Ema Yulia
Rahmi Nizar
b. Etiologi
Penyebab paling umum meningitis neonatus adalah SGB,E.coli K1 dan
Listeria. Streptokokus lain, Haemophilus influenzae yang tidak dapat
digolongkan, stafilokokus koagulase-positif maupun koagulase-negatif.
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Treponema pallidum, dan
Mycobacterium tuberculosis dapat juga menyebabkan meningitis Citrobacter
diversus merupakan penyebab abses otak yang penting. Patogen lainnya
meliputi Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Candida albicans dan
jamur lainnya. Toxoplasma gondii dan virus (enterovirus, HSV tipe 2 lebih
sering dri tipe 1, rubela, sitomegalovirus(CMV) , virus imunodefisiensi manusia
(human immunodeficiency virus(HIV).
c. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernigs dan Brudzinky positif.
(Harsono., 2003)
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita
serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam
yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya
penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran
serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena
meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan
lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi
gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.
(Japardi, Iskandar., 2002)
Tanda-tanda dan gejala-gejala awal mungkin tidak dapat dibedakan dari
penyakit infeksi dan non infeksi lainnya pada bayi baru lahir. Tanda-tanda
neurologis mungkin ada atau tidak. Manifestasi neurologis meliputi lesu(50-
90%),fontanela yang cembung atau penuh(20-30%),kaku kuduk(10-20%) dan
yang jarang pada saat awal,adanya tanda-tanda tekanan intrakranial yang
meningkat.
d. Patofisiologi
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,
cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan
oleh bakteri.
e. Komplikasi
cairan subdural.
Hidrosefalus.
Sembab otak
Abses otak
Renjatan septic.
Pneumonia (karena aspirasi)
Koagulasi intravaskuler menyeluruh.
f. Pengobatan
Terapi antimikroba dugaan pada meningitis bakteri harus terdiri dari
ampisilin dan sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin,kecuali kalau
kemungkinannya stafilokokus yang merupakan indikasi untuk vankomisin. Uji
kerentanan organisme enterik gram-negatif penting karna telah terjadi resistensi
terhadap sefalosporin dan aminoglikosida. Kebanyakan aminoglikosida yang
diberikan lewat rute parenteral tidak cukup mencapai kadar yang tinggi pada
CSS tulang belakang atau ventrikel untuk menghambat pertumbuhan basil
gram-negatif. Meskipun pemberian aminoglikosida intraventrikular telah
diusulkan sebagai terapi bagi meningitis bakteri gram-negatif dan
ventrikulitis,banyak pakar merekomendasikan kombinasi ampisilin dan
sefalosporin generasi ketiga bagi pengobatan meningitis gram-negatif neonatus.
Sefalosporin tidak boleh digunakan sebagai mono-terapi empiris karna Listeria
monocytogeneses resisten terhadap semua sefalosporin. Meningitis dar SGB
biasanya berespon dalam waktu 24-48 jam dan harus diobati selama 14-21 hari.
Basil gram negatif mungkin terus tumbuh dari sampel CSS ulangan selama 72-
96 jam setelah terapi meskipun penggunaan antibiotika telah tepat. Pengobatan
meningitis gram-negatif harus dilanjutkan selama 21 hari atau paling tidak 14
hari setelah bersihnya CSS dari kuman yang lebih lama. Meningitis infeksi
karna pseudomonas aeruginosa harus diobati dengan seftazidim.
Metronidazolmerupakan pengbatan pilihan infeksi yang disebabkan oleh
B.fragilis. Pemberian antibiotika yang lama dengan atau tanpa drainase jarum
untuk pengobatan dan diagnosis,diindikasikan bagi penderita yang dicurigai
menderita ventrikulitis,hidrosefalus atau abses serebral (untuk penilaian awal
dan pematauan) dan bagi mereka yang mengalami komplikasi yang tidak
diharapakan (koma yang berkepanjangan,defisit neurologis setempat,demam
terus menerus atau berulang). Meningoensefalitis herpes neonatus harus diobati
dengan asiklovir. Meskipun tidak ada penelitian yang pasti,beberapa klinisi
menggunakan IVIG untuk mengobati meningoensefalitis enterovirus. Perawatan
pendukung meliputi penatalaksanaan sepsis jika ada anti konvulsan untuk
kejang-kejang dan penanganan edema serebral,sekresi hormon antidiuretik yang
tidak memadai dan hidrosefalus. Meskipun pemantauan kadar obat gentamisin
dan vankomisin kini direkomendasikan, pedoman ini masih dapat dimodifikasi.
g. Pencegahan
Vaksin konjugat pneumokokus dianjurkan untuk diberikan kepada bayi
dan anak yang berusia 2 bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin lebih baik
dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin
konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek samping yang ringan
seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan.
Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demanm, mengantuk, nafsu
makan berkurang, jarang ditemukan npada bayi gejala tersebut.
h. Pemeriksaan Dianostik
1. Pemeriksaan Lab
2. CT-Scan, X-Ray
3. Lumbal fungsi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma
riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
2. Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak
dan menagis lemah
3. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala,
muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah
terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif
atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig
dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
4. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam,
malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan
merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan
Brudzinsky positif.
B. Pemeriksaan Penunjang
Lumbal Pungsi:
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan
protein, cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK.
Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri.
Glukosa & dan LDH : meningkat.
LED/ESRD: meningkat.
CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
Kultur Darah
Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
2. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
3. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Perubahan persepsi sensoro berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran
6. Resiko (penyebaran) infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
terhadap infeksi
7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
8. Ansietas berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung
(hospitalisasi)
D. Intervensi keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
Tujuan :
Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat.
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan Perubahan pada tekanan
posisi tidur terlentang tanpa intakranial akan dapat
bantal meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak
neurologis dengan GCS. lebih lanjt
Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal autoregulasi
seperti TD, Nadi, Suhu, mempertahankan keadaan
Resoirasi dan hati-hati pada tekanan darah sistemik berubah
hipertensi sistolik secara fluktuasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang
dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu
dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadar, nausea yang menurunkan
intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan
muntah, batuk. Anjurkan tekanan intrakranial dan
pasien untuk mengeluarkan intraabdomen. Mengeluarkan
napas apabila bergerak atau napas sewaktu bergerak atau
berbalik di tempat tidur. merubah posisi dapat melindungi
diri dari efek valsava
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan Meminimalkan fluktuasi pada
perhatian ketat. beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema
cerebral
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis
pemberian oksigen disertai dengan pelepasan oksigen
pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis
dokter seperti: Steroid, Terapi yang diberikan dapat
Aminofel, Antibiotika. menurunkan permeabilitas
kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel /
konsumsi dan kejang.
INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu badan anak setiap 4 suhu 38,9 41,1 menunjukkan
jam proses penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu
badan mendekati normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam
dengan proses konduksi
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih
dari 39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam
pemberian antipiretik dengan aksi sentralnya di
hipotalamus
3.1 Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, faktor maternal dan faktor
imunologi. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak adalah
meningitis serosa dan meningitis purulenta, sedangkan berdasarkan etiologinya
meningitis dibedakan atas meningitis bakteri, meningitis virus dan meningitis
jamur. Meningitis purulent adalah adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang meliputi otak dan medula spinalis dan Meningitis serosa ( bakteri
) merupakan peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti
meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula,
Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus
influenza (pada anak-anak dan remaja).
3.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai meningitis kepada para
orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA