I. DATA PENGAMATAN
1
a. StandarisasiNatriumHidroksida
b. KelarutansebagaiFungsiSuhu
II.1. Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion-ion dari
dua zat atau lebih ( Chang, 2004). Sedangkan kelarutan adalah kemampuan zat
terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut (solvent) tertentu. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan larutan yang disebut lewat jenuh yang menstabil (Dogra dan Dogra,
1990).
Kelarutan suatu zat bergantung pada beberapa hal yaitu (Sastrohamidjojo,
2011):
Sifat Solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute memiliki keasaman
dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekul solvent.
Sifat Solute
Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute dengan solute
dan solvent dengan solvent.
Suhu
2
Jika dalam larutan jenuh, kelarutan naik seiring kenaikan suhu ketika H
positif (endoterm), dan kelarutan turun seiring penurunan suhu ketika H negatif
(eksoterm).
Percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu, dimulai dengan menyiapkan
bahan-bahan yang akan digunakan pada saat percobaan yaitu asam oksalat dan
natrium hidroksida. NaOH dan H2C2O5 ditimbang kemudian dilarutkan dengan
akuades setelah itu asam oksalat dipipet kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
indikator pp, dititrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH yang ada diburet
dilakukan sebanyak dua kali titrasi.
Kelarutan sebagai fungsi suhu, Akuades dimasukkan ketabung pereaksi A
dipanaskan hingga 60 C dimasukkan asam oksalat, dimasukkan laruttan asam
oksalat kedalam tabung pereaksi B diaduk dan diambil sampai suhu 40 C, 30 C,
20 C, dan 10 Cdan dititrasi dengan larutan NaOH.
Asam oksalat merupakan kristal putih yang memiliki massa molar 90,03
g/mol ; densitas 1,90 g/cm3 dan kelarutan 90 g/L (Martin, 2012). Pada percobaan
ini akan dilakukan penjenuhan pada asam oksalat dengan memanaskan 0,2 gr
dalam 100 ml akuades.Larutan berubah menjadi larutan jenuh yang ditandai
dengan terbentuknya endapan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk
mempercepat proses penjenuhan pada asam oksalat. Pembuatan larutan NaOH 0,2
N dilarutkan dengan 0,8 gram padatan NaOH dengan 100 ml akuades .
Pembuatan larutan asam oksalat 0,25 N dilarutkan dengan 0,16 gram asam
oksalat dalam 100 ml akuades. Selanjutnya setelah dibuat larutan asam oksalat
pada 100 ml akuades, disiapka air untuk dipanaskan pada suhu 50-60 C
kemudian dimasukkan asam oksalat sampai jenuh. Fungsi pemanasan ialah
senyawa asam oksalat yang sukar larut pada air dingin menjadi mudah larut pada
air panah dan mencapai larutan jenuh pada suhu tertentu. Reaksi yang terjadi pada
kesetimbangan kimia ialah :
H 2 C 2 O 4 (S )
+ H20 (l) H2C2O5(aq)
3
Pada saat pembuatan larutan, larutan harus diperhatikan dan sambil
diaduk. Larutan harus jenuh pada temperatur yang baik karena karena sangat baik
pada proses titrasi sedangkan pada larutanyang lewat jenuh maka larutan tersebut
sangat berpengaruh pada saat proses titrasi. Setelah larutan dipanaskan diambil
larutan sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudan
diencerkan dengan 100 ml akuades.
Titrasi adalah suatu prosedur dalam analisis volumetrik dimana suatu titran
atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret
kedalam larutan lain yang bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya)
hingga tercapai titik ekuvalen atau titik akhir titrasi (Ika, 2009). Larutan yang
sudah diambi, dimasukkan kedalam erlenmeyer dan diencerkan dalam 100 ml
akuades. Larutan asam oksalat diambil kembali yang sudah diencerkan sebanyak
5 ml ditambahkan indikator pp dan titrasi secara duplo. Fungsi dilakukan duplo
yaitu agar mendapatkan hasil yang lebih akurat .Reaksi yang terjadi pada saat
proses titrasi antara NaOH dan C2H2O4ialah :
4
merah muda. Berikut adalah struktur indikator PP pada saat berada dalam suasana
asam dan basa (Day dan Underwood, 2002).
Titrasi ini disebut dengan titrasi asidimetri, titrasi yang melibatkan basa
bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisisi garam yang berasal dari asam
lemah dimana larutan asam yang digunakan konsentrasinya telah diketahui
5
(Bassett, dkk, 1994). Sehingga dalam titrasi ini digunakan larutan asam oksalat
yang telah diketahui konsentrasinya untuk dititrasi dengan larutan NaOH yang
terdapat didalam buret.
Hasil dari titrasi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi semakin banyak. Dan nilai molaritas
yang didapatkan dari masing-masing suhu adalah 0,6335 mol(pada suhu 500C);
0,4819 mol (pada suhu 400C) dan 0,3837 mol (pada suhu 300C). Dari hasil
molaritas tersebut dibuat sebuah grafik dengan hubungan antara mol terhadap 1/T
dengan persamaan garis yang didapatkan adalah y =-0,108x-0,092 dan R =
0,997 . Nilai Hps adalah 2,0851 J/mol, nilai negatif yang didapatkan
II.2. Perhitungan
II.3.
N 0,2
M= ek = 1 = 0,2 M
gr 1000
M= mr x v
gr 1000
0,2 = 40 x 100
gr = 0,8 gram
N 0,025
M= ek = 2 = 0,0125 M
6
gr 1000
M= mr x v
gr 1000
0,0125 = 126 x 100
3. Standarisasi NaOH
Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml
M C2H2O4 = 0,0125 M
1 ml+ 1ml
V NaOH rata rata = 2 = 1ml
Ditanya : M NaOH = ?
Jawab :
n NaOH = 2 n C2H2O4
=2(Mxv)
= 2 ( 0,0125 x 5 )
= 2 ( 0,0625)
= 0,125 mol
n NaOH
M NaOH = V rata ratatitrasi
0,125
= 1
= 0,125 M
4. Kelarutan C2H2O4Sebagai Fungsi Suhu
a. T = 50 OC
7
Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml
M NaOH = 0,1785 M
7,4 +6,8
V NaOH rata-rata= 2
= 7,1 ml
Ditanya : n C2H2O4
Jawab :
1
n C2H2O4 = 2 x n NaOH
1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH
1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 7,1
M C2H2O4. = 0,1267 M
= 0,1267 x 5
= 0,6335mol
b. T = 40OC
Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml
M NaOH = 0,1785M
5,4 +5,4
V rata-rata = 2 = 5,4 ml
Ditanya : n C2H2O4
jawab :
8
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
1
n C2H2O4 = 2 x n NaOH
1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH
1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 5,4
M C2H2O4= 0,09639 M
= 0,09639 x 5
= 0,4819 mol
c. T = 30 OC
Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml
M NaOH = 0,1785 M
V rata-rata = 4,3 ml
Ditanya : n C2H2O4
Jawab :
1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH
1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 4,3
M C2H2O4. = 0,07675 M
= 0,07675 x 5
9
= 0,3837 mol
1/T (K)
10
Hps=0,1089 X 2,303 X 8,314=2,0851 J/mol
II.4.Jawaban Pertanyaan
1. Pencuplikanuntukmenentukankelarutandisinimelakukandarisuhutinggike
suhurendah.
Bagaimanapendapatandakalaupencuplikanitudilakukandenganarahberlaw
ananyaitudarisuhurendahkesuhutinggi?
Jawab: Jika pelarutan suhu larutan bertambah dari sebelumnya, maka
proses tersebut menghasilkan kalor. Proses pelarutan yang menghasilkan
kalor disebut dengan proses eksoterm. Penurunan suhu akan menambah
jumlah zat yang dapat larut. Hal tersebut akan mengakibatkan kelarutan
mengalami perbedaan proses, yaitu proses endoterm.
Jawab:
ln K
T P=
Ho
RT
T
d ln m 2 H
dT T RT 2
1
T2
H
d ln m RT
T1
2
dT
11
T
1 A BT CT 2
R T1
ln m dT
T2
T
1
R T1
ln m AT 2 BT CT
III. Penutup
III.1. Simpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
a. Suhu sangat mempengaruhi kelarutan, semakin tinggi suhu yang
digunakan maka kelarutan akan semakin cepat. Kelarutan naik
seiring kenaikan suhu dan kelarutan turun seiring dengan
penurunan suhu.
b. Nilai kalor pelarutan differensial yang didapatkan adalah-2,0851
KJ/mol, nilainegatif yang didapatkan menunjukkan bahwa reaksi berlangsung
secara eksoterm karena terjadi pelepasan kalor dari system kelingkungan.
III.2. Saran
12
Saran untuk praktikum ini adalah pada percobaan selanjutnya coba
menggunakan bahan atau metode yang lain. Misalnya menggunkan
larutan KOH metode titrasi asam basa.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J., Danney, F., Jeffery, E dan Meddham, J., 1994, Buku Ajar
Vogel Kimia Analisi Kuantitatif Anorganik, Buku Kedokteran,
Jakarta
Dogra, S.K dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI-Press,
Jakarta
13
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
Nim : H1031141028
Kelompok :V
3. Normaningsih Rahayu
4. Ailing
5. Mahdalena
6. Kemal Akbar
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
14
2016
15