Anda di halaman 1dari 5

STUDI LITERATUR Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, II (2)

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP RISIKO


TERJADINYA MALARIA

Artha Budi Susila Duarsa*

Pendahuluan Diantara gas-gas rumah kaca yang kini diketahui


Malaria adalah salah satu penyebab utama lebih dari 30 jenis. Gas rumah kaca yang penting adalah
penyakit dan kematian di seluruh dunia. Sekitar 2.4 milyar karbondioksida (CO2), methane (CH4), nitrous okside
manusia berhadapan dengan risiko penyakit ini. Saat ini (N2O), Chloroflourcarbon (CFC) yang terdiri dari
malaria endemik di 92 negara, dan terdapat pada kantung- Haloflourocarbon (HFC) dan Perflourocarbon (PFC) serta
kantung penularan malaria di berbagai negara (WHO dalam Sulfur Hexafluoride (SF6). Sumbangan terjadinya
Martens, 2002). Terdapat 300-500 juta kasus klinis malaria, pemanasan global yang terbesar adalah CO2 sebesar 61%,
dimana lebih dari 90% terjadi di Sub Sahara Afrika. Di CH4 sebesar 15%, CFC sebesar 12%, N2O sebesar 4% dan
seluruh dunia, malaria menyebabkan 2 juta kematian setiap sumber lain sebesar 8%.
tahun, dan kematian ini terbanyak terjadi pada anak-anak Di awal-awal revolusi industri sekitar tahun 1800,
dibawah lima tahun. Dari semua penyakit menular, malaria konsentrasi CO2 di atmosfer rata-rata baru pada 280 ppm
selalu menjadi penyebab terbesar penderitaan dan kematian (parts per million). Artinya, ada 280 molekul CO2 dalam
di dunia1. setiap satu juta molekul udara. Namun, juli 2007 lalu IPCC
Risiko terjadinya malaria ditentukan oleh banyak (Intergovernmental Panel on Climate Change)
faktor, terutama jenis spesies nyamuk Anopheles, perilaku melaporkan konsentrasi karbon dioksida telah mencapai
manusia, dan adanya parasit malaria. Suatu perubahan dari 383 ppm (Trihusodo, P, Gatra 22 28 November 2007).
faktor yang manapun, akan mempengaruhi risiko terjadinya Hingga kini CO2 masih terus meningkat rata-rata mencapai
malaria. Saat ini perhatian dunia kepada risiko terjadinya 0,4% per tahun, yang disebabkan oleh karena pembakaran
malaria mengarah kepada dampak potensial perubahan bahan bakar fosil dan pembotakan hutan.
global. Lingkungan geografis malaria telah berubah sebagai Kalau tidak ada upaya yang serius untuk menekan
respon terhadap perubahan iklim, pola penggunaan lahan, emisi gas-gas rumah kaca , tahun 2050 nanti konsentrasinya
biodiversitas (keneka ragaman hayati), dan struktur akan melampaui 560 ppm. Suhu bumi akan naik rata-rata 2
sosiodemografi (termasuk urbanisasi). - 3 C dan dipastikan akan terjadi perubahan iklim dunia.
Atmosfer bumi dengan bagian utamanya troposfer yang
Pemanasan Global
tebalnya tak sampai 13 kilometer, akan mengalami
Gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer
guncangan luar biasa. Peran atmosfer, yang selama lebih
berlaku seperti tirai yang memerangkap pancaran radiasi
dari dua juta tahun menjaga harmoni kehidupan di muka
panas bumi. Seperti kaca, ia mudah ditembus oleh sinar
bumi akan hancur lebih cepat14 .
tampak, tapi mengurung gelombang panjang. Dalam
konteks rumah kaca secara harfiah, radiasi gelombang Perubahan Iklim
panjang yang terpancar itu tak bisa keluar, karena tak Perubahan suhu global akan berdampak pada
mampu menembus atap dan dinding kaca. Ia berputar-putar perubahan iklim dan akan menambah daftar risiko kesehatan
di dalam dan sebagian terserap molekul oleh gas-gas rumah lingkungan bagi manusia. Paparan terhadap perubahan-
kaca. (CO2, N2O dll) dan membuat suhu udara lebih panas. perubahan lingkungan di atas dapat menimbulkan berbagai
Dalam kontek pemanasan global (global warming), problem kesehatan, seperti penyakit-penyakit terkait suhu
kehadiran gas-gas pencemar di atmosfer itu berperan dan cuaca ekstrim, penyakit yang menular lewat makanan,
seperti atap atau dinding kaca. Mereka menghalangi air dan vektor serta penyakit akibat pencemaran udara12.
pancaran radiasi gelombang panjang oleh permukaan bumi, Perubahan iklim akan mempengaruhi suhu lingkungan dan
laut dan benda-benda di atasnya, baik itu mahluk hidup juga kesehatan, seperti diperlihatkan pada gambar 1.
maupun benda mati14.

*Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK. Universitas Yarsi

181
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, II (2)

Modulating Health Effect


Influences
Temperature-
related illness
and death

Extreme
weather-related
Regional health effects
Weather Microbial
Changes contamination Air pollution-
pathways related health
effects
x Heatwaves Transmission
dynamic Water and ffod
x Extreme borne diseases
CLIMATE weather
CHANGE Vector-borne and
x Temperature Agro- ecosystem, rodent-born
hydrology diseases
x Precipitation
Effects of food
Socioeconomics, and water
demographics shortages

Mental,
nutrional,
infectious and
other health
effects

Gambar 1.
Pengaruh Perubahan Iklim, Suhu, Lingkungan dan Kesehatan
(IPPC dalam Romadhiyani, 2007)

Malaria sangat peka terhadap perubahan iklim. dan Timur. Selama periode ini terjadi peningkatan suhu
Diperkirakan bahwa rata-rata suhu global akan meningkat sekitar 2 C pada rata-rata suhu maksimum bulanan antara
1,0 - 3,5 C pada tahun 2100, yang akan meningkatkan daerah pada 2 LU - 2 LS dan 30 BB - 40 BT. Selanjutnya
jumlah vector-borne disease dan terjadinya transmisi epidemi malaria yang berhubungan dengan iklim juga
penyakit. Perubahan iklim akan memiliki dampak jangka dilaporkan di Rwanda, Tanjania dan Kenya Barat.
panjang dan jangka pendek terhadap transmisi malaria. Pada umumnya hujan akan memudahkan
Dalam jangka pendek dapat dilihat pada suhu dan curah perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria.
hujan5. Terdapat hubungan langsung antara hujan dan
Udara panas dan lembab paling cocok untuk perkembangan larva nyamuk menjadi dewasa. Besar
nyamuk Anopheles. Dulu, nyamuk Anopheles lebih sering kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya
muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat
dan kemarau. Namun kini rentang waktu serangan nyamuk perindukan (breeding places). Hujan yang diselingi panas
ini hampir sepanjang tahun. Udara panas lembab akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya
berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi Anopheles2.
buruk yang selalu menyediakan genangan air untuk Menurut WHO dalam Susanna (2005), di banyak
bertelur, sehingga nyamuk Anopheles dapat menyerang tempat kejadian malaria berhubungan dengan musim hujan,
sewaktu-waktu secara ganas. WHO menjelaskan bahwa namun korelasinya tidak selalu jelas dan terkadang anomali.
kontribusi perubahan iklim terhadap kasus malaria Hujan akan menguntungkan perkembang biakan nyamuk
mencapai 6% di sejumlah negara8. jika tidak terlalu deras, karena bila terlalu deras akan
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang membilas larva nyamuk. Namun di daerah lain, musim
pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi intrinsik. kemarau justru menyebakan epidemi malaria, juga
Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek sebaliknya di daerah lain dapat melenyapkan nyamuk
masa inkubasi intrinsik, begitu juga sebaliknya. Siklus hidup Anopheles. Variasinya amat beragam, sehingga pengaruh
nyamuk makin pendek, populasinya gampang meledak dan hujan hanya dapat diperkirakan hubungannya dalam pola
penularan semakin cepat. Sejak tahun 1988, terdapat lokal perkembang biakan vektor.
sejumlah laporan mengenai epidemi malaria di Afrika Selatan

182
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, II (2)

Hujan juga dapat meningkatkan kelembaban framework MIASMA ecoepidemiological (Modeling


relatif, sehingga memperpanjang usia nyamuk dewasa. Framework for Health Impact Assessment of Man-Induced
Curah hujan minimum yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk Atmospheric Changes) telah dikembangkan di Universitas
berkembang adalah 1,5 mm per hari (Martens, 2002). Curah Maastricht. Model diarahkan oleh skenario dari gambaran
hujan 150 mm per bulan mengakibatkan perkembangan populasi dan perubahan atmosfer, berdasarkan data dasar
yang pesat populasi An. gambiae, vektor malaria di Kenya mengenai insidens penyakit, keadaan iklim, dan ketebalan
(Malakooti, dalam Susanna, 2005). Suwasono dalam lapisan ozon (Martens, 2002). Integrated Model terjadinya
Susanna (2005) dalam studinya di Kabupaten Kulonprogo, malaria tersebut merupakan pendekatan pemodelan yang
menunjukkan bahwa kasus malaria meningkat setelah terintegrasi yang berupaya memberikan gambaran yang
terjadi peningkatan curah hujan yang relatif tinggi. komprehensif interaksi antara perubahan atmosfer dan
Untuk menilai dampak kesehatan yang masyarakat.
berhubungan dengan perubahan iklim, pemodelan

Risiko
Kondisi Politik Kapasitas Kesehatan Malaria
dan Ekonomi Publik & Privat

Populasi
Host

Habitat Vektor Parasit


Penggunaan
Lahan Kondisi untuk Malaria

Perubahan
Iklim

Gambar 2.
Model Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria (Fischhoff dkk. 2002).

Fischhoff dkk. dalam Casman (2002), menjelaskan manusia sebagai host, dengan demikian mempengaruhi
model tersebut dimana, kondisi-kondisi untuk malaria terdiri risiko malaria. Sebagai contoh, membuka suatu daerah
dari habitat, vektor dan parasit. Iklim mempengaruhi variable untuk pertanian atau pertambangan akan mendorong
upstream (tingkat yang lebih tinggi) melalui berbagai jalan, migrasi ke daerah populasi yang tidak mendapat pajanan
terhadap risiko malaria. Satu jalan yang umum adalah malaria sebelumnya dan mendorong migrasi populasi yang
dengan mempengaruhi tingkat perubahan lingkungan lain. telah terpajan. Semua yang mempengaruhi kondisi politik
Berkurangnya hujan akan mengurangi regenerasi hutan, dan ekonomi dapat mempengaruhi kapasitas kesehatan
sedangkan meningkatnya hujan akan sebaliknya. publik dan privat untuk menanggulangi risiko malaria.
Perubahan waktu hujan akan mempengaruhi kelangsungan
Penggunaan Lahan
hidup pertanian tradisional.
Malaria sebaiknya dipandang sebagai bagian dari
Penggunaan lahan dapat mempengaruhi dan
suatu ekologi manusia yang lebih besar di mana sistem
dipengaruhi Kondisi Politik dan Ekonomi. Kemiskinan
sosial manusia, aktivitas ekonomi, interaksi dengan
sendiri dapat mendorong kegiatan pertanian pada tanah
lingkungan, dan gaya hidup yang menggambarkan
yang kritis, penebangan hutan, dan urbanisasi yang tidak
interaksi yang mempengaruhi terjadinya infeksi dan risiko
direncanakan.
penyakit. Setiap perubahan lingkungan, apakah terjadi
Penggunaan lahan dan kondisi politik dan
akibat peristiwa yang alami atau melalui intervensi manusia,
ekonomi dapat mempengaruhi keberadaan populasi

183
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, II (2)

akan merubah keseimbangan ekologi dalam konteks


ma 2 bcp n (3-1)
penyakit, host, vektor dan jenis parasit dalam R0
perkembangan dan transmisi penyakit.  ln( p)r
Secara umum, vektor nyamuk malaria sangat kuat Dimana:
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi m = jumlah gigitan nyamuk per orang
kemampuan hidup dan perkembangan vektor tersebut. a = jumlah gigitan per nyamuk per hari
Smith dkk. dalam Pattanayak (2003) menemukan bahwa 70- b = efisiensi infeksi, nyamuk ke manusia
90% risiko dari malaria adalah faktor lingkungan. Variasi c = efisiensi infeksi, manusia ke nyamuk
dan besar pengaruh lingkungan kepada vektor malaria p = probabilitas survival nyamuk sehari-hari
sangat besar11 tidak hanya melalui elemen yang abiotik n = waktu maturasi parasit di dalam nyamuk
seperti hujan dan suhu yang akan mempengaruhi r = tingkat kesembuhan manusia
peningkatan jumlah vektor nyamuk dan perkembangan
parasit di dalam vektor, tetapi juga faktor biotik melalui Versi yang disederhanakan pada persamaan ini,
penebangan hutan, pertanian, dan konstruksi perumahan. ditetapkan bahwa b, c, r = 1 (konstan) yang disebut
Dampak dari penebangan hutan pada suhu, hujan, dan kapasitas vektorial (vectorial capacity/VC). Kapasitas
tumbuh-tumbuhan saling berinteraksi dan berkorelasi vektorial adalah jumlah maksimum orang yang belum
dalam pengaruh lingkungan. terinfeksi, yang kemungkinan digigit oleh vektor yang telah
Duarsa, A, 2007, dalam penelitiannya menggigit satu orang sumber penularan per harinya.
mendapatkan bahwa besar peran lingkungan terhadap Garrets Jones dan Shidrawi dalam Susanna (2005),
kejadian infeksi malaria yang terdiri dari tingkat rumah menjelaskan bahwa kapasitas vektorial adalah jumlah orang
tangga (level 2) dan tingkat desa (level 3) adalah 99,7 %, yang secara efektif mampu digigit dan ditulari parasit malaria
dimana 43,8% adalah besar peran tingkat rumah tangga (sporosoit) oleh seekor nyamuk Anopheles spesies
(level 2) dan 55,9% adalah besar peran tingkat desa (level tertentu persatuan waktu (12 jam satu malam penuh) dari
3). satu sumber penularan (manusia yang telah terinfeksi
Risiko Malaria Dan Transmisi Potensial Malaria malaria).
Risiko malaria adalah probabilitas untuk terserang ma 2 p n
malaria yang dapat dihitung baik dalam waktu jangka VC (3-2)
pendek maupun jangka panjang. Secara umum, risiko  ln( p )
individu untuk mengalami infeksi adalah fungsi dari suatu Persamaan (3-1) dan (3-2) tidak digunakan
dose-response relationship dari probabilitas pajanan yang
dalam MIASMA (Modeling Framework for the
didapatkan berkali-kali. Konsep ini didasarkan pada
beberapa faktor seperti: kepadatan populasi vektor, Health Impact Assessment of Man-Induced
probabilitas vektor menjadi infeksius, keberadaan dan Atmospheric Changes), sebab m memerlukan
prevalensi dari sumber penularan (manusia yang telah pengetahuan yang mendetil mengenai kepadatan
terinfeksi) di dalam populasi, probabilitas untuk menerima populasi manusia dan nyamuk. Dengan demikian, TP
gigitan yang infektif, tingkat imunitas di populasi dan diperoleh dengan menghitung kepadatan nyamuk (mc)
efektivitas strategi penanggulangan malaria yang ketika Ro = 1 (intensitas transmisi stabil).
digunakan di tempat itu. Penetapan b,c,r menjadi 1 (konstan) membuat
Risiko malaria berbeda dengan Transmisi persamaan yang digunakan di dalam MIASMA
Potensial Malaria (TP), yang fokusnya adalah kecepatan (Modeling Framework for the Health Impact
nyamuk dan parasit menjadi matang1. Pengukuran risiko
Assessment of Man-Induced Atmospheric
malaria perlu menjadi perhatian di masa yang akan datang,
oleh karena akibat terjadinya pemanasan global, malaria Changes) menjadi sederhana, jumlah orang per
akan menjadi endemik di daerah yang saat ini bebas malaria. nyamuk pada saat VC = 1 adalah:
Transmisi Potensial Malaria (TP) berasal dari
basic reproduction rate (R o ), yaitu jumlah infeksi a2 pn (3-3)
TP
sekunder yang kemungkinan terjadi ketika satu individu  ln( p )
terinfeksi masuk ke dalam populasi yang rentan1,6 Ro
didefinisikan sebagai banyaknya kasus baru yang muncul Persamaan yang dihasilkan tersebut berasal dari Ro,
dari kasus saat ini pada populasi host yang rentan selama sehingga persamaan untuk TP dapat dituliskan sebagai
satu siklus transmisi9. Basic reproduction rate (Ro) malaria berikut
dipengaruhi oleh jumlah gigitan nyamuk per orang, jumlah
gigitan per nyamuk per hari, efisiensi infeksi nyamuk ke ma 2 bcp n menjadi: Ro mbc.Tp
R0
manusia, efisiensi infeksi manusia ke nyamuk, probabilitas  ln( p)r r
survival nyamuk, waktu maturasi parasit di dalam nyamuk Ro.r
dan tingkat kesembuhan manusia9. Sehinga TP
mbc

184
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, II (2)

Malaria dapat menyebar dengan mudah pada tempat


Temperatur Lamanya Temperature
dengan nilai transmisi potensial (TP) yang lebih tinggi rata-rata (t) siklus minimum
gonotropik (f1) gonotropik (g1)
sebab memerlukan nyamuk yang lebih sedikit perorang
untuk mempunyai efek yang sama. Dengan mengetahui Penggunan insektisida
Probabilitas survival Interval Rasio manusia
transmisi potensial (TP) kita dapat membandingkan daerah Cuaca ekstrim yg
menyebabkan
nyamuk sehari-hari
(p)
gigitan terhadap darah
nyamuk (u) hewan (h)
yang cenderung menjadi epidemi kematian

Aktifitas antimalaria tertentu mempunyai Periode Basic reproduction rate Jumlah gigitan Reduksi pada
perkembangan ma 2 bcp n per nyamuk per
hubungan yang jelas untuk parameter pada persamaan Ro. ekstrinsik (n) Ro
 ln( p ) r
hari (a)
kontak antara
manusia-nyamuk
Imagociding (adulticiding) mempengaruhi p (probabilitas
survival nyamuk sehari-hari). Kelambu, kawat kasa, dan Lamanya Temperature Tingkat infeksi Jumlah gigitan Reduksi tempat
siklus minimum nyamuk ke nyamuk per perkembangbiakan
repellent mengurangi a (jumlah gigitan per nyamuk per sprogoni sporogoni manusia (b) orang (m) nyamuk
(f2) (g2)
hari). Larvaciding dan modifikasi dari landscape
Kemoprofilaxis Lavarsida Pengaruh iklim
mengurangi m (jumlah nyamuk per orang). Terapi medik terhadap habitat
nyamuk
mempengaruhi r (tingkat kesembuhan manusia), yang Tingkat infeksi
manusia ke nyamuk Tingkat
bersama-sama dengan chemoprophylaxis (terapi (c) kesembuhan
manusia (r)
pencegahan) mempengaruhi b (tingkat infeksi nyamuk
kepada manusia). Pengobatan
kasus medis

Gambar 3.
Hubungan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dengan
Basic Reproduction Rate (Casman, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

1. Casman, Elizabeth A. 2002 8. Kelana, dkk. 2007


Malaria Potential and Malaria Risk. Dalam: Casman, Bumi Memanas, Kuman Penyakit Mengganas. Gatra
Elizabeth A dan Dowlatabadi, H. The Contextual 22 28 November 2007
Determinants of Malaria. Resources for the Future.
Washington, DC:28-32. 9. Martens, P. 2002
2. Departemen Kesehatan RI. 1999 Of Malaria and Models, challenges in Modeling Global
Climate Change and Malaria Risk. Dalam: Casman,
Modul 1. Epidemiologi Malaria. Jakarta: Direktorat Elizabeth A dan Dowlatabadi, H. The Contextual
Jenderal PPM & PLP. Determinants of Malaria. Resources for the Future.
3. Duarsa, A. 2007 Washington, DC:14-24.
Pengaruh Perpaduan Berbagai Determinan Di Tingkat 10. Myrnawati. 2000
Individu Dan Determinan Di Tingkat Agregat/Ekologi Epidemiologi. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Terhadap Kejadian Infeksi Malaria (Studi Ekologi Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Yarsi.
Dengan Pendekatan Analisis Multilevel Di Kecamatan Jakarta.
Endemis Malaria Kabupaten Lampung Selatan).
Disertasi. Program Doktor Ilmu Kesehatan 11. Pattanayak, S, dkk. 2003
Masyarakat. Program Pasca Sarjana Fakultas Malaria, Deforestation and Poverty: A Call for
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Interdiciplinary Policy Science. Research Triangle
4. Fischhooff, B, dkk. 2002 Institute.
Integrated Assessment of Malaria Risk. Dalam: Casman, 12. Romadhiyani, Q. 2007
Elizabeth A dan Dowlatabadi, H. The Contextual Ancaman Pencemaran Udara Terhadap Pemanasan
Determinants of Malaria. Resources for the Future. Global dan Fungsi Paru. Pidato Pada Upacara
Washington, DC:331-348. Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Fisiologi
5. Githeko, A, dkk. 2000 Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
Jakarta 5 Desember 2007.
Climate change and vector-borne diseases: A regional
analysis. Bulletin World Health Organization. Geneva. 13. Susanna, D. 2005
Vol 78: 1136-1144. Pola Penularan Malaria Di Ekosistem Persawahan,
6. Halloran, M. 2001 Perbukitan Dan Pantai (Studi di Kabupaten Jepara,
Purworejo Dan Kota Batam). Disertasi. Program
Concept of Transmission and Dynamics. Dalam: Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pasca
Thomas, J dan Weber, D. Epidemiologic Methods for Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
the Study of Infectious Disease. Oxford University Indonesia.
Press; New York: 56-111.
14. Trihusodo, P. 2007
7. Hidayat, dkk. 2007
Rumah Kaca. Gatra 22 28 November 2007
Berselimut Gas Rumah Kaca. Gatra 22 28 November
2007

185

Anda mungkin juga menyukai