9214
9214
OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Manfaat Pemberian
Kompres Hangat Dalam Mengurangi Dismenore Primer Pada Remaja di SMP N 2 Sukawati.
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat Tri Darma Perguruan Tinggi dimana dosen wajib melakukan penelitian sebagai
Selama proses penelitian ini, kami banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
1. Ketut Widia BN. Stud MM selaku Ketua Stikes Bali yang telah memperlancar proses
2. Komang Ayu Purnama Dewi SST., M.Kes selaku Kaprodi kami yang telah
4. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Oleh karena itu diharapkan masukan- masukan
dari semua pihak berupa kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Harapan Kami, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
melakukan penelitian selanjutnya dan hasilnya dapat bermanfaat bagi praktisi kebidanan.
Denpasar, Maret 2014
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi. Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks
hipofisis serta ovarium. Siklus menstruasi endometrium terdiri dari fase menstruasi, fase
yang berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi. Fase sekresi yang berlangsung
sejak terjadinya ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya.
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron menurun.
Dengan rendahnya kadar hormon ovarium, maka merangsang hipotalamus untuk mensekresi
anterior untuk mensekresi FSH yang berfungsi untuk menstimulasi perkembangan folikel de
Graaf ovarium dan juga mensekresi Luteinezing Hormone (LH) yang berfungsi mengekspulsi
dengan terganggunya aktivitas sehari-hari. Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami
nyeri yang sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi. Kondisi tersebut dinamakan dismenore,
yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari . Wanita pernah
mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa
reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada
sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan
sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai, walaupun frekuensi dismenore cukup
tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat
(Prawirohardjo, 2010).Dismenore primer adalah nyeri haid yang tanpa disertai dengan
kelainan anatomis genetalia dan terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche.
Rasa nyeri yang dirasakan sebelum atau bersamaan dengan hari pertama menstruasi dan
berlangsung beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Wiknjosastro, 2007). Dismenore sekunder adalah nyeri yang muncul setelah haid, yaitu jika
ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip serta kelainan
posisi rahim yang mengganggu organ atau jaringan di sekitarnya dan disertai dengan kelainan
anatomis genetalia. Dismenore primer ini mencapai puncaknya pada hari pertama dan kedua
(Manuaba,2010).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenore) di dunia sangat besar. Rata-rata lebih
presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Diperkirakan wanita Amerika 1,7
juta per hari kerja setiap bulan menderita akibat dismenore. Menurut Alzubaidi (dalam
Sulastri 2006), setengah dari remaja putri di Amerika Serikat mengalami disminore ketika
menstruasi, dari 133 remaja yang melakukan konsultasi ke praktik dokter. Di Indonesia
angka kejadian disminore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% disminore primer dan
diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh Dismenore. Angka kejadian
dan Atikah, 2009). Di Surabaya di dapatkan 1,07 % - 1,31 % dari jumlah penderita
ditemukan pada remaja putri, data ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas
antara usia 13-15 tahun dengan 53,9 % kasus dan dismenore derajat sedang dengan 47,3 %
konsentrasi karena nyeri yang dirasakan. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hampir
10% remaja yang mengalami dismenore, absence rate nya 1-3 hari perbulan atau
ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat yang
dialami Poureslami,dkk (dalam Sulastri, 2006). Karena nyeri tersebut banyak remaja yang
mencari obat penghilang rasa nyeri tanpa melakukan konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Pada umumnya remaja menginginkan cara yang instan dan praktis serta efek yang
data absen masing- masing kelas, banyak siswi yang absen karena alasan dismenore dan
dari register UKS didapatkan dalam tiga bulan terakhir ada delapan siswi yang istirahat di
UKS karena dismenore. Hasil wawancara dari 10 siswi SLTP kelas VIII didapatkan bahwa
delapan dari siswi tersebut mengalami nyeri perut setiap kali menstruasi dan dua orang
kadang-kadang mengalaminya. Dua orang mengatakan bahwa cara yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri itu dengan minum minuman yang tersedia di toko yang berfungsi
menghilangkan nyeri haid, tiga orang mengatakan cara mengatasinya dengan minum obat
penghilang nyeri, lima orang dengan istirahat dan jongkok serta pernah menggunakan
kompres hangat. Hal ini diperkuat oleh Jarret, dkk (dalam Sulastri 2006) yang mengatakan
bahwa untuk menghilangkan rasa sakit remaja menggunakan obat sendiri tanpa melakukan
konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air
hangat sebanyak 34% dan 92% melakukan istirahat. Sebagian dari mereka mengatakan
bahwa melakukan kompres hangat tidak praktis dan efeknya tidak langsung didapat.
rasa nyeri yaitu secara non farmakologis tanpa memberikan efek samping. Selain itu
penggunaan kompres hangat merupakan cara yang murah serta mudah untuk dilakukan
sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal untuk menggunakannya. Kompres hangat
menggunakan kompres hangat juga akan menimbulkan rasa relaksasi sehingga dapat
merangsang hormon endorphine. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada
saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang memberikan rasa
nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada
saat dismenore (Harry, 2007). Prinsip kerja kompres hangat adalah bekerja secara konduksi
memindahkan panas dari buli- buli air hangat ke dalam tubuh sehingga penggunaan
kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri
akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal (Perry & Potter 2006).
B. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian latar belakang diatas kami merumuskan suatu permasalahan yaitu :
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi dan menganalisa manfaat pemberian kompres hangat dalam
primer
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
Memberikan informasi dan pengetahuan tambahan bagi remaja putri pada khususnya
dalam melakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada dismenore primer.
b. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan tindakan dalam praktik kebidanan pada remaja dalam memberikan
asuhan kebidanan terhadap pengurangan rasa nyeri pada dismenore primer dengan
menggunakan kompres hangat serta penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wacana ilmiah, khususnya tentang pengaruh kompres hangat dalam mengurangi rasa
nyeri pada dismenore primer serta penelitian dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dismenore
1. Pengertian
daerah pinggang, dan paha. Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai
terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24- 36
jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama . Nyeri ini timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sebelum, sesudah
2. Jenis dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer merupakan nyeri yang mulai timbul segera setelah menarche yang
berkaitan dengan kontraksi uterus , yang terjadi pada setiap masa haid dan akan pulih
sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan
posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri tersebut normal, tetapi dapat
berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik. Seperti stres, kurang darah dan
kondisi tubuh yang menurun . Dismenore primer digambarkan sebagai nyeri intermitten
atau kram yang disertai dengan pengeluaran darah menstruasi. Nyeri ini dirasakan di perut
bagian bawah dan punggung, kadang- kadang menjalar ke tungkai (Mark H, 2005).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan yang terjadi dalam rongga uterus seperti
pemakain IUD yang menyebabkan nyeri saat terjadinya menstruasi atau terdapat tumor atau
kista pada rongga panggul. Selain itu, kelainan anatomis genetalia juga memberikan
pengaruh nyeri saat menstruasi. Pada dismenore sekunder, hormon prostaglandin juga
memberikan pengaruh yaitu berpengaruh dalam meningkatkan kontraksi otot rahim yang
bertujuan mendorong benda asing ke luar . Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul
kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista
atau polip, tumor sekitar kandungan serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu
3. Faktor penyebab
a. Faktor hormonal
progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat (corpus luteum). Bila hormon progesteron sudah
cukup tinggi dihasilkan, maka timbullah keluhan dismenore. Estrogen, hormon yang
diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim. Prostaglandin adalah zat
kimia yang sangat mirip dengan hormon yang berperan dalam mengatur berbagai proses dalam
tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Zat
tersebut dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan memiliki
kisaran efek yang cukup berarti terhadap organ-organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin
(Ramaiah, 2006).
b. Faktor psikis
Menurut Misaroh & Proverawati (2009), Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum
diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberapa faktor yang mendukung sebagai pemicu
terjadinya nyeri menstruasi adalah psikologi yang terjadi pada remaja dan ibu-ibu yang
c. Faktor kejiwaan
Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak mendapat penerangan
4. Patofisiologi
prostaglandin yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen
bawah yang berifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung,
kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare) dan
gejala sistem saraf pusat meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk (Bobak,
2005).
5. Gejala klinis
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut
yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit
kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh, bahkan
beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan biasa berlangsung
hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 2007). Menurut Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa
gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama
haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut
(pada abdomen bawah), punggung dan tulang kemaluan. Biasanya mengikuti kontraksi dan
dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit
6. Klasifikasi nyeri
1)Derajat 0
2)Derajat 1
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang terpengaruh.
3)Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas sehari-hari
terganggu
4)Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat
bekerja.
Menurut Perry & Potter (2005), nyeri bersifat individualistik dan karakteristik paling
subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri. Klien seringkali diminta
untuk mendiskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi
verbal (verbal descriptor scale,VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian
numerik (numerical rating scales, NRS), lebih di gunakan sebagai alat pendeskripsi kata .
Rasa nyeri ini berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Intensitas nyeri adalah
gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh
terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Klien menilai nyeri
Klasifikasi skala nyeri menurut Perry & Potter (2005) sebagai berikut:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tertahankan
0 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Keterangan :
1 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
7. Penatalaksanakan
a. Secara farmakologis
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran
2) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan
melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan
Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan dapat diberikan sebelum haid
mulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan dapat hari pertama haid.
(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan
Menurut Bare & Smeltzer ( dalam Tamsuri 2007), penanganan nyeri yang dialami oleh
individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau
pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan
inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus
menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.
Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam pengobatan
1) Kompres hangat
panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan
terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau
Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri,
dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan
meredakan vasokongesti pelvis. Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai
metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot.
2) Olahraga
Olahraga secara teratur dapat menimbulkan aliran darah sirkulasi darah pada otot rahim
menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Pelepasan endorfin
alami dapat meningkat dengan olah raga teratur yang akan menekan pelepasan
prostaglandin, selain itu mampu menguatkan kadar beta endorfin yaitu suatu zat kimia otak
3) Pengaturan diet
Cara mengurangi dan mencegah rasa nyeri saat menstruasi, dianjurkan mengkomsumsi
makanan yang banyak mengandung kalsium dan makanan segar, seperti sayuran, buah-
buahan, ikan, daging, dan makanan yang mengandung vitamin B6 karena berguna untuk
metabolisme estrogen .Menurut Bare & Smeltzer (dalam Tamsuri 2007) penanganan nyeri
1) Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
2) Terapi panas
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor)
dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS menggunakan
unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk
4) Relaksasi
B. Kompres Hangat
1. Pengertian
Kompres adalah memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Menurut Gabriel (1996),
kompres dapat diberikan dalam keadaan kering atau basah dan dingin atau hangat. Kompres
menggunakan media panas, uap panas, lumpur panas, handuk panas, electric pads dan lain-
lain. Dari beberapa media tersebut, kantong air panas atau botol berisi air panas merupakan
Panas digunakan secara luas dalam pengobatan karena memiliki efek dan manfaat yang
a. Efek fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah.
b. Efek kimia
Sesuai dengan Van Hoff ( dalam Gabriel 1996) bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia
didalam tubuh tergantung pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan
menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan
c. Efek biologis
sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh
metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah
yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi
dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 20-30 menit,
melakukan kompres lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien
akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak
mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier, 2009)
Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan empat cara yaitu:
secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja kompres hangat dengan
mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi
perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi
darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita
disminore primer, karena pada wanita yang disminore ini mengalami kontraksi uterus dan
buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas
dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang
atau hilang. Berikut ini merupakan suhu yang direkomendasikan untuk kompres hangat
C. Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescene (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2009).
Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum
kematangan fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Menurut The Health
Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja
adalah 11- 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja
menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan
dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Faktor
psikis mempunyai peranan penting dalam terjadinya dismenore, menurut Misaroh &
Proverawati (2009), Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum diketahui secara pasti
(idiopatik), namun beberapa faktor yang mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri
menstruasi adalah psikologi yang terjadi pada remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
5.
Keterangan :
= Diteliti = Dikendalikan
Manfaat Pemberian Kompres Hangat Dalam Mengurangi Dismenore Primer Pada Remaja di
SMP N 2 Sukawati
(orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Variabel
juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Variabel
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2009). Variabel bebas
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat pada
C. Hipotesis Penelitian
Adapun dalam penelitian ini hipotesis alternatif yang ditegakkan adalah Pemberian
Kompres Hangat Bermanfaat Dalam Mengurangi Dismenore Primer
BAB IV
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group
pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu sebelum
(pretest) diberi perlakuan kemudian setelah (postest) diberikan perlakuan dan sampel
tersebut di observasi kembali (Hidayat, 2007). Desain penelitian yang digunakan adalah
dalam botol plastik dan diisi penuh. Setelah didalam botol, air hangat diukur suhunya.
b. Klien diberikan perlakuan dalam posisi tidur terlentang, pakaian bagian bawah dibuka
Keterangan :
diberikan perlakuan
yang ingin diteliti ada serta belum adanya penelitian yang berkaitan dengan dismenore.
diteliti, bukan hanya subjek atau objek (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini
adalah siswi SMP N 2 Sukawati yang mengalami dismenore sebanyak 80 siswi. Populasi
penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan sampel yang tidak sesuai
akan dieksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah :
Remaja putri yang menstruasi pada hari pertama dan kedua serta mengalami dismenore
primer
2. Sampel penelitian
a. Jumlah sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
b. Teknik sampling
sampling yaitu accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks
untuk mengukur variabel bebas yaitu perlakuan kompres hangat dan variabel terikat
yaitu pengukuran skala nyeri dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, observasi
merupakan alat ukur dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada
responden yang dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti (Hidayat, 2007). Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen
adalah dengan observasi tindakan kompres hangat sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur variabel dependen adalah lembar observasi dan dengan alat ukur
menggunakan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen yang digunakan
yaitu dengan teknik pemberian kompres hangat. Kompres hangat yang diberikan
dengan suhu 40-46 C yang sebelumnya diukur dengan menggunakan termometer air.
Kompres hangat diberikan selama 20 menit, setiap 10 menit botol air panas yang
digunakan sebagai kompres hangat diganti untuk mempertahankan suhu panas dari
sebelum dilakukan kompres hangat (pretest) dan sesudah dilakukan kompres hangat
(postest) pada masing-masing responden. Selanjutnya pre test dan post test dicatat
melakukan pengumpulan data ada beberapa calon responden yang ragu-ragu serta
merasa malu untuk diberikan perlakuan kompres hangat sehingga peneliti harus
komputer.
Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses yang meliputi
b. Skoring
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data,
semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah kegiatan merubah bentuk
data yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu, pada variabel
dependen yaitu intensitas nyeri diberikan kode jawaban berupa tidak nyeri skor 0,
nyeri ringan skor 1, nyeri sedang skor 4, nyeri berat skor 7, nyeri sangat berat skor 10.
c. Tabulating
d. Entry data
e. Cleaning
Memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan ada kesalahan atau tidak.
2. Analisa data
a. Analisa univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tiap variabel yang diteliti
secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
Variabel yang dianalisis adalah skala nyeri haid yang dirasakan sebelum dilakukan kompres
b. Analisa bivariat
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji kenormalan data dengan uji Shapiro-
Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 sampel. Hasil dari uji normalitas didapatkan
nilai signifikansi p = 0,000 < 0,05, data tidak berdistribusi normal, maka hipotesis diuji
A. Hasil
1. Kondisi lokasi penelitian
SMP N 2 Sukawati berdiri tahun 1965 yang beralamat di Jln. Raya Singapadu,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. SMP ini memiliki visi dan misi dalam
mengembangkan prestasi, salah satu indikator visi SMP ini adalah unggul dalam kualitas
kesehatan diri dan lingkungan. Salah satu misi SMP ini adalah melaksanakan Trias UKS
membina siswa dan siswi oleh orang terlatih untuk peningkatan SDM dalam pelaksanaan
Trias UKS. Bulan Mei 2010 sekolah ini mengikuti lomba UKS se-Kabupaten Gianyar
dan berhasil masuk 10 besar UKS terbaik yang ada di lingkungan SMP se-Kabupaten
Gianyar. Program UKS yang terkait dengan Dismenore adalah sudah tersedianya 1
terlaksana.
Tahun ajaran 2011/2012 SMP N 2 Sukawati memiliki 799 siswa dan siswi, yang
terbagi di dalam tingkatan kelas. Kelas VII terdiri dari 287 siswa, kelas VIII terdiri dari
256 siswa dan Kelas IX terdiri dari 256 siswa. Kelas VII terdiri dari 6 kelas,masing-
masing kelas rata-rata terdapat 48 siswa. Kelas VIII terdiri dari 5 kelas, masing-masing
kelas terdapat 50 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, masing-masing kelas terdapat 48
siswa.
Pada saat melakukan penelitian, kondisi SMP N 2 Sukawati masih dalam perbaikan
sehingga proses belajar mengajar untuk kelas VII dan VIII dipindahkan ke jam sore yaitu
penelitian, usia yang mendominasi adalah usia 15 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
Sukawati. Dalam waktu tersebut telah didapatkan 27 responden remaja putri yang
dan telah diberikan perlakuan berupa pemberian kompres hangat untuk mengetahui
Tabel 4
Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat,
pada remaja di SMP N 2 Sukawati bulan Maret April 2014
Jumlah 27 100
Dari tabel menunjukkan tingkatan nyeri sebelum diberikan kompres hangat yaitu
skala nyeri terbanyak adalah remaja dengan skala nyeri sedang yaitu sebanyak 15 orang
(55,6%). Untuk skala nyeri ringan sebanyak 4 orang (14,8%) dan skala nyeri berat
Tabel 5
Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat,
pada remaja di SMP N 2 Sukawati bulan Maret April 2014
Jumlah 27 100
Dari tabel menunjukkan perubahan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat
dengan tidak nyeri sebanyak 2 orang (7,4%), nyeri ringan sebanyak 16 orang (59,3%)
jenis data numerik karena jumlah sampel kurang dari 50. Dari hasil uji normalitas
didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 untuk kedua kelompok yang nilainya lebih kecil
dari 0,05 (p < 0,05) sehingga data tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis yang
N Median p
(min-maks)
Skala nyeri sebelum kompres hangat 27 4(1-7) 0,00
Skala nyeri setelah kompres hangat 27 1(0-4)
responden (88,89%) terjadi penurunan nyeri setelah diberikan kompres hangat dan yang
tidak mengalami perubahan setelah pemberian kompres hangat adalah sebanyak 3 orang
responden (11,11%). Uji Wilcoxon Test didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,00, sehingga
p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kompres hangat bermanfaat dalam mengurangi dismenore primer pada
remaja.
B. Pembahasan
Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila
dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon
prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat
menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David, 2004). Pengeluaran
prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus
yang mengalami dismenore menyatakan mereka minum obat atau jamu untuk mengatasi
nyeri saat haid/dismenore. Untuk itu perlu adanya alternatif lain yang berfungsi untuk
sebagian besar siswa melaporkan adanya perubahan dalam rasa nyeri yang mereka
rasakan.
Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan dalam
DIV Kebidanan Klinik dan juga bersamaan dengan ujian akhir semester bagi siswa SMP
N 2 Sukawati yang dilanjutkan dengan liburan semester. Jumlah sampel yang didapat
berdasarkan rumus besar sampel yaitu 45 orang tidak tercapai, sehingga jumlah
responden yang didapat yaitu 27 orang. Responden masih merasa malu untuk diberikan
perlakuan karena mereka menganggap masih tabu dan belum penting dalam penanganan
berumur 15 tahun lebih banyak mengalami dismenore yaitu sebesar 55,6% dibandingkan
dengan umur 14 tahun ( 44,4% ). Menurut Ramaiah (2006), dismenore dikaitkan dengan
reproduksi. Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena
asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi dan aktifitas yang dilakukan. Sebelum
dilakukan kompres hangat skala nyeri yang paling banyak dirasakan adalah nyeri sedang
yaitu sebanyak 55,6% dan setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri yang paling
dari 0,05. Sehingga p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat diputuskan bahwa hipotesis manfaat pemberian kompres hangat dalam
mengurangi dismenore pada remaja diterima. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ita
Trisianah (2006) dengan judul :Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat
terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di SMA N 15 Semarang. Pada penelitian
tersebut didapatkan bahwa teknik nafas dalam dan kompres hangat efektif dalam
merupakan pengobatan non farmakologis yang tidak memberikan efek samping terhadap
tubuh. Dengan pemberian kompres hangat dapat memberikan rasa aman pada tubuh yang
memerlukan terapi panas. Kompres hangat dilakukan dengan menggunakan botol air hangat.
Kompres hangat atau pemberian efek panas terhadap bagian yang nyeri
merupakan salah satu teknik relaksasi. Teknik ini dapat menghasilkan hormon endorphin.
Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat
berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa
nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri
pada saat kontraksi. Ketika seseorang melakukan kompres hangat, maka b-endorphin
akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang
efek panas akan memberikan manfaat dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri
dismenore.
Tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stress adalah
adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh
hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan
pernafasan meningkat. Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormon
menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga
menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika
haid (Handrawan,2008).
BAB VI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar (55,6%) responden sebelum diberikan perlakuan kompres hangat
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan ( tempat penelitian )
Institusi hendaknya melakukan kerja sama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan
usia produktif tentang kesehatan reproduksi dalam mengatasi dismenore primer pada saat
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AA., 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta:
Salemba Medika
Jarret,dkk.,1995. Symptoms ans Self Care strategis in women With and Without
Dysmennorrhea, Health Care Women. Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian
Pengobatan Keluhan Disminore Pada Remaja Di Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah, Tesis, UGM, Yogyakarta.
Kozier B dan Gleniora Erb., 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Jakarta: EGC
Kusmiran, Eny, 2011, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba
Medika
Price dan Wilson, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ( Edisi 6,
vol 2), Jakarta: EGC
Proverawati dan Misaroh, 2009, Menarch Menstruasi Pertama Penuh Makna, Jakarta:
Numed
Lampiran 1
A. Ya B. Tidak
B. 28 hari
A. Ya B. Tidak
6. Berapa lama kira-kira anda mengalami disminorea (nyeri pada saat menstruasi)?
A. Ya B. Tidak
No Hp :
Alamat :
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
Nama Responden :.
Usia Responden :.
Skala sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum diberikan kompres hangat :..........
Skala sensasi nyeri yang dirasakan responden setelah diberikan kompres hangat
selama 20 menit:...
Pengukuran skala sensasi nyeri responden berdasarkan skala nyeri Bourbanis (responden
merasakan nyeri yang dialaminya berada pada suatu skala), dengan kriteria:
., ...2014
Observer
()