Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA DENGAN MYALGIA DI WISMA

GODOMADONO PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA


ABIYOSO SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Hidayatus Solihin
2213156

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA DENGAN MYALGIA DI WISMA


GODOMADONO PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
ABIYOSO SLEMAN YOGYAKARTA

Telah disetujui

Pada

Hari :
Tanggal : 2017

Oleh:

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik, Mahasiswa,

( ) ( ) (Hidayatus Solihin)
TEORI TENTANG LANSIA

A. Definisi Lansia
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan logos
berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua
dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu
geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan
cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang
timbul pada usia lanjut (Kushariyadi, 2010).
Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Menurut Hawari (2006)
Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal
tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka
yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam Juwita, 2013).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian
(Setiati, Harimurti, & R, 2009).
Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia
dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan 11 yang tidak dapat
dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Prasetya, 2010). Tahap usia lanjut
menurut teori Erik Erikson tahun 1963 merupakan tahap integrity versus despair,
yakni individu yang sukses dalam melampauin tahap ini akan dapat mencapai
integritas diri (integrity), lanjut usia menerima berbagai perubahan yang terjadi
dengan tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimilikinya, bertambah
bijak menyikapi proses kehidupan yang dialaminya. Sebaliknya mereka yang gagal
maka akan melewati tahap ini dengan keputusasaan (despair), lanjut usia mengalami
kondisi penuh stres, rasa penolakan, marah dan putus asa terhadap kenyataan yang
dihadapinya (Setiati et al., 2009).
B. Batasan Lansia
Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU kesejahteraan lansia No.13
tahun 1998 adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Umur yang
dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65
tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) 7590 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut
dini (prasenium) yaitu 12 kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64
tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan
resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia
lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau
cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2004.

C. Perubahan-perubahan pada lansia


Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat
dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahan-
perubahan fisik diantaranya perubahan sel, 16 sistem persarafan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem
respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut
perubahan ingatan atau memori (Setiati et al., 2009).
1. Perubahan Fisik
a) Sel
Jumlah sel otak menurun
Ukurannya lebih besar
b) Sistem Persyarafan
Berat otak menurun 10%-20%
Respon dan waktu untuk bereaksi menjadi lambat
Kurang sensitif terhadap sentuhan

c) Sisitem Pendengaran
Pendengaran bertambah menurun
d) Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram yang menyebabkan katarak
Hilangnya daya akomodasi mata
Lapang pandang menurun
e) Sisitem Kardiovaskuler
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun
Tekanan darah cenderung tinggi
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
f) Sistem Respirasi
Elastisitas paru berkurang
Otot-otot pernapasan menurun

g) Sistem Genitouria
Otot-otot vesika urinaria melemah
Prostat membesar
h) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi
Indra pengecapan menurun
Daya absorbsi terganggu

i) Sistem Reproduksi
Mengecilnya ovari dan uterus
Atropi payudara
j) Sistem Endokrin
Produksi hormon menurun
Menurunnya aktivitas tiroid
k) Sistem Integumentum
Kulit keriput
Permukaan kulit kasar dan bersisik
Kulit kepala dan rambut menipis
Rambut dalam hidung dan telinga menebal
Kuku jari menjadi keras
Kelenjar keringat berkurang
l) Sistem Muskuloskeletal
Tulang telinga makin rapuh
Pergerakan pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
Persendian membesar dan kaku
Otot-otot kram dan tremor
m) Perubahan Psikososial
Pensiun. Akan lebih sering dialami oleh para lanjut usia dengan
masa habisnya akan bekerja yang dipengaruhi oleh perubahan
pada produktivitas dan identitas di lingkungannya.
Sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup
Penyakit kronis dan ketidakmampuan
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
2. Perubahan Mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Lingkungan

D. Penyakit pada lansia


Pada lansia terjadi berbagai perubahan pada sistem tubuh yang memicu
terjadinya penyakit. Penyakit yang biasanya timbul akibat perubahan sistem tubuh
pada lansia antra lain hipotermia dan hipertermia akibat perubahan pada sistem
pengaturan suhu (Setiati dan Nina, 2009). Dehidarasi, hipernatremia dan hiponatremia
terjadi akibat gangguan keseimbangan cairan dan eloktrolit. Dizzines pada usia lanjut
meningkatkan risiko terjadinya depresi dan hilangnya kemandirian pada lansia
(Kuswardhani dan Nina, 2009). Penyakit Parkinson terjadi pada lansia akibat dari
kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh degeneratif progresif (Rahayu, 2009).
Inkontinensia urin dan overactive bladder dapat disertai dengan adanya
masalah psikososial seperti depresi, marah dan rasa terisolasi. Terdapat penyakit lain
yang sering timbul pada usia lanjut seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke,
serta diabetes miletus (Pramantara, 2009). Dan permasalahan lain terkait penyakit
yang sering timbul pada usia lanjut yaitu gangguan psikiatri. Neurosis sering berupa
neurosis cemas dan depresi. Diabetes, hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih
parah karena depresi. Insomnia, anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak
jarang gejala-gejala ini berhubungan dengan depresi. Depresi pada masa usia lanjut
sering disebabkan karena aterosklerosis otak, tetapi juga tidak jarang psikogenik atau
kedua-duanya (Maramis, 2009). Gangguan depresi merupakan masalah kesehatan
jiwa yang paling banyak dihadapi oleh kelompok lansia (Depkes RI, 2004).
MYALGIA

1. DEFINISI
Myalgia adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal, mulai diakibatkan
oleh olahraga yang menyebakan tubuh meregang terlalu banyak. Myalgia yang terjadi
tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus.
Nyeri otot (Myalgia) adalah suatu istilah umum untuk suatu gejala yangdisebabkan
berbagai kelainan dan kondisi medis. Penyebab yang paling seringdisebabkan oleh
ketegangan ( kontraksi ) yang berlebihan, saat latihan atau bekerja berat.
2. PENYEBAB
Umum
1. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang
terlalu tegang.
2. Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukkan myopati
metabolik,defisiensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik.
3. Kelelahan (setelah latihan tidak terbiasa atau mengikuti kontraksi intens
kejang).
4. Cedera langsung pada otot (memar, luka atau cedera tekan).

Gangguan Sistemik
1. Virus (influenza, Epstein-Barr, herpes simpleks, poliomielitis)
2. Infeksi bakteri (radang tenggorokan, penyakit Lyme, tetanus)
3. Jamur (Histoplasmosis)
4. Parasit (malaria, toksoplasmosis, trichinosis)

Imunisasi
1. Vaksinasi terhadap berbagai penyakit)
2. Obat (antikonvulsan, antibiotika, agen antikanker, meurunkan kolesterol agen,
diuretik)
3. Penyalahgunaan obat
4. Racun

Penyebab Lain
1. Kekurangan vitamin C dan B kompleks.
2. Kekurangan mineral dan elektrolit (kalsium, fosfor, magnesium, kalium,
natrium)
3. GEJALA
1. Nyeri sendi
2. Kekakuan
3. Gejala neurologis (mati rasa, tremor, gangguan penglihatan, telinga berdenging)
4. Kelelahan
5. Ruam
6. CARA MENCEGAH
1. Istirahat yang cukup, 6-8 jam
2. Cukupkan masukan nutrisi. Sarapan pagi, minum susu atau multivitamin B dan C,
cukup bagus untuk membantu aktifitas berat seharian.
3. Bekerja secara ergonomis. Cara bekerja yang aman, nyaman dan sehat. Seperti cara
duduk yang benar, cara mengangkat beban yang benar.
4. Adakan jeda istirahat. Saat kebanyakan duduk maka berikan waktu sekitar 5 menit
untuk berdiri, untuk gerak ringan guna menghindara ketegangan otot. Usahakan
waktu istirahat untuk meluruskan punggung walau sebentar.
5. Apabila ada otot yang terasa tegang maka dapat dilakukan pemijatan, pemijatan dapat
di bantu dengan air hangat atau balsam guna memperlancar aliran darah.
7. CARA MENGATASI
a. rileks dan lembut meregangkan daerah yang terlibat.
b. Mandi air hangat.
c. Pijat.
d. latihan peregangan harus digunakan sesering mungkin.
e. Olahraga teratur, perlahan-lahan meningkat dari setiap gerakan lembut untuk lebih
kuat, dapat membantu mengembalikan otot yang tepat.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.

9. PENATALAKSANAAN
a. Jika merupakan suatu gejala penyakit, pengobatan utama ditujukan pada penyakit
tersebut.
b. Meningkatkan aliran darah atau suhu dalam otot, membantu untuk
mengurangiakumulasi zat metabolik yang merugikan.
c. Mengurangi aktivitas yang memperkuat timbulnya nyeri
d. Medications
- NSAID
COX-nonselektif : asam mafenamat, piroksikam, indometasin,aspirin, naproksen,
ibuprofen
- COX 2 preferential : meloxicam, diclofenac
Analgetik
ascorbic acid (vitamin C) dan antioxi
10. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
2) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
3) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saatbangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam),
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

11. DIAGNOSA
a. Nyeri kronis berhubungan dengan cedera otot.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kimiawi kulit (Luka bakar).
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi.
d. Deprivasi tidur berhubungan dengan program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah. L. K. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.


2. Depkes RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. [Online] 2014. [Dikutip: 9 Januari 2015.]
http://www.depkes.go.id/article/view/14010200005/download-pusdatin-infodatin-
infodatin-lansia.html.
3. Jaime L. Stockslager. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC
4. Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
5. Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7. Jakarta : EGC.
6. Marilynn E Doenges, dkk., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
7. Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan ketujuh. Airlangga
University Press. Surabaya.Meiner, Sue.E. 2006. Gerontologic Nursing. St. Louis,
Missouri : Mosby Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta
8. Sagung Seto N. Richard. Mitchell. Et.al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins dan Coutran. Jakarta : EGC.
9. Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jokjakarta: Graha
Ilmu.
10. Rahayu, Sara Hevi. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga dengan
Dukungan Keluarga Dalam Perawatan DM di Desa Pamongan Kecamatan Guntur
Kabupaten Demak. Diunduh pada 4 November 2012 dari http://digilib.unimus.ac.id
11. Setiati Siti, Harimurti Kuntjoro, Govinda RA. Proses menua dan implikasinya. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarata MK, Setiyati S (editor). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi V, Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009: hal757.
12. Supraba, N. P. (2015). Hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi keluarga
dengan kualitas hidup lanjut usia di wilayah kerja puskesmas i denpasar utara kota
denpasar. Denpasar: Universitas Udayana.
13. Weni. 2010. Nyeri Otot ( Myalgia ) di akses pada tanggal 20 Juli 2013, dari
We2ncibi.blogspot.com/2010/07/nyeri-otot-myalgia.html

Anda mungkin juga menyukai