PENDAHULUAN
Pemicu 3
Ani seorang mahasiswi yang sedang menjalani liburan semester,
berkunjung ke rumah neneknya yang berumur 70 tahun. Sesampai di gerbang
pagar rumah nenek, tampak oleh Ani neneknya sedang memandang ke pagar,
namun sepertinya nenek sudah tidak jelas mengenali dirinya. Nenek mengeluhkan
bahwa sudah sejak 2 tahun ini penglihatannya mulai semakin kabur dan buram,
tetapi nenek Ani menyangkal selama ini ada keluhan nyeri dan merah pada kedua
matanya.
Keesokan harinya Ani mengajak neneknya mengunjungi dokter puskesmas
terdekat untuk berobat. Pada anamnesis, didapatkan bahwa nenek Ani menderita
penyakit diabetes melitus sejak 25 tahun yang lalu dengan pengobatan tidak
teratur dan kadar gula darah tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik, dokter
puskesmas menemukan tajam penglihatan mata kanan 2/60, mata kiri 6/30.
Tekanan bola mata kanan 20 mmHg dan tekanan bola mata kiri 16 mmHg. Tidak
tampak kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea kedua mata nenek, bilik mata
depan dalam, lensa mata kanankeruh total, shadow test negatif, dan pada
pemeriksaan funduskopi mata kanan refleks fundus negatif, funduskopi sulit
dinilai. Pada mata kiri tampak lensa jernih, pemeriksaan funduskopi
menunjukkann retina tampak ada mikroaneurisma, perdarahan dot dan blot, serta
eksudat.
Di ruang tungu Ani bertemu dengan Rahma 30 tahun,tetangga nenek juga
berobat ke puskesmas karena kedua matanya merah, dan selalu keluar sekret
kotor. Meskipun tampaknya mengerikan, Rahma tidak ada mengeluhkan
gangguan penglihatan pada kedua matanya. Ani tidak berani mendekat dan
bersalaman dengan Rahma, karena takut tertular penyakit mata yang diderita
Rahma tersebut.
1.1 Klarifikasi dan Definisi
1. Shadow test adalah membedakan katarak matur dan imatur
2. Mikroaneurisma adalah aneurisma kecil
1.2 Kata Kunci
a. Wanita, 70 tahun a. Wanita, 30 tahun
b. Pandangan kabur & buran sejak 2 tahun b. Mata merah
c. Menderita Diabetes Melitus sejak 25
RS/ PUSKESMAS tahun yang lalu c. Sekret kotor
d. Kadar gula tidak terkontrol
e. Lensa kanan keruh
f. Mikroaneurisma
1.3 Rumusan Masalah
Wanita, 701. tahun
Seorang nenek 70 tahun menderita Diabetes Melitus dengan Wanita, 30 tahun
penglihatan
kabur dan buram, tapi tidak terdapat mata kemerahan dan nyeri
2. Wanita 30 tahun mengalami mata merah dan sekret kotor tetapi
Anamnesis: Anamnesis:
penglihatan
Penglihatan kabur dan buram tidak terganggu Kedua mata merah
Visus Menurun Keluar sekret kotor
Diabetes Mellitus sejak 25 tahun Visus normal
Diabetes mellitus tidak terkontrol
Infeksi mata
Diagnosis Banding:
1.4 Analisis Masalah
Katarak
Dislokasi Lensa
Retinopati Diabetik
Penyakit Mata
f. Diagnosis
Katarak didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien
datangg seperti pandangan kabur, penglihatan silau, spesifitas terhadap
kontras, mengalami myopia, vasriasi diural penglihatan, distorsi, halo,
penglihatan ganda, perubahan persepsi warna dan bintik hitam pada
penglihatan. Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan penurunan
ketajaman penglihatan dan miopisasi.23
g.Tatalaksana1
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi
jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose
reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol,
aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan
secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) Tindakan pembedahan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di
dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea
kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada
lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah
atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar
dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular
yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis
padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan
lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.
4. Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan
karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita
katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa penggant untuk
memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
1. kacamata afakia yang tebal lensanya
2. lensa kontak
3. lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat
h.
Prognosis
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien
mengalami perbaikan visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual
pada pasien anak yang mengalami katarak dan menjalani operasi tidak
sebaik pada pasien dengan katarak yang berhubungan dengan umur.
Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual paling buruk pada katarak
kongenital unilateral yang dioperasi dan paling baik pada katarak
kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresif lambat.9
3. Konjungtivitis
a. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Konjungtivitis lebih dikenal
sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau
peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.1
b. Klasifikasi
Konjungtivitis bakteri24
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri :
1. Akut (hiperakut dan subakut)
Biasanya jinak, dapat sembuh dengan sendiri, berlangsung kurang dari
14 hari.
Konjungtivitis hiperakut (purulent) disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae atau Neisseriameningitidis, dapat menimbulkan
komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini.
2. Kronik
Biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi duktus
nasolakrimalis.
Konjungtivitis klamidia24
1. Trakoma
Trakoma umumnya bilateral. Penyakit ini menyebar
melalui kontak langsung atau benda pencemar, umumnya dari
anggota keluarga lain. Vektor serangga khususnya lalat, berperan
dalam transmisi. Bentuk akut penyakit ini lebih berat daripada
bentuk sikatriksnya; makin besar inokulumnya, makin berat
penyakitnya.
2. Konjungtivitis inklusi
Sering bilateral dan biasanya terdapat pada orang yang
seksual aktif. Transmisi ke mata orang dewasa biasanya karena
praktik seksual oral-genital atau transmisi dari tangan ke mata.
3. Konjungtivitis oleh agen Klamidia lain
Konjungtivitis limfogranuloma venereum adalah penyakit
kelamin yang langka. Limfogranuloma venereum menimbulkan
reaksi konjungtiva granulomatosa yang dramatis dengan KGB
preaurikular yang sangat besar (sindrom Parinaud). Penyakit ini
disebabkan oleh C. trachomatis serotype L1, L2, L3
Konjungtivitis viral24
1. Konjungtivitis folikular viral akut demam faringokonjungtival
Penyakit ini bisa bilateral maupun unilateral. Mata merah
dan berair sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel
superfisial untuk sementara dan sesekali terdapat sedikit kekeruhan
di subepitel.
a. Konjungtivitis virus herpes simpleks
Konjungtivitis virus HSV, biasanya mengenai anak kecil,
yang ditandai oleh injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri
dan fotofobia ringan. Penyakit ini terjadi pada infeksi primer HSV
atau saat episode kambuh herpes mata. Keadaan ini sering disertai
dengan keratitis herpes simpleks, dengan kornea yang
menampakkan lesi-lesi epitel tersendiri yang umumnya
membentuk ulkus tunggal atau ulkul epithelial bercabang banyak
(dendritik).
b. Konjungtivitis penyakit Newcastle
Penyakit yang jarang didapat, ditandai dengan perasaan
terbakar, gatal, nyeri, merah, mata berair dan penglihatan kabur
(jarang).
c. Konjungtivitis hemoragika akut
Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari). Gejala dan tanda yang biasa berupa
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, kemerahan, edema palpebral, dan perdarahan
subkonjungtiva, kadang-kadang juga terjadi kemosis.
2. Konjungtivitis viral kronik24
a. Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebral dan alis
mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikular kronik unilateral,
keratitis superior dan pannus superior dan mungkin menyerupai
trakoma.
b. Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrative- disertai dengan erupsi
vesikular yang khas di sepanjang penyebaran dermatom nervus
trigeminus
Konjungtivitis jamur
1. Konjungtivitis Candida
Infeksi yang jarang terjadi, umumnya tampak bercak putih.
2. Konjungtivitis jamur lain
Sporothrix schenckii, walaupun jarang , bisa mengenai
konjungtiva atau palpebral. Jamur ini menyebabkan penyakit
granulomatosa yang disertai KGB preaurikular yang jelas.
Rhinosporidium seeberi, meskipun jarang, dapat mengenai
konjungtiva, saccus lacrimalis, palpebral, kanalikuli, dan sclera.
Lesi khas berupa granuloma polipoid yang mudah berdarah dengan
trauma minimal.24
c. Etiologi23
1. Bakterial
a. Hiper akut (Purulen) (Neisseria gonorrhoeae, Nesseria meningitides,
Neisseria gonorhoeae subsp kochii) ditularkan melalui seks
b. Akut (Mukopurulen) (Pneumococus (Streptococcus pneumonia,
(iklimsedang), Heamophilus aegyptius (Koch-Weeks bacillus) iklim
tropik)
c. Subakut (Haemophilus influenza (iklimsedang)
2. Klamidial
Trachoma (Chlamydia trachomatisserotipe A-C) konjungtivitis
inklusi (Chlamydia trachomatis serotipe D-K) Limfo granuloma
venereum (LVG) (Chlamydia trachomatis serotype L1-3) dapat
ditularkan melalui seks.
3. Virus
Kebanyakanadalah adenovirus, herpes simplekstipe 1 dan 2
danduapikorma)
4. Fungal
5. Parasitik
6. Immulogik (alergik)
7. kimiawi (iritatif)
iatorgenik, (Miotikota, idoxuridine, obat topical lain, larutan lensa
kontak) terkait pekerjaan (asam, basa, asap, angina, cahaya ultraviolet,
bulu ulat)
8. Bersamapenyakitsitemik
a. Penyakittiroid (terpapar, kongestif)
b. Konjungtivitiskarsinoid
c. Sarkoidosis
d. Tuberkulosis
e. Sifilis
d. Epidemiologi25
Epidemiologi distribusi
1. Orang
Konjungtivitis dapat terkena pada bayi ataupun pada orang dewasa.
Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi
gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir.
Sedangakan pada usia dewasa penyakit ini di dapat dari hubungan
seksual.
2. Jenis kelamin
Penyakit ini dapat menyerang pada siapa saja baik pada, laki-laki
maupun perempuan.
3. Tempat
Penyakit konjungtivitis terdapat di berbagai Negara baik Negara muju
maupun berkembang. Seperti halny di Amerika Serikat, penyakit ini
umumnya berada pada kaum muda dan dewasa, Menurut Ferris Clinical
Advisor.
4. Waktu ( time )
Penyakit ini biasanya menyerang hanya satu pada bagian mata, Dalam
waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan
nyeri. Selain itu penyakit konjungtivis dapat terjadi kapan saja baik
musim hujan ataupun pada musim kemarau.
Epidemiologi Frekuensi
Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum
muda dan orang dewasa di seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferris
Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis, bakteri dan virus, dapat
ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang baru
lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena
beberapa bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga
dapat mempengaruhi bayi yang hanya beberapa minggu. Konjungtivitis
bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin.
Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada 1969. Sejak laporan
pertama dari Ghana, infeksi telah dijelaskan di sejumlah negara lain,
termasuk China, India, Mesir, Kuba, Singapura, Taiwan, Jepang, Pakistan,
Thailand, dan Amerika Serikat.Epidemi yang melibatkan lebih dari
200,000 orang dilaporkan sebagai terjadi di Brasil 2006.Penelitian serologi
telah berguna dalam menunjukkan adanya antibodi penetralisir Coxsackie
A24 kelompok (CA24) dan Enterovirus E70 (EV70) strain sebagai agen
penyebab.
Penelitian deskriptif analitik secara retrospektif. Sampel penelitian
ini berjumlah 102 orang, yang dicatat dari rekam medis pasien di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Juni 2009 April 2010.
Analisis data yang digunakan adalah uji chi square.Dari penelitian ini
didapatkan jumlah penderita konjungtivitis pada musim kemarau sebanyak
47 orang dan penderita konjungtivitis pada musim hujan sebanyak 55
orang. Dari uji analisis menggunakan chi square menunjukkan nilai yang
tidak signifikan sebesar p=0,720 antara musim hujan dan musim kemarau
terhadap angka kejadian konjungtivitis. Dapat disimpulkan bahwa musim
hujan dan musim kemarau tidak berpengaruh terhadap angka kejadian
konjungtivitis.26
Epidemiologi Determinan
1. Agent (penyebab penyakit)
Penyakit konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme yaitu virus dan
bakteri, jamur dan parasit.
2. Host (penjamu)
Penyakit konjungtivitis dapat menyerang kelompok umur dari bayi sampai
dewasa. Pada bayi ditularkan melalui ibunya, sadangakan pada orang
dewasa terjadi dari hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang
terinfeksi masuk ke dalam mata).
3. Enviropment (lingkungan)
Penyakit ini dapat muncul pada lingkungan yanh tidak higienis atau yang
terkontaminasi, serta biasanya penyakit ini cepat menyebar pada daerah
daerah yang pada penduduknya.
e. Patofisiologi
Konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi
permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk
bagian dalam palpebral. Konjungtiva palpebra). Konjungtiva melekat erat
dengan sclera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan
dengan kornea. Glandula lakrimal aksesori serta sel goblet yang terdapat
pada konjungtiva bertanggungjawab untuk memperthankan lubrikasi mata.
Seperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan
mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan gejala
klinis seperti mata merah, iritasi dengan fotopobia. Pada umumnya
konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan
sendirinya.28
f. Faktor Risiko
Belum ada hubungan yang pasti antara faktor resiko dan kejadian
konjungtivitis. Akan tetapi individu yang berkontak dengan individu yang
terinfeksi, trauma, menurunnya sistem imun, dan kurangnya produksi air
mata dapat meningkatkan infeksi pada konjungtivitis.29
g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi
konujungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret
yang lebih banyak dipagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata bengkak,
kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi,
flikten, mata merasa seperti terdapat benda asing, dan adenopati
preaurikular.
a. Konjungtivitis bakteri akan memperlihatkan gejala berupa sekret
mukopurulen dan purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak,
kadang kadang disertai keratitis dan blepharitis.
b. Konjungtivitis bakteri akut akan terlihat sekret mukopurulen, hiperemi
konjungtiva, edema kelopak, papil dan kornea jernih.
c. Konjungtivitis gonore akan terdapat sekret yang purulen, perdarahan
subkonjungtiva. Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak mata yang
kaku disertai nyeri pada saat perabaan. Terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiuva bulbi merah, kemotik,
dan menebal.
d. Oftalmia neonatorum atau konjungtiva yang mengenai bayi usia
dibawah 1 bulan. Akan terlihat mata mengeluarkan sekret purulen,
mukoid, dan mukopurulenj, bola mata sakit dan pegal, konjungtiva
hiperemi dan kemotik, kelopak mata biasanya bengkak.
e. Konjungtivitis angular terdapat sekret mukopurulrn dan pasien sering
mengedip.
f. Konjungtivitis mukopurulen akan terlihat hiperemi konjungtiva dengan
sekret mukopurulen yang mengakibatkan kedua kelopak meta melekat
terutama saat pagi hari.
g. Konjungtivitis virus akut akan memberikan gejala berupa demam,
faringitis, sekret berair dan sedikit, folikel yang mengenai satu atau
kedua mata. Berjalan akut dandapat mengakibatkan hperemi
konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan
pseudomembran.
Konjungtivitis herpetik ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, sekret
mukosa, nyeri dan fotofobia ringan.16
h. Diagnosis
1. Gejala subjektif
Konjungtivitis biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa
sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis
flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan
penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis
flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bekterial
akut.
2. Gejala Objektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm,
berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di
sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
3. Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan
dengan pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme
penyebab maupun adanya infeksi sekunder.23
i. Tatalaksana
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan
sekret konjungtiva.26
j.
Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya dapat sembuh dengan sendirinya.
Tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam 10-14 hari. Bila diobati,
sembuh dalam 1-3 hari, namun bila disebabkan oleh bakteri
staphylococcus sering menjadi kronis.28
4. Bagaimana membedakan konjungtivitis bekterial, virus, dan jamur
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain
itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai
edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak
mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit
kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan
reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata
yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.17
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai
dengan etiologinya.Pada keratokonjungtivitis epidemik yang
disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata
seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai
pseudomembran.Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau
keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2
bulan.1 Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan
gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya
seperti sakit kepala dan demam.Pada konjungtivitis herpetic yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai
anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri,
fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis
hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan
coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda
asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan
perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis.22
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul
pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang
terganggu.1
5. Bagaimana cara penularan konjungtivitis
Bakteri terdapat pada sekret mata dan dapat menular melalui
kontak langsung atau tidak langsung, misalnya lewat tissue atau barang
yang terkontaminasi sekret. Penderita harus berusaha agar tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Begitu juga orang yang
berinteraksi dengannya, harus mengetahui cara-cara penularan
konjungtivitis sehingga bisa melindungi diri.
a. Memakai kacamata
Hal yang paling umum adalah penderita memakai kacamata. Hal ini
logis bila ditakutkan gerakan mengedip dapat menyebabkan percikan
sekret yang akan menulari orang lain. Kacamata juga mencegah iritasi
mata lebih lanjut karena hembusan angin.
b. Memakai masker
Hal yang jarang disadari adalah bahwa penularan konjungtivitis
bakterial bisa lewat percikan ludah atau bersin yang terkontaminasi
bakteri dari sekret mata. Mengapa hal ini terjadi? Karena terdapat saluran
yang menghubungkan antara rongga mata dengan rongga hidung,
sedangkan rongga hidung juga berhubungan dengan rongga mulut. Bila
sekret mata yang mengandung banyak bakteri mengalir juga ke hidung
dan mulut maka penularan juga terjadi saat mata seseorang terkena
percikan ludah saat berbicara atau saat penderita bersin.
c. Jangan mengucek atau menyentuh mata
Penderita atau bahkan orang sehat disarankan tidak menyentuh atau
mengucek mata dengan jari tangan. Kedua hal ini dapat meningkatkan
risiko iritasi dan juga kontaminasi tangan terhadap bakteri. Bila tangan
menyentuh atau memegang benda-benda lain maka bbakteri juga akan
berpindah ke tempat tersebut. Misalnya saja penderita setelah mengucek
mata bersalaman dengan seseorang, maka orang tersebut tangannya akan
terkontaminasi. Jika dia menyentuh mata sendiri dengan tangan maka
bakteri bisa berpindah dan akhirnya tertular.1
6. Dislokasi lensa
a.
Definisi
Dislokasi lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau
berubah posisinya dari kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii
sebagai pemegangnya.1 Dislokasi lensa dapat terjadi total (luksasi) ataupun
sebagian (subluksasi) yang terjadi akibat proses trauma pada mata,
herediter (sindrom marfan, homosistinuria), ataupun komplikasi dari
penyakit lain. Kejadian dislokasi lensa sangat jarang ditemukan. Sejauh ini
data mengenai insidensi dislokasi lensa pada populasi umum belum
diketahui dengan jelas.1 Penyebab tersering dari dislokasi lensa adalah
trauma pada mata, yakni hampir sebagian dari kasus.1 Namun untuk
kejadian dislokasi lensa total (luksasi) akibat trauma ini insidensinya lebih
sedikit, sedang untuk dislokasi lensa sebagian (subluksasi) post trauma
insidensnya lebih sering.2 Untuk penyebab herediter, Sindrom Marfan
merupakan penyebab tersering dimana prevalensinya diperkirakan 5 dari
100.000 anak.1 Dislokasi lensa terjadi pada 75% penderita Sindrom
Marfan dan biasanya bilateral.1 Sedang untuk penderita dengan
homosistinuria, hampir 90% dari penderita mengalami dislokasi lensa
(luksasi) pada kedua lensanya.1
b. Klasifikasi
Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik depan, ke vitreus, subskleral,
ruang interretina, konjungtiva, dan ke subtenon. Dislokasi ke bilik depan
sering menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga harus segera
diekstraksi. Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan sering tidak
menimbulkan keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke
bilik depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggian TIO.3
c. Etiologi
d. Patofisiologi
Adanya kecacatan dalam metabolisme asam amino akan
menghasilkan zonules yang rapuh dan mudah pecah, hal ini akan
memungkinkan lensa untuk menggantikan inferonasally atau bahkan
masuk kedalam bilik anterior.30
e. Manifestasi klinis
Gejala-gejala dislokasi lensa tergantung pada keparahan dan dapat
bervariasi dari ringan sampai miopia berat, Silindris dan fluktuasi visus.
Selain itu, visus dapat sangat kabur. Dislokasi lensa hanya dapat
dikonfirmasikan oleh dokter yang menggunakan pemeriksaan mata
menggunakan slit lamp setelah dilakukan dilatasi pupil secara sepenuhnya
(midriasis).3,31
7. Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada saluran uveal, yang dibagi menjadi dua
komponen yaitu anterior dan posterior. Saluran anterior terdiri dari iris dan
badan siliaris, sedangkan bagian posterior termasuk koroid. Jadi, uveitis
adalah peradangan pada bagian ini dan dapat juga menginfeksi bagian di
sekitarnya seperti sklera, retina, dan saraf optik. Uveitis sering terjadi secara
idiopatik, tetapi bisa juga karena genetik, trauma, rekasi imun, atau infeksi.32
Gejala uveitis dapat bervariasi. Pada uveitis anterior dapat ditemukan
gejala nyeri yang berkembang selama beberapa jam atau hari, kemerahan,
fotofobia, penglihatan kabur, dan peningkatan produksi air mata (lakrimasi).
Pada uveitis posteior dapat ditemukan gejala penglihatan kabur dan floater
serta tidak ditemukan gejala uveitis anterio (seperti nyeri, kemerahan, dan
fotofobia).32
8. Blepharitis9
Blepharitis merupakan radang yang terjadi pada kelopak mata.
Blepharitis dapat disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis. Blepharitis
alergi dapat terjadi akibat debu,asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Sedangkan infeksi dapat diakibatkan oleh streptococcus,
pneumococcus, dan pseudomonas.
Gejala blepharoitis umumnya kelopak mata merah, bengkak, nyeri,
eksudat lengket, epiforia. Blepharitis dapat disebakan oleh bakteri, jamur, dan
virus. Blepharitis bakteri pada kelopak mata dapat hanya ringan samapi
sangat berat. Sebagian besar infeksi kulit superfisial kelopak disebabkan oleh
stretococcus yang sering disebut folikulitis, impetigo, dermatititis eksematoid.
Pengobatan pada infeksi ringan dapat menggunakan antibiotik lokal dan
kompres basah dengan asam borat. Infeksi berat dapat diberikan antibiotik
sistemik.
Blepahritis virus biasanya diakibatkan oleh herpes zoster, akan
memberikan gejala mata nyeri dan demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel
dan infiltrat pada kornea.
2. Hipermetropi
Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang
berjarak dekat dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa
cembung.
3. Presbiopi
Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang
berjarak dekat maupun berjarak jauh.Dapat dibantu dengan kacamata
berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. Kerabunan dan kebutaan Buta
berarti seseorang tidak dapat melihat benda apapun sama sekali. Buta bisa
saja diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti seseorang
hanya dapat melihat dengan samar-samar. Orang-orang yang buta maupun
rabun biasanya "membaca" dengan jari-jarinya. Ini disebut huruf Braille.
4. Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak
dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-
abu, dan putih. Buta warna biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya
jika seseorang buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna. Katarak
Katarak adalah suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram
karena penebalan Lensa Mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
Astigmatis = ketidakaturan lengkung - lengkung permukaan bias mata
yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina(bintik kuning).
Dapat dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif.
5. Rabun senja
Rabun senja adalah penyakit mata yang disebabkan karena mata
kekurangan vitamin A. Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat
sore hari saja.
b. Menular
1. Konjungtivitis
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi
di bagian selaput yang melapisi mata. Gejalanya mata memerah, berarir,
terasa nyeri, gatal, penglihatan kabur, dan keluar kotoran. Penyakit ini
mudah menular dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Beberapa faktor
menjadi penyebabnya, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi (debu,
serbuk, angin, bulu atau asap), pemakaian lensa kontak dalam jangka
waktu panjang dan kurang bersih. Bayi pun bisa mengalami sakit mata,
hanya penyebabnya berbeda yaitu karena infeksi ketika melewati jalan
lahir. Pada bayi, penyakit ini disebut konjungtivitis gonokokal dan
umumnya mata bayi baru lahir akan ditetesi obat mata atau salep
antibiotika untuk mematikan bakteri penyebabnya. Jika Anda atau
keluarga mengalami penyakit ini, lakukan penanganannya dengan cara
berikut: Kompres mata dengan air hangat Gunakan obat tetes mata atau
salep antibiotika seseui resep dokter. Bersihkan tangan sebelum
mengoleskan salep agar iritasi tidak tambah parah. Cegah penularan
penyakit ke orang lain dengan memisahkan alat-alat yang digunakan oleh
Anda dan orang-orang.
2. Trakoma
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis
yang berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta
bisa menular. Penyakit ini sering menyerang anak-anak, khususnya di
negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan
kotoran, pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan
kornea terlihat keruh.
3. Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata.
Gejalanya mata merah, nyeri, kelopak mata bengkak, bola mata menonjol
dan bengkak, serta demam.
4. Blefaritis
Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak
berlebihan dan berasal dari lapisan mata. Memiliki gejala berupa mata
merah, panas, nyeri, gatal, berarti, terdapat luka di bagian kelopak mata
dan membengkak, bahkan rontoknya bulu mata. Blefaritis terbagi dua
jenis, yaitu blefaritis anterior (peradangan mata bagian luap depan yaitu di
melekatnya bulu mata, disebabkan bakteri stafilokukus). Dan blefaritis
posterior (peradangan di kelopak mata bagian dalam, bagian kelopak mata
dan bersentuhan dengan mata, disebabkan adanya kelainan pada kelenjar
minyak).
10. Interpretasi pemeriksaan fisik dan penunjang
a. Mata kanan mengalami katarak senilis: lensa mata kanan keruh, visus
2/60, shadow test (-)/katarak matur
b. Mata kiri mengalami retinopati diabetikum: perdarahan dot and blot,
mikroanuerisma dan penurunan visus penglihatan.
11. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pada mata
1. Kelelahan Mata
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak, secara umum gejala
kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang
sangat melelahkan.33
Kelelahan mata merupakan akibat dari stress pada alat penglihatan.
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang intensif pada fungsi tunggal
(single funcion) dari mata. Stress yang persisten pada otot akomodasi
(Ciliary Muscle) dapat terjadi pada saat seseorang menyalakan inspeksi
pada obyek-obyek yang berukuran kecil dan pada jarak dekat serta dalam
waktu lama, dan stress pada retina dapat terjadi bila terdapatkontras yang
berlebihan dalam lapang penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup
lama.34 Kelelahan mata ditandai oleh :
a. Iritasi pada mata atau konjungtivitas (konjungtiva berwarna merah dan
mengelurkan air mata).
b. Penglihatan ganda (double vision).
c. Sakit kepala.
d. Daya akomodasi dan konvergensi menurun.
e. Ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi
menurun.
Tanda-tanda tersebut diatas terutama akan ditemukan bila
eliminasi tempat kerja tidak memadai dan orang bersangkutan mempunyai
kelainan reflaksi yang tidak dikoreksi. Bila persepsi visual mengalami
stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot akomodasi atau retina
maka keadaan ini akan menimbulkan kelelahan syaraf. General and
nervous fatique ini terutama akan terjadi bila pekerjaan yang akan
dilakukan oleh seseorang memerlukan konsentrasi, kontrol otot, dan
gerakan-gerakan yang sangat tepat. Kelainan syaraf ditandai oleh waktu
reaksi yang memanjang, gerakan-gerakan menjadi lambat dan gangguan-
gangguan pada fungsi-fungsi motor dan psikologis. Bila keadaan ini
berlangsung terus menerus, maka akan terjadi kelelahan kronis yang
ditandai oleh : sakit kepala dan vertigo, sulit tidur, tidak suka makan,
badan lemah dan lesu. Kelelahan visual dan syaraf dapat pula terjadi
secara bersamaan.34 Kelelahan mata dapat terjadi pada kualitas
pencahayaan yang jelek, misalnya pada pencahayaan pada daerah tugas
visual jauh lebih terang dari pada di sekelilingnya. Hal ini berakibat mata
harus sering melakukan pengaturan (adaptasi dan akomodasi) pada saat
pandangan bergerak dari bagian yang terang kebagian yang gelap. Dari
bagian yang gelap kebagian yang terang secara berulang-ulang.35
Mata yang lelah (astenipia) akan memberikan keluhan mata berair,
ngantuk, sakit dan sukar dibuka. Mata lelah dapat diakibatkan letih, mata
berbakat juling atau foria, kaku akomodasi, astenopia akomodatif,
astenopia konvergensi, kongesti pasif mata dan hysteria.16
2. Usia dan akomodasi
Menurut Siswanto (2000) usia mempunyai pengaruh yang penting
terhadap akomodasi dengan meningkatnya usia, elastisitas lensa akan
semakin berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan menurunnya
kemampuan lensa untuk menfokuskan obyek pada retina sehingga titik
dekat akan bergerak menjauhi mata. Sedangkan titik jauh umumnya tidak
mengalami perubahan. Menurut usia, letak titik dekat dari mata rata-rata
adalah sebagai berikut:
Pada usia 16 tahun : 8 cm
Pada usia 32 tahun : 12,5 cm
Pada usia 44 tahun : 25 cm
Pada usia 50 tahun : 50 cm
Pada usia 60 tahun : 100 cm
Bila jarak mata titik dekat melebihi 25 cm, maka keadaan ini
disebut presbiopia. Kelainan refraksi ini dapat dikoreksi dengan memakai
kacamata plus. Dengan meningkatnya usia, kecepatan akomodasi akan
menurun pula.34
3. Masa kerja
Mata yang sering terakomodasi dalam waktu lama akan cepat
menurunkan kemampuan melihat jauh, sehingga dalam ruang kerja perlu
diciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi mata (Hadisudjono, 2007).
Mata yang berakomodasi terus menerus dalam waktu yang lama akan
menurunkan kemampuan penglihatan dekatnya dan menyebabkan nyeri
kepala dan nyeri pada mata. Stress pada retina dapat terjadi bila terdapat
kontras yang berlebihan dalam lapang penglihatan (visual field) dan
waktu pengamatannya yang cukup lama.35
4. Jarak pandang kerja
Posisi mata terhadap obyek yang kecil dan dekat penting untuk
diperhatikan. Pandangan mata terhadap obyek yang terlalu dekat dan terus
menerus lebih dari dua jam dapat menyebabkan kelelahan mata terutama
didalam ruangan yang penerangannya kurang dari 200 lux. Mata yang
terakomodasi dalam waktu lama akan cepat menurunkan kemampuan
melihat dekat. Posisi terbaik untuk melihat obyek yang kecil dan
membutuhkan ketelitian adalah duduk dengan posisi obyek ditaruh di
depan mata, dengan jarak pandang 30 cm dari mata.36
5. Perawatan mata36
Mencegah ketegangan mata akan mengurangi peluang kehilangan
penglihatan untuk menghindari ketegangan, mata sebaiknya beristirahat
dengan menfokuskan pada obyek lain beberapa menit. Mata sebaiknya
dibiarkan basah dengan cara mengkedip, karena pada saat berkedip air
mata akan diratakan keseluruh permukaan dan dialirkan keseluruh mata.
Air mata dapat memperbaiki tajam penglihatan sesaat setelah berkedip
Cara merawat mata adalah sebagai berikut :
a. Perbanyak mengkonsumsi sayuran hijau, tomat, wortel dan segelas
susu setiap hari.
b. Lindungi mata dari sinar ultraviolet, debu, angin dan cahaya yang
terlalu terang, dengan menggunakan kaca mata.
c. Istirahatkan mata tiap beberapa jam sekali saat bekerja.
d. Membawa obat mata kemanapun anda pergi untuk pertolongan
pertama. Tetes mata yang baik harus steril, serta bebas dari berbagai
mikroorganisme.
e. Hindari mengucek mata bila mata kemasukan debu, karena mata akan
semakin teriritasi dan menimbulkan iritasi berwarna merah. Gunakan
obat mata untuk meredakannya, namun sebaiknya konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter mata mengenai cara penggunaannya. Bisa juga
dengan mencucinya menggunakan air
rebusan daun sirih.
f. Hindari pencahayaan buruk pada saat membaca, karena dapat membuat
mata semakin lelah dan tidak nyaman. Saat membaca sebaiknya dengan
duduk dekat dan jarak antara mata dengan tulisan sejauh 30-40 cm,
sedikit dibawah garis mata.
g. Lakukan pemeriksaan mata ke dokter mata secara teratur. Terutama
jika mata terlihat merah, berair dan terasa gatal serta sering mengalami
kepala sakit. Menjaga mata bukanlah hal yang sulit, jika setiap orang
memiliki kesadaran. Nutrisi untuk pemeliharaan kesehatan mata
merupakan salah satu cara menjaga mata agar tetap sehat. Nutrisi untuk
kesehatan mata antara lain vitamin A, kitein dan zeaxanthin, vitamin C,
bioflavonoid, vitamin E, asam lemak serta zinc. Viramin A terkandung
dalam minyak ikan, hati, wortel, kentang manis, lithein dan zeaxanthin
terkandung dalam sayur berwarna hijau. Vitamin C banyak terdapat
dalam sayuran hijau strawberi, brokoli, jeruk dan semangka.
Bioflavonoid banyak ditemukan pada bahan-bahan yang banyak
mengandung sitrus vitamin E terkandung di dalam kacang brasil dan
makanan laut. Asam lemak banyak ditemukan pada ikan solomon,
makarel dan ikan tawar, zinc kerkandung dalam tiram, gandum dan
kacang-kacangan. Vitamin A adalah nutrisi yang paling nyata berkaitan
dengan mata sehat. Makanan bernutrisi lainnya yang berkaitan dengan
mata dan penglihatan yang sehat meliputi vitamin B, terutama vitamin
B2 dan B6 yang mempengaruhi kornea, permukaan perlindungan mata
serta lensa
6. Riwayat pekerjaan36
Keperluan membaca atau melakukan pekerjaan tangan yang rumit
seperti, menjahit, melukis dan sebagainya disarankan menggunakan
penerangan dengan bola lampu susu 40 watt, karena sinar yang
dipancarkan dipusatkan keobyek bacaan atau pekerjaan yang dilakukan.
Riwayat pekerjaan yang membutuhkan ketajam penglihatan yang cukup
menyebabkan kerja otot terlalu berat sehingga mata mudah lelah dan
pedih dan hal ini dapat mempercepat timbulnya miopi (rabun jauh)
terutama pada seorang yang punya bakat. Stres yang persisten pada otot
akomodasi (ciliary muscle) dapat terjadi pada seseorang mengadakan
inspeksi pada obyek-obyek yang berukuran kecil dan pada jarak yang
dekat dalam waktu yang lama. Penyebabnya karena sudah terbiasa
melihat benda atau tulisan dengan sangat dekat sehingga lensa mata
terbiasa tebal. Miopi sering dialami oleh tukang arloji, penjahit, orang
yang suka baca buku dan lain-lain.
7. Riwayat penyakit36
Jumlah penyakit dan gangguan mata lebih dari 200 macam, tetapi
hampir semua penyakit mata masih dapat dicegah. Kerusakan pada
syaraf berawal dari pergerakan mata. Masalah kerusakan mata yang
menyebabkan kejulingan biasanya berlaku pada seorang dewasa yang
mengidap kencing manis dan tekanan darah tinggi. Pengidap kencing
manis dan tekanan darah tinggi akan mengalami diplopia, yaitu mata
mereka nampak dua gambar, padahal hanya ada satu obyek di depan
mereka.
Dari banyak kasus, diabetes adalah penyebab paling dominan pada
gangguan mata. Diabetes yang menyebabkan gangguan pada retina atau
bisa disebut retino oleh diabetes. Diabetes menyebabkan rusaknya
pembuluh darah yang memberi makanan pada retina mata bagian
belakang. Pembuluh darah yang lemah ini dapat bocor dan menyebabkan
keluarnya cairan atau darah yang dengan sedirinya membuat bagian
tertentu pada retina membesar. Retina adalah tempat cahaya difokuskan,
maka cahaya yang masuk melalui lensa mata tersebut akan membentuk
bayangan kabur. Gambar bayangan kabur itulah yang akan dikirim ke
otak. Sehingga tidak dapat diterjemahkan dengan sempurna. Untuk
mengatasi penyakit mata jenis ini, yang paling penting untuk
diperhatikan adalah pola makan. Terutama makanan yang emiliki kadar
gula tinggi, sedapat mungkin harus dihindari.35
Meningkatnya katarak ada hubungannya dengan penuaan, jumlah
tersebut akan terus bertambah. Di Indonesia prevalensinya sekitar 1,5%
dari 200 jutapenduduk, katarak menempati urutan pertama bagi penyebab
kebutaan yaitu 70%, 12,3% akibat glukoma, dan sisanya akibat kelainan
refraksi mata.35
Glukoma adalah keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih 20 mmHg disertai dengan gangguan lapang pandang dan atropi
saraf optik.16 Katarak merupakan bagian dari proses penuaan, katarak
terjadi karena kejernihan lensa berkurang dengan bertambahnya usia.
Cairan dan protein dalam lensa yang membuat lensa keruh, semakin
tahun akan semakin mengeruh. Akhirnya isi lensa bisa meleleh, lensa
pecah, lalu tumpah ke ruang-ruang dalam bagian bola mata yang bisa
menimbulkan komplikasi. Obat tetes mata katarak bukan merupakan obat
penyembuhan, tetapi hanya berguna untuk memperlambat matangnya
katarak.36
Radang mata (konjungtifitis) adalah iritasi atau peradangan akibat
infeksi pada bagian selamput yang melapisi mata. Gejalanya mata merah,
terasa nyeri, berair, gatel, keluar kotoran (beleken) dan pengelihatan
kabur. Penyakit ini mudah menular dan bisa berlangsung hingga
berbulan-bulan.36
12. Hubungan Diabetes melitus dan katarak37
Glukosa memasuki lensa dari aqueous humor melalui difusi
sederhana dan difusi yang difasilitasi. Kira-kira 90-95% glukosa yang
masuk ke lensa akan difosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi
glukosa-6-fosfat. Hexokinase akan tersaturasi oleh kadar glukosa normal
pada lensa sehingga apabila kadar glukosa normal telah dicapai, maka
akan reaksi ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang terbentuk ini akan
digunakan di jalur glikolisis anaerob dan jalur pentosa fosfat. Lensa tidak
dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa sangat rendah. Oleh
karena itu, metabolisme utamanya berlangsung secara anaerob yaitu
glikolisis anaerob.Sebesar 70% ATP lensa dihasilkan melalui glikolisis
anaerob. Walaupun kira-kira hanya 3% dari glukosa masuk ke siklus
Krebs, tetapi siklus ini menghasilkan 25% dari seluruh ATP yang
dibentuk di lensa. Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat adalah
jalur pentosa fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa
dimetabolisme oleh jalur ini dan dapat distimulasi oleh peningkatan
kadar glukosa. Aktivitas jalur pentosa fosfat di lensa lebih tinggi
dibandingkan di jaringan lain untuk menghasilkan banyak NADPH yang
berfungsi untuk mereduksi glutation. Jalur lain yang berperan dalam
metabolisme glukosa di lensa adalah jalur sorbitol. Ketika kadar glukosa
meningkat, seperti pada keadaan hiperglikemik, jalur sorbitol akan lebih
aktif dari pada jalur glikolisis sehingga sorbitol akan terakumulasi.
Glukosa akan diubah menjadi sorbitol dengan bantuan enzim yang
berada di permukaan epitel yaitu aldosa reduktase. Lalu sorbitol akan
dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim poliol dehidrogenase. Enzim
ini memiliki afinitas yang rendah, artinya sorbitol akan terakumulasi
sebelum dapat dimetabolisme, sehingga menyebabkan retensi sorbitol di
lensa. Selanjutnya sorbitol dan fruktosa menyebabkan tekanan osmotik
meningkat dan akan menarik air sehingga lensa akan menggembung,
sitoskeletal mengalami kerusakan, dan lensa menjadi keruh.
13. Patofisiologi Mikroaneurisma
Mikroaneurisama adalah penonjolan dinding kapiler dinding
kapiler, terutama daerah vena dengan bentuk beruapa bintik merah kecil
yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.
Mikroaneurisma dapat terjadi akibat adanya sumbatan aliran darah kapiler
retina akan menimbulkan hambatan perfusi yang secara klinikditandai
dengan perdarahan dan kelianan vena.1,2
Gambar 2. Mikroaneurisma dan hemorrhages pada backround
diabetic retinopathy
14. Bagaimana pembentukan sekret kotor
Sekret merupakan produk kelenjar yang pada konjungtiva bulbi
dikeluarkan oleh sel goblet, sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis
dikarenakan:
1. air kemungkinan disebabkan virus atau alergi,
2. purulen disebakan bakteri atau klamidia
3. Hiperpurulen disebabkan gonokkokus atau meningokok
4. Lengket oleh alergi atau vernal
5. Seros disebabkan adenovirus.
15. Bagaimana terjadinya perdarahan dot & blot yang tersedia pada
kasus
Gambar 3 . Perdarahan dot & blot
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Wanita, 70 tahun pada mata kiri mengalami retinopati diabetik non
proliferatiif dan mata kanan katarak senilis
2. Wanita, 30 tahun mengalami konjungtivitis et causa bakterialis
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya
Medika, Jakarta, 2000, h. 211-214.
2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Eddition 4, Medical publishers,
New Delhi, 2002, h. 249-251.
3. Crick RP, Khaw PT. A textbook of clinical ophthalmology, a practical
guide to disorders of the eyes and their management. 3rd ed. River Edge,
NJ: World Scientific, h. 2003. 649.
4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12,
American Academy of Ophtalmologi, United State, 1997, h. 71-86.
5. American Diabetes Association. Standards of medical care indiabetes -
2010. Diabetes Care. 2010;33(Suppl1),S, h. 11-61.
6. Paulus YM, Gariano RF. Diabetic retinopathy: A growing concernin an
aging population. Geriatrics. 2009;64(2), h. 16-26.
7. Fong DS, Aiello L, King GL, Blankenship G, Cavallerano JD,Ferris FL.
Retinopathy in diabetes. Diabetes Care. 2004;27(Suppl1):S. h. 84-7.
8. Garg S, Davis RM. Diabetic retinopathy screening update.
ClinicalDiabetes. 2009;27(4), h. 140-5.
9. H Sidarta Ilyas. 2011. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
10. Sitompul R. Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK UI: Retinopati
Diabetik. Jakarta: IDI. 2011.
11. Chu C, Salmon J. Examination of the fundus. The Journal of Clinical
Examination. 2007;2, h. 7-14.
12. Kanski J Jack. Ophthalmology in focus. Elsevier. London. 1998.
13. National Eye Institute of Health. 2012. Diabetic Retinopathy: Prevention
Treatment and Diet. North Dakota State University.
14. Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Sudoyo AW, Setyiohadi B, Alwi I,
Simadibrata KM, Setiati S, editors. Retinopati Diabetik. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.
15. Zing-Ma J, Sarah X-hang. Endogenous Angiogenic Inhibitors in Diabetic
Retinopathy. In: Ocular Angiogenesis Disease. Mew Jersey : Humana
Press. 2006
16. Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia). Katarak.
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2. 2011
17. Arif, Mansjoer, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3, medica
aesculpalus, FKUI, Jakarta. 2000
18. Vicente et al. Senile Cataract. Available at emedicine.medscape.com.
Diakses tanggal 28 Januari 2016.
19. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et
all..Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology. h. 45-69. Section 11.
American Academy of Oftalmology : San Francisco. 2005-2006.
20. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme
Stuttgart, New York, 2000, h. 173-185
21. James Broce, New Chris, Bron Anthon Lecture Notes Oftalmologi Edisi 9,
Penerbit Erlangga medical Series, Jakarta, 2005.
22. Sirlan F. Blindness Reduction Rate, is it Important to Evaluate?.Majalah
Ophtalmologica Indonesiana. Volume 3. No 3. Sept-Des 2006. CV Usaha
Prima. Jakarta. 2006.
23. Paul RE. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta : EGC,
2010.
24. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006
25. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 2003
26. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009.
27. Vaughan, Daniel G. dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya
Medika.
28. Pascolini D, Mariotti SP. Global Estimates of Visual Impairment: BRJ
Ophthalmol. 2011
29. American Academy of Ophthalmology Cornea/External Disease Panel,
Preferred Practice Patterns Guidelines. Conjunctivitis Limited Revision.
San Francisco: American Academy of Ophthalmology. 2011.
30. Eifrig, C. W. Ectopia Lentis. Emedicine. 2009.
31. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Injury to the eye. Br Med J 2004;328:36-
8
32. Monalisa et al. Iritis and Uveitis. Available at emedicine.medscape.com.
Diakses tanggal 28 Januari 2016.
33. Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. h. 35; 97-101.
34. Siswanto. A, Penerangan, kumpulan makalah II Hygiene Perusahaan dan
KeselamatanKerja. Surabaya. 2000.
35. Ilmansyah, Muhammad . PHP dan My SQL Untuk Orang Awam. Penerbit:
Palembang maxicom. 2003.
36. Mangoenprasodjo, Setiono. Hidup Sehat dan Normal dengan Diabetes.
Yogyakarta: THINKFRESH. 2005.
37. Khurana A.K, Community Ophthalmologi, Chapter 20, in Comprehensive
Ophthalmology, Fourth Edition, New Delhi, New Age International
Limited Publisher, 2007
38. Abdhish RB, Romesh K. Diabetic Retinopathy. Medscape. Accesed in :
http://emedicine.medscape.com/article/1225122-overview. 2010.
39. Timothy R. OphthoBook. CreateSpace Independent Publishing Platform,
2009.