Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.1.2 Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase kadar air agregat dengan cara
pengeringan.
2.3 Pengertian
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Kadar air yang dikandung agregat dapat
mempengaruhi kuat tekan beton atau dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat
mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam rancangan campuran beton kondisi agregat
dianggap dalam keadaan kering permukaan atau jenuh (saturated surface dry
condition/SSD) oleh karena itu kadar air agregat harus diperikasa sebelum
dipergunakan. Jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat akan menyerap air
campuran beton yang menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan
mengetahui kadar air dari agregat dapat ditaksir/diperhitungkan untuk penambahan
maupun pengurangan air dalam suatu campuran beton. Karena pengaruh kadar air
ini, maka kadar air yang dikandung oleh suatu agregat penting untuk diuji (diketahui)
dan jumlahnya didalam agregat dibatasi antara 0%-3% (ASTM D6780 / D6780M).
11
1) Timbangan berkapasitas 20 kg dan berkapasitas 5 kg (digital) dengan
ketelitian 0,1% dari berat benda uji;
2) Oven (110 5 C);
3) Cawan logam berkapasitas cukup besar untuk tempat pengeringan benda uji;
4) Sendok pasir/sekop.
2.4.2 Bahan
Berat minimum benda uji tergantung pada ukuran maksimum agregat dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Persyaratan Berat Minimum Benda Uji
12
Gambar 2.1 Penimbangan Berat Cawan
2) Benda uji dimasukkan ke dalam cawan, kemudian ditimbang beratnya (W2);
2.7 Perhitungan
13
.................................(2-1)
Keterangan:
W4 = Berat sampel semula/basah (gram).
W5 = Berat sampel kering (gram).
= 1,71 %
14
Dari hasil pengujian yang di dapat berikut cara perhitungannya :
= 1,8 %
Pada pengujian yang di lakukan dapatlah data yang dicantumkan dalam tabel 2.2 dan
2.3 agregat kasar maupun agregat halus. Pengujian kadar air pada agregat kasar
maupun agregat halus bertujuan untuk memperoleh nilai kadar air yang terkandung
didalam agregat kasar dan agregat halus. Agregat yang digunakan adalah agregat
yang telah direndam kemudian dikeringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu
(110 5 C). Kemudian air terkandung dalam agregat akan menguap dan didapatkan
berat tetap agregat dan perlu dilakukan penimbangan kembali. Dapat dianalisa bahwa
selisih antara berat agregat awal setelah direndam, dan berat agregat setelah
dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven merupakan kadar penyerapan air
yang dimiliki oleh agregat tersebut.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap masing-masing 2 benda uji
agregat kasar dan halus, didapatkan nilai kadar air agregat untuk agregat halus benda
uji pertama dan benda uji kedua dengan nilai yang sama yakni 1,8%. Untuk nilai
rata-rata kadar air untuk benda uji agregat halus sebesar 1,8%. Untuk agregat kasar,
dilakukan pengujian dengan jumlah benda uji yang sama. Dari hasil pengujian yang
telah didapatkan, untuk benda uji pertama dan kedua memiliki kadar air sebesar
1,71%; dan 1,75%. Untuk nilai rata-rata kadar air untuk agregat kasar dari kedua
benda uji terebut sebesar 1,735%.
2.9 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap kadar air pada agregat halus maupun
agregat kasar, didapatkan rata-rata nilai kadar air agregat kasar sebesar 1,735% dan
1,8% untuk agregat halus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa agregat yang diuji
layak dipakai utuk pembuatan beton karena memenuhi standar ASTM
D6780/D6780M yakni 0-3%.
15
16