ANGGOTA KELOMPOK :
KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak
kekurangan dan kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membantu
guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang..1
Rumusan Masalah.2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan...13
LAMPIRAN......14
DAFTAR PUSTAKA15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
2. Untuk mengetahui hubungan antara iptek dan seni dalam agama islam.
PEMBAHASAN
Kebudayaan
Islam memang tidak memberikan ajaran yang terinci tentang seni namun
Rasulullah telah menjelaskan bahwa:
Seni adalah bagian dari kehidupan kita sendiri. Oleh karena itu, tujuan
kesenian sama dengan tujuan hidup itu sendiri dan bagi setiap muslim tujuan
hidup itu adalah kebahagiaan material duniawi dan kebahagiaan spiritual serta
menjadi rahmat bagi segenap alam atas keridhaan Allah.
Dari segi fungsi, seni merupakan media mensyukuri nikmat Allah yang
telah menganugerahi manusia dengan berbagai potensi baik potensi diri maupun
potensi indrawi(panca indra). Fungsi seni yang lain ialah menghayati kebesaran
Allah baik yang terdapat di alam maupun yang terdapat pada kreasi manusia.
ALLA
ALAMI AS-
AL-
AKAL
ILMU
ALLAH
Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu, dan berada dibawah hukum
serta aturan yang satu yaitu hukum alam. Kemudian gunung, daratan, padang
pasir, sungai, hutan, danau, semuanya itu hanyalah bagian dari alam saja. Ketika
manusia berbuat baik terhadap lingkungannya berarti baik pula terhadap dirinya
sendiri, dan sebaliknya. Para ilmuan tidak hanya memegang tanggungjawab
terhadap permasalahan sosial namun juga tanggungjawab terhadap lingkungan
sekitar. Dalam dimensi etis atau religious seorang ilmuan hendaknya tidak
melanggar kepatutan berdasarkan keilmuan yang ditekuninya. Karena tanggung
jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah
tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu yang dapat merusak
kehidupan alam. Firman Allah QS. Al-Qoshosh ayat 77:
Dan berbuat baiklah kamu (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepada kamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk mengabdi
kepadaku
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan
oleh Allah hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada satu hal pun yang bisa
disombongkan oleh diri manusia termasuk kewajiban kita untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian alam yang telah Allah limpahkan kepada kita untuk
dirawat. Allah memberikan kita alam dengan potensi yang melimpah yang bisa
kita pakai untuk kebutuhan rohani, kebutuhan lahiriah namun di sisi lain Allah
juga memerintahkan kita untuk mengembangkannya, tetap menjaga eksistensinya
guna memenuhi kebutuhan anak cucu kita selanjutnya. Mengabdi kepada Allah
SWT dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:
Seringkali manusia melupakan segi etika atau segi moral dari hubungan
timbal balik antara manusia dengan alam atau lingkungan. Seandainya manusia
dapat berlaku adil dengan semua makhluk hidup di alam ini, maka disini letak
kebenaran moral yang baik, dimana hubungan manusia dan alam saling memberi
kemanfaatan bukan malah merugikan salah satu.
Ayat di atas diwahyukan oleh Allah pada saat Nabi Muhammad bersama
para sahabatnya sedang berkumpul di dalam suatu majlis. Kemudian datanglah
para sahabat yang lain yang ikut dalam perang Badar. Namun para sahabat yang
duduk terlebih dahulu tersebut enggan berdiri dan memberikan tempat duduk
untuk para sahabat yang baru datang. Hingga akhirnya Allah menurunkan ayat
QS. Al-Mujadilah yang menjelaskan tata cara dan adab bermajlis. Menurut ayat
tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karena itu Allah menyuruh manusia berpikir,
menggali ilmu pengetahuan, membaca baik membaca ayat-ayat Allah maupun
sumber-sumber ilmu pengetahuan yang lain. Jelas bahwa ilmu yang tanpa
didasari iman, maka orang yang berilmu tersebut akan menggunakannya tidak
sesuai aturan akibatnya merugikan sebab orang yang banyak tahu tetapi tidak
mendalam disebut generalis tanpa berpikir akibat apa yang akan terjadi nantinya.
Apabila suatu ilmu itu didasari keimanan yang kuat maka Allah telah menjamin
bahwa ilmu yang dimiliki akan mendatangkan manfaat bagi siapapun yang
mempergunakannya.
BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
http//:filsafat.kompasiana.com/.../tugas-dan-tanggung-jawab-ilmuan/