Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi Resisten

Setelah melakukan konsultasi dengan dokter, penderita tekanan darah tinggi dan dokter
akan menentukan suatu tujuan yang hendak di capai berdasaran kondisi kesehatan penderita
hipertensi. Tujuan utama, tentunya menurunkan tekanan darah sehingga bisa menunda atau
mencegah berbagai komplikasi yang mungkin muncul seperti serangan jantung, stroke, kebutaan,
dan gagal ginjal. Untuk mencapai target diperlukan kepatuhan mengikuti gaya hidup sehat dan
rutin minum obat.

Mengendalikan tekanan darah agar tetap normal tidaklah mudah. Ada saja godaan yang
mengakibatkan tujuan pengobatan hipertensi tidak tercapai. Gaya hidup sehat ditinggalkan dan
obat sering diobatkan. Akibatnya tekanan darah justru semakin meningkat, dan target tidak
tercapai sehingga menyebabkan frustasi. Kondisi ini dialami sekitar 40% penderita hipertensi
dengan sebagian besar penderita berusia >40 tahun.

Penderita yang kesulitan mencapai target tekanan darah yang ditetapkan sekalipun telah
minum tiga jenis obat dosis penuh, termasuk jenis dioretik, artinya menderita hipertensi resisten.
Obat dioretik yaitu obat yang berfungsi mendorong ginjal mengeluarkan lebih banyak natrium
melalui air kencing dibandingkan kondisi normal. Tekanan darah diastolic penderita hipertensi
resisten biasanya tetap diatas angka 90 mmHg

Krisis Hipertensi

Selain hipertensi resistensi, dikenal juga krisis hipertensi, yaitu kenaikan tekanan darah
yang sangat tinggi sehingga memecu stroke. Tekanan darah diatas 180/110 mmHg tergolong
sangat ekstrim sehingga bisa merusak pembuluh darah. Pembuluh darah akan meradang dan
mengucurkan darah. Kondisi ini menyebabkan jantung tidak mampu lagi mempertahankan
sirkulasi darah yang mencukupi.

Ada dua jenis kisis hipertensi

1. Hipertensi urgensi
Ciri hipertensi ini adalah tekanan darah yang sangat ti nggi (diatas 180/120 mmHg). Sakit
kepala hebat, mual. Muntah, penglihatan kabur, mimisan, cemas berlebihan, dan napas
pendek. Tekanan darah yang sangat tinggi ini bisa diturunkan secara perlahan dalam
hitungan jam hingga hari dengan obat oral.
2. Hipertensi emergency
Hipertensi emergency / gawat darurat memiliki gejala yang mengancam hidup penderita.
Gejalanya berupa adanya cairan diparu-paru, pembengkakan atau pendarahan otak,
sobeknya dinding pembuluh darah, serangan jantung, stroke, atau pre eklemsia pada ibu
hamil. Tekanan darah pada hipertensi gawat darurat meningkat di atas 180/120 mmHg.
Bisa juga terjadi tekanan darah dibawa 180/120 mmHg tetapi disertai gangguan fungsi
organ. Untuk menghindari terjadinya komplikasi menetap, tekanan darah harus sesegera
mungkin diturunka.caranya dengan memberikan obat oral, obat intravena (suntikan) atau
rawat inap.

Anda mungkin juga menyukai