Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,

sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma. 22

2.2. Prinsip Kerja Kontrasepsi 22, 23

Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sel telur dan sel

sperma. Ada tiga cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun

bersamaan. Pertama adalah menekan keluarnya sel telur (ovulasi), kedua menahan

masuknya sperma kedalam saluran kelamin wanita sampai mencapai ovum dan ketiga

adalah menghalangi nidasi.

Universitas Sumatera Utara


Cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi 13

a. Metode Sederhana

a.1. Tanpa alat/obat, antara lain senggama terputus, pantang berkala.

b.2. Dengan alat/obat, antara lain kondom. Diafragma, kream, jelli, cairan busa,

tablet berbusa (vaginal tablet), tissu KB

b. Metode Modern

Kontrasepsi hormonal, antara lain pil, suntik, implan, AKDR, metode mantap

yaitu sterilisasi antara lain vasektomi dan tubektomi.

2.3. Tujuan Program KB

Tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi,

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber daya

manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menjamin terkendalinya

pertumbuhan penduduk Indonesia. 13

2.4. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan periodik

untuk mencegah kehamilan. 23

Universitas Sumatera Utara


2.5. Sejarah Alat Kontrasepi Suntik

Keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-catatan dan

tulisan-tulisan dari Yunani Kuno, Tiongkok Kuno dan India, hal ini telah mulai

dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu.Tetapi pada waktu itu cara-cara yang

dipakai masih kuno dan primitif.13

Pada zaman Yunani Kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan

ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan

semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak setelah

melakukan hubungan seksual. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat

menghalangi masuknya sperma kedalam rahim umpamanya dengan memasukkan

rumput, daun-daunan ataupun sepotong kain perca kedalam vagina sebelum

melakukan hubungan seksual. Pada zaman Tiongkok Kuno telah ada obat dan jamu

yang maksudnya untuk mencegah kehamilan.13

Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya

untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia keluarga berencana modren mulai dikenal

pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh

masyarakat telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah

pertumbuhan penduduk.13

Secara ringkas, inovasi teknologi kontrasepsi dimulai dengan cara sederhana

seperti kondom, pil KB, suntik, susuk dan akhirnya cara yang sangat mantap yaitu

kontrasepsi pembedahan seperti tubektomi dan vasektomi. 23

Suntikan progestin pertama di temukan pada awal tahun 1950 an, yang pada

mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium

Universitas Sumatera Utara


(carcinoma endometrii). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan

progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan

progestin yang dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron

enantat. Sedangkan untuk suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan

pada tahun 1960 an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata

dapat memperbaiki siklus haid. 23

2.6. Jenis-Jenis KB Suntik 13

Adapun jenis-jenis KB suntik yang hanya mengandung progestin yaitu:

2.6.1.Kontrasepsi Progestin

a. Depo medroksiprogesteron asetat

Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik

intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak

setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.

b. Depo noretisteron enantat

Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskular.

2.6.2. Kontrasepsi Kombinasi

a. Depo estrogen-progesteron

Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan

5 mg Estrogen Sipionat.

Universitas Sumatera Utara


2.7. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan pada suntukan progestin dan suntikan

kombinasi sama saja yaitu :

2.7.1. Mencegah ovulasi

Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing

hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi.24 Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi

lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan

mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH)

dan (LH) .25

2.7.2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus

serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus

yang normal pada lendir serviks.Secret dari serviks tetap dalam keadaan di

bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.23

2.7.3. Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk implantasi dari

ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan

menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan

endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di

buahi.23

2.7.4. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi

atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur)

melalui tuba.23

Universitas Sumatera Utara


2.8. Keuntungan Kontrasepsi Suntik

Adapun keuntungan dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik sebagai

berikut :

2.8.1. Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari

dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi

kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis.23

2.8.2. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon

progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga

kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui.

Konsentrasi hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di

temukan adanya efek hormon pada pertumbuhan serta perkembangan

bayi.

2.8.3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius

terhadap kesehatan.

2.8.4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

2.8.5. Penggunaan jangka panjang

Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi

masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.

2.8.6. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun. 26

Universitas Sumatera Utara


2.9. Efek samping Kontrasepsi Suntik 26, 27

Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling menggangu.

Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan bercak,

perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid

tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak

berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah tetapi

sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni mengurangi terjadinya anemia.

Tidak mnjadi masalah karena darah tidak akan menggumpal didalam rahim.Amenore

disebabkan perubahan hormon didalam tubuh dan kejadian amenore biasa pada

peserta kontrasepsi suntikan. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan

dengan atrofi endometrium.28

Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu

besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak

tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada

biasanya.

Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas dingin,

pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak

menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,

atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genitalia,

Universitas Sumatera Utara


melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan). Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat

menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan

libido.

2.10. Efektivitas Kontrasepsi Suntik 26,29

Pada suntikan kombinasi efektifitasnya 1 - 4 kehamilan per 1000 perempuan

sebelum tahun pertama penggunaan, sedangkan suntikan progestin 3 kehamilan per

1000 perempuan per tahun asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai

jadwal yang telah ditentukan. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan

oleh ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah di tentukan atau

teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar-benar intragluteal.

2.11. Penggunaan Kontrasepsi Suntik 13, 29

2.11.1. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Usia reproduksi

b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

c. Menyusui

d. Setelah melahirkan dan tidak mnyusui.

e. Setelah abortus atau keguguran

f. Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

g. Perokok

Universitas Sumatera Utara


h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia.

i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

2.11.2. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Hamil atau dicurigai hamil

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e. Diabetes melitus disertai komplikasi.

2.11.3. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Usia reproduksi.

b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.

c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.

d. Menyusui diatas 6 minggu pascapersalinan dan tidak menyusui.

e. Anemia.

f. Haid teratur.

g. Riwayat kehamilan ektopik.

Universitas Sumatera Utara


2.11.4. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Hamil atau diduga hamil.

b. Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan.

c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

d. Penyakit hati akut (virus hepatitis).

e. Usia > 35 tahun

f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (180/110

mmHg)

g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun

h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain

i. Keganasan pada payudara

2.12. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik 13, 29

2.12.1. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Adapun waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah

sebagai berikut:

a. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.

b. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan

saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

c. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

Universitas Sumatera Utara


pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

d. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

sebelumnya.

e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya

dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang

akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan

pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik

setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

2.12.2.Waktu Mulai Menggunakam Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak

diperlukan kontrasepsi tambahan.

b. Bila suntikan pertama diberikan setelah haid ke 7 siklus haid, tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari

c. Bila Ibu tersebut pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,

suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil

d. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka

suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.

Universitas Sumatera Utara


e. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyususi, jangan diberi suntikan

kombinasi.

f. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam

waktu 7 hari

g. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

h. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya.

2.13. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan

cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan

terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja

segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi

suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu.22

Sedangkan untuk suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan

intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan

Universitas Sumatera Utara


7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di

berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu

tersebut tidak hamil.29

2.14. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik

2.14.1 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya

adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana

memperoleh pelayanan KB.30

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu.31

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Universitas Sumatera Utara


b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis

atau angket.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Hutauruk menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi, yaitu dengan pengetahuan baik 456,8 kali menggunakan

alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpengetahuan buruk.32

2.14.2. Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga

periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35

tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data

epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak

lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan

meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang

sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. 29

2.14.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk

bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu

orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula

halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan

kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. 31

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap

adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk

menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan

Universitas Sumatera Utara


keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan

kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah

anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah

anak. 31

Penelitian Hutauruk (2006) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi. Wanita usia subur yang berpendidikan tinggi 2,5 kali

menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan berpendidikan rendah.32

2.14.4. Paritas

Menurut Mantra (2006) kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran

tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu mungkin

menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga

umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang ibu melahirkan anak, maka

akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak

akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup

keluarga secara maksimal.33

Penelitian Mutiara (1998) dengan menggunakan desain cross sectional

2 orang menggunakan
menunjukkan bahwa kemungkinan ibu dengan paritas

kontrasepsi 0,91 kali di banding yang memiliki anak < 2 orang.34

Universitas Sumatera Utara


2.14.5. Dukungan Keluarga

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-

pihak tertentu. Menurut Sarwono (2007) ikatan suami isteri yang kuat sangat

membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat

membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling

bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan

tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di

Indonesia peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami,

sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran.35

Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai

istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami

istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam

pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya

pemakaian.36

2.14.6. Pekerjaan

Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan

status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku

fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat

berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh

lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga

secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi. 37

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian Sophiatun (2008) di desa Pilangwetan Demak dengan

menggunakan desain cross sectional ada hubungan pekerjaan dengan penggunaa alat

kontrasepsi suntik.38

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai