3. Humektan
a. Gliserin (Anonim, 1980; Yudhana 2006)
Pemerian : Gliserin atau biasa disebut juga dengan gliserol
merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat
higroskopis.
Kelarutan : Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol
95% namun praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, minyak lemak minyak atsiri
Inkompatibilitas : Gliserin dengan Asetat anhidrat Reaksi berbahaya
yang dikatalisasi oleh fosfor oksiklorida, Kalsium
hipoklorit dapat menyala secara spontan jika di
campurkan.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
Konsentrasi : Penggunaan gliserin pada pembuatan sabun cair
adalah sebagai humektan. Dengan konsentrasi 5 %
dari formulasi, efek melembabkan dari gliserin sudah
cukup baik.
b. Sukrosa (Dirjen POM, 1995)
Pemerian : Gula ini berbentuk hablur putih atau tidak berwarna,
massa hablur atau berbentuk kubus atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara.
Kelarutan : Gula berupa kristal yang sangat mudah larut dalam
air, terlebih lagi air mendidih.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
Konsentrasi : Konsesntrasi sukrosa 13% merupakan konsentrasi
terbaik untuk pembuatan sabun transparan.
c. Propilenglikol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009; Winarsih, 2005)
Pemerian : Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan
higroskopik
Kelarutan : Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan
etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam
6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganat.
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di wadah
tertutup, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia
cenderung untuk mengoksidasi. Propilen glikol
secara kimiawi stabil saat dicampur dengan etanol
(95%), gliserin, atau air.
Konsentrasi : Konsentrasi propilenglikol sebagai humektan adalah
3%
Kesimpulan
Pembasah yang digunakan pada formula ini adalah gliserin karena
-Menurut Mitsui (1997), gliserin telah lama digunakan sebagai humektan
(moisturizer), yaitu skin conditioning agents yang dapat meningkatkan
kelembaban kulit.
Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap
pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembapan
tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas (Arita, S.,
2009).
Gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat mengikat air dan
mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Selain itu gliserin juga
dapat berfungsi untuk melembabkan kulit dan memudahkan sabun untuk
dibilas (Litbang Pertanian, 2011; Mitsui, 1997)
4. Bahan Pengeras
a. Asam Stearat (Rowe, 2009)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin
Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride,
kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane
dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan sebagian besar logam
hidroksida dan mungkin dengan basa, agen
pereduksi, dan agen pengoksidasi.
Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama
dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering
dan sejuk.
Konsentrasi : 5,49%
b. Asam Palmitat ( Rowe, 2009 )
Pemerian : Kristal putih, sedikit berbau
Kelarutan : Larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam
air.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan basa
Stabilitas : Sebagian besar bahan harus disimpan dalam wadah
tertutup baik sejuk, kering.
Konsentrasi : 15%
c. Setil alkohol (Rowe, 2009:155)
Pemerian : Setil alkohol seperti lilin, putih serpih, butir, kubus,
atau benda tuang. Ia memiliki karakteristik samar
bau dan rasa hambar.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan meningkatnya suhu; praktis tidak
larut dalam air. Mampu dicampur ketika dilarutkan
dengan lemak, larutan dan paraffins padat, dan
isopropyl miristat.
Stabilitas : Stabil di asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidak
menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam wadah
tertutup baik di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas :Agen pengoksidasi kuat
Konsentrasi : 2-5%
Kesimpulan
Dalam formulasi ini digunakan bahan pengeras asam stearat. Asam stearat
memilki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan
dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk sabun.
5. Bahan Pengawet
a. Metil Paraben (Rowe, 2009:441)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih;
tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : larut 1 dalam 2 bagian etanol, larut 1 dalam 10
bagian eter, larut 1 dalam 60 bagian gliserin, larut 1
dalam 400, 1 dalam 50 pada suhu 50 oC, 1 dalam 30
bagian air pada suhu 80oC.
Inkompatibilitas : Aktivitas pengawet dari methylparaben dan paraben
lainnya adalah dapat berkurang bila bersama
surfaktan nonionik, seperti sebagai polisorbat 80,
sebagai akibat dari micellisasi. Namun, propilen
glikol (10%) dapat meningkatkan aktivitas pengawet
dari paraben bila digunakan dengan surfaktan non
ionik dan mencegah interaksi antara methylparaben
dan polisorbat 80. Serta metil paraben diketahui
inkompatibilitas dengan bahan lain, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, bedak, tragakan, natrium
alginat,minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Serta
juga bereaksi dengan berbagai gula dan gula alkohol
terkait.
Stabilitas : Dalam larutan methylparaben pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada 120OC selama 20
menit, tanpa dekomposisi. Serta dalam larutan pada
pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai
sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara pada pH
8 atau diatas dapat terhidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar).
Konsentrasi : 0.3% merupakan kadar efektif untuk mengurangi
pertumbuhan bakteri dan kuman 0,58x103
b. Propil paraben ( Rowe, 2009 )
Pemerian : Putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa bubuk.
Kelarutan : Larut dalam air, alkohol dehidrasi. Praktis tidak larut
dihidroksi metana.
Inkompatibilitas : Inkom dengan Mg Stearat, Mg Alumunium Trisilikat
dan Oksida Besi Kuning.
Stabilitas : Stabil dalam larutan dengan PH 3-6
Konsentrasi : 0,01-0,6%
c. Natrium Benzoat (Dirjen POM, 1995: 584; Rowe, 2009:627; Sarfaraz, 2009:
160)
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berabu, atau
praktis tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan : Larut pada 1 dalam 75 bagian etanol 95%, larut pada
1 dalam 70 bagian etanol 90%, larut pada 1 dalam
1,8 dan 1 dalam 1,4 pada 100oC.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan senyawa kuaterner, gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam logam berat,
termasuk perak, timah,dan merkuri. Aktivitas
pengawet dapat berkurang apabila berinteraksi
dengan kaolin atau surfaktan nonionik.
Stabilitas : Dalam bentuk larutan harus diterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi.
Konsentrasi : 0,02-0.5 %. Penggunaan natrium benzoate 0,2%.
Kesimpulan
Pengawet yang digunakan dalam formulasi ini yaitu metil paraben dan
propel paraben.. Hal ini dikarenakan paraben efektif pada rentang pH yang
luas dan memiliki spektrum yang luas dari aktivitas antimikroba, meskipun
paraben yang paling efektif terhadap ragi dan jamur. Selain itu kombinasi
konsentrasi 0,18% untuk metil paraben dan 0,02% untuk propel paraben
akan mendapatkan kombinasi pengawet yang baik dan saling menguatkan
aktivitasnya (Rowe, 2009).
6. Antioksidan/Pengkelat
a. Alfa Tokoferol
Pemerian : tidak berwarna atau kuning kecoklatan, kental, cairan
berminyak (Rowe, 2009)
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
95% p, larut dalam kloramfenikol dan dalam eter
(Rowe, 2009)
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan peroksida dan ion logam,
khususnya besi, tembaga dan perak. Dapat diabsorbsi
oleh plastik (Rowe, 2009)
Stabilitas : tokoferol teroksidasi lambat oleh oksigen atmosfer
dan teroksidasi cepat oleh besi dan garam perak
(rowe, 2009)
Konsentrasi : 0,02%
b. Asam Sitrat (Rowe,2009)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangat asam, agak higrooskopik,
merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan dalam 1,5
bagian etanol (95%), sukar larut dalam eter.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator dan basa. Dan
dapat berpotensi meledak jika dikombinasi dengan
logam nitrat
Stabilitas : Kehilangan air kristal diudara ketring atau ketika
dipanaskan sampai 40oc
Konsentrasi : 3,2%
c. EDTA (Rowe, 2009)
Kelarutan : Larut dalam air
Pemerian : Serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa sedikit asam.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat, ion logam,
dan paduan logam
Stabilitas : Kehilangan air dari kristalisasi ketika dipanaskan
pada suhu 120C. Higroskpis dan tidak stabil pada
keadaan lembab.
Konsentrasi : 0,005 0,1%
Kesimpulan:
Dalam formulasi ini digunakan antoksidan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi
sebagai pengkelat yaitu mengkelat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga
mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak, mengkelat divalent atau
lebih : Mn, Mg, dan Fe yang sangat diperlukan sebgai katalisator dalam
reaksi oksidasi sehingga reaksi ini dapat dihambat dengan penambahan asam
sitrat (laksi, 1974). Selain itu, menurut Purnamawati (2006) asam sitrat juga
berfungsi untuk menurunkan nilai pH.
Asam sitrat berfungsi sebagai bahan pengkelat, yaitu pengikat ion-ion logam
pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada
minyak akibat pemanasan saat pembuatan sabun dasar. Asam sitrat juga
bermanfaat sebagai pengawet dan pengatur pH (Litbang Pertanian, 2011).
7. Bahan Pewarna dan Pengaroma
a. Essence Orange
Kelarutan : Mudah Larut dalam air
Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastic
Konsentrasi : q.s
b. Vanili
Kelarutan : Larut dalam aseton, larut dalam alkali hidroksida
kloroform, larut dalam 10 bagian air
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan aseton, membentuk
senyawa berwarna cerah, paraktis tidak larut dalam
etanol, jika diformulasikan bersama gliserin
Stabilitas : Vanili beroksidasi perlahan diudara dipengaruhi oleh
cahaya. Namun stabil selama beberapa bulan dengan
penambahan Na-Metasulfit 0,2 %b0v sebagai
antioksidan.
Konsentasi : q.s
c. Essence Strawberry
Pemerian : kurang berwarna atau cairan kuning, memiliki sifat
bau dan rasa seperti bunga lavender.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 4 bagian dari alcohol 70%
Kosentrasi : 0,01%
Dalam formulasi ini digunakan bahan pewarna essence orange. Karena
essence orang adalah bahan alami berbentuk cair sehingga lebih mudah
larut pada proses pencampuran.
3. Formulasi
1. Formulasi Utama
Olive oil 40%
NaOH 30% 18%
NLS 5%
Asam Stearat 5,49%
Asam Sitrat 3,2%
Gliserin 15%
Methyl Paraben 0,18%
Propyl Paraben 0,02
Aquadestilata 13,11 %
2. Formula Aternatif
Olive oil 40%
NaOH 30% 18%
DEA 2,5%
Asam Stearat 5,49%
EDTA 2%
Gliserin 15%
Na Benzoat 0,1%
Essence Orange q.s
Aquadestilata 16,91 %
4. Perhitungan
a. Perhitungan Bahan
1. Formula Utama
Olive oil = 40/100 x 85
= 34 gram
NaOH = 18/100 x 85
= 15,03
NLS = 5/100 x 85
= 4,25 gram
Asam Stearat = 5,49/100 x 85
= 0,196 gram
Asam Sitrat 3,2/100 x 85
= 2,72 gram
Gliserin = 15/100 x 85
= 12,75 gram
Metil paraben = 0,18/100 x 85 g
= 0,153 g
Propil paraben = 0,02/100 x 85 g
= 0,017 g
Air = 13,11/100 x 85
= 11,435 mL
5. Cara Kerja
1. Disiapkan bahan baku (asam stearat, minyakzaitun, NaOH, gliserin, NLS,
aquadest) dan bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sabun
padat.
2. Ditimbang sesuai dengan formula yang telah ditentukan.
3. Dilebur Asam Stearat, NaOH, dan Olive Oil pada suhu 60-70C
4. Dicampurkan hasil leburan dengan bahan-bahan lain yang berbentuk
cairan. Bahan-bahan tersebut diantaranya adalah, gliserin, NLS, Metil
paraben, propil paraben, serta NLS dan selama proses pencampuarn
berlangsung, dilakukan pengadukan secara kontiniu, agar merata dan
tidak menggumpal.
5. Dituangkan sediaan sabun padat ke dalam cetakan sabun. Setelah
dituangkan kedalam cetakan sediaan sabun dibiarkan selama satu hingga
dua hari pada suhu ruang/lemari pendingin supaya sabun mengeras
sempurna.
6. Dikeluarkan dari cetakan,kemudian dikemas.
6. Evaluasi
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik diamari berdasarkan tekstur, penampakan (warna dan
bentuk sabun), pembusaan, wangi, kesan lembut dan kesan kesat dari sabun.
2. Uji pH
Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan. Pengukurannya dengan melakukan
sabun dalam air dan diukur menggunakan indikator.
3. Uji kadar air
Kadar air merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam suatu
bahan. Kelebihan kadar air dari standar SNI akan menyebabkan sabun mudah
berbau tengik dan lembek.
4. Uji fraksi tak tersabunkan
Fraksi tak tersabunkan adalah lemak netral/trigliserida netral yang
tidak bereaksi selama proses penyabunan. Kelebihan bahan yang tak
tersabunkan dapat menurunkan daya detergensi (membersihkan) pada sabun
sehingga menurunkan fungsi sabun tersebut.
5. Uji alkali bebas
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa. Kelebihan alkali bebas yang tidak sesuai standar dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
6. Uji asam lemak bebas
Asam lemak adalah asam lemak bebas yang berada dalam sabun,
tetapi yang tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa
trligliserida (lemak netral). Sabun yang baik menurut SNI adalah sabun
dengan kadar asam lemak bebas <2,5%.Asam lemak bebas berhubungan
dengan bau sabun, apabila asam lemak bebas melebihi standar menyebabkan
sabun berbau tengik, dan menghambat proses pembersihan permukaan kulit
oleh sabun