Anda di halaman 1dari 16

Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil

Billy Jeremia Tando* (kelompok C6)


NIM : 10.2010.011
Email : billytando@yahoo.co.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat

Pendahuluan

Hamil merupakan suatu proses dimana ibu akan mengandung bakal anak pada rahimnya dan
membiarkan dirinya memberikan suplai-suplai nutrisi serta oksigen sehingga bakal anak tersebut
dapat tumbuh dan berkembang menjadi bayi seutuhnya. Proses dari awal konsepsi sampai
menjadi bayi yang aterm membutuhkan waktu kurang lebih 38 minggu. Dalam jangka waktu
tersebut ibu akan mengalami perubahan-perubahan dalam tubuhnya untuk menyesuaikan dengan
kehamilannya.

Salah satu perubahan yang terjadi pada wanita hamil adalah peningkatan volume darah dan
peningkatan ambilan gizi. Hal tersebut akan membuat wanita hamil rentan terhadap kekurangan
darah (anemia). Selain itu, terdapat gejala mual-muntah pada wanita hamil khususnya pada saat
trimester pertama. Hal itu akan berpengaruh pada intake gizi yang wanita hamil tersebut
dapatkan sehingga akan menimbulkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi tersebut akan
menambah resiko terjadinya anemia pada kehamilan.

Anemia pada kehamilan jika tidak ditangani secara benar akan dapat berubah menjadi anemia
berat yang dapat mempengaruhi kehamilan. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dengan
membahas : etiologi, epidemiologi, patofisiologi, temuan klinis, penatalaksanaan, komplikasi,
pencegahan, dan prognosis pada anemia defisiensi besi pada kehamilan.
Pembahasan

Anamnesis

Informasi Umum

Menanyakan nama pasien, umur, pekerjaan, tempat tinggal, status (menikah/belum),


nama suami, dll

Keluhan Utama (sakit kepala dan lesu)

Sudah berapa lama seperti ini?1


Bagaimana intensitas, frekuensi dan sifat dari sakit kepalanya?
Apakah ada keluhan lain? (mual, muntah, demam, berdebar-debar, merasa ingin pingsan,
sesak nafas, mata berkunang-kunang, dll)

Anamnesis Obstetrik

Bagaimana riwayat menstruasinya? (menarke, HPHT, siklus menstruasi, keteraturan


menstruasi, durasi menstruasi)
Apakah ada rasa nyeri yang hebat pada saat menstruasi?
Bagaimana riwayat kehamilan? (berapa kali, ada kesulitan ketika hamil sebelumnya)
Bagaimana riwayat kelahiran? (berapa kali, pervaginam/sectio, ada kesulitan pada saat
kelahiran)1
Apakah pernah abortus? (berapa kali, cara abortus)
Bagaimana keadaan anak sebelumnya? (sehat/ada kelainan pada saat lahir, berat badan
anak, aterm/preterm/posterm)
Bagaimana riwayat pernikahan? (sudah berapa lama, jumlah pernikahan, keharmonisan,
intensitas hubungan seksual)

Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pada kehamilan sebelumnya pernah mengalami hal serupa?


Sebelum hamil apakah sering merasa seperti ini juga?
Apakah pernah menderita penyakit yang berat? (pembedahan pada bagian perut, penyakit
infeksi berat)
Apakah sedang menderita penyakit kronik? (TBC, gangguan pencernaan, Diabetes
Melitus, Jantung)
Apakah mempunyai penyakit herediter? (talasemia, gangguan pembentukan enzim
eritrosit)

Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah dalam keluarga ada penyakit yang dapat diturunkan? (gangguan hematologic,
kanker, DM)

Riwayat Pribadi dan Sosial

Bagaimana diet sehari-hari?


Apakah mengkonsumsi rokok, alcohol atau obat-obat terlarang?
Apakah sedang mengkonsumsi obat-obat tertentu?1

Pada kasus didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:

1. Keluhan utama : mudah lelah sejak 3 bulan yang lalu


2. RPS : pasien tidak dapat beraktifitas seperti biasa karena mudah lelah dan lemas. Tidak
ada sesak nafas kedua kaki bengkak sejak 2 bulan yang lalu. Perut dirasa tetap kecil
selama kehamilan
3. Riwayat haid : HPHT : 23 Agustus 2015, taksiran persalinan : 30 Mei 2016. Haid teratur,
siklus 30 hari, lama haid 5 hari, tidak ada nyeri saat haid. Menarche usia 11 tahun.
4. Riwayat pernikahan : pernikahan pertama, lama 2 tahun.
5. Riwayat obstetri : hamil pertama
6. Riwayat kontrasepsi : tidak ada
7. Riwayat ANC : sebulan sekali di bidan
8. RPD : tidak ada
9. RPK : tidak ada
10. Riwayat social dan kebiasaan : tidak merokok, tidak minum lkohol

Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Fisik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan. Secara umum
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan obsetrik.

1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan jantung dan paru- paru, refleks, serta tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan umum
pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran,
serta ada tidaknya kelainan bentuk badan.2

2. Pemeriksaan Obsetrik
Inspeksi
a. Muka
Melihat perubahan yang terjadi pada kelopak mata (pucat atau tidak) dan kedaan
lidah serta gigi. Dapat terlihat gambaran tentang anemia, gangguan lidah kotor serta
gigi epulis karena emesis gravidarum (Hiperemesis gravidarum dan hipersalivasi).
Edema muka, menunjukan hipoalbuminemia akibat : penyakit jantung, penyakit
ginjal, preeclampsia berat, kekurangan gizi, dan bentuk anemia.
Kloasma gravidarum serta hiperpigmentasi kulit, dahi, dan pipi. Hiperpigmentasi pipi
simetris kanan kiri, akibat peningkatan melanocyte stimulating hormone dari hipofisis
anterior.2
b. Leher
Bendungan vena. Dapat terjadi akibat penyakit jantung. Perhatikan juga keadaan lain,
seperti kelenjar tiroid dan pembengkakan kelenjar limfa.2
c. Buah Dada
Bertambah berat, akibat timbunan lemak air dan karena pengaruh estrogen. Pembuluh
darah tampak karena estrogen untuk persiapan ASI.2
Hiperpigmentasi areola payudara, akibat pengaruh melanocyte stimulating hormone
dari hipofisis anterior.2
Putting susu menonjol dan kelenjar Montgomery tampak.2
d. Perut
Makin membesar sesuai umur kehamilan karena uterus makin besar.2
Hiperpigmentasi kulit, seperti linea alba dan striae gravidarum yang dipengaruhi
oleh melanocyte stimulating hormone.2
Bekas luka insisi.2
e. Vulva
Perlukaan perineum pada wanita multipara bekas episiotomy.2
Varises.2
Tanda Chadwick, warna biru akibat peningkatan pembuluh darah vagina.2
Penyakit daerah kulit, seperti kondiloma akuminata, tampak leukore; akibat infeksi
virus dan gonoroe.2
f. Tungkai Bawah
Edema karena factor mekanis atau tanda preeklamsia/eklamsia.2
Varises, akibat bendungan vena akibat multigravida atau herediter.2
Palpasi
dilakukan untuk menentukan besarnya Rahim dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam Rahim. Pemeriksaan
secara palpasi dengan metode Leopold. Tahap persiapan pemeriksaan Leopold, pertama-
tama pasien tidur telentang dengan kepala lebih tinggi, kedudukan tangan pada saat
pemeriksaan dapat di atas kepala atau membujur di samping badan, kaki ditekukkan
sedikit sehingga dinding perut lemes, bagian perut penderita dibuka seperlunya,
pemeriksa menghadap ke muka penderita saat melakukan pemeriksaan Leopold I sampai
III, sedangkan saat melakukan Leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki. Tahap
pemeriksaan Leopold :3
a. Leopold I
Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri,
sehingga perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.
Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat
keras dan melenting pada goyangan; pada letak kepala akan teraba bokong pada
fundus; tidak keras tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang fundus uteri
tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
b. Leopold II
Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan bagian
apa yang terletak di bagian samping. Dengan kedua belah jari- jari uterus ditekan ke
tengah untuk menentukan dimana letak punggung anak kanan atau kiri, punggung
anak biasanya memberi tahanan yang besar. Pada letak lintang di pinggir kanan dan
kiri uterus terdapat kepala atau bokong.
c. Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis. Kepala akan teraba bulat
dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang
simfisis pubis akan kosong.
d. Leopold IV
Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kea rah kaki pasien untuk
menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul dan seberapa
jauh kepala masuk ke dalam panggul. Bila posisi tangan konvergen, berarti baru
sebagiannkecil kepala masuk ke panggul. Bila posisi tangan sejajar, berarti separuh
dari kepala masuk ke dalam rongga panggul. Bila posisi tangan divergen, berarti
sebagian besar kepala sudah masuk panggul. Leopold IV tidak dilakukan bila kepa
masih tinggi.

Auskultasi
dilakukan untuk mendengar denyut jantung janin. Alat yang digunakan adalah stetoskop
monokuler yang dapat mendengar pada umur kehamilan 26 minggu sedangkan bila
menggunakan fetal heart detector (Doppler) bunyi jantung anak dapat didengar sejak
umur kehamilan 12 minggu. Dengan terdengarnya denyut jantung janin, dapat dipastikan
adanya kehamilan, janin hidup, dan letak janin dalam uterus. Suara auskultasi yang dapat
ditangkap dari pihak janin adalah denyut jantung janin, gerakan janin, dan bising tali
pusat, sedangkan dari pihak ibu adalah denyut aorta, bising uterus dan bising usus.4
Menghitung denyut jantung janin
Dihitung dalam 5 detik dan dilakukan sampai 3 kali. Hasilnya dijumlah dan dikalikan 4.
Denyut jantung janin normal 120-140 per menit. Daerah yang paling jelas untuk
mendengarkan denyut jantung janin disebut punctum maksimum. Ketika mendengarkan
denyut jantung janin, perhatikan frekuensi dan irama.2

Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut :

1. Keadaan umum : tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, TTV normal
2. Status gizi : TB : 142 cm, BB saat ini 40 kg, BB sebelum hamil 35 kg.
3. Status generalis dalam batas normal kecuali konjungtiva anemis
4. Status obstetric : tinggi fundus uteri 24 cm, taksiran berat janin 1860 g
5. Hasil pemeriksaan leopold
- Leoplod 1 : teraba bagian besar, lunak, balotemen negative
- Leopold 2 : teraba bagian bagian kecil di sisi kanan perut ibu, tahanan
memanjang di sisi kiri perut ibu
- Leopold 3 : teraba bagian besar, keras, balotemen positif, sulit digerakkan
- Leopold 4 : kedua tangan membentuk konvergen
6. His : tidak ada.
7. DJJ (denyut jantung janin): 11-12-11

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hitung Sel Darah Lengkap dan Apusan Darah


Untuk tujuan praktis, maka anemia selama kehamilan dapat didefinsikan sebagai hemoglobin
kurang daripada 10 atau 11 gram/100 ml dan hematokrit kurang daripada 30 sampai 33
persen. Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologi eritrosit, hitung jenis leukosit dan
perkiraan keadekuatan trombosit. Hipokrom dan mikrositosis khas anemia defisiensi besi
maupun anemia karena infeksi. Makrosit basofilik atau polikromatofilik merupakan suatu
indikasi peningkatan eritropoesis yang dapat dihubungkan dengan perdarahan kronis atau
hemolisis. Makrosit oval dengan peningkatan jumlah lobules dalam leukosit
polimorfonuklear terlihat pada anemia megaloblastik. Sel sasaran terlihat pada
hemoglobulinopati (talasemia dan seterusnya). Hipersegmentasi inti neutrofil dapat dilihat
pada stadium dini defisiensi asam folat dan dapat meramalkan anemia megaloblastik. Lebih
dari 3% leukosit polimorfonuklear dengan lima atau lebih segmen inti menunjukkan
insufisiensi folat. Eritrosit berfragmen, skistosit, bur cell, helmet cell dan bentuk aneh
lainnya, maupun penurunan trombosit dapat terlihat pada anemia hemolitik mikroangiopati.5
Anisositosis dan retikulosis persisten, dengan atau tanpa eritrosit berinti, dihubungkan
dengan gangguan hemolitik.5

Besi serum total : nilai normal 60 sampai 135 mcg/100 ml. besi serum total menurun pada
anemia defisiensi besi, anemia infeksi, dan penyakit kronis. Peningkatan besi serum terjadi
pada peningkatan kerusakan eritrosit (anemia hemolitik).
Kapasitas Pengikatan Besi Total (Total Iron-Binding Capacity; TIBC): nilai normal 250
sampai 350 mcg/100 ml (meningkat kira-kira 15% pada kehamilan). Kapasitas pengikatan
besi total menurun pada talasemia major, anemia infeksi dan penyakit kronis. Meningkat
pada anemia defisiensi besi, serta perdarahan akut dan kronik.
Feritin Serum, membantu penilaian kecukupan cadangan besi. Kadar di bawah 10 sampai 12
mcg/100 ml menunjukan defisiensi besi.
Tes Sel Sabit: pemaparan darah ke zat pereduksi menghasilkan perubahan khas yang
menyertai hemoglobin S.
Elektroforesis Hemoglobin dapat mengidentifikasi bentuk hemoglobin yang berbeda. Secara
klinik paling penting hemoglobin S, C, F (fetal) dan A (Adult).
Hitung Retikulosit: nilai normal 0,5 sampai 1,5 persen eritrosit. Peningkatan ditemukan pada
perusakan eritrosit karena hemolisis (pada penyakit sel sabit hitung retikulosit dapat
meningkat sampai 30 persen). Peningkatan hitung retikulosit juga merupakan petunjuk
berguna bagi respon terapi besi pada anemia defisiensi besi dan terapi spesifik pada anemia
megaloblastik.
Pemeriksaan Sumsum Tulang: kurangnya besi yang dapat diwarnai dalam sumsum tulang
yang normal dalam hal lain merupakan ukuran paling dapat diandalkan dari defisiensi besi.
Pada kasus anemia megaloblastik, megaloblas abnormal terlihat.
Hemoglobin Serum sedikit meningkatpada sel sabit talasemia dan penyakit hemoglobin C
serta meningkat sedang pada penyakit sel sabit hemoglobin C, anemia sel sabit, talasemia
mayot, anemia hemolitik akuisita. Hemoglobin serum jelas meningkat pada setiap hemolisis
intravascular yang cepat.
Tes Antiglobulin Coombs langsung: tes ini bertindak untuk memperlihatkan adanya
antibody tak lengkap, yang menempel pada beberapa tempat di permukaan eritrosit, tetapi
membutuhkan senyawa pelengkap, seperti globulin anti manusia, untuk menyebabkan
aglutinasi. Hasil positif terlihat pada eritroblastosis fetalis dan anemia hemolitik autoimun.
Tes ini negative pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh cacat intrinsic dalam eritrosit
(sebagai contoh, defisiensi enzim atau hemoglobulinopati). Tes Coombs tak langsung
memungkinkan deteksi antibody yang beredar dalam serum pasien. Hasil positif bisa
menunjukan isoimunisasi (ibu dengan disensitif Rh) atau autoantibody nonspesifik pada
anemia hemolitik akuisita.5

Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG pada trisemester II dan III lebih difokuskan untuk mengidentifikasikan
perkembangan struktur janin secara lebih jelas dan bervariasi. Penentuan usia kehamilan masih
dimungkinkan dan parameter yang digunakan berupa kombinasi. Yang sering digunakan adalah
biparietal diameter (BPD), femur length (FL) serta abdominal circumference (AC), sehingga
didapatkan hasil akhir yang lebih mendekati usia kehamilan yang sesungguhnya. Selain
menentukan usia janin, pada periode ini dinilai pula perkembangan otak, jarak antar mata,
jantung dan ginjal. Pengukuran biometri organ janin ini lebih ditunjukkan untuk mendeteksi
adanya kelainan bawaan pada organ janin (hidrosefalus, kelainan jantung, down syndrome).
Yang penting pula untuk dinilai tingkat maturase plasenta serta keaadan cairan
ketuban(jumlah,kekeruhan). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menentukan usia
kehamilan berdasarkan pengukuran biometri janin adalah ketepatan perkiraan usia kehamilan
berbanding terbalik dengan usia janin. Laju pertumbuhan janin selama kehamilan tidak konstan;
sangat cepat di awal.Pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan
trimester pertama, pada pemeriksaan ini , janin sudah terbentuk, dimana hal-hal yang harus
diperhatikan pada trimester ke II dan III adalah keadaan janin, usia gestasi, cairan ketuban dan
plasenta.9

Keadaan Janin
Yang harus diperhatikan dalam memeriksa keadaan janin adalah:9
Janin hidup / mati , dengan cara kita mencari pulsasi jantung janin
Jumlah Janin , kita perhatikan apakah tunggal/multipel , jika lebih dari satu janin, harus
ditentukan khorionitas dan amnionitas
Presentasi dan letak janin , jika usia gestasi sudah memasuki trimester III, harus diperhatikan
letak janin, apakah memanjang / melintang, oblique , dan presentasi / bagian terbawahnya,
apakah presentasi kepala , atau presentasi bokong.

Usia Gestasi
Menentukan usia gestasi pada usia gestasi trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:9
Diameter biparietal (Biparietal Diameter / BPD)
Diameter Oksipito Frontalis (Occipito Frontal Diameter / OFD)
Lingkar Kepala (Head Circumference / HC)
Panjang Humerus (Humerus Length / HL)
Lingkar perut (Abdominal Circumference / AC)
Panjang Femur (Femur Length / FL)
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang essensial /
wajib dalam pemeriksaan adalah:9

a. Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)

Sebelum mengukur diameter biparietal , kita harus mendapatkan gambaran potongan melintang
kepala, adapun syarat2nya adalah:
- Gambaran seperti bola rugby
- Echo garis tengah terletak simetris dari anterior ke posterior kepala dan berjalan sepanjang
kepala
- Kavum septum pelusidum membelah echo garis tengah pada sepertiga anterior kepala

Diameter biparietal diukur dari parietal yg satu ke parietal yg lain, dari outer-inner, atau outer-
outer

b. Mengukur lingkar perut (Abdominal Circumference / AC)


Sebelum mengukur lingkar perut, kita harus bisa dulu menampilkan potongan melintang perut
yang benar, caranya adalah:
Ambil potongan longitudinal tubuh janin sehingga tampak gambaran vertebra, dan jantung ,
setelah tampak jantung, putar transducer 90 derajat hingga tampak gambaran transversal
jantung,
lalu gerakkan transducer beberapa milimeter ke inferior hingga tampak gambaran vertebra,
gaster, dan vena umbilikal dalam satu bidang potong
Setelah mendapatkan potongan melintang abdomen yang baik, maka dapat diukur diameter
abdomen, yang diukur dari sisi luar kulit.

c. Mengukur Panjang Femur (femur length / FL)


Pertama tentukan letak kepala
Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau sakrum
Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari gambaran femur yang baik
Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar dengan femur.
Panjang femur diukur dari ujung ke ujung

Pemeriksaan Cairan Amnion


Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral dari pemeriksaan
kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin. Hal ini didasarkan bahwa penurunan
perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin , menurunkan
volume miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidroamnion. Pemeriksaan cairan amnion dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical
deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh
Phelan.9

Secara Subjektif:9
Membutuhkan pengalaman yang cukup
Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin melekat pada dinding
uterus, dan sebagian lagi tidak menempel ,diantara tubuh janin dan dinding uterus masih terdapat
cairan amnion

Secara Single Pocket:9


1. Berdasarkan satu kuadran saja
2. Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin
3. Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut

Hasil Pengukuran Interpretasi


>2cm , <8cm Volume cairan amnion normal
>8cm Polihidramnion
8-12cm Polihidramnion ringan
12-16cm Polihidramnion sedang
>16cm Polihgidramnion berat
>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang
<1 cm Oligohidramnion

Tabel Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket.9

Pemeriksan Plasenta
Pada pemeriksaan plasenta hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah:9
Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta normal (di fundus /
corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/plasenta marginal/plasenta letak rendah)
Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah kehamilan tersebut cukup
bulan (aterm) atau tidak.
Menentukan kelainan plasenta
Menentukan adanya lilitan tali pusat

Pada kasus ini terdapat hasil pemeriksaan penunjang sebagai berikut :


1. darah rutin :
- Hb 8 g/dl (N : 11-14 g/dl)
- ht 24%
- leukosit 11000/L (N : 5000-10000)
- trombosit 350000/L (N : 150000-400000)
- MCV 70 fl (N : 82-92)
- MCH 20 pg (N : 27-31)
- MCHC 25 g/dl (N : 32-37)
2. Fe serum : 30g/dl (N : 50-170 g/dl)
3. Ferritin : 10 g/L (N : >30 g/L)
4. Pemeriksaan USG : taksiran berat janin 1900 gram, sesuai usia kehamilan 32 minggu,
plasenta pada corpus posterior grade 2, indeks cairan amnion 6, DJJ : 140 kali per
menit

Working Diagnosis
Pada kasus pasien baru pertama kali hamil (Gravida) dan belum pernah melahirkan (Partus) serta
belum pernah menggugurkan kandungan kurang dari 20 minggu dan berat badan kurang dari 500
gram (Abortus) berarti G1P0A0 dengan umur kehamilan 38 minggu dihitung dari HPHT sampai
tanggal periksa.
Hasil pemeriksaan leopold
Leoplod 1 : teraba bagian besar, lunak, balotemen negative
Leopold 2 : teraba bagian bagian kecil di sisi kanan perut ibu, tahanan memanjang di sisi kiri
perut ibu
Leopold 3 : teraba bagian besar, keras, balotemen positif, sulit digerakkan
Leopold 4 : kedua tangan membentuk konvergen
Pada hasil pemeriksaan leopold didapatkan bahwa pada leopold 1 teraba bokong, leopold 2
teraba punggung kiri, pada leopold 3 teraba kepala, pada leopold 4 berarti baru sebagian kecil
kepala masuk panggul.
Pada pasien ini belum inpartu karena pada pemeriksaan fisik belum terdapat his
Dari hasil anamnesis pasien mengeluh mudah lelah dan lemas, pada pemeriksaan fisik
konjungtiva anemis, pemeriksaan penungjang Hb rendah, Ht rendah, leukosit meningkat,
trombosit normal. MCV dan MCH menurun menunjukkan gambaran sel darah tepi nya
mikrositik hipokrom dimana itu identic dengan anemia defisiensi besi
Dari hasil pemeriksaan USG didapatkan taksiran umur kehamilan sebesar 32 minggu, sementara
jika dihitung dari HPHT didapatkan 38 minggu, hal ini menunjukan ciri-ciri pertumbuhan janin
yang terhambat
Jadi kesimpulan dari hasil anamnesis, pemeriksan fisik, pemeriksaan penunjang didapatkan
diagnosis kehamilannya adalah G1P0A0, hamil 38 minggu. Janin tunggal hidup intrauterine.
Presentasi kepala dan punggung kiri. Belum inpartu, dengan anemia defisiensi besi dan
pertumbuhan janin terhambat

Diagnosis Banding
Thalasemia
Dasar kelainan pada thalassemia berlaku secara umum yaitu kelainan thalassemia disebabkan
oleh delesi gen atau terhapus karena kecelakaan genetik, yang mengatur produksi tetramer
globin, sedangkan pada thalassemia karena adanya mutasi gen tersebut. individu normal yang
mempunyai 2 gen alfa yaitu alfa thal 2 dan alfa thal 1 terletak pada bagian pendek kromosom 16
(aa/aa). Hilangnya satu gen (silent carrier) tidak menunjukkan gejala klinis sedangkan hilangnya
2 gen hanya memberikan manifestasi ringan atau tidak memberikan gejala klinis yang jelas.
Hilangnya 3 gen (penyakit Hb H) memberikan anemia moderat dan gambaran klinis talasemia-
intermedia. Afinitas Hb H terhadap oksigen sangat terganggu dan destruksi eritrosit lebih cepat.
Delesi ke 4 gen alfa (homosigot alfa thal 1, Hb Barts Hydrops fetalis) adalah tidak kompatibel
dengan kehidupan akhir intra uterin atau neo natal tanpa transfusi darah. Gen yang mengatur
produksi rantai beta terletak di sisi pendek kromosom 11. pada thalassemia- , mutasi gen
disertai berkurangnya produksi mRNA dan berkurangnya sintesis globin dengan struktur
normal. Di bedakan dalam 2 golongan besar thalassemia- :
- ada produksi sedikit rantai beta (tipe beta plus)
- tidak ada produksi rantai beta (tipe beta nol)

Defisit sintesis globin beta hampir paralel dengan defisit globin beta mRNA yang berfungsi
sebagai template untuk sintesis protein. Pada thalassemia- produksi rantai beta terganggu,
mengakibatkan kadar Hb menurun sedangkan produksi Hb A2 dan atau Hb F tidak terganggu
karena tidak memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak daripada keadaan
normal, mungkin sebagai usaha kompensasi. Kelebihan rantai globin yang tidak terpakai karena
tidak ada pasangannya akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini menyebabkan
ertitropoesis berlangsung tidak efektif dan eritrosit memberikan gambaran anemia hipokrom dan
mikrositer. Eritropoesis di dalam sumsum tulang sangat giat, dapat memcapai lima kali lipat dari
nilai normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis ektra medular hati dan limpa. Destruksi
eritrosit dan prekusornya dalam sumsum tulang adalah luas (eritropoesis tak efektif) dan masa
hidup eritrosit memendek serta didapat pula tanda-tanda anemia hemolitik ringan. Walaupun
eritropoesis sangat giat hal ini tidak mampu mendewasakan eritrosit secara efektif. Salah satu
sebab mungkin karena adanya presipitasi di dalam eritrosit. Pada kasus homosigot talasemia beta
nol, sintesis rantai globin beta tidak ada. Sekitar 50% kasus-kasus ini globin beta mRNA dalam
retikulosit dan sel eritrosit muda berkurang atau tidak ada. Mutasi gen pada thalassemia-
bersifat sangat heterogen dan mencapai lebih dari 20 variasi genotip. Hal ini berbeda dengan
thalassemia- yang defek gennya agak homogenik. Gen-gen thalassemia- 1, thalassemia- 2,
thalassemia-, Hb E dan Hb konstan spring dapat bergabung dalam kombinasi yang berbeda-
beda yang mengakibatkan suatu kompleks variasi sindrom. Thalassemia dengan lebih dari 60
genotip yang disetai dengan gejala yang bervariasi dari asimtomatik sampai letal seperti pada Hb
barts hydrops fetalis. Kemajuan-kemajuan dalam mengungkapkan penyebab genetik molekular
pada thalassemia di dukung oleh pemeriksaan restriction endonuclease digestion dan
geneblotting studies, namun demikian secara umum tidak dapat mendeteksi thalassemia- yang
disebabkan karena mutasi nukleotida yang tunggal atau delesi yang minimal. Thalassemia dan
hemoglobinopati adalah contoh khas untuk penyakit atau kelainan yang berdasarkan defek atau
kelainan hanya satu gen. Thalassemia disertai peningkatan kadar bilirubin dalam serum. Umur
eritrosit memendek pada keadaan thalassemia hiper splenisme. Pada penderita thalassemia
terjadi anemia hemolitik dan limpa bertambah aktif.8

Gejala Klinis

Semua jenis talasemia memiliki gejala yang mirip tetapi beratnya bervariasi. Sebagaian besar
mengalami gangguan anemia ringan.

1. Thalasemia minor (thalasemia heterogen) umumnya hanya memiliki gejala berupa anemia
ringan sampai sedang dan mungkin bersifat asimtomatik dan sering tidak terdeteksi.
2. Thalasemia mayor, umumnya menampakkan manifestasi klinis pada usia 6 bulan, setelah efek
Hb 7 menghilang. Tanda awal adalah awitan mendadak, anemia, demam yang tidak dapat
dijelaskan, cara makan yang buruk, penurunan BB dan pembesaran limpa. Tanda lanjut adalah
hipoksia kronis; kerusakan hati, limpa, jantung, pankreas, kelenjar limphe akibat
hemokromotosis, ikterus ringan atau warna kulit mengkilap, kranial tebal dengan pipi menonjol
dan hidung datar; retardasi pertumbuhan; dan keterlambatan perkembangan seksual.

3.Gejala lain pada penderita Thalasemia adalah jantung mudah berdebar-debar. Hal ini karena
oksigen yang dibawah tersebut kurang, maka jantung juga akan beusaha bekerja lebih keras
sehingga jantung penderita akan mudah berdebar-debar, lama-kelamaan jantung akan bekerja
lebih keras sehingga lebih cepat lelah. Sehingga terjadi lemah jantung, limfa penderita bisa
menjadi besar karena penghancuran darah terjadi di sana, selain itu sumsum tulang juga bekerja
lebih keras karena berusaha mengkompensasi kekurangan Hb, sehingga tulang menjadi tipis dan
rapuh sehingga mudah rapuh. Jika ini terjadi pada muka (tulang hidung maka wajah akan
berubah bentuk, batang hidung akan hilang/ melesak ke dalam (fasise cookey) ini merupakan
salah satu tanda khas penderita thalasemia.

1. Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. Edisi ke-23.Jakarta: EGC; 2010.h.119-21


2. Ardhiyanti Y, Pitriani R, Damayanti I P. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan.
Yogyakarta: CV Budi Utama; 2014. h.186-9
3. Manuaba I B G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC; 2014. h.135-8
4. Saminem. Kehamilan Normal. Jakarta :EGC; 2008. h.25-28
5. Taber B. Kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC; 1994. h.85-9.
6. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo;2002. h.60-67
7. Lenveno, Kenneth J. Obstetri Williams. Jakarta : EGC; 2009
8. Hoffbrand AV, Petit J E. Kapita Selekta Hematologi . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006. h.35-40
9. Karsono B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI.
Jakarta. 2002.h. 75- 87

Anda mungkin juga menyukai