Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

PRODI TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Disusun Oleh : Desi Wijayanti


NPM : (143610742)
Plug : III
Dosen : Budi Prayitno, ST, MT

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan ssyukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan ridho
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul Mineralogi
Fisik . Laporan mingguan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah mineralogi
Fisik, serta sebagai hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Penulis menyadari bahwa
penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan waktu,
pengetahuan, dan kemampuan yang penulis miliki.

Namun demikian, dengan segala kemampuan yang ada dan dengan rasa tanggung jawab,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan, uluran tangan, maupun bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini tidak dapat
terwujud, untuk itu pada kesempatan kali ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Pak Budi Prayitno, ST., MT selaku dosen Praktikum mata kuliah Mineralogi Fisik serta
kepala labor teknik geologi.
2. Asisten laboratorium mineralogi fisik
3. Orang Tua yang telah memberi doa.
4. Teman-teman yang telah memberikan masukan atas di buatnya laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga semua bantuan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang
setimpal. Amin ya rabbalalamin. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua pihak.

Pekanbaru, 23 Desember 2014

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Di ajukan untuk memenuhi persayaratan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi, tahun


akademik 2013/2014 Fakultas Teknik Geologi ProdiTeknik Geologi Universitas Islam Riau.

Disusun oleh :

Nama : Desi Wijayanti

NPM : 143610742

Plug : III

Paktikum Disetujui

Pekanbaru,

Desi Wijayanti Staf Assisten Praktikum

Kristalografi dan Mineralogi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang


1.2 Maksud dan tujuan

BAB II Mineralogi fisik

2.1 Pengertian mineralogi


2.2 Sifat Fisik Mineral

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisis, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya juga
tentang kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
mineral mempunyai pengertian yang berlainan dan bahkan bahkan dikacaukan di kalangan
awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik).

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan Mineralogi ini adalah :


1. Menentukan warna dari pendiskripsian mineralogi.
2. Menentukan Perawakan dari pendiskripsian mineralogy yang dideskripsi.
3. Menentukan kilap dari pendiskripsian mineralogi logam maupun yang non logam.
4. Menentukan skala kekerasn dari pendiskripsian mineral dengan cara menggoreskan pada
bagian bidang mineral logam maupun non logam menggunakan kuku manusia hingga paku
(kawat) memakai satuan Mohs.
5. Menentukan warna asli dari mineraloginya dengan kasat mata ataupun dibawah mikroskop.
6. Menentukan pecahan, tenacity, daya tahan dan berat jenis dari Mineral yang didiskripsi.
7. Mengetahui brasa dan bau dari mineral yang kita deskripsi.
8. Dan menentukan sifat kemagnetan dan derajat ketransparanan dari mineralogy yang kita
deskripsi tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mineralogi


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisis, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya juga
tentang kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
mineral mempunyai pengertian yang berlainan dan bahkan bahkan dikacaukan di kalangan
awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik), misalnya dibedakan antara
vitamin dan minera dalam ilmu obat-obatan , juga arti yang lain dalam perternakan. Maka
pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun
dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk defenisinya.

Ada beberapa definisi mineral diantaranya adalah :

1. Menurut L G Berry & B Mason, 1959 :


Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di Alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-
atomyang tersusun secara teratur.

Uraian dari defenisi ini ialah :

a. Benda padat homogen, mengandung pengertian :


Semua benda cair dan gas tidak termasuk mineral.
Tidak dapat diurai menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses proses fisika.

b. Terdapat di alam, mengandung pengertian :


Sebagai bahan alam.
Terjadi melalui proses alamiah, tidak dibuat oleh tangan manusia atau dibuat di
laboratorium.
Ada hubungan dengan waktu geologi (ribuan tahun)
c. Terbentuk secara anorganik, mengandung pengertian :
Bukan hasil suatu kehidupan baik manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan.

d. Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu, mengandung pengertian :


Mineral mempunyai komposisi kimia yang tetap
Dapat berupa :
- Unsur tunggal : Graphite ( C ), Belerang ( S ).
- Senyawa sederhana : Calsite ( CaCO3 ), Quartz ( SiO2).
- Senyawa kompleks : Marialite ( Na4Al3Si9O24Cl ).
Meiodite ( Ca4Al6Si6O24CO3 ).

e. Mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur, mengandung arti :


Mineral terdiri dari kumpulan atom-atom.
Sifat keteraturannya tercermin dalam bentuk luar dari kristal.

2. Menurut D G A Whitten & J R V Brooke, 1972 :


Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen, mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

Uraian dari definisi ini adalah :

a. Bahan padat, mengandung pengertian :


Mineral harus benda padat maka zat cair dan gas tidak termasuk ke dalam mineral.

b. Struktural homogen, mengandung pengertian :


Mineral tidak dapat diurai lagi menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses-proses fisika.

c. Mempunyai komposisi kimia tertentu, mengandung pengertian :


Mineral yang sama mempunyai komposisi kimia yang tetap

d. Proses alam yang anorganik, mengandung pengertian :


Mineral terjadi secara alamiah.
Mineral bukan hasil atau sisa suatu kehidupan.

3. Menurut A W R Petter & H Robinson, 1977 :


Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen, mempunyai komposisi kimia tertentu
dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil dari kehidupan.

Uraian dari definisi ini adalah :

a. Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen, mengandung pengertian :
Mineral berupa zat atau bahan sehingga dapat berupa zat padat atau zat cair atau
gas.
Tidak dapat diurai menjadi senyawa lain yang lkebih sederhana oleh proses-proses
fisika.

b. Komposisi kimia tertentu atau batas-batas tertentu, mengandung pengertian :


Mineral mempunyai komposisi kimia tetap.
Dapat berupa unsur tunggal, senyawa sederhana, senyawa komplek.

c. Mempunyai sifat tetap, mengandung pengertian :


Mineral mempunyai sifat-sifat fisis yang tetap, diantaranya kekerasan, berat jenis,
kilap, perawakan kristal dan lain-lainnya.
Juga mempunyai sifat-sifat kimiawi yang tetap, diantaranya, sublimasinya, reaksi
terhadap api oksidasi, api reduksi, bau yang dikeluarkan, peletikan, pengarangan
dan lain-lainnya.

d. Dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan, mengandung pengertian :


Mineral terjadi oleh proses alam.
Mineral terjadi bukan dibuat, hasil atau sisa kehidupan baik kehidupan manusia,
binatang ataupun tumbuh-tumbuhan.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral walaupun tidak termasuk
kedalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat disimpulkan baik dari definisi maupun uraian
anomalinya, dapat dibuat suatu definisi baru atau suatu definisi kompilasi. Di mana definisi
kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat sebagai :
bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur tunggal atau senyawa.

4. Definisi Mineral Kompilasi :


Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia yang tetap
dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap pada umumnya anorganis,
homogen dapat berupa padat, cair dan gas.

2.3 Sifat Fisik Mineral


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang
beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui
susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

1. Kilap (luster)
2. Warna (colour)

3. Kekerasan (hardness)

4. Cerat (streak)

5. Belahan (cleavage)

6. Pecahan (fracture)

7. Bentuk (form)

8. Berat Jenis (specific gravity)

9. Sifat Dalam

10. Kemagnetan

11. Kelistrikan

12. Daya Lebur Mineral

Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat
terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan
seperti logam.
Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:

Gelena

Pirit

Magnetit

Kalkopirit
Grafit

Hematit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.

Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.

Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.

Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.

Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.

Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai
dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap
mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena
batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu
warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh,
kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian
ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
1. Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O),Gypsum (CaSO4.H2O),Milky Kwartz
(Kuarsa Susu) (SiO2)
2. Kuning : Belerang (S)
3. Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
4. Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
5. Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
6. Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
7. Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
8. Abu-abu : Galena (PbS)
9. Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral
yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut.
Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs
dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala
1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras

Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia


1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Ortho klase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari alat
penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan


Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 6
Pisau Baja 5,5 6
Kikir Baja 6,5 7
Kuarsa 7

Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk
suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli
mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah. Contohnya :

Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam.

Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan.

Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan


Biotite : Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh
sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan
yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti
mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di
dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka
mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah belahan sedang

Kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:


a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat
permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan
dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke
segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994). Pecahan mineral ada beberapa macam,
yaitu:
Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,
seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.

Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,


hipersten

Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada
kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh
system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral
kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo,
1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen, amphibole.
c. Bangun doecahedon : garnet. Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami
gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya
mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di
dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan
dalam struktur sebagai berikut:

Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat
dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata
biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai
sakaroidal.

Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut
begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur
berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring
(retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.

Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu


mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi
struktur konsentris, foliasi.

Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk


pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum
untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu,
misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air,
misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah

Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.

Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.

Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.

Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat
kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.

Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral
dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak
gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat
apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang
sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila
benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari
besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertikal.

Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah
semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

Daya lebur mineral


Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisis, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya juga
tentang kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
mineral mempunyai pengertian yang berlainan dan bahkan bahkan dikacaukan di kalangan
awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik).

3.2 Saran
1. Dalam melakukan kegiatan praktikum mineralogi harus disusun konsep sematang
mungkin.
2. Mengidentifikasi ataupun dalam pendeskripsian kristal dan mineral tidaklah mudah harus
dengan pengetahuan analisa yang lebih bagus.
3. Utamakanlah keselamatan dalam melakukan kegiatan praktikum mineralogy ini supaya
tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
4. Dalam menganalisa ataupun menggambarkan diperlukan penguasaan ilmu prinsip dasar
mineralogy.
5. Perlu adanya dosen tambahan yang handal dalam ilmu mineralogy di teknik geologi
universitas islam riau ini.
6. Penulis mengharapkan agar diadakannya alat-alat untuk mengidentifikasi mineral.
7. Penulis mengharapkan adanya penambahan alat dan objek yang dideskripsikan agar ini
membantu mahasiswa memahami tentang mineralogy, dan adanya juga penambahan
dosen yang khususnya pada mata kuliah mineralogy yang terapan (dibidangnya),
dikarenakan supaya mahasiswa lebih mendasari ilmu tentang mineralogy ini. Apabila
dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum Mineralogi ini terdapat suatu kekurangan,
maka saya sebagai penulis menerima dengan besar hati apabila ada kritik, dan saran dari
pembaca guna kesempurnaan dari Laporan ini.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, Prof. Ir . C, M.Sc, 1980 Mineralogi (Buku Petunjuk Pratikum) Fakultas Teknik
Mineralogi/ Geologi UPN VETERAN Yogyakarta.
Flint. Y.I. Essential Of Mineralogi, Peace Publiher Moscow

Anda mungkin juga menyukai