TUGAS MANDIRI
STASE PRAKTEK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Disusun oleh :
WARIS TRIYANI
15/390695/KU/18394
A. DEFINISI
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau
jaringan lainnya ( Dorland, 2011). Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang
diketahui ( ditentukan dengan biakan positif terhadap organisme dari tempat
tersebut) yang memiliki kriteria dua atau lebih yaitu:
1. Suhu > 38C atau 36C.
2. Denyut jantung lebih dari 90x/ menit
3. Respirasi >20x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Hitung leukosit >12.000/mm atau >10% sel imatur
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan
hpoperfusi, atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi pada asidosis laktat,
oliguri, atau perubahan akut pada status mental (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
B. ETIOLOGI
Penyebab sepsis adalah bakteri gram negatif dan fokus primernya dapat berasal dari
saluran genitourinaria, saluran empedu dan saluran gastrointestinal yang kemudian
menyebar ke struktur yang berdekatan, seperti pada peritonitis setelah perforasi
apendiks atau bisa berpindah dari perineum ke uretra atau kandung kemih.
Sedangkan gram positif dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga bisa berasal dari
luka terbuka, seperti luka bakar. ( Sudoyo Aru, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sepsis nonspesifik: demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise, gelisah atau kebingungan.
2. Hipotensi, oliguri atau anuri, takipnea atau hipepnea, hipotermia tanpa sebab
jelas, perdarahan.
3. Tempat infeksi paling sering: paru, traktus digestifus, traktur urinarius, kulit,
jaingan lunak dan saraf pusat. Dan akan bertambah berat pada usia lanjut,
penderita diabetes, kanker, gagal organ utama dan pasien dengan
granulosiopenia.
4. Syok sepsis.
5. Tanda- tanda MODS dengan terjadinya komplikasi: sindrom distress
pernafasan pada dewasa, koagulasi intravaskuler, gagal ginjal akut,
perdarahan usus, gagal hati, disfungsi siste saraf pusat , gagal jantung.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DPL dengan hitung jenis
2. Kimia serum, bilirubin, laktat serum, pemeriksaan fungsi hati dan protein
3. Resistensi insulin dengan peningkatan glukosa darah
4. AGD
5. Kultur urin, sputum, luka, darah.
6. Waktu tromboplastin parsial teraktivasi
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sepsis berbasis bukti yaitu early goal directed therapy (EGDT)
yang dapat dilakukan sejak awal sepsis ditemukan dan sebelum pasien masuk ruang
terapi intensif, karena jika resusitasi terlambat sampai terjadi disfungsi organ, maka
segala hal yang dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen sel akan menjadi
tidak ada gunanya. Inti EGDT pada syok sepsis adalah memantapkan penghantaran
oksigen pada pasien dengan cara mempertahankan tekanan vena central adekuat
untuk memeperbaiki keadaan hemodinamik dan memaksimalkan saturasi oksigen
vena sentral.
1. Resusitasi cairan
Pasien dengan sepsis berat dan syok sepsis mengalami sirkulasi arteri yang
tidak efektif sehingga perfusi jaringan menjadi tidak baik. Hal ini
disebabkan oleh vasodilatasi yang berhubungan dengan infeksi maupun
cardiac output yang terganggu. Perfusi yang buruk menyebabakan terjadinya
hipoksia jaringan global yang berhubungan dengan meningkatnya kadar
laktat serum. Resusitasi sepsis tahap awal adalah pemberian cairan kristaloid
20ml/kg secepatnya sebagai bolus pada kasus hipovolemia. Tanda-tanda
hipervolemia saat resusitasi harus diperhatikan seperti edema periorbita,
ekstremitas dan kesulitan bernafas. Monitoringnya yang paling obyektif
adalah dengan memperhatikan nilai normal CVP adlah 8-12mmHg.
2. Pemberian antibiotik.
Saat sepsis berat telah teridentifikasi, antibiotik harus diberikan sedini
mungkin untuk menobati infeksi yang mendasari. Antibiotik yang diberikan
adalah kombinasi antara antibiotik untuk gram negatif dan gram positif,
serta didasari oleh pola kuman di rumah sakit maupun dimasyarakat. Sbelum
ada hasil bikan darah, maka antibiotik harus disesuaikan sesegera mungkin
untuk mencegah resistensi dan pemborosan. Pemberian natibiotik harus
dinilai dalam waktu 48-72 jam.
3. Pemberian vasopresor.
Jika pemberian bolus cairan gagal untuk mempertahankan perfusi organ dan
tekanan arteri yang adekuat, maka agen vasopresor harus segera diberikan.
Dopamin atau norefineprin yang diberikan melalui kateter vena sentral
sesegera mungkin untuk mengoreksi hipotensi pada syok septik.
6. Pemberian inotropik
Pada EGDT dobutamin direkomendasikan jika didapatkan adanya
hipoperfusi jaringan (ScvO2 <70%), dengan syarat CVP, hematokrit dan
MAP telah dikoreksi terlebih dahulu dan mencapai nilai normal. Pada
beberapa kasus cardiac output sendiri dapat berkurang karena sepsis yang
menginduksi disfungsi kardia. Pada kasus ini dobutamin diberikan untuk
meningkatkan penghantaan oksigen ke perifer dan mencegah disfungsi
organ lebih jauh yang disebabkan hipoperfusi dan iskemia. Jika pemberian
dobutamin menyebabkan terjadinya hipotensi disarankan penggunaan
norepinefrin untuk melawan efek vasodilatasi dobutamin.
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan :
dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau
tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Tindakan :
Independen
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction
bila ada indikasi
Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan
atelektasis dan infeksi paru
Kolaboratif
- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada
indikasi
Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot
pernafasan
- Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai
ABGs normal
- Bebas dari gejala distress pernafasan
Tindakan :
Independen
- Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha
nafas
- Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles,
dan wheezing
Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena
peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran alveoli kapiler. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi
atau adanya mukus pada jalan nafas
Kolaboratif
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan
ekspektorant
Untuk mencegah ARDS
3. Resiko tinggi defisit volume cairan
Faktor resiko : penggunaan deuritik, keluaran cairan kompartemental
Tujuan :
pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah,
berat badan, urine output pada batas normal.
Tindakan :
Independen
- Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan
volume)
Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate,
menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi menurun.
Kolaboratif
Independen:
Kolaboratif
Independen
- Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan
jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di
rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.
Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan
energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang
akan menjadi berat atau yang sedang mengalami penyembuhan.
- Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa
primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem
respirasi sebelumnya.
- Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya:
tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara
pengobatan dapat diikutinya.
- Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan
dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang
merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan
mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The North
American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Price, S.A & Wilson, L.M.2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC.