Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : An. AS
TTL : Cirebon, 9 September 2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa leuweung gajah, Cirebon
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerajaan : Pelajar
Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik pada tanggal
14januari 2016 di Poliklinik bagian mata RSUD Waled.
1. Keluhan Utama
Pandangan kabur saatmelihat jauh pada kedua mata.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled dengan keluhan pandangan
kabur pada kedua mata, keluhan dirasakan terutama jika melihat jarak
jauh.Dialami sejak 5 bulan yang lalu, dirasakan memberat sejak 2 bulan
terakhir dimana pasien mengeluh pusing saat memebaca dan kerap kali
memicingkan mata saat membaca.Keluhan dirasakan semakin memberat
sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Pasien mengeluhkan tidak bisa
menggambar garis lurus. Tidak ada riwayat mennggunakan kacamata
sebelumnya.Mata merah disangkal pasien, mata sering berair, gatal, perih
disangkal pasien, terasa silau saat melihat cahaya disangkal pasien, melihat
pelangi disekitar lampu/sumber cahaya disangkal, melihat seperti gambaran
asap/awan disangkal pasien. Trauma langsung terhadap mata (terjatuh,
terbentur) juga disangkal pasien. Pasien mengaku tidak pernah memeriksakan
matanya sebelumnya. Untuk keluhan pasien selama ini, pasien hanya sering
mengompres kedua matanya dengan air hangat bila terasa pusing dan pegal.
Pasien baru pertama kali berobat di poli mata. Karena keluhan dirasakan
semakin mengganggu pasien kemudian berobat ke RSUD Waled.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat pemakaian kacamata disangkal
Riwayat trauma pada daerah mata disangkal
Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal
Riwayat penyakit mata lainnya disangkal
Riwayat mata merah disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Kakak pasien mengalami keluhan yang sama dan saat ini menggunakan
kacamata
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien sering menonton TV terlalu dekat
Sering membaca dengan pencahayaan yang redup
Sering bermain HP dalam waktu yang lama

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis GCS=15
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg Suhu : 36 0C
Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit
Pemeriksaan fisik: Kepala : normosefal
Thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan

2. Status Oftalmologi

O D P em e r i k s a a n O S
0 , 3 V i s u s 0 , 4
PH (+) 0,5 PH (+) 0,6
Simetris antara mata kanan dan kiri S u p r a s i l i a ( a l i s ) Simetris antara mata kanan dan kiri
G landula lakrimali s
(-) - Pungtum (-)
- sekret
(-) (-)
dipungtum
- pembengkakan
(-) (-)
dipungtum
- warna pungtum
(-) (hiperemis) (-)
P a lp eb r a S u pe ri or :
(-) - Ptosis (-)
- Hematom
(-) (-)
- Vulnus Laserasi
(-) - Edema (-)
- Hiperemi
(-) (-)
- Silia
(-) - Entoprion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
(-) (-)
Palpebra Inferior :
(-) - Edema (-)
- Hiperemi
(-) (-)
- Silia
Trikiasis (-) - Entoprion Trikiasis (-)
(-) (-)
Konjungtiva :
(-) - Injeksi (-)
konjungtiva
- Injeksi siliar
(-) (-)
- Pertumbuhan
Tampak selaput Tampak selaput
fibrovaskular
berbentuk segitiga dari berbentuk segitiga dari
arah nasal menuju arah nasal menuju
limbus limbus
(belum sampai limbus, (belum sampai limbus,
+ 3mm) + 3mm)
S k l e r a
(-) - Ikterik (-)
- Warna
Putih Putih
K o r n e a :
Jernih - Kejernihan Jernih
- Infiltrat
(-) (-)
- Sikatrik
(-) (-)
C O A :
Cukup - Kedalaman Cukup
- Hifema
(-) (-)
- Hipopion
(-) (-)
R e g u l a r I r i s : R e g u l a r
(-) - Sinekia (-)
- Warna
coklat Coklat
P u p i l :
Bulat - Bentuk Bulat
- Diameter
2 mm 2 mm
- Reflek
+/+ - Isokori +/+
(+) (+)
J e r n i h L e n s a J e r n i h
F u n d u s k o p i
(+) - Fundus refleks (+)
- Pupil
Bulat Bulat
- Batas
Tegas Tegas
Gerak Bola Mata
(-) Nistagmus (-)

DBN DBN
Tidak dilakukan Sistem Lakrimal Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Lapang pandang Tidak dilakukan
T I O
Normal - Palpasi Normal
- Tonometer
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sciotz
S -1,50 C -0,75 X150 K o r e k s i S -1.00 C Plano
S -1,00 C -0,50 X 123 Refraktometer S -1,00 C 0,00
IV. Resume
Pasien laki-laki, usia 16 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled
dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata, keluhan dirasakan
terutama jika melihat jarak jauh.Dialami sejak 5 bulan yang lalu, dirasakan
memberat sejak 2 bulan terakhir dimana pasien mengeluh pusing saat
memebaca dan kerap kali memicingkan mata saat membaca.Keluhan
dirasakan semakin memberat sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
Pasien mengeluhkan tidak bisa menggambar garis lurus. Tidak ada riwayat
mennggunakan kacamata sebelumnya.Kakak pasien mengalami keluhan yang
sama dan saat ini menggunakan kacamata. Pasien sering menonton TV terlalu
dekat. Sering membaca dengan pencahayaan yang redup. Sering bermain HP
dalam waktu yang lama.
Pada pemerikssan didapatkan visus OD 0,3 PH (+) 0,5 dan visus OS 0,4
PH (+) 0,6 , hasil koreksi OD S -1,50 C -0,75 X 150 dan OS S -1,00 C Plano

V. Diagnosis Banding
AMC (Astigmatisma Miopia Kompositus) OD et Miopia OS
AMS (Astigmatisma Miopia Simplek) OD et Miopia OS

VI. Diagnosis Kerja


AMC (Astigmatisma Miopia Kompositus) OD et Miopia OS

VII. Tatalaksana yang diberikan


Kacamata dengan koreksi OD koreksi OD S -1,50 C -0,75 X 150 dan OS S
-1,00

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

IX. Edukasi
Periksa setiap 6 bulan
Rutin menggunakan kacamata
Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
Atur jarak baca minimal + 30 cm.
Hindari membaca sambil tidur berbaring.
Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya
setelah membaca, melihat gambar atau menggunakan komputer lama,
berhenti dahulu 15 20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas
lain.
Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau helm yang ada
kacanya.
Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan angin.

PEMBAHASAN TEORI
I. MIOPIA
1. Definisi
Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana sinar yang
datang sejajar dari jarak yang tak berhingga difokuskan di depan retina saat
mata tidak berakomodasi. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat
lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun
jauh. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih
dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan
konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam
atau esotropia.
Derajat myopia pasien dapat ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri),
atau berat (lebih dari -10 dioptri). Pada mata dengan miopia tinggi akan
terdapat kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula, degenerasi
retina bagian perifer,dengan myopik kresen pada papil saraf optik.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata
sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan
demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0
agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.1
Keterangan:
Mata dengan sferis -2.75 visus menjadi 6/7.5
Mata dengan sferis -3.00 visus menjadi 6/6
Mata dengan sferis -3.25 visus tetap 6/6, akibat mata berakomodasi ringan
Mata denga sferis -3.50 visus menjadi 6/7.5
Pada mata ini diberi kaca mata sferis -3.00 karena mata melihat jelas tanpa
akomodasi
Pada miopia tinggi sebaiknya koreksi dengan sedikit kurang atau under
correction. Lensa kontak dapat dipergunakan pada penderita myopia. Pada
saat ini myopia dapat dikoreksi dengan tindakan bedah refraksi pada kornea
atau lensa. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah
terjadinya ablasi retina dan juling. Juling esotropia atau juling ke dalam
biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat
juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
ambliopia.1

2. Klasifikasi Etiologi
a) Axial miopi:
Terjadi karena pertambahan panjang diameter antero-posterior bola mata,
ini penyebab yang paling banyak.
b) Kurvatural miopi
Karena peningkatan kelengkungan kornea dan atau lensa.
c) Positional miopi
Terjadi karena pergeseran lensa ke bagian anterior.
d) Index myopia
Tipe ini terjadi karena peningkatan index refraksi lensa, missal pada
nuclear sclerosis.
e) Miopi yang berhubungan dengan akomodasi yang berlebihan.
Variasi Klinis miopi:
a) Miopia Kongenital
Miopi yang sudah terjadi sejak lahir,namun biasanya didiagnosa saat usia
2-3 tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Jarang
terjadi bilateral.
Miopi kongenital sering berhubungan dengan kelainan congenital lain
seperti katarak congenital, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea. Miopi
congenital sangat perlu dikoreksi lebih awal.
b) Miopi simplek
Jenis miopi ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaiatan dengan gangguan
fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Miopi ini
meningkat 2 % pada usia 5 tahun sampai 14 % pada usia 15 tahun. Kerena
banyak ditemukan pada anak usia sekolah maka disebut juga dengan
school Myopia.
Etiologi
Suatu variasi biologi normal dari perkembangan mata, yang mana bisa
berhubungan maupun tidak berhubungan dengan genetik.
a. Tipe axial
Variasi fisiologis dari perkembangan bola mata atau dapat
berhubungan dengan neurologi prekok pada masa anak-anak.
b. Tipe kurvatural
Terjadi karena variasi perkembangan bola mata. Hal ini dikarenakan
kebiasaan diet pada masa anak-anak ada dilaporkan tanpa kesimpulan
yang belum terbukti.
c. Genetik
Genetik berperan dalam variasi biologis pada pertumbuhan bola mata,
dengan faktor resiko;
- Jika kedua orang tua miopi prevalensi terjadinya miopi pada anaknya
sekitar 20 %
- Jika salah satu dari orang tua menderita miopi maka prevalensi
anaknya menderita miopi sekitar 10%.
- Jika salah satu orang tua tidak ada menderita miopi,prevalensi miopi
pada anak sekitar 5 %.
d. Teori bekerja dengan penglihatan yang sangat dekat.
Teori ini mengatakan bahwa, miopi dapat terjadi karena kebiasaan
kerja dengan pandangan yang sangat dekat, namun pada kenyataannya
teori ini belum terbukti secara pasti.
Gejala Klinis
Gejala Subjektif:
- Penglihatan jauh kabur merupakan gejala utama.
- Gejala astenopia pada pasien miopi derajat ringan
- Anak sering menyipitkan mata,merupakan hal yang sering dikeluhkan
oleh orang tua.
Gejala Objektif:
- bola mata yang besar danmenonjol.
- Kamera okuli anterior lebih dalam dari normal.
- Fundus Normal, namun miopi kresen temporal jaran terjadi.
- Biasanya terjadi saat usia 5 10 tahun dan meningkat sampai usia 18-
20 tahun. Dengan rata rata 0.5 0.3 per tahun.
( Khurana A K. 2007. Chapter 3 Optics and Refraction,Comprehensive
ophtamology, fourth edition. New Age international, New Delhi)
c) Miopi patologis/ degeneratif
Miopi yang ter jadi karena kelainan pada bagian mata lain seperti, adanya
pendarahan pada badan kaca, pigmentasi pada retina dan peripapil. Miopi
patologi sudah terjadi saat usia 5 10 tahun, yang berefek saat usia
dewasa muda yang mana hal ini berhubungan dengan perubahan
degenerasi pada mata.
Miopi patologis suatu hasil dari pertumbuhan yang cepat dari panjang
axial bola mata. Untuk menerangkan terjadinya kelainan aksial bola mata
banyak teori yang dikemukakan, namun belum ada hipotesis memuaskan
yang bisa menerangkan terjadinya patologi itu. Namun demikian patologi
ini berhubungan dengan herediter dan pertumbuhan bola mata.3
1) Herediter
Sekarang telah dipastikan bahwa genetik merupakan faktor mayor sebagai
etiologi kelainan ini. Progresif miopi yang bersifat familial, banyak terjadi
pada bangsa cina, arab dan jepang. Namun jarang ditemukan pada bangsa
negro dan sudan. Ini menunjukkan hubungan herediter yang
mempengaruhi pertumbuhan retina dalam perkembangan miopi.3
2) Proses Pertumbuhan secara umum
Proses pertumbuhan ini merupakan faktor minor pada perkembangan
miopi, Perpanjangan dari segmen posterior bola mata terjadi hanya
sepanjamg masa pertumbuhan aktif dan diperkirakan berhenti saat
pertumbuhan aktif berhenti. Disini ada beberapa faktor seperti nutrisi,
defisiensi, gangguan hormon, dan penyakit yang terjadi saat pertumbuhan
aktif sehingga mempengaruhi perkembangan miopi.3

Gejala Klinis

Gejala subjektif :

- Kabur bila melihat jauh, penurunan visus umumnya lebih parah


dibanding dengan miopi simplek.

- Keluhan lain seperti melihat sesuatu berwarna hitam melayang pada


penglihatannya, hal ini berhubungan dengan degenerasi vitreus.

- Rabun pada malam hari dapat dikeluhkan pada penderita dengan miopi
tinggi.

Gejala objektif :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan myopia
2. Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia,
papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi
yang tidak teratur.

3. Degenerasi pada retina dan koroid yang terjadi pada miopi tinggi.
Ditandai dengan plak berwarna keputihan pada makula dengan
sedikit pigmen yang mengelilinginya.
Foster fuchs spot dapat terlihat di makula.
4. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid
dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak
lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.1

3. Pemeriksaan
Pemeriksaam mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:4
a. Ketajaman penglihatan yang keduanya dari jarak jauh (Snellen) dan jarak
dekat (Jaeger)
b. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kacamata
c. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan
ada atau tidaknya kebutaan
d. Uji gerakan otot-otot mata
e. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
f. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
g. Pemeriksaan retina

4. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
Kaca Mata
Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada
penggunaan kacamata akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang benar
dan bersih.
. Koreksi pada Mata Miopi
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan
untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam
ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa
yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk
mengurangi miopia.
Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering
merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti
cara menahan( pencegahan ). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini
dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada
tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari
peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti ( fakta )
ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah
pengobatan myopia yang efektif.
Ada beberapa ahli bedah yang memprosedurkan pembentukan kornea
dengan merubah titik fokus di depan retina. Radial keratotomy adalah
salah satu cara yang populer akhir-akhir ini, salah satunya debgan
menggunakan LASIK, yaitu sejenis laser yang digunakan untuk
pembentukan kornea mata.5
Seorang dengan myopia, diberi lensa ( S - ) yang terkecil. ( S- ) diberikan
agar tanpa akomodasi, penderita miopia dapat melihat dengan baik. Hal ini
juga ditujukan terhadap kelainan refraksinya dengan lensa sferis negatif
yang sesuai.4
b. Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat
tradisionalpun banyak digunakan ada penderita miopia.6
c. Terapi Pembedahan
1. Radial Keratotomy4
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini
terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga
menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi
derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi
trauma setelah RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi
trauma tumpul, seperti atlet, tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler
karena penyembuhan luka yang tidak sempurna,namun jarang terjadi.
Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat malam hari.

2. Photorefractive Keratectomy (PRK)


Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior
difotoablasi dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV)
yang bisa menyebabkan sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK,
PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.4
Kelemahan PRK:
- Penyembuhan postoperatif yang lambat
- Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan
pulihnya penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman
selama beberapa minggu.
- Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan
- PRK lebih mahal dibanding RK

3. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)4


Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea
anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara
langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea
menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang
lebih dari - 12 dioptri.
Kriteria pasien untuk LASIK
- Umur lebih dari 20 tahun.
- Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.
- Motivasi pasien
- Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan
kontraindikasi absolut LASIK.
Keuntungan LASIK
- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif
- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena
trauma setelah operasi,
- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
Kekurangan LASIK
- LASIK jauh lebih mahal
- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap
putus saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.

5. Komplikasi :
Penyulit :1
1) Strabismus, akibat konvergensi yang terus-menerus
2) Pendarahan badan kaca
3) Ablasi retina.
Miopia mungkin dapat diatasi dengan menggunakan kontak lensa tetapi
penggunaan kontak lensa tersebut bisa menyebabkan borok pada kornea dan
infeksi. Selain kontak lensa, laser juga digunakan untuk pembentukan/ koreksi
penglihatan yang akhir-akhir ini banyak digunakan. Tetepi penggunaan laser
ini juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata. Walaupun jarang,
orang-orang penderita myopia ini sering mengalami degenerasi ( proses
kemunduran ) retina.5

6. Pencegahan
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan
gelap dan menonton tv dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu,
penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang
telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak
efektif.7
Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia
dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik
dan para peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa
kacamata yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar
Malaysia juga baru-baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang
baru menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia
disebabkan karena melajunya pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam
pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak pengobatan myopia mengalami kesulitan
dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa
grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut.7
II. ASTIGMATISME
1. Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar
dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada
satu titik tetapi lebih dari satu titik.3

2. Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800
jutasampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi
menempatiurutan pertama pada penyakit mata.Kasus kelainan refraksi dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita
kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar
55 juta jiwa.3,4
Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam
halumur, negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan
factor lainnya.Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok
etnis,hingga mencapai 70-90% di beberapa negara.Sedangkan menurut
MathsAbrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian
astigmat bervariasi antara 30%-70%.

3. Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4
Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak
teratur. Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang
paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari
astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.
Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan
lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan
diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung
permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,
kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.

Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.


Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi
lensa kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa
kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatismus.
Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty

Trauma pada kornea

Tumor

4. Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai
berikut:

1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensacylindris yang tepat, akan
bisa menghasilkan tajam penglihatannormal. Tentunya jika tidak disertai
dengan adanya kelainan
penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentukastigmatisme regular ini
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
i. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
bidang horizontal.
ii. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang vertikal.
2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi
sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias
terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau
Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina.

Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

3. Astigmatisme Miopia Kompositus


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.
Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus


Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Gambar 6.Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 7.Astigmatisme Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :


1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanyaastigmatis-mus
rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata.Akantetapi jika timbul keluhan
pada penderita maka koreksi kacamata sangatperlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75Dioptri.
Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamatakoreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus inisangat
mutlak diberikan kacamata koreksi.

5. Tanda dan Gejala


Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismustinggi menyebabkan
gejala-gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan


gejalagejalasebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.

6. Diagnosis
1) Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman
penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti padapasien
tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.5
2) Uji refraksi
i. Subjektif
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila
dengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,
6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila
dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan
kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam
penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.Bila
setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan
maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada
keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).5,6
ii. Objektif
- Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer.Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan
sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.
3) Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam
penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan
menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring
astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.Bila garis
juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu
lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu
180.Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai
garis juring kisi-kisi astigmat
vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua
juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensanegatif sampai pasien melihat jelas.7

Gambar 8. Kipas Astigmat.

4) Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.
Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada
astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme
irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.7,8
5) Javal ophtalmometer
Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,
diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8

Terapi
1) Koreksi lensa
Miopi dapat dikoreksi dengan lensa speris negative.Pada anak-anak dengan
derajat myop sampai dengan - 6 D,diberikan full koreksi dan dipakai
terus.Pada myop diatas - 6 D pada pemberian pertama kali dapat diturunkan
dulu antara 1 2 D.Pada myop tinggi dapat dikurangi sesuai keadaan.
Astigmatismusdapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismusakan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah
jelas.
2) Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih
dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Pada astigmatismus irregulardimana terjadi pemantulan dan pembiasan
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.
3) Bedah refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9
Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.Bagian
yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata.Jumlah hasil
perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari
insisi.
Photorefractive keratectomy (PRK)
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat
kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.
Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih
baik pada waktu sebelum operasi.

ANALISA KASUS
Pasien didiagnosa sebagai astigmatisma miopia kompositus od et miopi os,
diagnosa ditegakkan berdasarkan:

I. Anamnesis
1. Penglihatan pasien yang buram saat membaca dikarenakan berkas sinar
yang datang jatuh pada dua titik fokus yang berlainan, menjadikan
bayangan yang muncul menjadi kabur (astigmatisma), untuk
mengkompensasinya pasien menjadi lebih suka melihat dalam keadaan
terang benderang.
2. Tulisan yang terbaca menjadi menyambung dan dobel dikarenakan bola
mata yang berbentuk elips atau lonjong, sehingga berkas sinar yang masuk
kedalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina, sinar akan dibiaskan
tersebar di retina dan menyebabkan pandanganan menjadi berbayang
(dobel) dan menyambung (astigmatisma)
3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca
4. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat
sedangkan melihat jauh kabur, hal ini sama seperti yang dikeluhkan pasien
dimana pasien mengalami gangguan ketika melihat jauh (miopia).
5. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu
keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga
pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang
datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa
akomodasi.

II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dan Koreksi Kelainan Refraksi

- Pada pasien dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan


menggunakan Snellen Chartdan juga pemeriksaan kelainan refraksi
menggunakan Trial Frames, yang menunjukkan hasil VOD : 0.3 dan VOS
: 0.4. Berdasarkan hasil visus tersebut, selanjutnya dilakukan ujipinhole
(uji lubang kecil) ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajampenglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, ataukelainan retina lainnya. Dengan
uji pinhole, visus ODbertambah menjadi 0,5 dan visus OS bertambah
menjadi 0.6 yang menandakan terdapatnya kelainan refraksi yang belum
dikoreksibaikpada pasien.ODS : Kornea jernih, COA dalam, lensa jernih.
Lalu dilakukan koreksi pada kedua mata OD : S -1,50 C -0,75 X 150 dan
OS : S -0,50 C plano. Setelah dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis
negatif, pasien belum mencapai visus maksimal, sehingga dicurigai pasien
juga memiliki kelainan refraksi astigmat. Sehingga koreksi refraksi yang
dilakukan pada kedua mata pasien dan memberikan perbaikan visus
menjadi 1.0 adalah :
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, pasien
tergolong keastigmatisma tipe : Astigmatisme Miopia kompositus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar. Astigmatisme Miopia Kompositus

Prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam, dan quo ad
fungtionam pada kasus ini dubia ad bonam Prognosis AMC (Astigmatisma
Miopia Kompositus) OD et Miopia OSadalah sangat baik. Pasien AMC
(Astigmatisma Miopia Kompositus) OD et Miopia OSdapat melihat objek
jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat
keparahannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
2. James B, Chew C and Bron A. 2003. Lecture Notes Ophtalmology Edisi
Kesembilan. Jakarta..
3. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan
& Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
4. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
5. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
6. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
7. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
8. Roque M., 2014. Astigmatism, PRK. (diakses pada 14Januari 2016)
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
[Diakses tanggal 14 Januari 2016]
9. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf
??tool=pmcentrez
[Diakses tanggal 14 Januari 2016]
10. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon
Surgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean
J Ophthalmol 2010; 24(6) : 325-330. Diunduh
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-
6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez
11. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Anda mungkin juga menyukai