Anda di halaman 1dari 17

JURNAL TEKHNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

Sabun Padat Olive Oil

I. A. Zat Aktif : Olive Oil


B. Kekuatan sediaan : 85 gram
II. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui dan
memahami preformulasi, formulasi, cara pembuatan dan
evaluasi sediaan sabun padat olive oil.
III. Sifat Preformulasi (Dirjen POM, 2014; Litbang Pertanian, 2011; Rowe, 2009; )
Pemerian : Minyak kuning pucat atau kuning kehijauan terang; bau dan
rasa khas lemah dengan rasa ikutan agak pedas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; bercampur dengan eter, kloroform,
dan karbondisulfida
Inkompatibilitas : Minyak zaitun dapat mengalami saponifikasi dengan alkali
hidroksid. Karena mengandung proporsi yang tinggi dari
asam lemak tak jenuh, minyak zaitun rentan mengalami
oksidasi dan tidak kompatibel dengan oksidator
Stabilitas : Ketika didinginkan, minyak zaitun menjadi keruh pada suhu
sekitar 10C, dan membentuk massa seperti mentega pada
suhu sekitar 0C.
Efek Farmakolgi : Minyak zaitun mengandung asam oleat yang tinggi sehingga
dapat mengencangkan dan melembutkan kulit. Selain itu,
minyak zaitu juga dapat menghaluskan, melemaskan, dan
meremajakan kulit.
IV. Analisis Permasalahan
Sabun mandi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa
digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan
lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (BSN, 1994).
Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun opaque,
sabun transparan dan sabun translusen. Ketiga jenis sabun tersebut dapat
dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis sabun
yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus
cahaya; sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan
cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya; sedangkan sabun translucent
merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan sabun
opaque. .Di pasaran, sabun padat lebih sering digunakan oleh masyarakat pada
umumnya, selain harganya lebih ekonomis dibandingkan dengan sabun mandi
jenis lain, kandungan gliserinnya pun tidak banyak hilang (Bunta, dkk., 2013;
Maripa, dkk., 2015).
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi sabun padat ini adalah minyak zaitun.
Minyak zaitun mengandung asam oleat yang tinggi sehingga dapat
mengencangkan dan melembutkan kulit. Selain itu, minyak zaitu juga dapat
menghaluskan, melemaskan, dan meremajakan kulit. Selain itu, penggunaan
harian minyak zaitun secara topikal dilaporkan telah mengurangi resiko
dermatitis (Litbang Pertanian, 2011; Madadi, dkk., 2015).
Salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam penentuan mutu
sabun mandi adalah banyaknya busa yang dihasilkan. Busa mempunyai peranan
penting dalam proses pembersihan kulit dan menghantarkan wangi dari sabun.
Surfaktan diperlukan untuk meningkatkan kualitas busa pada sabun (Sameng,
2013)
Penggunaan surfaktan sintetik sebagai agen pengemulsi sering digunakan untuk
meningkatkan penampilan dari sabun, meningkatkan kenyamanan pada kulit,
iritasi rendah, dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembusaan (Barel
et al, 2009).
Alkali digunakan untuk menghasilkan reaksi saponifikasi (penyabunan) pada
sabun, dimana sabun yang baik adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi yang
sempurna antara asam lemak dan alkali. Alkali yang biasanyadigunakan dalam
sediaan sabun adalah KOH dan NaOH.
Humektan berfungsi untuk memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka
waktu yang lama, selain itu untuk melindungi komponen-komponen yang terikat
kuat dalam bahan termasuk air, lemak, dan komponen lainnya. Humektan dapat
melembabkan kulit pada kondisi kelembaban tinggi (Mitsui, 1997).
Antioksidan/pengkelat pada formula ini juga digunakan. Dimana antioksidan
berfungsi untuk melindungi asam lemak jenuh terhadap reaksioksidasi (Rowe,
2009).
Pengawet atau preservatives berfungsi untuk mencegah oksidasi selama
penyimpanan. Oksidasi dapat terjadi karena adanya penggunaan asam lemak tak
tersaturasi (seperti oleat, linoleat, linolenat), dan adanya bahan tambahan sepeti
fragrance (Barel et al, 2009).
Pewarna merupakan zat aditif yang berfungsi untuk memperbaiki penampilan
asli dari suatu produk. Warna asli sabun adalah putih pucat sehingga kurang
menarik minat konsumen. Zat pewarna ditambahkan pada sabun untuk
memberikan efek menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun
membeli sabun dengan warna yang menarik. Pewarna makanan dapat
ditambahkan pada proses pembuatan sabun. Pewarna sabun dibolehkan
sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang dipakai harus
stabil dan konsentrasinya kecil (0,01-0,5%) (Kiki Andriani, 2014; Wasitaatmadja,
1997).
V. Pendekatan Formula
1. Bahan Pengemulsi
a. NLS (Natrium Laurat Sulfat) (Rowe, 2009:651)
Pemerian : Hablur kecil berwarna putih atau kuning muda, agak
berbau khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan praktis tidak larut dalam
alkohol dan eter
Stabilitas : Sodium lauril sulfat stabil dalam kondisi normal.
Namun, dalam bentuk larutan, ketika pH 2,5 atau
dibawahnya, akan mengalami hidrolisis menjadi
lauril alkohol dan natrium bisulfit.
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan surfaktan kationik, akan kehilangan
aktivitasnya karena terjadi presipitasi. Kompatibel
dengan Kalsium dan Magnesium.
Konsentrasi : 10%
b. TEA (Rowe, 2009)
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak. higroskopis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform.
Stabilitas : Triethanolamine dapat berubah menjadi warna
cokelat coklatkarena paparan udara dan cahaya.
Homogenitas dari TEA dapat dikembalikan dengan
pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan.
Inkompatibilitas : Triethanolamine adalah amina tersier yang
mengandung gugus hidroksi yang mampu menjalani
reaksi khas amina tersier dan alkohol.
Triethanolamine juga akan bereaksi dengan tembaga
untuk membentuk garam kompleks. Perubahan
warna dan pengendapan dapat terjadi karena adanya
garam-garam logam berat.
c. Cocamid DEA (Rowe, 2009)
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak. higroskopis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform.
Stabilitas : Diethanolamine adalah higroskopis dan ringan serta
sensitive terhadap oksigen; DEA harus disimpan
dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
dalam keadaan sejuk dan kering.
Inkompatibilitas :Diethanolamine adalah amina sekunder yang terdiri
dari dua gugus hidroksi. Hal ini mampu menjalani
reaksi khas sekunderamina dan alkohol. Perubahan
warna dan pengendapan dapat terjadi karena adanya
garam-garam logam berat.
Konsentrasi : 2,5%
Kesimpulan
Bahan yang digunakan yaitu Natrium laurel sulfat Selain sebagai zat
pembersih juga berguna zat pengemulsi untuk mentabilkan busa, efektif
pada kondisi asam maupun basah, serta bersifat bakteriostatik terhadap
bakteri gram positif
2. Alkali
1. KOH (Rowe, 2009:176)
Pemerian : Kalium hidroksida umumnya berwarna putih atau
massa putih atau hampir putih. Tersedia dalam
bentuk butir kecil, serpih, batang, dan bentuk
lainnya. keras dan rapuh dan menampakkan fraktur
kristal. Kalium hidroksida higroskopis dan mudah
meleleh; pada udara terbuka dengan cepat menyerap
karbon dioksida dan air dengan pembentukan dari
kalium karbonat
Kelarutan : Larut 1 dalam 3 Etanol (95%), Praktis tidak larut
dalam Eter, 1 dalam 2,5 Gliserin, 1 dalam 0,9 Air dan
1 dalam 0,6 air mendidih
Stabilitas : Kalium hidroksida harus disimpan dalam wadah
kedap udara, bukan wadah logam di tempat yang
sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Senyawa yang mudah mengalami hidrolisis atau
oksidasi. Seharusnya tidak disimpan dalam kaca atau
wadah aluminium, dan akan bereaksi dengan asam,
ester, dan eter, terutama dalam larutan air.
Konsentrasi : Topikal, larutan 14,02%
2. NaOH (Rowe,2009:648)
Pemerian : Natrium hidroksida umumnya berwarna putih atau
massa hampir putih. Tersedia dalam bentuk butir
kecil, serpih, batang, dan bentuk lainnya. keras dan
rapuh dan menampakkan fraktur kristal. Sodium
hidroksida sangat mudah meleleh dan pada udara
terbuka dengan cepat menyerap karbon dioksida dan
air.
Kelarutan : 1 dalam 7,2 bagian etanol,praktis tidak larut dalam
eter, 1 dalam 4,2 metanol, 1 dalam 0,9 air, dan 1
dalam 0,3 air mendidih.
Stabilitas : Natrium hidroksida harus disimpan dalam non-logam
kedap udara wadah di tempat yang sejuk dan kering.
Bila terkena udara, natrium hidroksida cepat
menyerap kelembaban dan mencair, tapi kemudian
menjadi padat lagi karena penyerapan karbon
dioksida dan pembentukan natrium karbonat
Inkompatibilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak
kompatibel dengan senyawa yang mudah mengalami
hidrolisis atau oksidasi. NaOH akanbereaksi dengan
asam, ester, dan eter, terutama dalam larutan air.
Konsentrasi : Topikal, emulsi 0,2%
Kesimpulan
Dalam Formulasi ini digunakan NaOH. Alkali yang biasanya digunakan
pada sabun padat adalah NaOH. NaOH atau yang biasa dikenal soda koustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras (Sari, V., 2014).
Soda Kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun
mandi karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana
minyak atau lemak akan diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan NaOH maka
proses kimia sabun tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun maka NaOH
akan terpecah menjadi unsur penyusunnya yang netral (Maripa, dkk., 2015).
Reaksi Trigliseridan dan NaOH

3. Humektan
a. Gliserin (Anonim, 1980; Yudhana 2006)
Pemerian : Gliserin atau biasa disebut juga dengan gliserol
merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat
higroskopis.
Kelarutan : Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol
95% namun praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, minyak lemak minyak atsiri
Inkompatibilitas : Gliserin dengan Asetat anhidrat Reaksi berbahaya
yang dikatalisasi oleh fosfor oksiklorida, Kalsium
hipoklorit dapat menyala secara spontan jika di
campurkan.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
Konsentrasi : Penggunaan gliserin pada pembuatan sabun cair
adalah sebagai humektan. Dengan konsentrasi 5 %
dari formulasi, efek melembabkan dari gliserin sudah
cukup baik.
b. Sukrosa (Dirjen POM, 1995)
Pemerian : Gula ini berbentuk hablur putih atau tidak berwarna,
massa hablur atau berbentuk kubus atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara.
Kelarutan : Gula berupa kristal yang sangat mudah larut dalam
air, terlebih lagi air mendidih.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
Konsentrasi : Konsesntrasi sukrosa 13% merupakan konsentrasi
terbaik untuk pembuatan sabun transparan.
c. Propilenglikol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009; Winarsih, 2005)
Pemerian : Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan
higroskopik
Kelarutan : Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan
etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam
6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganat.
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di wadah
tertutup, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia
cenderung untuk mengoksidasi. Propilen glikol
secara kimiawi stabil saat dicampur dengan etanol
(95%), gliserin, atau air.
Konsentrasi : Konsentrasi propilenglikol sebagai humektan adalah
3%
Kesimpulan
Pembasah yang digunakan pada formula ini adalah gliserin karena
-Menurut Mitsui (1997), gliserin telah lama digunakan sebagai humektan
(moisturizer), yaitu skin conditioning agents yang dapat meningkatkan
kelembaban kulit.
Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap
pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembapan
tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas (Arita, S.,
2009).
Gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat mengikat air dan
mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Selain itu gliserin juga
dapat berfungsi untuk melembabkan kulit dan memudahkan sabun untuk
dibilas (Litbang Pertanian, 2011; Mitsui, 1997)
4. Bahan Pengeras
a. Asam Stearat (Rowe, 2009)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin
Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride,
kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane
dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan sebagian besar logam
hidroksida dan mungkin dengan basa, agen
pereduksi, dan agen pengoksidasi.
Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama
dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering
dan sejuk.
Konsentrasi : 5,49%
b. Asam Palmitat ( Rowe, 2009 )
Pemerian : Kristal putih, sedikit berbau
Kelarutan : Larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam
air.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan basa
Stabilitas : Sebagian besar bahan harus disimpan dalam wadah
tertutup baik sejuk, kering.
Konsentrasi : 15%
c. Setil alkohol (Rowe, 2009:155)
Pemerian : Setil alkohol seperti lilin, putih serpih, butir, kubus,
atau benda tuang. Ia memiliki karakteristik samar
bau dan rasa hambar.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan meningkatnya suhu; praktis tidak
larut dalam air. Mampu dicampur ketika dilarutkan
dengan lemak, larutan dan paraffins padat, dan
isopropyl miristat.
Stabilitas : Stabil di asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidak
menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam wadah
tertutup baik di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas :Agen pengoksidasi kuat
Konsentrasi : 2-5%
Kesimpulan
Dalam formulasi ini digunakan bahan pengeras asam stearat. Asam stearat
memilki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan
dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk sabun.
5. Bahan Pengawet
a. Metil Paraben (Rowe, 2009:441)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih;
tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : larut 1 dalam 2 bagian etanol, larut 1 dalam 10
bagian eter, larut 1 dalam 60 bagian gliserin, larut 1
dalam 400, 1 dalam 50 pada suhu 50 oC, 1 dalam 30
bagian air pada suhu 80oC.
Inkompatibilitas : Aktivitas pengawet dari methylparaben dan paraben
lainnya adalah dapat berkurang bila bersama
surfaktan nonionik, seperti sebagai polisorbat 80,
sebagai akibat dari micellisasi. Namun, propilen
glikol (10%) dapat meningkatkan aktivitas pengawet
dari paraben bila digunakan dengan surfaktan non
ionik dan mencegah interaksi antara methylparaben
dan polisorbat 80. Serta metil paraben diketahui
inkompatibilitas dengan bahan lain, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, bedak, tragakan, natrium
alginat,minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Serta
juga bereaksi dengan berbagai gula dan gula alkohol
terkait.
Stabilitas : Dalam larutan methylparaben pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada 120OC selama 20
menit, tanpa dekomposisi. Serta dalam larutan pada
pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai
sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara pada pH
8 atau diatas dapat terhidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar).
Konsentrasi : 0.3% merupakan kadar efektif untuk mengurangi
pertumbuhan bakteri dan kuman 0,58x103
b. Propil paraben ( Rowe, 2009 )
Pemerian : Putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa bubuk.
Kelarutan : Larut dalam air, alkohol dehidrasi. Praktis tidak larut
dihidroksi metana.
Inkompatibilitas : Inkom dengan Mg Stearat, Mg Alumunium Trisilikat
dan Oksida Besi Kuning.
Stabilitas : Stabil dalam larutan dengan PH 3-6
Konsentrasi : 0,01-0,6%
c. Natrium Benzoat (Dirjen POM, 1995: 584; Rowe, 2009:627; Sarfaraz, 2009:
160)
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berabu, atau
praktis tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan : Larut pada 1 dalam 75 bagian etanol 95%, larut pada
1 dalam 70 bagian etanol 90%, larut pada 1 dalam
1,8 dan 1 dalam 1,4 pada 100oC.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan senyawa kuaterner, gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam logam berat,
termasuk perak, timah,dan merkuri. Aktivitas
pengawet dapat berkurang apabila berinteraksi
dengan kaolin atau surfaktan nonionik.
Stabilitas : Dalam bentuk larutan harus diterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi.
Konsentrasi : 0,02-0.5 %. Penggunaan natrium benzoate 0,2%.
Kesimpulan
Pengawet yang digunakan dalam formulasi ini yaitu metil paraben dan
propel paraben.. Hal ini dikarenakan paraben efektif pada rentang pH yang
luas dan memiliki spektrum yang luas dari aktivitas antimikroba, meskipun
paraben yang paling efektif terhadap ragi dan jamur. Selain itu kombinasi
konsentrasi 0,18% untuk metil paraben dan 0,02% untuk propel paraben
akan mendapatkan kombinasi pengawet yang baik dan saling menguatkan
aktivitasnya (Rowe, 2009).
6. Antioksidan/Pengkelat
a. Alfa Tokoferol
Pemerian : tidak berwarna atau kuning kecoklatan, kental, cairan
berminyak (Rowe, 2009)
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
95% p, larut dalam kloramfenikol dan dalam eter
(Rowe, 2009)
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan peroksida dan ion logam,
khususnya besi, tembaga dan perak. Dapat diabsorbsi
oleh plastik (Rowe, 2009)
Stabilitas : tokoferol teroksidasi lambat oleh oksigen atmosfer
dan teroksidasi cepat oleh besi dan garam perak
(rowe, 2009)
Konsentrasi : 0,02%
b. Asam Sitrat (Rowe,2009)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangat asam, agak higrooskopik,
merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan dalam 1,5
bagian etanol (95%), sukar larut dalam eter.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator dan basa. Dan
dapat berpotensi meledak jika dikombinasi dengan
logam nitrat
Stabilitas : Kehilangan air kristal diudara ketring atau ketika
dipanaskan sampai 40oc
Konsentrasi : 3,2%
c. EDTA (Rowe, 2009)
Kelarutan : Larut dalam air
Pemerian : Serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa sedikit asam.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat, ion logam,
dan paduan logam
Stabilitas : Kehilangan air dari kristalisasi ketika dipanaskan
pada suhu 120C. Higroskpis dan tidak stabil pada
keadaan lembab.
Konsentrasi : 0,005 0,1%
Kesimpulan:
Dalam formulasi ini digunakan antoksidan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi
sebagai pengkelat yaitu mengkelat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga
mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak, mengkelat divalent atau
lebih : Mn, Mg, dan Fe yang sangat diperlukan sebgai katalisator dalam
reaksi oksidasi sehingga reaksi ini dapat dihambat dengan penambahan asam
sitrat (laksi, 1974). Selain itu, menurut Purnamawati (2006) asam sitrat juga
berfungsi untuk menurunkan nilai pH.
Asam sitrat berfungsi sebagai bahan pengkelat, yaitu pengikat ion-ion logam
pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada
minyak akibat pemanasan saat pembuatan sabun dasar. Asam sitrat juga
bermanfaat sebagai pengawet dan pengatur pH (Litbang Pertanian, 2011).
7. Bahan Pewarna dan Pengaroma
a. Essence Orange
Kelarutan : Mudah Larut dalam air
Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastic
Konsentrasi : q.s
b. Vanili
Kelarutan : Larut dalam aseton, larut dalam alkali hidroksida
kloroform, larut dalam 10 bagian air
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan aseton, membentuk
senyawa berwarna cerah, paraktis tidak larut dalam
etanol, jika diformulasikan bersama gliserin
Stabilitas : Vanili beroksidasi perlahan diudara dipengaruhi oleh
cahaya. Namun stabil selama beberapa bulan dengan
penambahan Na-Metasulfit 0,2 %b0v sebagai
antioksidan.
Konsentasi : q.s
c. Essence Strawberry
Pemerian : kurang berwarna atau cairan kuning, memiliki sifat
bau dan rasa seperti bunga lavender.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 4 bagian dari alcohol 70%
Kosentrasi : 0,01%
Dalam formulasi ini digunakan bahan pewarna essence orange. Karena
essence orang adalah bahan alami berbentuk cair sehingga lebih mudah
larut pada proses pencampuran.
3. Formulasi
1. Formulasi Utama
Olive oil 40%
NaOH 30% 18%
NLS 5%
Asam Stearat 5,49%
Asam Sitrat 3,2%
Gliserin 15%
Methyl Paraben 0,18%
Propyl Paraben 0,02
Aquadestilata 13,11 %
2. Formula Aternatif
Olive oil 40%
NaOH 30% 18%
DEA 2,5%
Asam Stearat 5,49%
EDTA 2%
Gliserin 15%
Na Benzoat 0,1%
Essence Orange q.s
Aquadestilata 16,91 %

4. Perhitungan
a. Perhitungan Bahan
1. Formula Utama
Olive oil = 40/100 x 85
= 34 gram
NaOH = 18/100 x 85
= 15,03
NLS = 5/100 x 85
= 4,25 gram
Asam Stearat = 5,49/100 x 85
= 0,196 gram
Asam Sitrat 3,2/100 x 85
= 2,72 gram
Gliserin = 15/100 x 85
= 12,75 gram
Metil paraben = 0,18/100 x 85 g
= 0,153 g
Propil paraben = 0,02/100 x 85 g
= 0,017 g
Air = 13,11/100 x 85
= 11,435 mL
5. Cara Kerja
1. Disiapkan bahan baku (asam stearat, minyakzaitun, NaOH, gliserin, NLS,
aquadest) dan bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sabun
padat.
2. Ditimbang sesuai dengan formula yang telah ditentukan.
3. Dilebur Asam Stearat, NaOH, dan Olive Oil pada suhu 60-70C
4. Dicampurkan hasil leburan dengan bahan-bahan lain yang berbentuk
cairan. Bahan-bahan tersebut diantaranya adalah, gliserin, NLS, Metil
paraben, propil paraben, serta NLS dan selama proses pencampuarn
berlangsung, dilakukan pengadukan secara kontiniu, agar merata dan
tidak menggumpal.
5. Dituangkan sediaan sabun padat ke dalam cetakan sabun. Setelah
dituangkan kedalam cetakan sediaan sabun dibiarkan selama satu hingga
dua hari pada suhu ruang/lemari pendingin supaya sabun mengeras
sempurna.
6. Dikeluarkan dari cetakan,kemudian dikemas.
6. Evaluasi
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik diamari berdasarkan tekstur, penampakan (warna dan
bentuk sabun), pembusaan, wangi, kesan lembut dan kesan kesat dari sabun.
2. Uji pH
Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan. Pengukurannya dengan melakukan
sabun dalam air dan diukur menggunakan indikator.
3. Uji kadar air
Kadar air merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam suatu
bahan. Kelebihan kadar air dari standar SNI akan menyebabkan sabun mudah
berbau tengik dan lembek.
4. Uji fraksi tak tersabunkan
Fraksi tak tersabunkan adalah lemak netral/trigliserida netral yang
tidak bereaksi selama proses penyabunan. Kelebihan bahan yang tak
tersabunkan dapat menurunkan daya detergensi (membersihkan) pada sabun
sehingga menurunkan fungsi sabun tersebut.
5. Uji alkali bebas
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa. Kelebihan alkali bebas yang tidak sesuai standar dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
6. Uji asam lemak bebas
Asam lemak adalah asam lemak bebas yang berada dalam sabun,
tetapi yang tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa
trligliserida (lemak netral). Sabun yang baik menurut SNI adalah sabun
dengan kadar asam lemak bebas <2,5%.Asam lemak bebas berhubungan
dengan bau sabun, apabila asam lemak bebas melebihi standar menyebabkan
sabun berbau tengik, dan menghambat proses pembersihan permukaan kulit
oleh sabun

Anda mungkin juga menyukai