I.Pendahuluan
Arus MEA yang sudah mulai terasa, Cebu Declaration pada 13 januari 2007
memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing
ASEAN, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah
satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan
sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai warga negara
indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya
bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti takut dibilang ketinggalan
jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.
Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman
dan mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih
kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa.
Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis,
individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu
dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian bangsa. Kebudayaan
adalah sebuah warisan luhur.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015
merupakan sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara anggota ASEAN (Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Laos, Myanmar dan Vietnam) yang
bertujuan untuk mengurangi hambatan- hambatan regional Asia Tenggara dalam perdagangan
barang dan jasa maupun investasi asing. MEA 2015 akan membentuk sebuah integrasi ekonomi
regional dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan
dan bisnis, serta meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Implementasi MEA 2015 fokus pada 12 sektor prioritas yang terdiri dari tujuh sektor barang,
yaitu: industri pertanian, peralatan elektronik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet,
industri berbasis kayu, dan industri tekstil, serta lima sektor jasa, yaitu: transportasi udara,
pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi atau e-ASEAN.
Agenda MEA 2015 berawal dari kesepakatan para pemimpn ASEAN dalam KTT yang
diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada Desember 1997. Tujuan dari kesepakatan ini adalah
untuk meningkatkan daya saing negara anggota ASEAN agara bisa menyaingi Tiongkok dan
India dalam menarik investasi asing. ASEAN merencanakan pembentukan integrasi regional
ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2000. Rencana ini
kemudian dibentuk ke dalam roadmap jangka panjang yang diberi nama Hanoi Plan of Action
yang disepakati tahun 1998.
Dalam Deklarasi ASEAN Concord II di Bali pada 7 Oktober 2003, para pemimpin
ASEAN memutuskan pembentukan MEA pada tahun 2015. Indonesia menjadi salah satu
inisiator dalam pembentukan MEA 2015. Pembentukan MEA 2015 merupakan salah satu upaya
ASEAN untuk mempererat hubungan antar negara Asia Tenggara, selain itu juga untuk
menyesuaikan cara pandang agar lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang
berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ASEAN, seperti mutual
respect dan non interference.
Pada 20 November 2007, disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN sebagai
organisasi berbadan hukum. Tahun 2015, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari
tahun 2020 menjadi tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA 2015, maka dirumuskan AEC
Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap negara anggota
ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.
Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang terlibat dalam MEA 2015. Untuk
menghadai MEA 2015, maka, Indonesia perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Namun,
beberapa dampak muncul pada saat Indonesia menghadapi MEA 2015.
Adapun dampak negative dari hadirya MEA di Indonesia dalam sedut pandang budaya
Budaya luar mudah masuk ke Indonesia tanpa batas
Masuknya budaya yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia
Akan dapat menggeser budaya idonesia
Budaya Indonesia akan di lupakan seiring berjalannya waktu
Minimnya pengawasan terhadap budaya-budaya yang tidak sesuai
Kesempatan untuk mendapat pekerjaan di Indonesia semakin sempit
III. Metodologi
Adapun yang harus kita lakukan untuk mengatasi pengaruh MEA yang akan
menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan indonesia, serta
berkurangnya rasa nasionalisme yaitu:
1. culture experience
culture experience adalah pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung.
Seperti contoh masyarakat dianjurkan mempelajari tarian daerah dengan baik. Agar dalam setiap
tahunnya tarian ini dapat di tampilkan dan diperkenalkan pada khalayak dengan demikian selain
dapat melestarikan budaya kita juga dapat meemperkenalkan kebudayaan kita pada orang
banyak.
2. culture knowledge
culture knowladge merupakan pelestarian budaya dengan cara membuat pusat informasi
kebudayaan. sehingga mempermudah seseorang untuk mencari tahu tentang kebudayaan. selain
itu cara ini dapat menjadi sarana edukasi bagi para pelajar dan dapat pula menjadi sarana wisata
bagi para wisatawan yang ingin mencari tahu serta ingin berkunjung ke indonesia dengan
mendapatkan informasi dari pusat informasi kebudayaan tersebut.
selain 2 hal tersebut kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara sederhana berikut:
IV.Penutup
V. DAFTAR PUSTAKA
www.dwinastiti7.blogspot.com
http://ellyrudyatmini.blogspot.co.id/2013/12/melestarikan-kebudayaan-nasional-diera.html
www.ellyrudyatmini.blogspot.com
http://ellyrudyatmini.blogspot.co.id/2013/12/melestarikan-kebudayaan-nasional-diera.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya