Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika hubungan internasional pada era saat ini, telah

mendorong seluruh negara di dunia untuk melakukan berbagai kerjasama

dengan negara lain. Baik dalam kerjasama bilateral, regional, maupun

multilateral. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka

kepentingan nasional Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan

tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan

kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial1.

Kepentingan nasional tersebut diaktualisasikan salah satunya

dengan pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif. Negara, sebagai

aktor utama dalam jalannya aktivitas internasional memiliki kewenangan

penuh dalam menjalankan segala bentuk kerjasama. Maka, setiap negara

akan saling menjalin kerjasama dalam rangka pemenuhan National

Interest. Untuk menindak lanjuti kerjasama, maka Kepentingan Nasional

di wujudkan dengan memperhatikan tiga kaidah pokok yang meliputi

pranata dan tata kehidupan masyarakat sebagai Bangsa dan Negara

Indonesia berdasarkan Pancasila, serta pencapaiannya untuk tujuan

1 Dikutip dari Direktorat Politik dan Komunikasi. Melalui


http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses pada 25 November 2013, pukul 19.26 WIB

1
nasional dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berkelanjutan,

berwawasan lingkungan dan berketahanan Nasional.

Hal ini juga dilakukan oleh Indonesia dan Australia dalam

mengarungi jalannya pergaulan internasional, kedua negara sepakat

melakukan berbagai kerjasama salah satunya adalah kerjasama dalam

bidang pendidikan. Kerjasama bidang pendidikan merupakan kerjasama

yang tergolong vital dalam hubungan antarnegara, pendidikan merupakan

aspek yang sangat pending bagi taraf hidup sebuah negara. Setiap negara

senantiasa meningkatkan pendidikan agar mampu bersaing dengan negara

lain dalam segala hal. Inilah yang menjadi landasan Indonesia dengan

Australia untuk melakukan kerjasama bilateral dalam bidang pendidikan

yang pada aplikasinya melakukan pertukaran pelajar, melakukan seminar

dalam bidang pendidikan dan melakukan pelatihan diplomatik.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik suatu perumusan

masalah yaitu

1. Bagaimana implementasi diplomasi pendidikan antara Indonesia

dengan Australia?

2
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran sangat dibutuhkan untuk menganalisis sebuah

permasalahan sehingga hasil analisis akan bersifat valid, logis, dan

obyektif. Kerangka pemikiran akan menuntun peneliti untuk terfokus dan

terarah pada analisis yang tajam dan ilmiah. Demikian pula dengan

makalah ini yang sangat diperlukan sebuah kerangka pemikiran.

Makalah ini menggunakan pendekatan pluralis, konsep integrasi

dan kepentingan nasional. Kerangka pemikiran dalam makalah ini dibagi

ke dalam pendekatan, teori, dan konsep, yang akan diuraikan sebagai

berikut:

2.1.1 Pendekatan Pluralis


Pendekatan pluralis adalah merupakan salah satu

perspektif yang berkembang pesat. Kaum pluralis memandang

hubungan internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antar

negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dan

kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor

utama dan aktor tunggal.2

Ada empat asumsi paradigma pluralis yaitu :

2 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA. hlm. 26.

3
1. Aktor non negara memiliki peranan penting dalam

politik internasional, seperti organisasi internasional,

baik pemerintahan maupun non pemerintah, MNCs,

kelompok atau individu.


2. Negara bukanlah merupakan satu-satunya unitary

actor (aktor tunggal), karena aktor-aktor lain selain

negara juga memiliki peranan yang sama pentingnya

dengan negara dan menjadikan negara bukan satu-

satunya aktor.
3. Negara bukan aktor rasional. Dalam kenyataanya

pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara

merupakan proses yang diwarnai konflik, kompetisi,

dan kompromi dari aktor-aktor dalam negara.

Ditambah semakin meluasnya pembahasan dalam

agenda politik internasional.


4. Masalah-masalah yang tidak lagi teracu pada power

atau national security saja, tetapi meluas pada masalah

masalah politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-

lain.3
Dalam paradigma pluralis menganggap bahwa isu-isu yang

berkembang saat ini tidak hanya selalu isu-isu high politics tentang

kekuatan (power) dan militer, tetapi lebih berkembang pada isu-isu

low politics seperti masalah ekonomi, sosial, budaya, pendidikan

dan masalah lingkungan dimana yang mengangkat isu-isu tersebut

3 Ibid

4
tidak hanya dilakukan oleh aktor negara seperti isu high politics

tetapi dilakukan oleh aktor-aktor non- negara.

2.1.2 Landasan Konseptual

Di dalam setiap penelitian, peneliti memerlukan bantuan

untuk dalam membedah masalah salah satunya dengan

menggunakan konsep-konsep seperti yang akan dijelaskan dibawah

ini. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu obyek, sifat suatu

obyek, atau suatu fenomena tertentu. Fungsi konsep adalah

memperkenalkan suatu sudut pandang, serta sebagai sarana untuk

mengorganisasikan gagasan, persepsi, dan simbol yaitu dalam

bentuk klasifikasi dan generalisasi.4

2.1.2.1 Konsep Kerjasama Internasional

Dalam hubungan internasional, interaksi antar negara

dapat terjadi melalui bentuk-bentuk seperti kerjasama, konflik, atau

yang lebih parah lagi adalah perang. Untuk mencegah hal yang

lebih parah itu, maka setiap negara akan memaksimalkan

kerjasama. Kerjasama dibutuhkan karena tidak ada negara didunia

ini yang dapat hidup tanpa negara lain. Melalui kerjasama juga

dapat mencegah dari perang, negara akan memilih bekerjasama

dengan negara lain untuk mencapai kepentingan yang sama atau

4 Mohtar Masoed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3E.
hlm.93-95.

5
hampir sama ketimbang memilih jalan perang. Kerjasama

merupakan hasil interaksi antar negara untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu.5

Dengan kata lain, Kerjasama Internasional dapat terbentuk

karena kehidupan internasional yang meliputi berbagai bidang,

salah satunya adalah bidang pendidikan. Hal tersebut memunculkan

kepentingan yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan

berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai

masalah tersebut, maka beberapa negara membentuk suatu

Kerjasama Internasional.

Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan

kondisi masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain.

Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang

dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. Tujuan dari

kerjasama ini ditentukan oleh persamaan kepentingan dari masing-

masing pihak yang terlibat.

Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik

internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam

hubungan internasional. Isu utama dari kerjasama internasional

yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang

5 Dikutip dari blog milik Triya Wibawa. Tinjauan Pustaka. Melalui


http://share.pdfonline.com/dc007b529ba642509bfa34003e91bc63/jbptunikompp-gdl-
triyawibaw-26714-6-12.uniko-a.htm. Diakses pada 30 November 2013, pukul 20.56 WIB.

6
diperoleh melalui kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi

dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif. 6

Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional

meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial

budaya, pendidikan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan.

2.1.2.2 Interdepedensi

Salah satu konsep utama yang dapat dipakai untuk

menggambarkan sifat sistem internasional saat ini adalah konsep

interdependensi. Konsep ini menyatakan bahwa negara bukan

merupakan aktor independen secara keseluruhan, justru negara

saling bergantung satu dengan yang lainnya. 7 Tidak ada suatu

negara pun yang secara keseluruhan dapat memenuhi sendiri

kebutuhannya, masing-masing bergantung pada sumberdaya dan

produk dari negara lainnya.

Interdependensi itu sebenarnya merupakan turunan dari

perspektif liberalisme yang terdapat dalam studi Hubungan

Internasional. Liberalisme interdependensi memiliki asumsi bahwa

6 ibid

7 Dikutip dari blog milik Rista Gemam. Tinjauan Pustaka. Melalui


http://share.pdfonline.com/dc007b529ba642509bfa34003e91bc63/jbptunikompp-gdl-
triyawibaw-26714-6-12.uniko-a.htm. Pada 30 November 2013, pukul 20.27 WIB.

7
modernisasi akan meningkatkan tingkat interdependensi antar

negara. Aktor transnasional menjadi semakin penting, kekuatan

militer merupakan instrumen yang tidak absolut dan kesejahteraan

merupakan tujuan yang dominan dari negara. Interdependensi

kompleks akan menciptakan dunia hubungan internasional yang

jauh lebih kooperatif.

Saling ketergantungan (interdependensi) dapat terjadi dalam

berbagai isu, seperti ekonomi, politik dan sosial. Dalam

interdependensi, terdapat setidaknya beberapa sektor yang salah

satunya yaitu politik. Dalam sektor politik, terdapat suatu

kesadaran bahwa suatu negara tidak dapat menjamin kelangsungan

hidupnya secara mandiri tanpa adanya kerjasama dengan negara

lain. Begitupula halnya dengan pendidikan yang merupakan suatu

bidang yang terkait dalam interdepedensi ini. Kerjasama antar

negara ini akan dapat saling melengkapi kekurangan dari masing-

masing negara.

2.1.2.3 Diplomasi Total

Di dalam diplomasi total terdapat first track diplomacy dan

second track diplomacy. Untuk melancarkan jalan bagi negosiasi

dan persetujuan dalam rangka first track diplomacy dengan cara

mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting

yang diperoleh pelaku-pelaku second track diplomacy. Second

8
track diplomacy yang secara umum didefinisikan sebagai upaya-

upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-

pemerintah secara tidak resmi (unofficial). Second track

diplomacy bukan bertindak sebagai pengganti first track diplomacy.

Dengan kata lain, diplomasi total dengan melibatkan diplomasi

publik (multi-track diplomacy) sangat dibutuhkan dalam rangka

mencapai kesuksesan dalam menjalankan misi politik luar negeri


Diplomasi publik (second-track diplomacy) melibatkan

berbagai aktor dengan bidangnya masing-masing. Diplomasi publik

antara lain dilakukan oleh kaum bisnis atau profesional, warga

negara biasa, kaum akademisi (peneliti, pendidik, dll), organisasi

non pemerintah, lembaga-lembaga keagamaan dan keuangan, dan

yang paling penting adalah jalur kesembilan yakni media massa.8


Kaum akademisi di sini adalah bagian dari bidang

pendidikan yang akan melakukan diplomasi terhadap negara lain.

dimana fungsinya sama seperti bidang-bidang lainnya yaitu untuk

melancarkan first track diplomacy.


Intinya, publik memegang peranan yang semakin vital

dalam menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada

situasi yang semakin terintegrasi dengan beragam bidangnya yang

sangat variatif. Bagaimanapun juga, misi diplomasi tidak akan

pernah berjalan dengan efektif tanpa keterlibatan publik. Oleh

karena itu, setiap negara kini berlomba-lomba menjalankan

8 Dikutip dari blog Lacapitale. Second Track Diplomacy. Melalui


http://lacapitale.wordpress.com/2008/04/19/diplomasi-publik/. Diakses pada 1 desember
2013, pukul 07.05 WIB.

9
diplomasi total (multi-track diplomacy) dengan meningkatkan

peran publik dalam aktivitas diplomasinya dalam rangka

melengkapi first track diplomacy demi tercapainya kesuksesan

politik luar negeri.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Diplomasi Pendidikan antara Indonesia Dengan Australia

Dalam kenyataannya sebuah negara tidak hidup secara mandiri di

dunia. Banyak negara dunia memiliki keterikatan antara yang satu dengan

yang lainnya, salah satunya yaitu di bidang pendidikan. Dengan adanya

keterikatan ini tentu saja seringkali terjadi tarik-menarik antar kepentingan

negara-negara terkait. Dalam hal ini tentu saja peranan pemerintah dalam

menata negaranya menjadi faktor terpenting dalam menaikkan bargaining

diplomasi negara bersangkutan.

Diplomasi merupakan salah satu cara bagi negara-negara yang

saling memiliki keterikatan dalam mengembangkan usaha-usaha untuk

memakmurkan rakyatnya. Di sinilah peran dan strategi diplomasi menjadi

salah satu hal terpenting dalam pengembangan sebuah negara bangsa.

Dalam hal ini, negara ini harus mampu menaikkan taraf hidup rakyatnya.

Itu artinya, pemerintah harus mampu mencoba cara-cara lain untuk

membuka ruang komunikasi selebar-lebarnya dalam hubungan

internasional. Semua usaha-usaha komunikasi ini harus didasarkan pada

rasa saling menghormati, saling melengkapi dan saling menjaga identitas

masing-masing. Dalam arti saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang

terlibat dalam pembicaraan antar negara.

11
Dalam konteks diplomasi publik ini yaitu khususnya yang

berkenaan dengan diplomasi pendidikan adalah dengan cara

meningkatkan kompetensi pendidikan suatu negara, untuk bersaing dengan

mutu pendidikan luar negeri lainnya . Hal yang diperhatikan adalah,

pemerataan kualitas pendidikan di antara lembaga-lembaga

penyelenggaranya dengan mengadakan pertukaran pelajar.

Pertukaran pelajar antarsekolah dari negara yang

berbeda menjadi salah satu alternatif dalam

mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa di

tingkat internasional. Pengetahuan dan wawasan yang

diperoleh siswa melalui pengalaman hidup dan tinggal

bersama secara langsung dengan masyarakat setempat, di

suatu negara, merupakan pengalaman yang berarti untuk

meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan siswa

dalam rangka ikut meningkatkan kualitas sumber daya

manusia (SDM) di Indonesia.

Kegiatan ini diharapkan mampu mengibarkan dunia pendidikan

nasional, guna mendorong sekolah yang lain untuk meningkatkan

kualitasnya menjadi sekolah berstandar nasional. Masuk ke dalam budaya

baru, berarti harus berani dan mampu beradaptasi dengan cepat dengan

12
budaya setempat, hal ini dapat memperkokoh diri untuk mendapatkan

manfaat optimal dalam hidup.9

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini

memudahkan terjadinya pertukaran informasi dan komunikasi lintas lokal,

sektoral, negara, dan bahkan lintas benua. Institusi pendidikan, sekolah

atau perguruan tinggi misalnya, mulai membangun jaringan komunikasi

melalui berbagai media untuk meningkatkan kualitas dan mendapatkan

pengakuan di tingkat nasional dan di tingkat internasional.

Pertukaran pelajar Indonesia dengan Australia merupakan kerja

sama dengan IndoAustay Ltd Australian Indonesian Association of

Victoria (AIA.V). Manfaat dari program pertukaran pelajar ini, diharapkan

dapat mempercepat terciptanya Sekolah Berstandar Internasional, melalui

data perbandingan yang didapat dari pelajar Indonesia dan pelajar

Australia, lalu mempererat persahabatan pelajar Indonesia-Australia,

melalui pemahaman atas masing-masing budaya, kemudian membantu

meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing, bahasa Inggris

khususnya, serta menjadi publisitas positif bagi Indonesia.

Bentuk program pelajar dibagi menjadi dua, pertama yaitu

Shouthbound Exchange, yaitu pelajar Indonesia menjadi pelajar tamu di

sekolah di Australia (Melbourne/Victoria) selama enam minggu. Yang

kedua Northbound Exchange, yaitu pelajar Australia menjadi pelajar tamu

9 Dikutip dari blog Universitas Pendidikan Indoneia. Fasilitas Pertukaran Pelajar SMA
Indonesia Australia. Melalui http://berita.upi.edu/2011/06/16/upi-fasilitas-pertukaran-
pelajar-sma-indonesia-australia/. Diakses 26 November 2013, pukul 20.09 WIB

13
di sekolah di Indonesia selama enam minggu. Sekolah-sekolah penerima

(Host School) yang akan menampung para siswa dari Indonesia antara

lain, Chatholic College Bendigo, Mercy College Coburg, Avila College,

Kyabram P-12 College, Eltham High School, St Leonards School dan

Galen Chatolic College. Semua sekolah tersebut berlokasi di Nagara

Bagian Victoria (Melbourne dan sekitarnya) dan Australia Barat

(Adeleide).

Penyelenggaraan program ini dikelola oleh dua fasilitator, satu di

Indonesia dan satu di Australia. Fasilitator di Australia dikelola oleh

sebuah lembaga yang merupakan mitra kerja sama dalam program

Pertukaran Pelajar ini bernama IndoAustay Ltd. IndoAustay Ltd merupakan

lembaga yang menjadi bagian unit-unit kerja dari Australian Indonesian

Association of Victoria (AIA.V). AIA.V sendiri merupakan lembaga

swadaya masyarakat non-profit yang bergerak dalam bidang social dan

budaya.

Selama bertahun-tahun organisasi ini sangat peduli terhadap

apresiasi masyarakat Australia yang semakin menurun terhadap Indonesia.

Turunnya apresiasi itu terlihat dari menurun drastisnya minat untuk belajar

Bahasa Indonesia di beberapa universitas di Australia serta

diberhentikannya mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam mata pelajaran

pengajaran bahasa asing (Indonesian as a foreign language) di sekolah-

sekolah setingkat SD sampai dengan SMU di Australia.

14
Anggota AIAV, yang hampir separuhnya merupakan pengampu

mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, menyadari

pentingnya suatu kegiatan untuk kembali membina hubungan yang baik

secara intensif antara Indonesia-Australia. Salah satu caranya adalah

dengan menyelenggarakan program Pertukaran Pelajar Indonesia

Australia.

Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat untuk meningkatkan

hubungan pendidikan kedua negara yang selama ini telah berjalan baik.

Pendidikan tetap menjadi 'bendera' hubungan bilateral kedua negara dan

Australia akan melanjutkan upaya kerjasama penting ini di masa

mendatang.

Pada tahun 1999 hampir setengah dari seluruh anak usia 4 tahun

menerima beberapa bentuk pendidikan prasekolah. The Australian

Broadcasting Corporation melakukan siaran untuk anak-anak yang tidak

dapat menghadiri pusat-pusat prasekolah. Termasuk juga sekolah udara, di

mana anak-anak menggunakan radio dua arah, televisi, perekam video dan

kaset, serta komputer untuk berpartisipasi di sekolah-sekolah.10

Pemerintah federal memiliki tanggung jawab khusus untuk

pendidikan dan pelatihan pemuda di Aborigin dan Torres Strait Islander.

10 Rita Ayuningtyas. Menko Kesra: Tidak Rugi Putus Hubungan dengan Australia. Melalui
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/24/1/196614/Polri-dan-Australia-
Lanjutkan-Kerja-Sama-Bidang-Pendidikan, Diakses pada tanggal 26 November 2013, pukul
21.45 WIB.

15
Kebijakan pendidikan nasional sudah ada dan berkembang sejak tahun

1990 untuk membantu meningkatkan kehadiran, retensi, dan tingkat

penyelesaian dalam masyarakat, sebagian melalui inisiatif berdasarkan

yang didanai pemerintah federal, lokal dan pengembangan kurikulum yang

lebih peka budaya.

Hingga 2015 kerjasama investasi pendidikan akan mencapai 500

juta dolar Australia yang digunakan untuk membangun dan memperluas

sekolah, pelatihan guru serta mempromosikan pluralisme dan toleransi di

Indonesia.

Australia saat ini tetap menjadi salah satu tujuan utama bagi pelajar

Indonesia dengan lebih 18 ribu mahasiswa yang tercatat di sejumlah

institusi Australia selama 2010.11 Pendaftaran mahasiswa dari Indonesia

terus berlanjut dan meningkat dan Australia menyambut baik pertukaran

budaya, sosial serta akademik. Pemerintah Australia berkomitmen untuk

mendorong mahasiswa Australia juga berkeinginan menyelesaikan studi di

Indonesia.

Selain pertukaran pelajar, bentuk implementasi dari diplomasi pendidikan

yang dilakukan oleh Indonesia dengan Australia, tetapi ada juga seminar

pendidikan yang diselenggarakan diantara kedua negara ini. Hal ini

11 Dikutip dari Republika online, Menko Kesra: Tidak Rugi Putus Hubungan dengan
Australia. Melalui http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/11/24/mwrjqp-
menko-kesra-tidak-rugi-putus-hubungan-dengan-australia, diakses pada tanggal 26
November 2013 pukul 21.23 WIB.

16
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatnya pengetahuan dan wawasan

peserta seminar terhadap tema pendidikan yang diusung, menyampaikan

rekomendasi untuk mempercepat implementasi dari kebijakan-kebijakan

yang telah disosialisaiskan pada tingkat satuan pendidikan. Sebagai

contoh, yaitu dilaksanakannya Seminar Internasional dengan judul

Akselerasi Profesionalisasi Administrator Pendidikan di Indonesia yang

melibatkan pembicara dari Australia, oleh Universitas Pendidikan

Indonesia.

Bentuk diplomasi pendidikan lainnya yaitu dengan mengadakan kerja

sama pendidikan dalam aspek pelatihan diplomatik. Hal ini

diselenggarakan antara Pusat Pendidikan Pelatihan Kementrian Luar

Negeri Indonesia dengan Sekolah Diplomasi Asia-Pasifik di Universitas

Nasional Australia, mengakui kerja sama yang berharga antara Pusat

Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) dan Sekolah Diplomasi Asia-Pasifik

sejak tahun 2008 dalam bentukpartisipasi para tenaga pengajar dari

Sekolah Diplomasi Asia-Pasifik di pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Berkeinginan untuk selanjutnya mengadakan kerja sama antara Pusat

Pendidikan dan Pelatihan dan Sekolah Diplomasi Asia-Pasifik mellaui

pelatihan dan pembangunan kapasitas diplomat Indonesia dalam isu-isu

yang terkait dengan diplomasi. Dan mempertimbangkan kebutuhan untuk

memperkuat kapasitas diplomat Indonesia dan juga memelihara saling

pengertian yang lebih baik antara Indonesia dan negara-negara Asia

Tenggara dan Australia. Serta menimbang pada Pernyataan Bersama

17
tentang Kemitraan Menyeluruh antara Australia dan Republik Indonesia

tahun 2005 dan mempertimbangkan kedua Kepala Negara pemerintahan

berkomitmen kuat untuk meningkatkan kerjasama bilateral di seluruh

bidang.

Adapun tujuan dari kerja sama ini adalah:

1. Untuk memberikan suatu kerangka kerja sama di bidang pendidikan

dan pelatihan Sea diplomat Indonesia, kerjaama tersebut tidak

berlandaskan atau pertimbangan komersil.


2. Menciptakan kondisi untuk memelihara hubungan yang

berkesinambungan dan kerja sama antara para pihak penandatangan.


3. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia bagi para

diplomat Indonesia.
Untuk merealisasikan tujuan-tujuan di atas, maka mereka (para

pihak penandatangan) untuk melakukan:


1. Pertukaran tenaga pengajar dalam rangka untuk bertukar pengetahuan

dan pengalaman dengan para siswa dan individu lainnya dari salah

satu pihak penandatangan dalam program-rpogram pelatihan

diplomatik.
2. Pertukaran diplomat atau siswa dari masing-masing pihak

penandatangan untuk belajar lebih lanjut tentang bidang-bidang

tertentu mengenai topik yang menjadi kepentingan bersama yang

bertempat di masing-masing pihak penandatangan.


3. Pertukaran bahan-bahan publikasi dan materi cetak lainnya yang

diterbitkan oleh para pihak penandatangan atau lembaga-lembaga

lainnya yang ada di negara masing-masing (yang secara umum dapat

diakses) di bidang kebijakan luar negeri, hubungan internasional,

18
hukum internasional, masalah-masalah ekonomi internasional, ilmu

pengetahuan politik atau bidang-bidang lain mengenai kepentingan

bersama.
4. Berusaha untuk meningkatkan jumlah beasiswa bagi para diplomat

Indonesia untuk mengikuti jenjang pasca sarjana pada Sekolah

Diplomasi Asia-Pasifik.
5. Dalam kerja sama dengan Pusat Studi Politik dan Diplomasi, Oxford,

akan bekerjasama menyelenggarakan pelatihan mengenai negosiasi

bagi diplomat Indonesia dan lainnya sebanyak dua kali per tahun. Hal

ini tergantung pada ketersediaan tenaga pengajar dan dukungan

pembiayaaan.
6. Dapat mengembangkan dan melaksanakan program-program

pelatihan lainnya atas persetujuan bersama bagi para diplomat dari

Indonesia dengan negara lainnya. Program-program dimaksud

tergantung pada ketersediaan tenaga pengajar dan dukungan

pembiayaaan.12

12 Dikutip dari Departemen Luar Negeri. Melalui


http://naskahperjanjian.deplu.go.id/uploads-pub/752_AUS-2010-0183.pdf. Diakses pada
30 November 2013, pukul 21.29 WIB.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimplulan

Salah satu bidang diplomasi yang dapat mempererat hubungan

kedua negara antara Indonesia dan Australia yaitu diplomasi dalam bidang

pendidikan. Dimana diplomasi pendidikan ini diimplementasikan dalam

berbagai program, seperti program pertukaran pelajar, program seminar

mengenai pendidikan serta kerja sama pelatihan diplomatik.

Diplomasi pendidikan Indonesia dan Australia ini sudah

berlangsung cukup lama, ketiga program diatas telah terimplementasi

dengan baik diantara kedua belah pihak. Dimana dapat mempererat

hubungan bilateral mereka, tidak hanya dalam bidang pendidikan saja,

namun dalam seluruh aspek kehidupan, seperti ekonomi politik, budaya,

pertahanan dan keamanan.

Saat ini hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia sedang

mengalami pasang surut akibat kesalahpahaman dan perbedaan aturan

kedua negara. Untuk tetap menjaga hubungan baik kedua negara tersebut,

maka pendidikan dinilai menjadi kunci untuk meningkatkan hubungan

baik kedua negara.

20

Anda mungkin juga menyukai