Anda di halaman 1dari 31

Bakteri yang

menyebabkan penyakit
pada manusia
Pseudomonas aeruginosa (Pseudomonas pyocyaneus)
Bakteri ini dapat masuk ke jaringan tubuh dan
menimbulkan gejala penyakit, seperti infeksi traktus
urinarius, infeksi jaringan paru, infeksi kornea. Biasanya
infeksi tersebut menimpa penderita diabetes mellitus atau
pecandu narkoba. Upaya pencegahan yang paling baik
adalah menjaga daya tahan tubuh tetap tinggi dan pada
penularan pasien yang dirawat di rumah sakit dapat
dilakukan dengan cara kerja yang steril.
Vibrio cholera
Bakteri ini menyebabkan penyakit cholera asiatica. Gejala
penyakit yang ditimbulkan ini berupa nausea, muntah, diare,
dan kejang perut. Keadaan ini dapat menyebabkan kejang
kematian dalam beberapa jam sampai beberapa hari dari
permulaan sakit. Cara penularan melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Pengobatan dapat
dilakukan dengan mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang, sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan makanan dan minuman serta
perbaikan sanitasi lingkungan.
Vibrio El Tor
Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera. Spirillium
minus (Treponema sodoku)Bakteri ini menyebabkan
penyakit rat-bite-fever (demam karena gigitan tikus), dengan
gejala berupa demam yang mendadak, sakit otot, ruam
kemerahan pada kulit, sakit kepala, nausea, dan radang
kelenjar getah bening regional. pencegahan dilakukan
dengan peningkatan sanitasi lingkungan terutama
kebersihan rumah sehingga tidak ada tikus.
Escherichia coli
Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemic
penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti
kolera, tipus, disentri, diare, dan penyakit cacing. bibit
penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita
penyakit-penyakit tersebut. indicator yang menunjukkan
bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah
dengan adanya E.coli dalam air tersebut, karena dalam
feses manusia baik sakit maupun sehat terdapat bakteri ini.
bakteri E.coli
E.coli dapat menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi
pada luka dan abses pada berbagai organ. bakteri ini juga
merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang
baru lahir dan penyebab infeksi tractor urinarius
(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di
rumah sakit (nosocomial infection). pencegahan infeksi
bakteri ini dilakukan dengan perawatan yang sebaik-baiknya
di rumah sakit, antara lain: pemakaian antibiotic secara
tepat, tindakan antiseptic secara benar.
Klebsiella pneumonia
Bakteri ini sering menimbulkan pada tractus urinarius
karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia
pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol.
gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini berupa
gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering,
kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan
sputum berdarah dan purulent (nanah). bila penyakitnya
berlanjut, akan terjadi abses, nekrosis jaringan paru,
bronchiectasi dan vibrosis paru-paru. Pencegahan
dilakukan dengan peningkatan derajat kesehatan dan daya
tahan tubuh. pencegahan nosocomial infection dilakukan
dengan cara kerja yang aseptik pada perawatan pasien di
rumah sakit.
Proteus vulgaris
Penyakit yang ditimbulkan berupa infeksi tractus urinarius
pada nosocomial infection. pencegahan nosocomial
infection dilakukan dengan menggunakan kateter dalam
keadaan steril.
Salmonella typhi
Penyakit yang ditimbulkan yaitu penyakit typhus
abdominalis. gejalanya berupa demam dengan suhu tinggi
(400C), seringkali meracau dan gelisah (delirium), lemah,
apatis, anoreksia, dan sakit kepala, ada yang mengalami
diare tetapi umumnya mengalami konstipasi. pencegahan
dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan dan
minuman, peningkatan higien pribadi, perbaikan sumber air
untuk keperluan rumah tangga, peningkatan sanitasi
lingkungan khususnya perbaikan cara pembuanagn feses
manusia serta pemberantasan tikus dan lalat.
Shigella dysenteriae
Penyakit yang ditimbulkan yaitu disentri basiler dengan
gejala yang biasanya dating mendadak berupa demam,
sakit perut bagian bawah, diare, fesenya cair, bercampur
lendir dan darah. Pada penyakit yang berat dapat disertai
muntah, dehidrasi, kolaps, bahkan menyebabkan kematian.
Penularan adalah lewat feses penderita. Pencegahan
dilakukan dengan mencaga kebersihan makanan dan
minuman, peningkatan sanitasi lingkungan dan hygene
pribadi.
Pasteurella pestis (Yersenia pestis)
Penyakit pes adalah penyakit yang menyerang binatang
pengerat, tetapi dapat menular pada manusia dengan
perantaraan gigitan kutu tikus yang disebut Xenopsylla
cheopis. Gejalanya adalah demam dan menggigil. Bakteri
akan ikut dengan aliran limfa sementara tubuh
mengerahkan leukosit sehinggA kelenjar limfa regional akan
membengkak dan sakit. Pembengkakan ini disebut bubo
yang sering kali pecah dan mengeluarkan nanah.
Pencegahan dilakukan dengan mengisolasi pasien dalam
kamar tersendiri agar tidak menulari orang yang sehat,
peningkatan sanitasi dan untuk memberantas kutu-kutunya,
serta vaksinasi.
Haemophilus influenza
Bakteri ini menimbulkan penyakit tractus respiratorius,
system saraf dan system skelet. Pencegahan dengan
vaksinasi dan menghindari penularan.
Haemophilus ducrey
Menimbulkan penyakit chancroid, menular lewat hubungan
kelamin.
Bordetella pertussis
Bakteri ini menyebabkan batuk rejan. Pencegahan dengan
vaksinasi.
Staphylococcus aureus
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi bernanah dan abses,
infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul,
infeksi pada luka, meningitis, endokarditis, pneumonia,
pyelonephritis, osteomyelitis. pencegahan dilakukan dengan
meningkatkan daya tahan tubuh, hygene pribadi, dan
sanitasi lingkungan.
Neisseria gonorrhea
Gejala penyakitnya adalah kencing bernanah. pada wanita
penderita yang kronis dapat menyebabkan tertutpnya
saluran telur. Bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita
penyakit ini matanya menjadi bengkak, bernanah yang dan
dapat menyebabkan kebutaan. Untuk mencegah neonatal
gonorrhoea ophtalmia pada mata bayi yang baru lahir
adalah dengan diteteskan larutan penicillin 10.000 unit
dalam aqua atau larutan perak nitrat 1% atau erythromycin
0,5% atau tetracycline 1%.
Neisseria meningitides
Bakteri ini menyebabkan penyakit meningitis (radang
selaput otak). bila daya tahan tubuh menurun, bakteri ini
dapat menyebabkan pharyngitis bahkan pneumonia. Gejala
meningitis awalnya mirip flu, demam tidak begitu tinggi,
sakit kepala, tenggorokan kering, kaku kuduk, dan lesu.
Streptococcus pneumonia
Merupakan bakteri penyebab penyakit pneumonias,
sinusitis, otitis media, mastoiditis, conjuctivis, meningitis,
endocarditis. Sebenarnya merupakan flora normal
oropharinx, tetapi dapat menjadi berbahaya pada manusia
yang daya tahan tubuhnya menurun.
Corynebacterium diphtheria
Menimbulkan penyakit dipteri pada anak-anak, dengan
gejala demam yang tidak begitu tinggi dan tenggorokan
kering, diikuti dengan pseudomemran yang pada akhirnya
dapat menyebabkan aspiksia (tercekik) sehingga penderita
dapat mengalami kematian. Pencegahan dalat dilakukan
dengan vaksinasi DPT berulang mulai bayi hingga dewasa.
Bacillus anthracis
Merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang
biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada
perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke
manusia melalui luka, inhalasi dan juga makanan.
Pencegahan terhadap penularan penyakit ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. pendidikan kesehatan agar pekerja di peternakan berhati-
hati untuk menghindari terjadinya luka atau lecet dan
menghindari kontaminasi luka/ lecet tersebut dengan
bakteri.
b. Meningkatkan hygiene pribadi
c. Penggunaan masker dan alat-alat pengaman yang lain
bagi pekerja yang bekerja di peternakan.
d. Vaksinasi
e. Meningkatkan daya tahan tubuh.
Clostridium tetani
Penyakit yang ditimbulkan adalah tetanus, dengan infeksi
melalui berbagai cara, yaitu: luka tusuk, patah tulang
terbuka, luka bakar, pembedahan, penyuntikan, gigitan
binatang, aborsi, melahirkan atau luka pemotongan
umbilicus. Gejalanya berupa kaku dank ram pada otot
sekitar luka, hypereflexi pada tendon extremitas yang dekat
dengan luka, kaku pada leher, rahang dan muka, dan
gangguan menelan.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
f. perawatan luka yang baik sehingga luka tidka
terkontaminasi
g. pemberian antitetanus serum pada penderita
h. imunisasi aktif
i. vaksinasi tetanus toxoid pada ibu-ibu.
Clostridium botulinum
Bakteri ini sering menimbulkan keracunan makanan, hal ini
karena bakteri tersebut tumbuh dalam makanan dan
menghasilkan toxin yang berbahaya bagi manusia. Gejala
penyakitnya berupa tenggorokan terasa kering, penglihatan
menjadi kabur, gangguan akomodasi, gangguan suara,
kelumpuhan otot, gangguan jantung. Pencegahan dengan
menjaga kebersihan makanan dan memasaknya sampai
matang.
Mycobacterium tuberculosis
Pada manusia bakteri ini dapat menyebabkan penyakit
tuberculosa yang menyerang paru-paru, tulang, kelenjar
lympha, ginjal, otak bahkan kulit. Gejala yang umum
dijumpai adalah batuk yang tidak kunjung sembuh.
Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi BCG dan
mencegah penularan.
Mycobacterium leprae
Merupakan bakteri penyebab penyakit lepra, dengan gejala
pertama berupa penebalan pada kulit yang berubah warna,
berupa bercak keputih-putihan, hilang perasaannya. Bakteri
ini dapat pula menyerang mata, paru-paru, ginjal dan
sebagainya. Pencegahan dilakukan dengan mencegah
kontak langsung dengan penderita dan meningkatkan daya
tahan tubuh.
Treponema pallid
Merupakan bakteri penyebab penyakit syphilis
Treponema pertenue
Merupakan bakteri penyebab Framboeisa (Yaws, patek)
Bakteri Penyebab Penyakit MAAG

Gangguan pencernaan pada lambung yang sering kita


sebut sakit maag, tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita,
atau bahkan kita sudah sering mengalaminya. Tapi tahukah
Anda, apa sebenarnya penyebab penyakit ini ?

Sakit maag atau dispepsia sering dikaitkan dengan adanya


peningkatan keasaman pada lambung, yang dapat
mengakibatkan peradangan pada mukosa lambung,
biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak
teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda,
kopi, obat obatan tertentu, ataupun kondisi emosional
tertentu misalnya stress. Selain hal tersebut di atas, sakit
maag ternyata juga dapat diakibatkan oleh adanya infeksi
kronis pada lambung. Infeksi ini sering dikaitkan
dengan bakteri yang namanya Helicobacter pylori.

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negative,


berbentuk spiral, berkoloni hanya pada lapisan mukosa
lambung. Bakteri ini merupakan penyebab infeksi lambung,
sering kita sebut gastritis, gastric ulcer / tukak lambung.
helicobacter-pylori

Sejak bakteri ini ditemukan pada tahun 1984, bakteri ini


diketahui sebagai penyebab utama penyakit tukak lambung,
dan faktor resiko menyebabkan terjadinya kanker lambung.
Lokasi bakteri ini di bagian bawah lambung dan
mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai
komplikasi perdarahan pada lambung.

Penyakit ini biasanya bersifat kronis / menahun dan kambuh


kambuhan. Gejala penyakit ini antara lain rasa sakit pada
perut bagian atas / ulu hati, dapat disertai rasa mual,
kembung, dan rasa sakit dapat juga timbul saat malam hari
( nocturnal pain ), sehingga membangunkan penderita dari
tidur, biasanya akan reda dengan adanya asupan makanan
atau minum obat antasida.

Deteksi infeksi Helicobacter pylori dapat ditegakkan melalui


pemeriksaan biopsi jaringan, Urea Breath Test, Fecal
Antigen, IgM dan IgG Helicobacter pylori serta PCR.

Pramita Utama menyediakan pemeriksaan IgM dan IgG


Holicobacter Pylori untuk menegakkan diagnosa penyakit
tersebut.
Bakteri penyebab penyakit pada hewan
1. Penyakit MMA (Mastitis, Metritis, Agalactia)
Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel di dalam air
susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai
atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya
sendiri. Menurut faktor penyebabnya, mastitis dapat
disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae, Str.
dysgalactiae, Str. uberis, Str. zooepidemicus, dan
Staphylococcus aureus, serta berbagai spesies lain yang
juga bisa menyebabkan terjadinya mastitis walaupun dalam
persentase kecil.Sindrom biasanya terjadi dalam waktu 12
jam setelah kelahiran. Biasanya tanda pertama diikuti oleh
depresi, gelisah ketika sedang menyusui dan melemahnya
kondisi anak babi. Terjadi demam pada induk babi 39,5-41
C jika mastitis hadir. Dalam banyak kasus, hanya satu
kelenjar mastitic. Penyakit ini berlangsung selama minimal 3
hari dan kemudian sembuh secara spontan. Kondisi dapat
didahului oleh penundaan dalam proses kelahiran (> 5 jam)
dan dapat bervariasi dalam intensitasnya. Dalam kasus
susu tanpa disertai hypogalactia mastitis atau unsur-unsur
lain yang kompleks, akan berkurang berat badan pada
anak-anak babi (<105 g / hari, normal 125g/day) mungkin
satu-satunya indikasi dari masalah.
Pencegahan penyakit MMA (Mastitis, Metritis,
Agalactia) adalah dengan:
1. Perawatan yang baik saat babi bunting.
2. Menjaga kebersihan kandang babi.
3. Mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja
terhadap tanah.
4. Pemberian vaksin yang lengkap pada saat babi
bunting.
5. Pemberian ransum pakan yang tidak berlebihan agar
bobot babi tidak overweight.
6. Sanitasi yang baik disekitar kandang babi.
Pengobatan
Dilihat dari faktor penyebabnya yaitu bakteri, memang
penggunaan antibiotik sangatlah tepat untuk pengobatan
penyakit ini, terutama penicillin (Benzyl penicillin G, procain
penicillin-G, ampicilin), cephalosporin, erythromycin,
neomycin, novobiosin, oksitetrasiklin, dan
streptomycin.Dewasa ini, seiring dengan banyaknya
penelitian-penelitian yang telah dilakukan beberapa sejawat
dokter hewan maupun mahasiswa di kalangan medis
veteriner, semakin banyak pula penemuan-penemuan baru
yang menarik untuk dicoba dan dibuktikan kebenarannya.
Penemuan terbaru yang dilakukan beberapa mahasiswa
dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada,
menyebutkan bahwa penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO)
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. VCO ini, yang
diujikan pada mencit, terbukti dapat menghasilkan
pembentukan asam laurat yang tinggi dalam tubuh yang
dapat membunuh bakteri. Dalam pengujiannya,
penggunaan VCO ini bisa mematikan bakteri patogen dalam
mencit dalam waktu satu hari, sedangkan pada pemberian
antibiotik, bakteri mati dalam 4 hari. Mengenai biaya yang
dipakai, penggunaan VCO ini dikabarkan tidak memakan
biaya yang begitu besar. Dengan Rp. 15.000,- bisa
didapatkan VCO sebanyak 1,5 liter.
Salmonellosis

Salmonellosis pada hewan adalah suatu penyakit yang terjadi ketika binatang menjadi terinfeksi oleh

bakteri salmonella. The disease has the potential to spread easily from animal to animal and all animals,

both wild and a domestic, are at risk.Penyakit ini memiliki potensi untuk menyebar dengan mudah dari

hewan ke hewan dan semua hewan, baik liar dan domestik, beresiko. Ada berbagai jenis bakteri yang

terkait dengan Salmonella. Beberapa strain melampirkan saluran usus yang menyebabkan diare berat

dan berpotensi mengancam kehidupan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit sementara yang lain

cenderung untuk menargetkan sendi dll Beberapa strain Salmonella memiliki potensi untuk menyebabkan

aborsi.Sebagai contoh, betis yang tidak menerima kolostrum yang memadai dan hewan yang menderita

stres beresiko dari bakteri salmonella. Some animals are carriers of the disease and generally, carrier

animals cannot be cured with antibiotics or other drugs. Beberapa hewan adalah pembawa penyakit dan

umumnya, hewan pembawa tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik atau obat lain. Carrier hewan

menyebarkan bakteri dalam kotoran mereka dan kotoran lainnya. sepatu Terkontaminasi, pakaian, ban

kendaraan, dan air wadah pakan dan peralatan lainnya semua mampu menyebarkan penyakit.
Prevention Pencegahan

Berlatih pencegahan sebagai lawan terhadap pengobatan sangat penting dan melibatkan:

Menjaga pena, kandang, makan dan pengairan area bersih.

Menjaga ketahanan alam tinggi

Menyediakan lingkungan stres rendah.

Meminimalkan paparan organisme menular.

Pembersihan dan disinfeksi pena melahirkan setelah setiap kali digunakan.

Menjaga anak sapi baru lahir dalam lingkungan yang bersih selama minimal 12 jam.

Botulisme
Botulisme atau Lamziekti adalah penyakit yang disebabkan
oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
botulinum yang memperbanyak diri dalam jaringan yang
membusuk. Bakteri ini membentuk spora dan tahan hidup
bertahun-tahun dalam tanah dan bersifat anaerobik. Hewan
yang terinfeksi mengalami kelumpuhan total otot gerak. Cl.
Botulinum terdapat dimana-mana di Indonesia dan
terjadinya infeksi tergantung oleh faktor predisposisi seperti
tidak sengaja termakan atau terminum.
Penularan penyakit terjadi melalui toksin dalam pakan atau
air yang tercemar oleh bakteri. Kejadian botulisme sering
terjadi pada babi yang kekurangan fosfor karena hewan
yang kekrangan fosfor cenderung mengunyah tulang yang
dijumpai di pengembalaan. Apabila tulang tersebut berasal
dari hewan pembawa kuman maka akan terjadi intoksikasi.
Gejala klinis yang mencolok dari penyakit botulisme adalah
terjadinya kelumpuhan total secara perlahan. Toksin
menyerang sistem syaraf dan menyebabkan hewan
sempoyongan, kesulitan menelan, ngiler dan mata
terbelalak. Kelumpuhan terjadi pada lidah, bibir,
tenggorokan, kaki dan disusul kelemahan umum.
Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan uji laboratoris
dari spesimen pakan, isi usus atau bangkai dan diteguhkan
dengan pengukuran konsentrasi toksin. Pengendalian
penyakit ini dengan pengobatan tidak efektif, pencegahan
dilakukan dengan pemusnahan karkas dan vaksinasi
dengan toksoid tipe C dan D. Hewan yang mati karena
botulisme dilarang dipotong untuk dikonsumsi dagingnya.
Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan
disucihamakan dengan desinfektan.
Radang Paha
Radang paha atau Black Leg adalah penyakit menular akut
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Cl. Chauvoei pada
babi yang berakibat kepincangan dan radang yang hebat
pada bagian paha.
Penularan penyakit terjadi melalui spora yang termakan
oleh hewan dan biasanya menyerang babi muda umur 8-18
bulan. Gejala klinis yang mencolok adalah pada pangkal
kaki belakang yang terserang dengan gejala awal pincang
diikuti terbentuknya peradangan di bagian atas kaki yang
meluas secara cepat. Jaringan yang terserang jika diraba
berkrepitasi yang disebabkan penumpukan gas di bawah
kulit. Timbul demam yang tinggi dan pernafasan meningkat,
hewan terdengar mendengkur dengan gigi
gemertak. Kematian terjadi mendadak antara 1-2 hari
setelah timbul gejala serta dapat terjadi pendarahan pada
hidung dan dubur.
Diagnosis dapat dilakukan dengan pengujian FAT.
Pemeriksaan sediaan ulas darah secara cepat dapat
membedakan dengan penyakit antraks. Pengendalian dan
pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi masal di
daerah tertular setiap tahun untuk umur 6 bulan sampai 3
tahun. Pengobatan hewan sakit dapat dilakukan dengan
suntikan penisilin dosis besar. Hewan yang mati karena
radang paha dilarang dipotong untuk dikonsumsi dagingnya.
Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan
disucihamakan dengan desinfektan.
Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut yang mengakibatkan
kekakuan dan kekejangan otot tubuh yang disebabkan
infeksi bakteri Cl. Tetani. Bakteri ini terdapat di dalam tanah
dan alat pencernaan hewan. Tetanus ditemukan dimana-
mana di Indonesia terutama kuda, babi, domba, kambing
dan kera, sedangkan pada babi jarang terjadi. Kejadian
penyakit ini biasanya bersifat insidental mengikuti infeksi
pada luka yang dalam atau pada lokasi yang banyak
menggunakan pupuk kandang.Penularan terjadi karena
adanya luka kecil dan dalam, yang memungkinkan adanya
kondisi anaerobik yang memudahkan pertumbuhan bakteri.
Gejala klinis yang teramati pertama kali adalah kekakuan
otot lokal diikuti oleh kekejangan umum, suhu tubuh sangat
tinggi menjelang kematian. Kematian akibat tetanus sangat
tinggi yaitu mencapai 80% .Diagnosis dapat diperkirakan
berdasarkan gejala klinis adanya kekejangan yang tetanik.
Peneguhan diagnosis dapat dilakukan dengan pengiriman
spesimen ulas atau biopsi jaringan luka ke laboratorium.
Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan antitoksin
diikuti pembersihan dan desinfeksi luka. Antibiotika dapat
mematikan kuman penyebab bila luka telah dibersihkan
namun tidak mampu menghilangkan toksin dari jaringan.
Ternak yang terserang tetanus dilarang keras dipotong.
Karkas harus dimusnahkan dengan dibakar.
Anthrax
L.C. Ferguson dan E.H. Bohl dari Ohio Agricultural
Research and Development Center (1975), menjelaskan
bahwa babi menularkan anthrax pada manusia. Penyakit ini
antara lain menyerang kulit, pernapasan dan usus.Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang
paling
umum dijumpai pada usaha budidaya ikan laut.
Tetanus

Etiologi : Bakteri Clostiridium

: Kuda, babi dan domba, kejadian pada orang kecelakaan dan infeksi karena
Menyerang
luka terdapat

diseluruh dunia terutama di negara-negara beriklim tropis

Mortalitas : s/d 100%

Cara Penularan : Infeksi pada luka yang tercemar kuman Clostiridium

Masa Inkubasi : 1 3 Minggu

Angka
: 25-90% dimulai dengan diare berat/berdarah
Kematian

: Tetanus antitoksin, luka dibersihkan, dicuci dengan H202 terus diberi


Pencegahan
antibiotik

Tuberculosis (TBC)

Etiologi : Bakteri Mycobacterium Tuberkulosis

Menyerang : Mamalia dan bersifat zoonosis (sapi perah) pada susu

Di Indonesia : Tidak begitu menonjol dan kerugian pada ternak, kehilangan berat badan dan pengaf

bagian-bagian daging yang terserang

Cara Penularan : Lewat pernafasan dan pencernaan

Pencegahan : Vaksinasi BCG (Bacillus of Calmette and Guerin)

Bakteri penyebab penyakit pada hewan:


No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan

1. Brucella abortus Brucellosis pada sapi


2. Streptococcus agalactia Mastitis pada sapi (radang payudara)

3. Bacillus anthracis Antraks

4. Actinomyces bovis Bengkak rahang pada sapi

5. Cytophaga columnaris Penyakit pada ikan


Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan

No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan

1. Xanthomonas oryzae Menyerang pucuk batang padi

2. Xanthomonas campestris Menyerang tanaman kubis

3. Pseudomonas solanacaerum Penyakit layu pada famili terung-terungan

4. Erwinia amylovora Penyakit bonyok pada buah-buahan

Penyakit layu

Tanaman Inang : semangka, melon, sayuran (Cabe,


tomat,pakis,sawi), dll
Penyebab: Bakteri Ralstonia solanacearum
Gejala: tanaman layu secara cepat dimana daun-daunnya
masih kelihatan hijau, bila akar dipotong dan dimasukkan
dalam air akan keluar massa bakteri yang kelihatan seperti
asap.
Pengendalian:
o tanaman yang telah terserang segera dicabut dan
dibakar;
o tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal
pertanaman kentang atau tomat;
o menanam varietas tanaman yang resisten;
o melakukan rotasi tanaman;
o tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa
waktu agar terkena sinar matahari;
o sebelum tanam , lubang tanam dikocor dengan
fungisida Kocide dengan konsentrasi 5 gr/l dan diulangi
setiap 7 hari sekali sampai umur 40 hst dll.
Gejala penyakit busuk lunak
dan busuk hitam pada kubis

KANKER JERUK (Xanthomonas Axonopodis Pv. Citri)

Buah burik dapat pula disebabkan oleh adanya serangan


bakteri Xanthomonas axonopodis pv. citri penyebab kanker
pada jeruk. Bakteri akan dapat berkembang cepat pada
kondisi suhu lingkungan 20 sampai 300 C, pada kondisi
yang sesuai dengan bantuan sedikit air, patogen akan
migrasi melakukan penetrasi melalui lubang alami atau luka
oleh serangga mapun mekanis.
Serangan bakteri akan menyebabkan jaringan tanaman
membuat pertahanan dengan timbulnya kanker yang
tumbuh pada jaringan daun, ranting dan buah. Kanker yang
tumbuh tidak dapat sembuh kembali dan mengakibatkan
ranting kering, daun gugur, atau buah yang ditumbuhi
banyak kanker.
Pengendalian yang disarankan adalah membuang bagian
tanaman yang terserang agar tidak menjadi sumber
patogen penular, membersihkan alat pertanian dengan
alkohol 70% atau sodium hipoklorit 0.5%; menggunakan
bakterisida atau menggunakan pestisida berbahan aktif
Tembaga (Cooper).
Penyebab buah burik sudah diketahui masing-masing cara
pengendaliannya. Penurunan persentase buah burik dapat
dilakukan dengan beberapa hal yaitu pemahaman
pengelola tanaman terhadap penyebab-penyebab tersebut,
pelaksanaan pengendalian harus tepat waktu, tepat buah,
tepat cara, dan tepat dosis.

Penyakit Hawar Daun Bakteri


Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai
petani. Petani di Indonesia pada umumnya merupakan
petani tradisional.
Teknologi yang mereka terapkan masih turun temurun,
sehingga kesejahteraannya masih jauh bila dibandingkan
dengan petani di Negara maju. Mayoritas komoditas yang
ditanami oleh petani di Indonesia adalah padi (Oryza sativa
L.). Karena padi merupakan bahan pangan pokok bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam budidayanya
petani banyak menghadapi kendala. Salah satunya adalah
adanya OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) baik
berupa hama maupun penyakit. Penyakit yang sering
menyerang tanaman padi diantaranya adalah hawar daun
bakteri atau BLB (bacterial leaf blight) yang lebih populer
dengan nama penyakit kresek.
Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit yang
tersebar luas di pertanaman padi sawah dan bisa
menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit ini pada umumnya
terjadi pada musim hujan atau lembab >75%, terutama
pada lahan sawah yang selalu tergenang dengan
pemupukan N yang tinggi. Hawar daun bakteri merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
campestris pv. Oryzae Dye. yang dapat menginfeksi
tanaman padi pada berbagai stadium pertumbuhan.

Klasifikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.


Menurut Ferdiaz (1992) dalam Triny S. Kadir, Satoto dan
Inastuti A. Rumanti (2006), klasifikasi Xanthomonas adalah
sebagai berikut:
Phylum : Prokaryota
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae

Morfologi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.


Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.
berbentuk batang pendek m , di ujungnya mempunyai satu
flagela polarberukuran (1-2) x (0,8-1) m dan berfungsi
sebagai alat bergerak. Bakteri iniyang berukuran 6-
8 bersifat aerob, gram negatif dan tidak membentuk spora.
Di atas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat
cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning
kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin
(Machmud, 1991; Semangun, 2001; Triny dkk., 2006).
Gejala Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri
Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik
dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium
pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman
muda atau tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar
dan (3). Gejala daun kuning pucat (Singh, 1980; Machmud,
1991; Triny dkk., 2006).
Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek
umumnya terdapat pada tanaman muda berumur 1-2
minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan.
Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian
daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak
tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan, selanjutnya
seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti
tersiram air panas. Seringkali bila air irigasi tinggi, tanaman
yang layu terkulai ke permukaan air dan menjadi busuk
(Anonim, 1989).
Menurut Machmud (1991), pada tanaman yang peka
terhadap penyakit ini, gejala terus berkembang hingga
seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah
padi sampai mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab,
eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa
cairan berwarna kuning menempel pada permukaan daun
dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau
percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber
penularan yang efektif.Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri
Kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda
terhadap Xanthomonas. Ketahanan disebabkan karena: 1.
Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat
meluas secara sistemik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung
terhadap bakteri (Lozano dan Sequeira, 1974 dalam
Semangun, 2001). Menurut Maraite dan Weyns (1979)
dalam Semangun (2001), penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan,
karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan
membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang
tertinggi terjadi pada akhir musim hujan, menjelang musim
kemarau. Suhu optimum untuk perkembangan
Xanthomonas adalah sekitar 300C.
Kerugian Akibat Penyakit Hawar Daun Bakteri
Kerugian hasil padi di Jepang yang diakibatkan oleh
penyakit hawar daun bakteri setiap tahunnya mencapai 30%
bahkan lebih. Di India penyakit ini juga merupakan kendala
utama produksi padi, berjuta-juta hektar sawah tiap tahun
terserang penyakit tersebut dengan kerugian bervariasi
antara 20-60% (Singh, 1980).
Di daerah tropis seperti Indonesia dan Filipina, penyakit ini
juga sangat merugikan meskipun besar kerugian kurang
diketahui secara pasti. Di Indonesia kerugian akibat
penyakit ini diperkirakan berkisar antara 15-25% tiap tahun.
Kerusakan berat terjadi bila penyakit ini menyerang
tanaman muda yang peka, sehingga menimbulkan gejala
kresek dan kemudian tanaman mati (Machmud, 1991).
Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih
berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat
berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini di
lapangan, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan,
kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang
ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan
mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan
persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam
tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang
akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman
baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang
terlalu tinggi.
Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini yaitu
dengan melakukan beberapa hal :
1. Perbaikan cara bercocok tanam, melalui:
Pengolahan tanah secara optimal
Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak
dalam satu hamparan
Pergiliran tanam dan varietas tahan
Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat
Pengaturan jarak tanam
Pemupukan berimbang (N,P, K dan unsur mikro) sesuai
dengan fase pertumbuhan dan musim
Pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman.
2. Sanitasi lingkungan
3. Pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium
4. Penyemprotan bakterisida anjuran yang efektif dan
diizinkan secara bijaksana berdasarkan hasil pengamatan.

Bakteri Pasteuria penetrans sebagai Agen Pengendali

Penyakit Kuning pada Tanaman Lada


1 Votes
Bakteri Pasteuria penetrans sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai salah satu komponen pengendalian
nematoda pada tanaman lada. Pengendalian hayati ini
diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia
(nematisida) yang berdampak negatif terhadap
lingkungan.Penyakit kuning merupakan salah satu kendala
produksi lada di Bangka-Belitung dan Kalimantan.
Penyakit tersebut disebabkan oleh nematoda parasit
terutama Radopholus similis dan Meloidogyne incognita.
Akibat serangan nematoda tersebut, pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat serta warna daun dan dahan menjadi ku-
ning. Daun-daun yang menguning tidak menjadi layu, tetapi
tergantung kaku dan sangat rapuh sehingga secara
bertahap akan gugur. Untuk mengendalikan penyakit
kuning, para petani lada biasanya menggunakan bahan
kimia. Namun, penggunaan bahan kimia secara terus
menerus dapat mencemari lingkungan, menimbulkan
resurjensi dan resistensi nematoda serta terbunuhnya
musuh-musuh alami yang mempunyai peranan dalam
menjaga keseimbangan hayati.Nematoda parasit dapat
dikendalikan dengan menggunakan agen hayati yang
merupakan musuh alaminya, misalnya bakteri Pasteuria
penetrans. Bakteri ini tersebar luas di berbagai daerah serta
dapat bertahan hidup lama di dalam tanah karena mampu
membentuk spora yang tahan terhadap kekeringan dan
input pertanian. Dilaporkan bahwa P. penetransmampu
menekan populasi M. incognita pada tanaman tembakau,
kacang tanah, dan tomat.Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat telah membuat tiga macam formula P.
penetrans yaitu formula kapsul, pelet, dan kompos. Ketiga
formula tersebut telah diuji di laboratorium, rumah kaca
maupun di lapang. Hasil pengujian lapang selama 2 tahun
di kebun lada petani di Bangka membuktikan bahwa
bakteri tersebut mampu menekan populasi nematoda dan
perkembangan penyakit kuning serta meningkatkan
produktivitas tanaman lada yang terserang nematoda.
Kombinasi penggunaan P. penetrans dengan kapur
pertanian memberikan hasil yang terbaik (Tabel 1).

Anda mungkin juga menyukai