Anda di halaman 1dari 43

MANFAAT PEMBERIAN KOMPRES HANGAT

DALAM MENGURANGI RASA NYERI DISMENORE PRIMER


PADA REMAJA

Studi dilakukan pada siswi SMP N 2 Sukawati


Tahun 2014

OLEH :

1. I GUSTI AYU PRAMI DEWI

2. NI LUH PUTU KENCANA DEWI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
DENPASAR
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Manfaat Pemberian

Kompres Hangat Dalam Mengurangi Dismenore Primer Pada Remaja di SMP N 2 Sukawati.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat Tri Darma Perguruan Tinggi dimana dosen wajib melakukan penelitian sebagai

bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat.

Selama proses penelitian ini, kami banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Ketut Widia BN. Stud MM selaku Ketua Stikes Bali yang telah memperlancar proses

Karya Tulis Ilmiah ini

2. Komang Ayu Purnama Dewi SST., M.Kes selaku Kaprodi kami yang telah

membimbing kami dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

3. I Wayan Jiwa,S.Pd.,M.Pd selaku kepala sekolah SMP N 2 Sukawati yang telah

memberikan ijin penelitian kepada peneliti

4. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas, tentu banyak

kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Oleh karena itu diharapkan masukan- masukan

dari semua pihak berupa kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Harapan Kami, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar dalam

melakukan penelitian selanjutnya dan hasilnya dapat bermanfaat bagi praktisi kebidanan.
Denpasar, Maret 2014

Peneliti

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari

setelah ovulasi. Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks

saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, ke hipotalamus dan

hipofisis serta ovarium. Siklus menstruasi endometrium terdiri dari fase menstruasi, fase

proliferasi yang merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan sel-sel endometrium

yang berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi. Fase sekresi yang berlangsung

sejak terjadinya ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya.

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron menurun.

Dengan rendahnya kadar hormon ovarium, maka merangsang hipotalamus untuk mensekresi

Gonadotropin-Releasing hormon (Gn-RH), dimana Gn-RH ini menstimulasi hipofisis

anterior untuk mensekresi FSH yang berfungsi untuk menstimulasi perkembangan folikel de

Graaf ovarium dan juga mensekresi Luteinezing Hormone (LH) yang berfungsi mengekspulsi

ovum dari folikel de Graaf (Bobak,2005).


Menstruasi kadang kala dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan

dengan terganggunya aktivitas sehari-hari. Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami

nyeri yang sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi. Kondisi tersebut dinamakan dismenore,

yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari . Wanita pernah

mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa

reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada

sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan

analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini (Annathayakheisha,2009). Gangguan ini

sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai, walaupun frekuensi dismenore cukup

tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat

dipecahkan dengan memuaskan.


Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder

(Prawirohardjo, 2010).Dismenore primer adalah nyeri haid yang tanpa disertai dengan

kelainan anatomis genetalia dan terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche.

Rasa nyeri yang dirasakan sebelum atau bersamaan dengan hari pertama menstruasi dan

berlangsung beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari

(Wiknjosastro, 2007). Dismenore sekunder adalah nyeri yang muncul setelah haid, yaitu jika

ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip serta kelainan

posisi rahim yang mengganggu organ atau jaringan di sekitarnya dan disertai dengan kelainan

anatomis genetalia. Dismenore primer ini mencapai puncaknya pada hari pertama dan kedua

(Manuaba,2010).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenore) di dunia sangat besar. Rata-rata lebih

dari 50% perempuan di setiap negara mengalami Dismenore. Di Amerika angka

presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Diperkirakan wanita Amerika 1,7

juta per hari kerja setiap bulan menderita akibat dismenore. Menurut Alzubaidi (dalam

Sulastri 2006), setengah dari remaja putri di Amerika Serikat mengalami disminore ketika

menstruasi, dari 133 remaja yang melakukan konsultasi ke praktik dokter. Di Indonesia

angka kejadian disminore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% disminore primer dan

9,36 % dismenore sekunder (Anonim,2008). Sementara di Indonesia angkanya

diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh Dismenore. Angka kejadian

(prevalensi) Dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawat

dan Atikah, 2009). Di Surabaya di dapatkan 1,07 % - 1,31 % dari jumlah penderita

dismenore datang kebagian kebidanan (Anonim,2011). Dismenore banyak terjadi dan

ditemukan pada remaja putri, data ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas

Kedokteran Universitas Hassanudin didapatkan bahwa keluhan dismenore terbanyak

antara usia 13-15 tahun dengan 53,9 % kasus dan dismenore derajat sedang dengan 47,3 %

kasus (Ricky Susanto, 2011).


Dismenore memberikan dampak terhadap aktifitas dari remaja itu sendiri, salah satu

dampaknya adalah terganggunya aktifitas belajar dan juga mampu menurunkan

konsentrasi karena nyeri yang dirasakan. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hampir

10% remaja yang mengalami dismenore, absence rate nya 1-3 hari perbulan atau

ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat yang

dialami Poureslami,dkk (dalam Sulastri, 2006). Karena nyeri tersebut banyak remaja yang

mencari obat penghilang rasa nyeri tanpa melakukan konsultasi dengan dokter terlebih

dahulu. Pada umumnya remaja menginginkan cara yang instan dan praktis serta efek yang

diberikan berlangsung cepat.


Hasil studi pendahuluan yang kami lakukan di SMP N 2 Sukawati berdasarkan dari

data absen masing- masing kelas, banyak siswi yang absen karena alasan dismenore dan

dari register UKS didapatkan dalam tiga bulan terakhir ada delapan siswi yang istirahat di

UKS karena dismenore. Hasil wawancara dari 10 siswi SLTP kelas VIII didapatkan bahwa

delapan dari siswi tersebut mengalami nyeri perut setiap kali menstruasi dan dua orang

kadang-kadang mengalaminya. Dua orang mengatakan bahwa cara yang digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri itu dengan minum minuman yang tersedia di toko yang berfungsi

menghilangkan nyeri haid, tiga orang mengatakan cara mengatasinya dengan minum obat

penghilang nyeri, lima orang dengan istirahat dan jongkok serta pernah menggunakan

kompres hangat. Hal ini diperkuat oleh Jarret, dkk (dalam Sulastri 2006) yang mengatakan

bahwa untuk menghilangkan rasa sakit remaja menggunakan obat sendiri tanpa melakukan

konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air

hangat sebanyak 34% dan 92% melakukan istirahat. Sebagian dari mereka mengatakan

bahwa melakukan kompres hangat tidak praktis dan efeknya tidak langsung didapat.

Penggunaan kompres hangat merupakan cara untuk menghilangkan atau menurunkan

rasa nyeri yaitu secara non farmakologis tanpa memberikan efek samping. Selain itu
penggunaan kompres hangat merupakan cara yang murah serta mudah untuk dilakukan

sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal untuk menggunakannya. Kompres hangat

dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan

pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan,

meningkatkan aliran darah dan meredakan Vasokongesti pelvis (Bobak,2005). Dengan

menggunakan kompres hangat juga akan menimbulkan rasa relaksasi sehingga dapat

merangsang hormon endorphine. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada

saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon

ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang memberikan rasa

nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada

saat dismenore (Harry, 2007). Prinsip kerja kompres hangat adalah bekerja secara konduksi

memindahkan panas dari buli- buli air hangat ke dalam tubuh sehingga penggunaan

kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri

akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal (Perry & Potter 2006).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian manfaat pemberian kompres hangat dalam mengurangi dismenore primer.

B. Rumusan Masalah

Mengacu dari uraian latar belakang diatas kami merumuskan suatu permasalahan yaitu :

Adakah manfaat pemberian kompres hangat dalam mengurangi dismenore primer ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi dan menganalisa manfaat pemberian kompres hangat dalam

mengurangi rasa nyeri pada dismenore primer.


2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dismenore yang dialami oleh remaja putri sebelum

diberikan kompres hangat.


b. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dismenore yang dialami remaja putri setelah

diberikan kompres hangat.


c. Untuk menganalisa manfaat pemberian kompres hangat dalam mengurangi dismenore

primer
D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

Memberikan informasi dan pengetahuan tambahan bagi remaja putri pada khususnya

dalam melakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada dismenore primer.

b. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan tindakan dalam praktik kebidanan pada remaja dalam memberikan

asuhan kebidanan terhadap pengurangan rasa nyeri pada dismenore primer dengan

menggunakan kompres hangat serta penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wacana ilmiah, khususnya tentang pengaruh kompres hangat dalam mengurangi rasa

nyeri pada dismenore primer serta penelitian dapat digunakan sebagai acuan penelitian

selanjutnya.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dismenore
1. Pengertian

Menurut Wiknjosastro (2007), dismenore adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke

daerah pinggang, dan paha. Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai

terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24- 36

jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama . Nyeri ini timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk

beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sebelum, sesudah

dan selama menstruasi.

2. Jenis dismenore

. Dismenore dibagi menjadi 2, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore primer

Dismenore primer merupakan nyeri yang mulai timbul segera setelah menarche yang

berkaitan dengan kontraksi uterus , yang terjadi pada setiap masa haid dan akan pulih

sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan

posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri tersebut normal, tetapi dapat

berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik. Seperti stres, kurang darah dan

kondisi tubuh yang menurun . Dismenore primer digambarkan sebagai nyeri intermitten

atau kram yang disertai dengan pengeluaran darah menstruasi. Nyeri ini dirasakan di perut

bagian bawah dan punggung, kadang- kadang menjalar ke tungkai (Mark H, 2005).

b. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan yang terjadi dalam rongga uterus seperti

pemakain IUD yang menyebabkan nyeri saat terjadinya menstruasi atau terdapat tumor atau

kista pada rongga panggul. Selain itu, kelainan anatomis genetalia juga memberikan

pengaruh nyeri saat menstruasi. Pada dismenore sekunder, hormon prostaglandin juga

memberikan pengaruh yaitu berpengaruh dalam meningkatkan kontraksi otot rahim yang

bertujuan mendorong benda asing ke luar . Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul

kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista

atau polip, tumor sekitar kandungan serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu

organ dan jaringan di sekitarnya ( Mark H, 2005).

3. Faktor penyebab
a. Faktor hormonal

Dismenore dikaitkan dengan produksi hormon progesteron yang meningkat. Hormon

progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat (corpus luteum). Bila hormon progesteron sudah

cukup tinggi dihasilkan, maka timbullah keluhan dismenore. Estrogen, hormon yang

diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim. Prostaglandin adalah zat

kimia yang sangat mirip dengan hormon yang berperan dalam mengatur berbagai proses dalam

tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Zat

tersebut dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan memiliki

kisaran efek yang cukup berarti terhadap organ-organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin

menyebabkan tingginya kontraksi uterus yang pada gilirannya mengakibatkan dismenore

(Ramaiah, 2006).

b. Faktor psikis

Menurut Misaroh & Proverawati (2009), Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum

diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberapa faktor yang mendukung sebagai pemicu

terjadinya nyeri menstruasi adalah psikologi yang terjadi pada remaja dan ibu-ibu yang

emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi.

c. Faktor kejiwaan

Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak mendapat penerangan

yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

4. Patofisiologi

Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa disekresi. Pelepasan

prostaglandin yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan

menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen

bawah yang berifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung,

kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare) dan
gejala sistem saraf pusat meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk (Bobak,

2005).

5. Gejala klinis

Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut

yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit

kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh, bahkan

beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan biasa berlangsung

hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 2007). Menurut Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa

gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama

haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut

(pada abdomen bawah), punggung dan tulang kemaluan. Biasanya mengikuti kontraksi dan

dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit

kepala dan mudah tersinggung.

6. Klasifikasi nyeri

a. Derajat Nyeri Haid (Dismenore)

Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dismenore ada empat yaitu:

1)Derajat 0

Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tidak terpengaruhi

2)Derajat 1

Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang terpengaruh.

3)Derajat 2

Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas sehari-hari

terganggu

4)Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat

bekerja.

Menurut Perry & Potter (2005), nyeri bersifat individualistik dan karakteristik paling

subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri. Klien seringkali diminta

untuk mendiskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi

verbal (verbal descriptor scale,VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Alat VDS ini

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian

numerik (numerical rating scales, NRS), lebih di gunakan sebagai alat pendeskripsi kata .

Rasa nyeri ini berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Intensitas nyeri adalah

gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri

sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh

terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10.

Klasifikasi skala nyeri menurut Perry & Potter (2005) sebagai berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Sangat Nyeri

Gambar 1 Skala Intensitas nyeri numerik 0-10


Tidak Nyeri Nyeri Menderita Sangat Menyiksa

Nyeri Ringan Sedang Menderita

Gambar 2. Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana

Tidak Nyeri Nyeri yang tidak

Tertahankan

Gambar 3 Skala intensitas nyeri analog visual( VAS)

0 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat N. Berat tak

Nyeri Terkontrol Terkontrol

Gambar 4. Skala nyeri menurut Bourbanis

Keterangan :

1 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.


7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Gambar 5. pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale

7. Penatalaksanakan

a. Secara farmakologis

Menurut Prawirohardjo (2007), penanganan dismenore primer adalah:

1) Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi

simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas

pada perut bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik yang sering diberikan adalah

preparat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran

antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.

2) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan

bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita

melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan

memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.


3) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin

Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat

disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan dapat diberikan sebelum haid

mulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan dapat hari pertama haid.

4) Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat memudahkan

pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral

(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan

neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum infundibulum)

merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lainnya gagal.

Menurut Bare & Smeltzer ( dalam Tamsuri 2007), penanganan nyeri yang dialami oleh

individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau

pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan

menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan

inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus

menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.

b. Secara Non Farmakologis

Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam pengobatan

dimenore primer adalah:

1) Kompres hangat

Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli

panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari

buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan
terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau

hilang (Perry & Potter,2005).

Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri,

dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan

melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi

ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan

meredakan vasokongesti pelvis. Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai

metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot.

2) Olahraga

Olahraga secara teratur dapat menimbulkan aliran darah sirkulasi darah pada otot rahim

menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Pelepasan endorfin

alami dapat meningkat dengan olah raga teratur yang akan menekan pelepasan

prostaglandin, selain itu mampu menguatkan kadar beta endorfin yaitu suatu zat kimia otak

yang berfungsi meredakan rasa sakit .

3) Pengaturan diet

Cara mengurangi dan mencegah rasa nyeri saat menstruasi, dianjurkan mengkomsumsi

makanan yang banyak mengandung kalsium dan makanan segar, seperti sayuran, buah-

buahan, ikan, daging, dan makanan yang mengandung vitamin B6 karena berguna untuk

metabolisme estrogen .Menurut Bare & Smeltzer (dalam Tamsuri 2007) penanganan nyeri

secara nonfarmakologis terdiri dari:

1) Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan

bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

2) Terapi panas
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)

TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor)

dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS menggunakan

unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk

menghasilkan sensasi kesemutan, bergetar atau mendengung pada area nyeri.

4) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, contoh: bernafas

dalam-dalam dan pelan.

B. Kompres Hangat

1. Pengertian

Kompres adalah memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan cairan atau alat

yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Menurut Gabriel (1996),

kompres dapat diberikan dalam keadaan kering atau basah dan dingin atau hangat. Kompres

menggunakan media panas, uap panas, lumpur panas, handuk panas, electric pads dan lain-

lain. Dari beberapa media tersebut, kantong air panas atau botol berisi air panas merupakan

cara yang sangat efisien dalam pengobatan nyeri.

2. Manfaat efek panas

Panas digunakan secara luas dalam pengobatan karena memiliki efek dan manfaat yang

besar. Adapun manfaat efek panas adalah (Gabriael, 1996):

a. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah.
b. Efek kimia

Sesuai dengan Van Hoff ( dalam Gabriel 1996) bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia

didalam tubuh tergantung pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan

menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan

peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan

peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

c. Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh

darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah

yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi

dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 20-30 menit,

melakukan kompres lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien

akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak

mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier, 2009)

3. Mekanisme kerja panas

Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan empat cara yaitu:

secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja kompres hangat dengan

mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi

darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita

disminore primer, karena pada wanita yang disminore ini mengalami kontraksi uterus dan

kontraksi otot polos (Gabriel, 1996).


Menurut Perry & Potter (2005), Kompres hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-

buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas

dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan

akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang

atau hilang. Berikut ini merupakan suhu yang direkomendasikan untuk kompres hangat

Tabel 1. Suhu yang direkomendasikan untuk kompres hangat


( Dari Fundamental of Nursing Consepts, Procces, and Practice)
Deskripsi Suhu Aplikasi
Sumb er :
Hangat kuku 27-37oC Mandi air hangat
Hangat 37-40oC Mandi dengan air hangat,
Kozier B dan
bantalan akuatemia
Panas 40-46oC Berendam dalam air panas,
irigasi, kompres panas
Sangat Panas Lebih dari Kantong air panas untuk orang
46oC dewasa
Gleniora Erb, 2009

C. Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescene (kata bendanya

adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2009).

Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum

menikah (Soetjiningsih, 2004). Remaja artinya perubahan secara perlahan menuju

kematangan fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Menurut The Health

Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja

adalah 11- 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja

menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan

dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Faktor

psikis mempunyai peranan penting dalam terjadinya dismenore, menurut Misaroh &

Proverawati (2009), Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum diketahui secara pasti

(idiopatik), namun beberapa faktor yang mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri
menstruasi adalah psikologi yang terjadi pada remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil

lebih mudah mengalami nyeri menstruasi.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pemberian Kompres Pengurangan Nyeri


Hangat Dismenore
1. Pemberian obat
analgesik
2. Pemberian terapi
hormonal
3. Olahraga
4. Mengurangi konsumsi
alkohol dan merokok

5.

Keterangan :

= Diteliti = Dikendalikan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

Manfaat Pemberian Kompres Hangat Dalam Mengurangi Dismenore Primer Pada Remaja di
SMP N 2 Sukawati

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

(orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Variabel

juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Variabel

penelitian ini terdiri dari


a. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2009). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pemberian kompres hangat.


b. Variabel terikat
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah pengurangan nyeri dismenore primer.

2. Definisi Operasional Variabel


Tabel 2 Definisi operasional Manfaat Pemberian Kompres Hangat Dalam Mengurangi
Dismenore Primer Pada Remaja Di SMP N 2 Sukawati

VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL ALAT SKALA


UKUR/CARA
PENGUKURA
N
1 2 3 4
Variabel Kegiatan menempelkan botol air Observasi Skala
Bebas hangat dengan suhu 40-46oC tindakan Nomina
Pemberian
pada bagian perut bawah yang kompes hangat l
Kompres
dilakukan pada remaja yang pada perut
Hangat
sedang nyeri haid pada hari ke-1 bagian bawah
atau ke-2 dan perubahan yang yang dilakukan
diamati setelah perlakuan selama setiap menit
20 menit. Botol air hangat selama 20
diganti setiap 10 menit. menit.
Dilakukan oleh orang terlatih di
UKS SMP N 2 Sukawati
Variabel Nyeri yang dirasakan saat Skala Nyeri Skala
Terikat menstruasi yang dirasakan di Bourbanis Interval
Pengurangan perut bagian bawah serta respon
nyeri yang ditunjukkan oleh klien
Dismenore
- 1 :Nyeri Ringan ( secara
Primer
obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan
baik).
- 4 :Nyeri Sedang ( Secara
obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri,
dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah
dengan baik)
- 7 : Nyeri Berat (secara
obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan
distraksi)
- 10 : N.Sangat Berat ( Pasien
sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.

C. Hipotesis Penelitian
Adapun dalam penelitian ini hipotesis alternatif yang ditegakkan adalah Pemberian
Kompres Hangat Bermanfaat Dalam Mengurangi Dismenore Primer
BAB IV

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group

pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu sebelum

(pretest) diberi perlakuan kemudian setelah (postest) diberikan perlakuan dan sampel

tersebut di observasi kembali (Hidayat, 2007). Desain penelitian yang digunakan adalah

penelitian intervensi. Adapun prosedur intervensi yang peneliti lakukan adalah :


a. Sebelum digunakan untuk kompres hangat, air hangat dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam botol plastik dan diisi penuh. Setelah didalam botol, air hangat diukur suhunya.
b. Klien diberikan perlakuan dalam posisi tidur terlentang, pakaian bagian bawah dibuka

untuk lokasi pemberian kompres hangat.


c. Diletakkan pengalas handuk kecil pada perut bagian bawah untuk menghindari

terjadinya iritasi pada kulit.


d. Melakukan kompres hangat selama 20 menit pada klien.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pre test Perlakuan Post test


01 X 02

Keterangan :

1 : Sampel diobservasi terlebih dahulu untuk mengetahui skala nyeri sebelum

diberikan perlakuan

X : Pemberian perlakuan berupa kompres hangat

02 : Evaluasi sampel setelah 20 menit diberikan perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Sukawati dengan pertimbangan bahwa lokasi

penelitian memberikan kemudahan bagi peneliti berupa kemudahan administrasi, kasus

yang ingin diteliti ada serta belum adanya penelitian yang berkaitan dengan dismenore.

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 25 Maret 20 April 2014.


C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan

diteliti, bukan hanya subjek atau objek (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah siswi SMP N 2 Sukawati yang mengalami dismenore sebanyak 80 siswi. Populasi

diperoleh melalui studi pendahuluan dengan menggunakan wawancara. Sampel dalam

penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan sampel yang tidak sesuai

akan dieksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :
Remaja putri yang menstruasi pada hari pertama dan kedua serta mengalami dismenore

primer

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Remaja putri yang sudah mendapatkan terapi hormon sebelumnya


b. Remaja putri yang mengalami dismenore di rumah
c. Remaja yang sudah mendapatkan obat analgetik sebelumnya
d. Responden menolak ikut dalam penelitian.

2. Sampel penelitian

a. Jumlah sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2007). Penelitian ini menggunakan total sampling.

b. Teknik sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan non probability

sampling yaitu accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian, (Notoatmodjo, 2010).

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang digunakan

untuk mengukur variabel bebas yaitu perlakuan kompres hangat dan variabel terikat

yaitu pengukuran skala nyeri dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi.
2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, observasi

merupakan alat ukur dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada

responden yang dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan

diteliti (Hidayat, 2007). Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen

adalah dengan observasi tindakan kompres hangat sedangkan alat yang digunakan untuk

mengukur variabel dependen adalah lembar observasi dan dengan alat ukur

menggunakan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen yang digunakan

dalam bentuk lembar observasi.

3. Prosedur pengumpulan data

a. Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara

akademis, kemudian peneliti mempersiapkan surat permohonan ijin untuk melakukan


penelitian di SMP N 2 Sukawati. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan

kesepakatan dengan calon Responden.

b. Sebelum penelitian di lakukan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon

responden. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menandatangani

surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian.

c. Meminta responden untuk mendeskripsikan rasa nyerinya sebelum diberikan kompres

hangat sebagai pengamatan terhadap obyek penelitian berdasarkan variabel.

d. Mengajarkan teknik kompres hangat dan memberikan perlakuan pada responden,

yaitu dengan teknik pemberian kompres hangat. Kompres hangat yang diberikan

dengan suhu 40-46 C yang sebelumnya diukur dengan menggunakan termometer air.

Kompres hangat diberikan selama 20 menit, setiap 10 menit botol air panas yang

digunakan sebagai kompres hangat diganti untuk mempertahankan suhu panas dari

kompres panas tersebut.

e. Meminta responden untuk mendeskripsikan rasa nyerinya, apakah ada perubahan

sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat.

f. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala deskriptif nyeri Bourbanis yaitu

sebelum dilakukan kompres hangat (pretest) dan sesudah dilakukan kompres hangat

(postest) pada masing-masing responden. Selanjutnya pre test dan post test dicatat

pada lembar observasi responden.

g. Data responden saat pengumpulan data didapatkan 27 responden yang disebabkan

oleh keterbatasan responden dan keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Saat

melakukan pengumpulan data ada beberapa calon responden yang ragu-ragu serta

merasa malu untuk diberikan perlakuan kompres hangat sehingga peneliti harus

melakukan pendekatan kepada calon responden. Setelah selesai diobservasi, masing-

masing responden diberikan suplemen penambah darah.


h. Hasil pencatatan yang berupa data interval selanjutnya diolah kedalam paket program

komputer.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
a. Editing

Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses yang meliputi

kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban.

b. Skoring

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data,

semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah kegiatan merubah bentuk

data yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu, pada variabel

dependen yaitu intensitas nyeri diberikan kode jawaban berupa tidak nyeri skor 0,

nyeri ringan skor 1, nyeri sedang skor 4, nyeri berat skor 7, nyeri sangat berat skor 10.

c. Tabulating

Data sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut kategori

yang telah ditentukan, selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi

dari masing-masing variabel.

d. Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang selanjutnya

dilakukan analisis dengan menggunakan program komputer.

e. Cleaning

Memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa data
a. Analisa univariat

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tiap variabel yang diteliti

secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
Variabel yang dianalisis adalah skala nyeri haid yang dirasakan sebelum dilakukan kompres

hangat dan skala nyeri haid setelah dilakukan kompres hangat.

b. Analisa bivariat

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji kenormalan data dengan uji Shapiro-

Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 sampel. Hasil dari uji normalitas didapatkan

nilai signifikansi p = 0,000 < 0,05, data tidak berdistribusi normal, maka hipotesis diuji

dengan menggunakan Uji Wilcoxon.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Kondisi lokasi penelitian
SMP N 2 Sukawati berdiri tahun 1965 yang beralamat di Jln. Raya Singapadu,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. SMP ini memiliki visi dan misi dalam

mengembangkan prestasi, salah satu indikator visi SMP ini adalah unggul dalam kualitas

kesehatan diri dan lingkungan. Salah satu misi SMP ini adalah melaksanakan Trias UKS

untuk meningkatkan kualitas kesehatan sehingga menjamin peningkatan prestasi serta

membina siswa dan siswi oleh orang terlatih untuk peningkatan SDM dalam pelaksanaan

Trias UKS. Bulan Mei 2010 sekolah ini mengikuti lomba UKS se-Kabupaten Gianyar

dan berhasil masuk 10 besar UKS terbaik yang ada di lingkungan SMP se-Kabupaten

Gianyar. Program UKS yang terkait dengan Dismenore adalah sudah tersedianya 1

tempat tidur, namun pelaksanaan terkait dengan penanganan dismenore belum

terlaksana.
Tahun ajaran 2011/2012 SMP N 2 Sukawati memiliki 799 siswa dan siswi, yang

terbagi di dalam tingkatan kelas. Kelas VII terdiri dari 287 siswa, kelas VIII terdiri dari

256 siswa dan Kelas IX terdiri dari 256 siswa. Kelas VII terdiri dari 6 kelas,masing-

masing kelas rata-rata terdapat 48 siswa. Kelas VIII terdiri dari 5 kelas, masing-masing

kelas terdapat 50 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, masing-masing kelas terdapat 48

siswa.

Pada saat melakukan penelitian, kondisi SMP N 2 Sukawati masih dalam perbaikan

sehingga proses belajar mengajar untuk kelas VII dan VIII dipindahkan ke jam sore yaitu

dari jam 12.30 wita 18.00 wita.


2. Karakteristik subyek penelitian
Karakteristik dari subyek penelitian adalah berdasarkan usia. Dari 27 subyek

penelitian, usia yang mendominasi adalah usia 15 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 3.


Tabel 3. Distribusi Usia Siswi SMP N 2 Sukawati

Usia (tahun) n Prosentase (%)


14 12 44,4
15 15 55,6
Total 27 100

Didapatkan responden yang berusia 14 tahun sebanyak 12 orang (44,4%) dan

yang berusia 15 tahun sebanyak 15 orang (55,6%).


3. Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian berdasarkan variabel penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret- 20 April 2014 di SMP N 2

Sukawati. Dalam waktu tersebut telah didapatkan 27 responden remaja putri yang

mengalami dismenore. Responden-responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi

dan telah diberikan perlakuan berupa pemberian kompres hangat untuk mengetahui

manfaat pemberian kompres hangat dalam mengatasi ataupun mengurangi dismenore

Tabel 4
Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat,
pada remaja di SMP N 2 Sukawati bulan Maret April 2014

Skala nyeri Frekuensi Prosentase (%)


Nyeri ringan (1) 4 14,8
Nyeri Sedang (4) 15 55,6
Nyeri Berat (7) 8 29,6

Jumlah 27 100

Dari tabel menunjukkan tingkatan nyeri sebelum diberikan kompres hangat yaitu

skala nyeri terbanyak adalah remaja dengan skala nyeri sedang yaitu sebanyak 15 orang

(55,6%). Untuk skala nyeri ringan sebanyak 4 orang (14,8%) dan skala nyeri berat

sebanyak 8 orang (29,6%).

Tabel 5
Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat,
pada remaja di SMP N 2 Sukawati bulan Maret April 2014

Skala nyeri Frekuensi Prosentase (%)


Tidak nyeri (0) 2 7,4
Nyeri ringan (1) 16 59,3
Nyeri Sedang (4) 9 33,3

Jumlah 27 100

Dari tabel menunjukkan perubahan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat

dengan tidak nyeri sebanyak 2 orang (7,4%), nyeri ringan sebanyak 16 orang (59,3%)

dan nyeri sedang sebanyak 9 orang (33,3%).

4. Hasil analisis data


Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas data Shapiro-Wilk untuk

jenis data numerik karena jumlah sampel kurang dari 50. Dari hasil uji normalitas

didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 untuk kedua kelompok yang nilainya lebih kecil

dari 0,05 (p < 0,05) sehingga data tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis yang

digunakan adalah uji Wilcoxon.


Tabel 6
Hasil Analisis Wilcoxon Test

N Median p
(min-maks)
Skala nyeri sebelum kompres hangat 27 4(1-7) 0,00
Skala nyeri setelah kompres hangat 27 1(0-4)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, yaitu sebanyak 24

responden (88,89%) terjadi penurunan nyeri setelah diberikan kompres hangat dan yang

tidak mengalami perubahan setelah pemberian kompres hangat adalah sebanyak 3 orang

responden (11,11%). Uji Wilcoxon Test didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,00, sehingga

p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kompres hangat bermanfaat dalam mengurangi dismenore primer pada

remaja.
B. Pembahasan
Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila

dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon

prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat

peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang

menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan

merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David, 2004). Pengeluaran

prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus

menstruasi dan mencapai puncaknya pada saat menstruasi (Wiknjosastro,2006). Siswa

yang mengalami dismenore menyatakan mereka minum obat atau jamu untuk mengatasi

nyeri saat haid/dismenore. Untuk itu perlu adanya alternatif lain yang berfungsi untuk

mengatasi dismenore. Setelah melakukan kompres hangat selama 20 menit, terbukti

sebagian besar siswa melaporkan adanya perubahan dalam rasa nyeri yang mereka

rasakan.
Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan dalam

melakukan penelitian. Adapun beberapa keterbatasannya yaitu keterbatasan waktu dan

keterbatasan responden. Waktu penelitian bersamaan dengan berlangsungnya PKK II

DIV Kebidanan Klinik dan juga bersamaan dengan ujian akhir semester bagi siswa SMP

N 2 Sukawati yang dilanjutkan dengan liburan semester. Jumlah sampel yang didapat

berdasarkan rumus besar sampel yaitu 45 orang tidak tercapai, sehingga jumlah

responden yang didapat yaitu 27 orang. Responden masih merasa malu untuk diberikan

perlakuan karena mereka menganggap masih tabu dan belum penting dalam penanganan

dismenore yang telah dibuat oleh peneliti.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan remaja putri yang

berumur 15 tahun lebih banyak mengalami dismenore yaitu sebesar 55,6% dibandingkan

dengan umur 14 tahun ( 44,4% ). Menurut Ramaiah (2006), dismenore dikaitkan dengan

produksi hormon progesteron yang meningkat. Semakin bertambahnya usia,


pembentukan hormon semakin sempurna bersamaan dengan berkembangnya alat

reproduksi. Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena

ketidakseimbangan hormon reproduksi serta berkorelasi dengan faktor eksternal seperti

asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi dan aktifitas yang dilakukan. Sebelum

dilakukan kompres hangat skala nyeri yang paling banyak dirasakan adalah nyeri sedang

yaitu sebanyak 55,6% dan setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri yang paling

banyak dirasakan adalah nyeri ringan yaitu sebanyak 59,3%.


Uji Wilcoxon Test didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,00 yang nilainya lebih kecil

dari 0,05. Sehingga p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Sehingga dapat diputuskan bahwa hipotesis manfaat pemberian kompres hangat dalam

mengurangi dismenore pada remaja diterima. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ita

Trisianah (2006) dengan judul :Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat

terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di SMA N 15 Semarang. Pada penelitian

tersebut didapatkan bahwa teknik nafas dalam dan kompres hangat efektif dalam

pengurangan dismenore. Pemberian efek panas ataupun pemberian kompres hangat

merupakan pengobatan non farmakologis yang tidak memberikan efek samping terhadap

tubuh. Dengan pemberian kompres hangat dapat memberikan rasa aman pada tubuh yang

memerlukan terapi panas. Kompres hangat dilakukan dengan menggunakan botol air hangat.
Kompres hangat atau pemberian efek panas terhadap bagian yang nyeri

merupakan salah satu teknik relaksasi. Teknik ini dapat menghasilkan hormon endorphin.

Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.

Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat

berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa

nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri

pada saat kontraksi. Ketika seseorang melakukan kompres hangat, maka b-endorphin

akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang

berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat


dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,

kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry,2007). Sehingga pemberian

efek panas akan memberikan manfaat dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri

dismenore.
Tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan

ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stress adalah

adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh

hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan

pernafasan meningkat. Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormon

adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat

menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron

bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini

menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga

menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika

haid (Handrawan,2008).
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar (55,6%) responden sebelum diberikan perlakuan kompres hangat

berada dalam skala nyeri sedang


2. Setelah diberikan perlakuan kompres hangat selama 20 menit sebagian besar (59,3%)

responden berada dalam skala nyeri ringan


3. Pemberian kompres hangat bermanfaat secara signifikan dalam mengurangi atau

mengatasi dismenore primer pada remaja.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan ( tempat penelitian )
Institusi hendaknya melakukan kerja sama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan

untuk memberikan informasi mengenai dismenore primer serta pemberian informasi


sebaiknya diberikan sejak dini agar menambah pengetahuan remaja dalam mengatasi

dismenore primer pada saat menstruasi secara non farmakologis.


2. Bagi tenaga kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada wanita

usia produktif tentang kesehatan reproduksi dalam mengatasi dismenore primer pada saat

menstruasi secara non farmakologis.


3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk meneruskan penelitian secara mendalam dengan menambah variabel

penelitian dan dengan rancangan penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alzubaidi, 2004, Dismenorrhea, Clinical Fellow, Developmental Endicrinological,


National Intitute of Child Health and Human Development. Dalam Sulastri, 2006,
Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Disminore Pada Remaja Di Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah, Tesis, UGM, Yogyakarta.

Annathayakeishka, 2009, Nyeri Haid, Tersedia dalam : (http://www.Medicastore.com)


diakses tanggal 8 Mei 2012

Anonim, 2007, Disminorea, Tersedia dalam : (http://www.Medicastore.com) diakses


tanggal 6 oktober 2011

, 2007, Analisis Kasus Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Kotamadya


Makasar ,tersedia dalam: (http://www.Med.Unhas.ac.id) diakses tanggal 21
oktober 2011

Arikunto, 2002, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara

Bobak, Lowdermilk,J., 2005, Keperawatan Maternitas, Jakarta :EGC

Gabriel, J.F., 1996 , Fisika Kedokteran, Jakarta : EGC

Handrawan.H. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.


Harry, 2007, Mekanisme Endorphin Dalam Tubuh. Tersedia dalam
(http:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam + tubuh)
diakses tanggal 8 Mei 2012

Hidayat, AA., 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta:
Salemba Medika

Hurlock, E., 2009, Psikologi Perkembangan, Edisi 5. Jakarta : Erlangga

Jarret,dkk.,1995. Symptoms ans Self Care strategis in women With and Without
Dysmennorrhea, Health Care Women. Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian
Pengobatan Keluhan Disminore Pada Remaja Di Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah, Tesis, UGM, Yogyakarta.

Kozier B dan Gleniora Erb., 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Jakarta: EGC

Kusmiran, Eny, 2011, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba
Medika

Mark H, Swartz, 2005. Buku Ajar Diagnostik Fisik, Jakarta : EGC

Poureslami,dkk.,2001, Attitude of Female Adolescents About Dysmenorrhea and


Menstrual Hygiene. Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan
Keluhan Disminore Pada Remaja Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Tesis,
UGM, Yogyakarta

Potter, Perry, 2006, Fundamental Keperawatan ( terjemahan,edisi 4, vol 1-2 ), Jakarta:


EGC

Price dan Wilson, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ( Edisi 6,
vol 2), Jakarta: EGC

Proverawati dan Misaroh, 2009, Menarch Menstruasi Pertama Penuh Makna, Jakarta:
Numed

Ramainah, S., 2006, Mengatasi gangguan menstruasi. Yogyakarta: Diglosia Medika.

Sugiyono, 2009, Statiska Untuk Penelitian, Jakarta: Alfabeta

Tamsuri, A., 2007, Konsep dan penatalaksanaan nyeri, Jakarta : EGC.

Wiknjosastro,H., 2006 , Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


, 2006 , Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Yohmi, E. 2008, Kompres Hangat, Tersedia dalam (http://www.nursingbegin.com) diakses


tanggal 20 Oktober 2011, jam 20.00 WITA

Lampiran 1

. KUISIONER NYERI MENSTRUASI

1. Apakah siklus menstruasi anda teratur setiap bulan?

A. Ya B. Tidak

2. Menstruasi bulan sekarang tanggal berapa? ..............

3. Berapa lama (hari) siklus menstruasi anda?

A. < 28 hari, sebutkanhari

B. 28 hari

C. > 28 hari, sebutkanhari

4. Menstruasi yang akan datang kira-kira tanggal berapa? ...........

5. Apakah anda mengalami nyeri menstruasi/dismenorea?

A. Ya B. Tidak

6. Berapa lama kira-kira anda mengalami disminorea (nyeri pada saat menstruasi)?

A. < 1 jam B. Beberapa jam C. 1 hari D. > 1 hari

7. Hari keberapa biasanya mengalami nyeri perut/disminore?

A. Hari ke 1 B. Hari ke 2 C. Hari ke 3

8. Apakah anda pernah melakukan kompres hangat?

A. Ya B. Tidak

9. Jika pernah berapa lama anda melakukan kompres?

A. < 1 jam ( sebutkan jam.......) B. 1 jam C.> 1 jam ( sebutkan jam.......)


Nama :

No Hp :

Alamat :

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

Nama Responden :.

Usia Responden :.

Skala sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum diberikan kompres hangat :..........

Skala sensasi nyeri yang dirasakan responden setelah diberikan kompres hangat

selama 20 menit:...

Pengukuran skala sensasi nyeri responden berdasarkan skala nyeri Bourbanis (responden
merasakan nyeri yang dialaminya berada pada suatu skala), dengan kriteria:

SKALA NYERI BOURBANIS

KOD SKALA NYERI DESKRIPSI NYERI NILAI


E

1 Nyeri Ringan : Secara obyektif klien dapat


berkomunikasi dengan baik (dirasakan seperti
tusukan kecil)

4 Nyeri Sedang : Secara obyektif klien


mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik (dapat
dialihkan dengan melakukan pekerjaan )

7 Nyeri Berat : Secara obyektif klien terkadang


tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi (menangis, mengerang )

10 Nyeri Sangat Berat : Pasien sudah tidak


mampu lagi berkomunikasi, memukul atau
bahkan tidak sadarkan diri

., ...2014

Observer

()

N Nama Responden Umur kela Sebelu Setelah Tgl keterang


O s m kompre pelaksana an
kompre s an
s hangat
hangat
1 Lia sintya dewi 14 vii 4 1 24/5/12
2 D.A intan 14 vii 7 4 24/5/12
purnama
3 widiawati 14 Vii 7 4 25/5/12
4 Md ari savitri 14 vii 4 4 26/5/12
5 Ni Luh ari agus tini 14 vii 4 1 28/5/12
6 Ni komang pipit T 14 vii 1 0 28/5/12
7 Putu vira suastini 14 vii 4 1 29/5/12
8 Rara sasmita 14 vii 7 4 30/5/12
9 Ni putu noviani 14 vii 4 1 30/5/12
10 Putu indah larasati 14 vii 4 1 31/5/12
11 Dwi putri gautami 14 vii 4 1 31/5/12
12 Ayu sinta sari 14 vii 4 1 2/6/12
13 Dwi wirantari 15 viii 7 4 2/6/12
14 Ista ratna maya 15 viii 7 4 4/6/12
15 Eka pratiwi 15 viii 4 1 4/6/12
16 Kurnia dewi 15 viii 4 1 5/6/12
17 Dita agustiari 15 viii 4 1 6/6/12
18 Dita indah sari 15 viii 1 0 6/6/12
19 Candra krisna 15 viii 1 1 7/6/12
dewi
20 Masyuni 15 viii 4 1 7/6/12
dwijayanti
21 Dina kristina 15 viii 1 1 8/6/12
22 Sri mulianita 15 viii 4 1 9/6/12
23 Sinta 15 viii 4 4 11/6/12
wahyuningsih
24 Tri mahayani 15 viii 4 1 12/6/12
25 Trisna permata 15 viii 7 4 13/6/12
dewi
26 Mirah ambarawati 15 viii 7 4 13/6/12
27 Nilawati 15 viii 7 4 14/6/12
Jumlah 1=4 0=2
4 = 15 1 = 15
7=8 4 = 10
Tabulasi pre dan post test

Anda mungkin juga menyukai