PENDAHULUAN
sifatnya kaku dan pervasif, onset pada masa remaja atau awal masa dewasa dan
kronik. Sekitar 50% dari semua penderita gangguan psikiatrik memiliki gangguan
gangguan psikiatri bersifat lambat atau terhambat maka perlu dipikirkan adanya
gangguan kepribadian yang tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik.(2)
gangguan kepribadian pada seting rawat jalan sebanyak 33%, sedangkan pada
diperkirakan 1,1 hingga 2,5 %. BPD juga merupakan salah satu komorbiditas
yang dapat menyertai hampir seluruh gangguan psikiatri, seperti gangguan mood,
perilaku, kognitif dan emosi. Hal tersebut tampak dari adanya krisis yang
berulang, hospitalisasi, mutilasi diri sendiri, percobaan bunuh diri, adiksi, episode
depresi, cemas dan agresivitas. Selain itu BPD juga menyebabkan penurunan yang
berat pada kualitas hidup dan menghabiskan biaya yang tinggi.(4)Sementara itu
minimal.(3)
satu jenis psikoterapi berbasis kognitif dan perilaku adalah Dialectical Behaviour
Therapy (DBT). Terapi berbasis kognitif dan perilaku ini dipilih karena lebih
mudah dinilai dibanding terapi berbasis psikodinamik dan adanya desakan dari
layanan kesehatan masyarakat untuk menetapkan terapi dengan tujuan dan jangka
TINJAUAN PUSTAKA
dan psikosis (Stern, 1938). Penganut teori relasi obyek mempelajari lebih jauh
tentang hal ini dan memakai istilah borderline sebagai organisasi kepribadian
yang mana timbul karena adanya fiksasi pada fase separasi-individuasi pada
kepribadian yang imatur yang ditandai dengan difusi identitas dan penggunaan
namun daya nilai realitas masih baik. Perlu diperhatikan bahwa konsep organisasi
kepribadian borderline sifatnya lebih luas dibanding BPD dan mencakup sebuah
Artikel yang dibuat oleh Gunderson dan Singer (1975) dalam American
Journal of Psychiatry menjadi titik balik diterimanya suatu diagnosis BPD. Dalam
diagnosis. Hasil pemikiran Gunderson dan Singer ini memengaruhi definisi BPD
Saat ini DSM telah mengalami revisi hingga yang terakhir adalah DSM-
V. Kriteria diagnosis BPD menurut DSM-V dapat dibuat pada masa dewasa
Suatu pola ketidak-stabilan dalam hubungan interpersonal, citra diri dan afek yang
bersifat pervasif; impulsivitas yang nyata; dimulai pada dewasa muda dan tampak
2. Pola hubungan interpersonal yang intens dan tidak stabil, yang ditandai
(Catatan: jangan memasukkan perilaku bunuh diri dan mutilasi diri yang
5. Perilaku bunuh diri, bahasa tubuh atau ancaman untuk melakukan bunuh
diri, atau perilaku mutilasi diri yang berulang.
berlangsung beberapa jam dan hanya sedikit yang melebihi beberapa hari).
berulang).
9. Ide paranoid berkaitan dengan stres atau gejala disosiatif yang berat, yang
sifatnya sementara.
yang dibuat oleh John Gunderson yang kemudian direvisi oleh Mary Zanarini
menjadi DIB-R. Empat domain patologi BPD tersebut adalah afektif, kognitif,
impulsif, dan interpersonal. Masing-masing domain diberi skor secara terpisah (0-
2 untuk domain afektif dan kognitif; 0-3 untuk domain impulsif dan
interpersonal). Skor maksimal adalah 10 dan cut-off point untuk BPD adalah 8.
Skala-skala pada DIB-R paralel dengan DSM, namun memiliki alur yang lebih
(kriteria 6 dan 7 pada DSM), namun untuk mencapai skor 2 pasien harus memiliki
impulsivitas mewakili perihal berkaitan dengan bunuh diri dan mutilasi diri
(kriteria 5 pada DSM) juga perilaku membahayakan diri lainnya (kriteria 4 pada
DSM).(7)
sebagai berikut.
Dua varian dari gangguan kepribadian ini telah ditentukan, yaitu tipe
Sebelas persen dari seluruh pasien psikiatri rawat jalan dan 19% dari
pasien psikiatri rawat inap diperkirakan memenuhi kriteria untuk BPD. Sementara
itu dari keseluruhan pasien yang memiliki gangguan kepribadian prevalensi BPD
sebanyak 33% pada rawat jalan dan 63% pada rawat inap (Widiger dan Frances,
1989).(3)
Dari telaah yang dilakukan oleh Widiger dan Frances yang dilakukan
bahwa sebanyak 74% adalah wanita. Pasien-pasien dengan BPD cenderung orang-
orang dengan usia muda (Akhtar, Byrne & Doghramji, 1968). Sekitar 70-75% dari
Seseorang dengan BPD hampir selalu tampak dalam keadaan krisis. Sering
terjadi mood swing. Pada satu waktu pasien bisa bersifat argumentatif, berikutnya
tampak depresi dan mengeluh tidak memiliki perasaan apapun pada saat lainnya.
Pasien BPD dapat mengalami episode psikotik yang singkat (disebut juga episode
Perilaku pasien BPD sangat tidak dapat diprediksi, dan pencapaian mereka jarang
tercermin dalam tindakan merugikan diri sendiri yang berulang. Mereka dapat
mengiris pergelangan tangan mereka dan melakukan tindakan mutilasi diri
tergantung pada orang-orang yang mereka anggap dekat dan ketika frustrasi
mereka dapat marah besar terhadap teman-teman dekat mereka. Pasien dengan
BPD tidak dapat bertoleransi dengan kesendirian dan mereka lebih memilih untuk
melakukan usaha gila-gilaan agar dapat ditemani tanpa peduli adanya ketidak-
senangan di pihak teman mereka. Mereka dapat menerima orang asing sebagai
sering mengeluh perasaan hampa yang kronis, kejenuhan dan hilangnya rasa
lainnya.
pasien dengan BPD mendistorsi relasi yang mereka miliki dengan menganggap
setiap orang sepenuhnya baik dan sepenuhnya buruk. Mereka melihat orang
sebagai figur lekat yang mengayomi ataupun sebagai figur sadistis yang tidak
keberpihakan dari satu orang atau grup ke orang atau grup lainnya. Beberapa
klinisi menggunakan konsep panfobia, panansietas, panambivalensi dan
BPD.
skizotipal menunjukkan keanehan berpikir yang nyata, ide-ide yang tidak biasa,
dan idea of reference yang berulang. Sementara itu BPD dapat dibedakan dari
pendek; mereka bertindak impulsif dan menuntut relasi yang di luar kewajaran;
mereka bisa saja memutilasi diri dan melakukan usaha bunuh diri yang
dimanipulasi.
insidensi episode depresi berat yang tinggi. Diagnosis BPD biasanya dibuat
sebelum usia 40 tahun, ketika pasien sedang berusaha dalam pekerjaan, marital
2.1.6 Penatalaksanaan(9)
dari satuan aktivitas dan intervensi yang luas dan dilakukan terus-menerus.
Komponen dari manajemen psikiatri bagi pasien BPD meliputi pemberian respon
karakteristik utama yaitu : pertemuan mingguan individu dengan terapis, satu atau
lebih sesi grup yang dilakukan secara mingguan, dan pertemuan terapis untuk
langsung antara kedua psikoterapi ini untuk mengetahui pasien mana yang
yang kuat, memonitor perilaku membahayakan diri sendiri dan bunuh diri.
menjadi salah satu aspek penting dari suatu terapi yang efektif karena pasien-
dengan BPD meliputi mengelola emosi baik pada diri pasien maupun terapis),
individu-individu dengan diagnosis BPD dan riwayat perilaku bunuh diri.(10) DBT
distres dan menerima diri mereka serta orang lain menginisiasi berkembangnya
Strategi-strategi ini, yang disari dari prinsip-prinsip Zen, diajarkan sebagai suatu
keterampilan baik bagi pasien maupun terapis. Strategi berbasis perubahan dalam
dengan yang digunakan pada terapi berpusat pada klien dan terapi berfokus pada
yang cukup baik bagi pasien yang seringkali mengalami penderitaan akibat
modalitas dalam DBT, yaitu pelatihan keterampilan dalam grup (group skill
dengan tim. Dari perspektif empiris tidak diketahui apakah diperlukan seluruh
modalitas atau hanya sebagian. Namun demikian sebelum adanya hasil studi
analisis komponen, maka sebuah terapi tidak dianggap sebagai DBT kecuali
baik kebenaran absolut maupun kebenaran yang sifatnya kontekstual. Ciri utama
cara berpikir dialektikal adalah memahami bahwa untuk setiap hal (thesis) maka
cara berpikir dan bertindak pada diri pasien. Misalnya, pasien mungkin
pertimbangan akan adanya cara berpikir atau bertindak secara kebalikannya (misal
malapetaka tidak akan terjadi, atau mungkin tidak perlu ada permintaan maaf),
maka ketegangan akan terjadi secara alamiah antara kedua cara berpikir atau
tertentu dan dilakukan dengan cara tertentu, serta bahwa pada saat yang
bersamaan ekspresi kemarahan pada konteks dan cara tertentu dapat memperparah
yang ekstrim, namun juga secara eksplisit mengajarkan kepada terapis suatu
proses yang dirancang agar ia tidak selalu merasa benar tentang setiap hal, tanpa
agar sedikit kehilangan keyakinan (misal kehilangan keyakinan yang kaku bahwa
dapat belajar perilaku baru, sehingga mengurangi perilaku, emosi, dan kognisi
hubungan timbal balik antara kerentanan secara biologis pada suatu bentuk reaksi
emosional yang cepat, kuat dan bertahan lama (emotion vulnerability) dengan
environment).
individu tersebut bereaksi dengan cepat dan memiliki ambang yang rendah dalam
Emosi yang intens berarti reaksi emosi dari individu dengan kerentanan
emosi bersifat ekstrim, misal di sisi negatif perpisahan dapat memicu duka yang
emosi yang intens dapat menjadi seorang idealistik, dan dapat jatuh cinta hanya
emosi ke keadaan sebelumnya yang sifatnya lambat berarti bahwa reaksi emosi
memastikan bahwa disfungsi pada sistem limbik ini merupakan penyebab yang
sama pada semua pasien dengan BPD. Penyebab biologi dapat bervariasi mulai
dari pengaruh genetik, kejadian intrauterin yang berdampak buruk, hingga efek
dari lingkungan terhadap perkembangan otak dan sistem saraf semasa kanak-
kanak awal.
Invalidasi memiliki dua ciri utama. Pertama, hal itu menunjukkan kepada
dengan sifat-sifat atau kepribadian yang tidak dapat diterima secara sosial.
nyatakan tidak (Kamu pasti marah tapi tidak mau mengakuinya!), bahwa
individu suka atau lebih suka terhadap sesuatu yang ia nyatakan tidak (Ketika
kamu katakan tidak berarti ya!) atau bahwa individu telah melakukan sesuatu
padahal tidak. Ekspresi emosi yang negatif mungkin dihubungkan dengan ciri-ciri
emosi, keyakinan, dan tindakan yang positif dapat terkena invalidasi, yaitu
idealisasi, atau imaturitas. Pengalaman pribadi dan ekspresi emosi individu tidak
tidak diberi tahu bagaimana melakukan hal tersebut. Kedua, akibat menganggap
melatarbelakangi tentang apa yang diharapkan dari pasien dan dari terapi. Pada
DBT, asumsi-asumsi ini didiskusikan secara terbuka dengan pasien pada sesi
DBT.
A. Pasien
3. Pasien perlu melakukan lebih baik lagi, mencoba lebih keras lagi dan lebih
siapa penyebabnya.
relevan.
B. Terapi
1. Pasien tidak bisa gagal dalam DBT, namun terapi dan terapis bisa
2. Bentuk perhatian yang paling besar yang terapis bisa lakukan adalah
Selain itu kesepakatan antara terapis dan pasien untuk menjalani terapi
juga didiskusikan selama sesi pre-treatment. Kesepakatan dari pasien dan terapis
A. Pasien
terapi lainnya.
B. Terapis
5. Menjaga kerahasiaan.
komitmen dari pasien untuk berpartisipasi dalam DBT. Komitmen pasien dalam
DBT dapat berubah sepanjang waktu, sehingga terapis perlu waspada terhadap
- Tahap 1
perilaku.
mengancam hidup
- Tahap 2
Jika tidak ada stres berkaitan dengan trauma di masa lalu maka kesulitan-
perilaku seperti pada tahap 1, maka penting agar target pada tahap 1 tetap
- Tahap 3
- Tahap 4
dan keadaan mood. Demikian halnya pada pasien dengan BPD, problem perilaku
intens atau dengan kata lain merupakan keluaran akibat adanya masalah
disregulasi emosi. Misal, tindakan menyakiti diri sendiri pada pasien dengan BPD
dapat berfungsi sebagai respon maladaptif dari emosi negatif yang intens.
modifikasi berbagai aspek sistem regulasi emosi pasien. Formulasi terapi pada
DBT ditujukan untuk mengurangi tendensi ke arah tindakan yang tidak efektif
atensi.
dengan tim.
PENGHINDARAN/LARI
Menghentikan
Mengajarkan keterampilan bagaimana
tindakan yang dapat
meregulasi emosi dan mengurangi
memperkuat
kerentanan terhadap stimulus
keterampilan, bukan seperti grup psikoterapi yang biasa. Fungsi utama grup ini
perilaku, emosi, kognitif dan interpersonal yang tidak mereka pelajari di masa
awal kehidupan. Selain itu diasumsikan juga bahwa anggota-anggota grup
tersebut tidak rapuh dan bahwa bangkitan emosi selama berlangsungnya grup
antara 4 hingga 10 pasien serta 2 orang co-leader yang sudah dilatih DBT. Satu
diajarkan keterampilan baru dari buku pedoman yang ada tentang group skill
training. Buku pedoman tersebut berisi berbagai latihan yang didesain untuk
keterampilan diajarkan.
menit sekali seminggu, namun dapat bervariasi tergantung dari apa yang
diperlukan oleh seorang pasien dalam minggu itu. Fungsi utama dari terapi
spesifik yang telah terbukti efektif untuk komorbid gangguan pada aksis 1.
Sedangkan untuk meningkatkan motivasi, terapis menggunakan strategi khusus
menjadi rencana tindakan untuk mengantisipasi kejadian yang akan datang. Selain
pasien dibantu untuk tetap menjalani terapi meskipun ada dorongan untuk keluar
dari terapi.
individual.
dan dorongan untuk menyakiti diri sendiri, dan melihat perkembangan target-
target lainnya. Kartu catatan harian dibahas pada setiap awal sesi dan sesi terapi
diatur berdasarkan target perilaku yang tampak dari kartu catatan harian.
Mengingat banyaknya target terapi dan adanya kemungkinan pasien tidak ingat
pada kejadian pada minggu itu maka kartu catatan harian merupakan instrumen
memahami konteks di mana perilaku itu terjadi. BA meliputi suatu usaha yang
bersifat aktif, direktif, oleh terapis untuk mengidentifikasi hal-hal tertentu yang
dianalisis.
depan umum misal mutilasi diri sendiri atau penyerangan yang impulsif. Selain itu
problem perilaku juga dapat bersifat internal yaitu tidak dapat diamati di depan
sesuatu yang dilakukan atau dialami oleh seseorang (misal pikiran, emosi, sensasi,
dalam target perilaku merupakan hal penting dalam pemahaman fenomena yang
dialami pasien.
kuat untuk menyakiti diri sendiri dapat merupakan perilaku dengan pengkondisian
klasik yang terjadi setelah berargumen dengan pasangan. Di sisi lain, perilaku
dan diganti dengan respon-respon yang lebih adaptif pada waktu analisis solusi
mengubah hal yang problematik kemudian menjalankan apa yang menjadi solusi
tersebut dapat dilakukan baik dalam bentuk latihan mengetes distorsi kognitif
Latihan perilaku juga mencakup melakukan role play dari skenario interpersonal
yang menitikberatkan pada penggunaan keterampilan. Jika perilaku yang efektif
tampak dalam sebuah sesi, maka tugas terapis adalah melakukan penguatan
efektif muncul selama sesi, maka tugas terapis adalah mengabaikan atau
untuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri), terapis tetap tenang dan
terampil (misal menunjukkan komitmen untuk tidak menyakiti diri sendiri) maka
dalam sebuah sesi. Serangkaian problem perilaku dapat timbul sebagai reaksi
terhadap emosi-emosi ini. Pasien yang marah mungkin akan mencaci maki. Pasien
dan respon prevention yang diterapkan dalam sesi bertujuan untuk menunjukkan
dorongan ini.
D. Validasi
Suatu terapi yang efektif memerlukan verifikasi tentang apa yang dilakukan
pasien secara efektif dan diskonfirmasi tentang apa yang dilakukan secara tidak
efektif. Verifikasi terhadap apa yang dilakukan pasien dapat mengurangi respon
pada diri pasien melalui modulasi bangkian emosi dan peningkatan hubungan
terapeutik.
dilihat dari konteks saat ini atau apa yang dianggap normatif
E. Strategi Dialektikal
melakukan validasi) dan perubahan perilaku (misal dengan cara problem solving).
Terapis membantu pasien untuk bergerak dari posisi terpolarisasi (salah
Pernyataan paradoks
Dokter mengatakan bahwa Dokter peduli pada saya jika Dokter tidak
akan menyelamatkan saya saat saya putus asa? Pokok dari sintesis di
Penggunaan metafora
atau cerita penting sekali pada DBT. Metafora adalah cara lain untuk
perilaku baru.
Teknik memberikan saran jahat (devils advocate)
diajukan terapis.
Extending
tambahan untuk saya, maka saya akan bunuh diri). Terapis mula-mula
sangat tersiksa sampai akan bunuh diri. Bagaimana jika rawat inap?
Kita tidak mungkin berdiskusi dalam sesi terapi jika hidup Anda dalam
bahaya. Tentunya hal itu harus ditangani lebih dulu. Strategi ini
tidak ingin hidup tanpa dia, Saya takut saya akan gagal) seakan-akan
perasaan tersebut merupakan realita. Jika ini terjadi maka pada saat itu
juga tanyakan dengan cara seperti ini: Saya tdak tertarik dengan apa
Anda rasakan, saya tidak tertarik dengan apa yang Anda yakini. Saya
dan apa yang pasien ketahui tentang yang sebenarnya (wise mind).
(Aha, bagus!) membuat pasien terhenti dan berpikir suatu hal baru
distres)
sehubungan dengan konsultasi melalui telepon ini karena pasien DBT bisa saja
mengalami krisis yang tak henti-hentinya. Durasi telepon ini singkat dan biasanya
kurang dari 10 menit. Pasien dikenalkan mengenai tujuan dari konsultasi melalui
telepon ini pada saat pre-treatment dan diberi tahu untuk menelepon ketika
yang perlu, namun sebelum terjadi krisis. DBT menerapkan aturan 24 jam, yaitu
pasien tidak akan menerima bantuan keterampilan dari terapis hingga 24 jam
setelah adanya perilaku melukai diri sendiri. Hal itu bertujuan untuk mengurangi
dampak penguatan yang tidak disengaja pada perilaku melukai diri sendiri.
kejadian (contingency plan) jika terjadi pasien melukai diri sendiri. Dalam
konsultasi melalui telepon, terapis menilai bahaya yang dapat muncul segera dan
memberikan bantuan yang tepat jika pasien dianggap dalam bahaya menyakiti diri
untuk bertemu setiap minggu, untuk memperlakukan satu sama lain dengan
validasi, dukungan dan motivasi. Konsultasi ini juga memberikan peluang bagi
cara pandang dan solusi yang baru, membantu terapis untuk keluar dari kebuntuan
pasien dengan BPD. Penelitian randomized controlled trial (RCT) pertama yang
dilakukan oleh Linehan dkk membandingkan DBT dengan terapi seperti biasanya
menghasilkan penurunan yang lebih besar pada frekuensi dan risiko medis dari
masuk rawat inap, serta peningkatan yang lebih besar pada penyesuaian sosial dan
global.
efektivitas DBT untuk wanita dengan BPD, dan untuk terapi penyalahgunaan zat.
Lebih dari satu dekade sejak publikasi RCT inisial, saat ini tetap hanya ada 2
psikoterapi secara rawat jalan yang terbukti efektivitasnya untuk populasi pasien
pada awalnya datang berobat atas desakan saudara perempuannya. Dari segi
termasuk 4 kali percobaan bunuh diri yang membuat dia dirawat inap, dan riwayat
berlebihan (binge eating) 3 kali per minggu, pemakaian alkohol, menyetir secara
ugal-ugalan dan masalah judi. Joan melaporkan bahwa kebanyakan dari perilaku-
perilaku ini terjadi ketika ia mengalami distres emosional dan setelah melakukan
Joan melaporkan juga adanya disregulasi emosi yang nyata, yang ditandai
dengan perubahan cepat dari moodnya seharian dan kesulitan mengelola reaksi
emosinya. Secara spesifik ia melaporkan bahwa rasa malu, sedih dan marah
terjadi begitu cepat dan intens serta membutuhkan waktu berjam-jam untuk
menghilang.
bawah tekanan pekerjaan yang berlebihan, ia menjadi penuh curiga bahwa orang-
orang-orang terdekat yang intens dan kisruh, tendensi untuk terlibat dengan laki-
laki dan perempuan yang kacau, dan kesulitan menjalani hubungan terapeutik,
khususnya ketika terapis sedang tidak ada atau tidak bisa membantu.
diri sendiri dan untuk belajar suatu perilaku yang baru dan penuh skill. Terapis
T: Jadi, apakah Anda setuju bahwa tujuan kita di sini adalah agar Anda tidak
[Meminta komitmen]
T: Saya tahu, tapi saya harus katakan kepada Anda bahwa terapi ini tidak akan
membantu Anda jika Anda mati. [Gaya kurang sopan; menjual komitmen]
saya di sini untuk membantu Anda. Saya tahu bahwa kita bisa mencari cara untuk
harapan]
C: Saya rasa saya bisa menjalani waktu 1 tahun tanpa mencoba bunuh diri.
T: Nah, sekarang tentunya Anda tahu bahwa semuanya tergantung pada Anda.
Maksud saya di sini bahwa perlu kerja keras untuk ini. Apakah Anda lebih suka
dengan terapis yang membiarkan Anda menyakiti diri Anda sendiri ketika kesal?
[saran jahat]
menghentikan ini.
Salah satu kunci agar Joan mengurangi perilaku suisidal dan self-harm
adalah dengan membantunya menemukan cara lain yang lebih fungsional untuk
T: Jadi, Anda mendapat email dari mantan pasangan Anda dan mulai berpikir
mengenai betapa parahnya Anda dalam menjaga suatu hubungan. Nah, Anda
terhadap pemikiran yang menghakimi]. Jelaskan yang Anda maksud dan tetap
orang lain menjauh, seperti minum terlalu banyak dan sering sekali berteriak.
T: Apakah tepat untuk mengatakan bahwa Anda melakukan ruminasi atau berpikir
lagi dan lagi tentang bagaimana Anda mengacau di masa lalu? [validasi;
C: Ya benar.
T: Deskripsi sedih yang bagus [Penguatan]. Apakah ada rasa malu? [Validasi-
C: Ya, saya merasa malu pada apa yang saya lakukan pada mantan saya.
T: Oke, apakah saya pernah mengajari Anda keterampilan yang dapat digunakan
ketika Anda sedang meruminasi? Saya rasa belum ya. Ruminasi membantu Anda
untuk lari dari emosi. Anda memiliki emosi yang tidak Anda inginkan lalu Anda
Anda dari emosi. Namun, semakin Anda berpikir maka semakin Anda menjadi
kesal, lalu semakin tambah Anda berpikir untuk mengalihkan lebih jauh lagi.
C: Ya
T: Baiklah, hal pertama yang dilakukan adalah tanyakan pada diri Anda,
Dapatkah saya menyelesaikan masalah ini saat ini juga? Jika tidak bisa maka
tubuh dari emosi-emosi Anda. Kapanpun Anda sadar bahwa Anda sedang
baru saja melakukan percobaan bunuh diri. Joan baru-baru ini mencoba bunuh diri
dengan minum beberapa pil penenang. Percobaan bunuh diri yang dilakukan Joan
merupakan usaha untuk melarikan diri dari rasa sedih kehilangan teman intim.
sedih.
T: Menurut pikiran Anda dengan bunuh diri apa yang Anda dapat?
T: Hmm..Saya tidak tahu mengenai hal itu. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi
ketika sesorang bunuh diri. Saya tidak pernah bertemu dengan seseorang yang
berhasil melakukan bunuh diri. Tapi yang jelas, keadaan akan bertambah buruk.
[Modifikasi kognitif; gaya kurang sopan]. Pada setiap kasus, tampaknya Anda
ingin lari. Apakah Anda ingin mati ataukah ingin keluar dari penderitaan?
T: Saya sangat paham mengapa Anda ingin keluar [Validasi] Namun ada
perbedaan antara menginginkan mati dan ingin keluar dari penderitaan. Bisakah
Anda lihat?
T: Tepat, jadi apa yang harus Anda lakukan kapanpun Anda memiliki pikiran
tentang bunuh diri adalah mengatakan kepada diri Anda, Saya tidak ingin mati.
[Terapis berterus terang]. Kita bisa mengusahakan kedamaian, tapi saya tidak
ingin mengusahakan untuk membuat Anda mati! [Gaya kurang sopan]. Baiklah,
jadi keterampilan di sini adalah menanyakan kepada diri Anda sendiri bagaimana
C: Kesedihan, terutama..
T: Oke, mari kita pikirkan apa yang dapat Anda lakukan mengenai hal itu
[Kolaboratif; problem-solving]
T: Anda juga merasa malu, bukan begitu? [Validasi; membaca dan merefleksikan
bahwa saya sudah berusaha keras berada dalam terapi selama 6 bulan dan banyak
perubahan.
T: Menarik..Jadi Anda berusaha dalam terapi ini dan memperbaiki hidup Anda,
insight tentang pola disfungsional]. Kita harus mengatasi hal ini. Anda merasa
malu dengan pencapaian Anda bukannya bangga atau bahagia, mengapa begitu?
C: Saya tahu..
T: Apakah rasa malu ini dapat dibenarkan atau tidak? [Membuat pasien berpikir
C: Saya rasa tidak.Tidak ada yang akan menolak saya karena melakukan hal baik
T: Benar sekali [Penguatan positif] Apa tindakan yang ingin Anda lakukan?
melihat ke bawah]
T: Oke, jadi Anda harus lakukan sebaliknya. Lihat ke atas, duduk tegak, dan tatap
C: Oke
T: Sekarang katakan ini, Saya telah berusaha keras, saya mendapatkan pekerjaan
dan pasangan, dan saya merasa tidak sesedih pada saat awal.
T: Bagus [Penguatan]
C: Saya masih merasa sedikit malu karena saya pasien borderline, saya melakukan
T: Sekarang saya harus mengatakan pada Anda, rasa malu karena menjadi seorang
pasien dengan gangguan mental, atau karena melakukan cutting dapat dibenarkan.
Masyarakat menaruh stigma pada orang-orang dengan gangguan mental dan Anda
kemungkinan dijauhi jika banyak orang yang tahu. Dalam hal ini, yang harus
KESIMPULAN
behavioral, teori dialektikal dan praktek Zen. Dasar pemikiran DBT adalah teori
biososial dari BPD yang menganut bahwa terdapat hubungan timbal balik antara
faktor biologi dan lingkungan. Teori biososial ini menitikberatkan pada adanya
disregulasi emosi sebagai ciri utama pada BPD. DBT meliputi kombinasi dari
konsultasi melalui telepon, dan konsultasi terapis dengan tim), yang didesain
: Sebuah Introduksi
BANDUNG
2016
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1 Borderline Personality Disorder (BPD) .................................................................... 3
2.1.1 Sejarah dan Definisi ........................................................................................... 3
2.1.2 Epidemiologi ...................................................................................................... 7
2.1.3 Gambaran Klinis ................................................................................................ 7
2.1.4 Diagnosis Banding ............................................................................................. 9
2.1.5 Perjalanan Penyakit dan Prognosis .................................................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................................... 10
2.2 Dialectical Behaviour Therapy (DBT) .................................................................... 11
2.2.1 Tinjauan Umum ............................................................................................... 11
2.2.2 Filosofi dan Teori ............................................................................................. 13
2.2.3 Asumsi-asumsi dan Kesepakatan pada DBT ................................................... 18
2.2.4 Tahap dan Target Terapi pada DBT................................................................ 20
2.2.5 Mekanisme Kerja DBT .................................................................................... 21
2.2.6 Fungsi dan Modalitas DBT .............................................................................. 22
2.2.7 Bukti Empiris dari DBT ................................................................................... 35
2.3 Contoh Kasus .......................................................................................................... 36
2.3.1 Gambaran Klinis Pasien ................................................................................... 36
2.3.2 Berlangsungnya Pre-Treatment dan Komitmen .............................................. 37
2.3.3 Menangani Disregulasi Emosi ......................................................................... 38
2.3.4 Menangani Ide Bunuh Diri .............................................................................. 40
2.3.5 Keterampilan-keterampilan Regulasi Emosi.................................................... 41
BAB III ............................................................................................................................. 44
KESIMPULAN ................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 45