakarta; EGC: 2007.h.369-431.
2. Sjamsuhidajat, Jong D. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta; EGC: 2011.h.848-50.
3. Ingriani K. Buku ajar system urogenitalia. Jakarta; Bagian anatomi Fakultas Kedokteran
UKRIDA: 2010.h.25-44.
4. Corwin JE. Buku saku patofisiologi. Jakarta; EGC: 2009.h.766-17.
5. Wilkins, William L. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta; EGC:
2006.h.251-6.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta; EGC: 2011.h.553-616.
7. Hall JE, Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta; EGC: 2005.h.640.

Anda mungkin juga menyukai