Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Ekstraksi vakum ialah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative
(vakum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.2001:331)
Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.2007:495)
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan akstraksi tenaga
negative (vakum) di kepalanya (Kapita Selekta, 2001).
Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2007) vakum
ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan
sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut Saifudi (2002), vakum ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut Sarwono (2007) Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara
kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Ekstraktor vacum adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk
melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum
(tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara
artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi.Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan
untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi
dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu
caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin
melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
2.2 Pelaksana Vakum Ekstraksi
Vakum ekstraksi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli. Adapun pelaksana tindakan
vakum ekstraksi adalah dokter dan bidan terlatih. Syarat bidan yang boleh melakukan vakum
ekstraksi, yaitu bidan yang bertugas di Rumah Sakit atau minimal Puskesmas PONED bekerja
sama/berada dibawah perintah dokter spesialis obstetri ginekologi. Pelaksanaannya dilakukan
minimal oleh dua bidan.
2.3 Indikasi Vakum Ekstraksi
2.3.1 Indikasi Ibu
o Power Ibu Menurun
tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, nafas cepat > 40x/mnt
o Decom Tingkat I
tanda: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
o Tekanan Darah Naik
tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
o Tidak Kuat Mengejan
penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penrunan.
o Adanya Kenaikan Suhu
suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2.3.2 Indikasi Janin
o Gawat Janin
djj janin 160x/mnt
2.3.3 Indikasi Waktu
o Kala II Memanjang
tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
2.4 Kontraindikasi Vakum Ektraksi
Ibu : ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan, CPD.
Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala),
kepala menyusul, bayi premature, gawat janin, capur succedaneum yang sudah besar.
2.5 Syarat
Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum
Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
Presentasi kepala
Janin cukup bulan (tidak prematur)
Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik)
Anak hidup dan tidak gawat janin
Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul)
Kontraksi baik
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
2.6 Alat-Alat Ekstraksi Vacum
a. Mangkok ( cup )
Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat mencekam
kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari baha
logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic kurang traumatis
disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm.
pada punggung mangkuk terdapat:
Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )
Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan atau
udara.
b. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.
c. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negative.pipa
penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.
d. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut
tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll )
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
Saluran manometer
Saluran menuju ke mangkuk
Saluran menuju ke pompa penghisap
e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
2.7 Langkah klinik
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1. Pasien
1) Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan
air dan sabun.
2) Uji fungsi dan perlrngkapan peralatan vakum.
3) Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4) Medikamentosa
a. Oksitosin
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5) Larutan antiseptic (povidon iodine 10%)
6) Oksigen dengan regulator
7) Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 set. Klem ovum: 2
c. Cunam tampon: 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai): 2
e. Spekulum Sims atau L dan kateter karet: 2 dan 1
2. Penolong (operator dan asisten)
1) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata pelindung: 3 set
2) Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang
3) Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang
4) Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Stetoskop dan tensimeter: 1
3. Bayi
1) Instrument
a. Penghisap lendir dan penekan lidah: 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23/insulin (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
i. Alat resusitasi bayi
2) Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan dekstrose 10%
3) Oksigen dengan regulator
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan
untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum. Bila
penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien ke rumah sakit.
3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah dan
cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
E. PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati introitus,
pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkk tidak terpasang pada bagian yang tidak
rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).
2. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan
telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada
bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan
mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara
bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan hingga
skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus
mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen
menjadi lebih efektif.
F. PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan
penarikan dengan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari
tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi )
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomy (pada
pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak
masuk kembali.
3. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut
dahi, muka dan dagu.
G. MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian
gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi
pada petugas bagian anak.
H. LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikkan oksitosin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan
mendorong uterus ke arah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak
lengkap).
3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).
I. EKSPLORASI JALAN LAHIR
1. Masukkan speculum sims/L atas dan bawah pada vagina
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding
vagina di tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah samping,
searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.
Bila dilakukan episiotomy, lanjutkan ke langkah J.
J. PENJAHITAN EPISIOTOMI
1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikkan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam
tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomy (otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas
dan bawah.
2. Uji hasil iinfiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah
dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomy bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul
ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan,
kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan
antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan povidon iodine pada tempat jahitan episiotomy.
K. DEKONTAMINASI
L. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
M. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam
status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan
serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus
diwaspadai
2.8 Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum
Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam
Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature
2.9 Kriteria kegagalan
Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
Mangkuk terlepas 3x
Penyebab kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negative dibuat terlalu cepat, selaput ketuban melekat, bagian
jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya
tidak diketahui.
2.10 Komplikasi
Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir
Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial,
fraktur klavikula.
2.11 Keuntungan Tindakan Vakum Ekstraksi
Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi
frekwensi SC
Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping
kepala ataupun dahi.
Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan
lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm,
untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala
menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping
itu cup tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya
perdarahan pada otak.
Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala
( missal pada letak dahi ).
2.12 Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai dapat
ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi
untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya
relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.

Anda mungkin juga menyukai