Anda di halaman 1dari 12

TUGAS :

I. TATALAKSANA PADA GAGAL JANTUNG


II. EFEK SAMPING DAN DOSIS OBAT ANTI
TUBERKULOSIS

Pembimbing :
dr. B. I. Bunde Sp. PD
dr. Juniarti

disusun oleh :
Metha Dharma
406138004

Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas kedokteran
Universitas Tarumanagara
Jakarta 2014
Tatalaksana pada gagal jantung

Pengobatan pada gagal jantung tidak hanya ditujukan dalam memperbaiki


keluhan, tetapi juga diupayakan pencegahan agar tidak terjadi perubahan disfungsi
jantung yang asimtomatik menjdai simtomatik. Selain daripada itu, upaya juga ditujukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan diharapkan dalam jangka panjang terjadi
penurunan angka mortalitas.

Upaya pencegahan
Pencegahan pada gagal jantung, harus selalu menjadi prioritas terutama pada
kelompok dengan resiko tinggi
- mengobati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor resiko penyakit jantung
koroner
- pengobatan hipertensi yang agresif
- koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung
- bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari,
selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung

Penanganan gagal jantung


Pendekatan terapi pada gagal jantung berupa:
- saran umum, tanpa obat-obatan
- penggunaaan obat-obatan
- pemakaian alat dan tindakan

Penatalaksaan umum, tanpa obat-obatam


- Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya
bila timbul keluhan, dan dasr pengobatan
- Edukasi mengenai istirahat, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta
rehabilitasi
- Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air, dan kebiasaan minum alkohol
- Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba
- Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas
- Menghentikan kebiasaan merokok
- Konseling mengenai obat (efek samping)

Terapi farmakologi
- Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor
o Dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau tanpa keluahandengan
fraksi ejeksi 40-45% untuk meningkatkan survival, memperbaiki gejala,
mengurangi morbiditas dengan rawat inap di rumah sakit
o Harus diberikan sebagai terapi inisial bila tidak ditemui retensi cairan. Bila
disertai retensi cairan harus diberikan bersama dengan diuretik
o Harus segera diberikan bila ditemui tanda dan gejala gagal jantung, segera
sesudah infark jantung, untuk meningkatkan survival, menurunkan angka
reinfark dan kekerapan rawat inap
o Harus dititrasi sampai dosis yang dianggap bermanfaat sesuai dengan bukti klinis
bukan berdasarkan perbaikan simtom

Dosis obat ACEI yang dianjurkan


Obat Dosis inisial Dosis pemeliharaan

Benazepril 2,5 mg/hari 5-10 mg b.i.d


Captopril 6,25 mg t.i.d 25-50 mg t.i.d
Enalapril 2,5 mg/hari 10 mg b.i.d
Lisinopril 2,5 mg/hari 5-20 mg/hari
Quinapril 2,5-5 mg/hari 5-10 mg/hari
Perindopril 2 mg/hari 4 mg/hari
Ramipril 1,25-2,5 mg/hari 2,5-5 mg/hari
Cilazapril 0,5 mg/hari 1-2,5 mg/hari
Fosinopril 10 mg/hari 20 mg/hari
Trandolapril 1 mg/hari 4 mg/hari
- Diuretik
o Penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan beban cairan berlebihan,
kongesti paru, edema perifer

Dosis inisial Rekomendasi harian Efek samping utama


(mg) maksimum (mg)

loop diuretik
- furosemide 20-40 250-500 Hipokalemia, hiponatremia,
hipomagnesemia
- bumetanid 0,5-1,0 5-10 Hiperurikemia
- torasemid 5-10 100-200 Gangguan asam basa

Tiazid
- hidroklorotiazid 25 50-75 Hipokalemia, hiponatremia,
hipomagnesemia
- metolazon 2,5 10 Hiperurikemia
- indapamid 2,5 2,5 Gangguan asam basa

potassium-sparing
diuretic
- amilorid 5 40 Hiperkalemia, rash
- triamteren 50 200 Hiperkalemia
- spironolakton 50 100-200 Hiperkalemia, ginekomastia

- Beta blocker
o Direkomendasikan pada semua gagal jantung ringan, sedang, dan berat dengan
syarat tidak ada kontraindikasi terhadap penyekat beta
o Terbukti menurunkan angka masuk rumah sakit
o Pada disfungsi jantung sistolik sesudah suatu infark miokard baik simtomatik
maupun asimtomatik, penambahan penyekat beta jangka panjang pada pemakaian
penyekat enzim konversi angiotensin terbukti menurunkan mortalitas

Cara pemakaian penyekat beta berdasarkan uji coba klinis


First dose (mg) Increments (mg) Target dose

Bisoprolol 1,25 2,5 , 3,75 , 5 , 7,5 , 10 10


Metoprolol 5 10, 15, 30, 50, 75, 100 150
Carvedilol 1,25/25 25, 50, 100, 200 200
Nebivolol 3,125 6,25 , 12,5 , 25 , 50 50

- Antagonis Reseptor Aldosteron


o Penambahan pada ACEI, Beta Blocker, diuretik pada gagal jantung berat (NYHA
III-IV) dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
o Sebagai tambahan terhadap penyekat enzim konversi angiotensin dan penyekat
beta pada gagal jantung sesudah infark, menurunkan morbiditas dan mortalitas

- Antagonis Reseptor Angiotensin II


o Merupakan alternatif jika pasien tidak toleran terhadap penyekat enzim konversi
angiotensin
o Penyekat angiotensin II sama efektifnya dengan penyekat enzim konversi
angiotensin pada gagal jantung kronik, infark miokard akut dengan gagal jantung
atau disfungsi ventrikel dalam menurunkan mortalitas dan morbiditas

Obat Dosis (mg)

Candesartan 4-32
Valsartan 80-320
Eprosartan 400-800
Losartan 50-100
Irbesartan 150-300
Telmisartan 40-80

- Glikosida jantung
o Merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai derajat gagal jantung
o Kombinasi digoksin dan penyekat beta lebih superior dibandingkan bila dipakai
sendiri-sendiri tanpa kombinasi
o Dapat menurunkan angka kekerapan rawat inap tapi tidak berpengaruh terhadap
mortalitas

- Vasodilator agent (nitrat, hidralazin) : tidak ada peran spesifik


o Nitrat
Sebagai tambahan bila ada keluhan sesak atau angina.
Jangka panjang tidak terbukti memperbaiki simptom
o Hidralazin-isosorbid dinitrat
Dapat dipakai sebagai terapi tambahan pada keadaan dimana pasien tidak
toleran terhadap penyekat enzim konversi angiotensin atau penyekat
angiotensin II
Dosis besar hidralazin (300 mg) dengan kombinasi isosorbid dinitrat 160 mg
tanpa penyekat enzim konversi angiotensin dikatakan dapat menurunkan
mortalitas.

- Nesiritid (Peptid natriuretik tipe B)


o Kelas obat vasodilator baru
o Mempunyai efek dilatasi arteri, vena, dan koroner, menurunkan preload dan
afterload, dan meningkatkan curah jantung tanpa efek inotropik

- Obat inotropik positif : dobutamin ,dopamin


o Pemakaian jangka panjang dan berulang tidak dianjurkan karena meningkatkan
mortalitas

- Calcium sensitizer, levosimendan


o Levosimedan merupakan sensitasi kalsium yang baru, mempunyai efek
vasodilatasi tapi tidak seperti penyekat fosfodiesterase, tidak menimbulkan efek
hipotensi

- Antikoagulan
o pada gagal jantung kronik yang disertai fibrilasi atrium, riwayat tromboemboli,
dan bukti adanya trombus yang mobile, pemakaian antikoagulan sangat
dianjurkan
o pada gagal jantung kronik dengan penyakit jantung koroner, dianjurkan
pemakaian antiplatelet

- Anti aritmia
o Tidak dianjurkan pada gagal jantung kronik kecuali pada atrial fibrilasi dan
ventrikel takikardi
o Anti aritmia pada NYHA III, amiodaron efektif untuk supraventrikel dan ventrikel
aritmia
o Amiodaron rutin pada gagal jantung tidak dianjurkan

- Oksigen
Petunjuk pemilihan obat pada gagal jantung

ACEI ARB Diuretik BB Antagonis Glikosida


aldosteron jantung
NYHA I + If ACEI - Post MI Recent MI Atrial
intoleran fibrillation +

NYHA II + +/- fluid + Recent MI Atrial


retention + fibrillation +

NYHA III + +/- + + + +

NYHA IV + +/- + + + +

Pemakaian alat dan tindakan bedah


- revaskularisasi (perkutan, bedah)
- operasi katup mitral
- aneurismektomi
- kardiomioplasti
- external cardiac support
- pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventrikular
- implantable cardioverter defibrillators (ICD)
- heart transplantation, ventricular assist device, artificial heart
- ultrafiltrasi, hemodialisis

Obat anti tuberkulosis


1. Isoniasid
Efek samping :
- Reaksi hipersensitivitas : demam, urtikaria
- Reaksi hematologik : agranulositosis, eosinofilia, trombositopenia, anemia
- Vaskulitis
- Arthritis : sakit pinggang, atralgia pada lutut, siku, dan pergelangan tangan
- Neuritis perifer : paling banyak terjadi dengan dosis isoniasid 5 mg/kgBB/hari.
Profilaksis dengan pemberian piridoksin untuk mencegah neuritis perifer
- Kejang : isoniasid dapat mencetuskan kejang pada pasien dengan riwayat kejang.
- Hepatotoksis : ikterus, nekrosis multilobular, hepatitis
- Mulut terasa kering
- Nyeri ulu hati
- Tinnitus

Dosis :
- Dewasa : 5 mg/kgBB/hari
- Dosis maksimal : 300 mg/hari
- Dosis anak <4 tahun : 10 mg/kgBB/hari

2. Rifampisin
Efek samping :
- Flu like syndrome
- Nefritis interstisial
- Nekrosis tubular akut
- Kelainan hematologik : trombositopenia, leucopenia, anemia
- Ikterus
- Sistem saraf : mengantuk, sakit kepala, ataksia, sukar berkonsentrasi
- Reaksi hipersensitivitas : demam, pruritus, urtikaria, eosinofilia
- Efek teratogenik
- Urin bewarna merah
Dosis :
- Dewasa : 10 mg/kgBB/hari
- Anak-anak : 10-20 mg/kgBB/hari

3. Etambutol
Efek samping :
- Neuritis retrobulbar : Visus menurun, bilateral, hilangnya kemampuan untuk
membedakan warna, mengecilnya lapang pandang
- Ruam
- Demam
- Pruritus
- Nyeri sendi
- Gangguan saluran cerna
- Malaise
- Sakit kepala
- Disorientasi
- Rasa kaku dan kesemutan di jari
- Peningkatan asam urat : disebabkan karena penurunan sekresi asam urat di ginjal

Dosis dewasa : 15 mg/kgBB/hari

4. Pirazinamid
Efek samping :
- Hepatotoksik : ikterus, nekrosis hati
- Mengambat eksresi asam urat
- Artalgia
- Anoreksia
- Mual
- Muntah
- Malaise
- Demam

Dosis : 20-35 mg/kgBB/hari (maksimum 3 gr/hari)

5. Streptomisin
Efek samping :
- Sakit kepala
- Malaise
- Reaksi hipersensitivitas
- Neurotoksik pada saraf cranial VIII
- Nefrotoksik
- Ototoksisitas
- Reaksi anafilaktik
- Agranulositosis
- Anemia aplastik

Dosis : 20 mg/kgBB secara IM

Daftar pustaka
1. Amin Zulkifli, Bahar Asril. Ilmu Penyakit Dalam. Ed.V. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam: 2009. Bab 358. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. H.
2241-2248
2. Ghani Ali. Ilmu Penyakit Dalam. Ed.V. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam: 2009. Bab 344. Tatalaksana Gagal Jantung Kronik. H. 1521-1524
3. Istiantoro Yati, Setiabudi Rianto. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI 2007. Bab 40. Tuberkulostatik
dan Leprostatik. H. 613-637
4. Panggabean Marulam M. Ilmu Penyakit Dalam. Ed.V. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam: 2009. Bab 342. Gagal Jantung. H. 1513-1514

Anda mungkin juga menyukai