Anda di halaman 1dari 15

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan kelarutan sebgai fungsi suhu. Kelarutan adalah


kemampuan zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut (solvent) tertentu.
Kelarutan suatu zat bergantung pada suhu. Pengaruh suhu terhadap kelarutan
dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari-hari
yaitu kelarutan gula dalam air.Tujuan dari percobaan ini akan dilakukan
penentuan kelarutan zat pada berbagai suhu dan menentukan kalor pelarutan
differensial.Metode yang digunakan yaitu dengan metode titrasi Titrasi dihentikan
ketika larutan telah mencapai titik akhir titrasi atau titik dimana asam telah
ternetralkan oleh basa yang ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi
merah muda yang Hasil dari titrasi tersebut dibuat sebuah grafik log m terhadap
1/T dimana dari percobaan ini diperorleh grafik dengan persamaan y= -0,108x -
0,092 dan R = 0,997 . Nilai Hps adalah 2,0851 J/mol

Kata Kunci : Kelarutan,Metode Titrasi, Suhu

I. DATA PENGAMATAN

1
a. StandarisasiNatriumHidroksida

Volume Asam Oksalat Volume Natrium Perubahan


No
(ml) Hidroksida (ml) Warna
1 5 0,7 Merah Muda
2 5 0,7 Merah Muda

b. KelarutansebagaiFungsiSuhu

Volume Asam Oksalat Volume Natrium Perubahan


No
(ml) Hidroksida (ml) Warna
50 C 7,4 ml Merah Muda
1
50 C 6,8 ml Merah Muda
40 C 5,4 ml Merah Muda
2
40 C 5,4 ml Merah Muda
30 C 4,3 ml Merah Muda
3

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1. Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion-ion dari
dua zat atau lebih ( Chang, 2004). Sedangkan kelarutan adalah kemampuan zat
terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut (solvent) tertentu. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan larutan yang disebut lewat jenuh yang menstabil (Dogra dan Dogra,
1990).
Kelarutan suatu zat bergantung pada beberapa hal yaitu (Sastrohamidjojo,
2011):
Sifat Solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute memiliki keasaman
dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekul solvent.

Sifat Solute
Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute dengan solute
dan solvent dengan solvent.
Suhu

2
Jika dalam larutan jenuh, kelarutan naik seiring kenaikan suhu ketika H
positif (endoterm), dan kelarutan turun seiring penurunan suhu ketika H negatif
(eksoterm).
Percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu, dimulai dengan menyiapkan
bahan-bahan yang akan digunakan pada saat percobaan yaitu asam oksalat dan
natrium hidroksida. NaOH dan H2C2O5 ditimbang kemudian dilarutkan dengan
akuades setelah itu asam oksalat dipipet kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
indikator pp, dititrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH yang ada diburet
dilakukan sebanyak dua kali titrasi.
Kelarutan sebagai fungsi suhu, Akuades dimasukkan ketabung pereaksi A
dipanaskan hingga 60 C dimasukkan asam oksalat, dimasukkan laruttan asam
oksalat kedalam tabung pereaksi B diaduk dan diambil sampai suhu 40 C, 30 C,
20 C, dan 10 Cdan dititrasi dengan larutan NaOH.

Asam oksalat merupakan kristal putih yang memiliki massa molar 90,03
g/mol ; densitas 1,90 g/cm3 dan kelarutan 90 g/L (Martin, 2012). Pada percobaan
ini akan dilakukan penjenuhan pada asam oksalat dengan memanaskan 0,2 gr
dalam 100 ml akuades.Larutan berubah menjadi larutan jenuh yang ditandai
dengan terbentuknya endapan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk
mempercepat proses penjenuhan pada asam oksalat. Pembuatan larutan NaOH 0,2
N dilarutkan dengan 0,8 gram padatan NaOH dengan 100 ml akuades .

Pembuatan larutan asam oksalat 0,25 N dilarutkan dengan 0,16 gram asam
oksalat dalam 100 ml akuades. Selanjutnya setelah dibuat larutan asam oksalat
pada 100 ml akuades, disiapka air untuk dipanaskan pada suhu 50-60 C
kemudian dimasukkan asam oksalat sampai jenuh. Fungsi pemanasan ialah
senyawa asam oksalat yang sukar larut pada air dingin menjadi mudah larut pada
air panah dan mencapai larutan jenuh pada suhu tertentu. Reaksi yang terjadi pada
kesetimbangan kimia ialah :

H 2 C 2 O 4 (S )
+ H20 (l) H2C2O5(aq)

3
Pada saat pembuatan larutan, larutan harus diperhatikan dan sambil
diaduk. Larutan harus jenuh pada temperatur yang baik karena karena sangat baik
pada proses titrasi sedangkan pada larutanyang lewat jenuh maka larutan tersebut
sangat berpengaruh pada saat proses titrasi. Setelah larutan dipanaskan diambil
larutan sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudan
diencerkan dengan 100 ml akuades.

Selanjutnya dilakukan standarisasi NaOH 0,2 N.Standarisasi NaOH perlu


dilakukan karena Standarisasi merupakan suatu cara untuk menentukan secara
pasti konsentrasi larutan yang digunakan. Larutan NaOH perlu distandarisasi
karena NaOH bersifat higrokopis sehingga dapat mengalami perubahan
konsentrasi bila dibiarkan di udara bebas. Standarisasi dilakukan dengan cara
menitrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat.

Titrasi adalah suatu prosedur dalam analisis volumetrik dimana suatu titran
atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret
kedalam larutan lain yang bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya)
hingga tercapai titik ekuvalen atau titik akhir titrasi (Ika, 2009). Larutan yang
sudah diambi, dimasukkan kedalam erlenmeyer dan diencerkan dalam 100 ml
akuades. Larutan asam oksalat diambil kembali yang sudah diencerkan sebanyak
5 ml ditambahkan indikator pp dan titrasi secara duplo. Fungsi dilakukan duplo
yaitu agar mendapatkan hasil yang lebih akurat .Reaksi yang terjadi pada saat
proses titrasi antara NaOH dan C2H2O4ialah :

C2H2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

Indikator fenolftalein atau biasa disingkat sebagai pp adalah suatu senyawa


organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi
asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia (pink) bila
dalam larutan basa.Rentang pH fenolftalein 8.3 10.0. Perubahan warna saat
titrasi terjadi karena reaksi antara C2H2O4dan NaOH akan menghasilkan garam
basa Na2C2O4.Garam basa akan bereaksi dengan indikator membentuk warna

4
merah muda. Berikut adalah struktur indikator PP pada saat berada dalam suasana
asam dan basa (Day dan Underwood, 2002).

Gambar 4.2.1.1 Struktur Indikator PP dalam Suasana Asam dan Basa.


Saat titrasi NaOH berperan sebagai larutan standar sekunder, karena
NaOH merupakan larutan yang bersifat higroskofis sehingga untuk mengetahui
konsentrasinya harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Asam oksalat
merupakan larutan murni dan tidak bersifat higroskofis sehingga konsentrasinya
dapat diketahui melalui metode gravimetri. Larutan standar sekunder adalah
larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarisasikan dengan larutan standar primer. Sedangkan larutan asam oksalat
berperan sebagai larutan standar primer, larutan standar yang dibuat langsung
dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu dan dilarutkan dalam
volume tertentu, sehingga konsentrasinya dapat diketahui secara pasti (Day dan
Underwood, 2002). Pada proses titrasi volume yang didapatkan pada suhu 50C
ialah 7,1 ml dan 6,8 ml. 400C, mendapatkan 5,4 ml dan pada suhu 300C
mendapatkan suhu 4,3 ml. Variasi dari suhu ini bertujuan mengetahui sejauh mana
pengaruh suhu pada penentuan kelarutan dan panas pelarutan diferensial dari
larutan asam oksalat jenuh tersebut.

Titrasi ini disebut dengan titrasi asidimetri, titrasi yang melibatkan basa
bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisisi garam yang berasal dari asam
lemah dimana larutan asam yang digunakan konsentrasinya telah diketahui

5
(Bassett, dkk, 1994). Sehingga dalam titrasi ini digunakan larutan asam oksalat
yang telah diketahui konsentrasinya untuk dititrasi dengan larutan NaOH yang
terdapat didalam buret.

Hasil dari titrasi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi semakin banyak. Dan nilai molaritas
yang didapatkan dari masing-masing suhu adalah 0,6335 mol(pada suhu 500C);
0,4819 mol (pada suhu 400C) dan 0,3837 mol (pada suhu 300C). Dari hasil
molaritas tersebut dibuat sebuah grafik dengan hubungan antara mol terhadap 1/T
dengan persamaan garis yang didapatkan adalah y =-0,108x-0,092 dan R =

0,997 . Nilai Hps adalah 2,0851 J/mol, nilai negatif yang didapatkan

menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara eksoterm karena terjadi pelepasan


kalor dari sistem ke lingkungan.

II.2. Perhitungan
II.3.

1. Pembuatan Larutan NaOH 0,2 N

N 0,2
M= ek = 1 = 0,2 M

gr 1000
M= mr x v

gr 1000
0,2 = 40 x 100

gr = 0,8 gram

2. Pembuatan Larutan C2H2O4 0,025 N

N 0,025
M= ek = 2 = 0,0125 M

6
gr 1000
M= mr x v

gr 1000
0,0125 = 126 x 100

gr = 0,01575 = 0,2 gram

3. Standarisasi NaOH

Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml

M C2H2O4 = 0,0125 M

1 ml+ 1ml
V NaOH rata rata = 2 = 1ml

Ditanya : M NaOH = ?

Jawab :

2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

n NaOH = 2 n C2H2O4

=2(Mxv)

= 2 ( 0,0125 x 5 )

= 2 ( 0,0625)

= 0,125 mol

n NaOH
M NaOH = V rata ratatitrasi

0,125
= 1

= 0,125 M
4. Kelarutan C2H2O4Sebagai Fungsi Suhu

a. T = 50 OC

7
Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml

M NaOH = 0,1785 M

7,4 +6,8
V NaOH rata-rata= 2

= 7,1 ml
Ditanya : n C2H2O4

Jawab :

2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

1
n C2H2O4 = 2 x n NaOH

1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH

1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 7,1

M C2H2O4. = 0,1267 M

n C2H2O4= M C2H2O4x V C2H2O4

= 0,1267 x 5

= 0,6335mol

b. T = 40OC

Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml

M NaOH = 0,1785M

5,4 +5,4
V rata-rata = 2 = 5,4 ml

Ditanya : n C2H2O4

jawab :

8
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

1
n C2H2O4 = 2 x n NaOH

1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH

1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 5,4

M C2H2O4= 0,09639 M

n C2H2O4= M C2H2O4x V C2H2O4

= 0,09639 x 5

= 0,4819 mol

c. T = 30 OC

Diketahui : V C2H2O4 = 5 ml

M NaOH = 0,1785 M

V rata-rata = 4,3 ml

Ditanya : n C2H2O4

Jawab :

2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

1
M C2H2O4 . V C2H2O4 = 2 x M NaOH Standarisasi x V NaOH

1
M C2H2O4. 5 = 2 x 0,1785 x 4,3

M C2H2O4. = 0,07675 M

n C2H2O4= M C2H2O4x V C2H2O4

= 0,07675 x 5

9
= 0,3837 mol

T(K) 1/T (K) MOL Log MOL


323 3,09 X10-3 0,6335 -0,1982
313 3,19 X10-3 0,4819 -0,3170
303 3,3 X10-3 0,3837 -0,4160

GRAFIK 1/T TERHADAP LOG MOL


0
-0.050.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
-0.1
-0.15
-0.2 Log MOL
LOG MOL f(x) = - 0.11x - 0.09
-0.25 Linear (Log MOL)
R = 1
-0.3
-0.35
-0.4
-0.45

1/T (K)

10
Hps=0,1089 X 2,303 X 8,314=2,0851 J/mol

II.4.Jawaban Pertanyaan
1. Pencuplikanuntukmenentukankelarutandisinimelakukandarisuhutinggike
suhurendah.
Bagaimanapendapatandakalaupencuplikanitudilakukandenganarahberlaw
ananyaitudarisuhurendahkesuhutinggi?
Jawab: Jika pelarutan suhu larutan bertambah dari sebelumnya, maka
proses tersebut menghasilkan kalor. Proses pelarutan yang menghasilkan
kalor disebut dengan proses eksoterm. Penurunan suhu akan menambah
jumlah zat yang dapat larut. Hal tersebut akan mengakibatkan kelarutan
mengalami perbedaan proses, yaitu proses endoterm.

2. Dalam integrasi persamaan vant Hoff diandaikan bahwa H tidak


tergantung pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor
pelarutan merupakan fungsi kuadrat dari suhu:
H = A + BT + CT2dengan A, B, C tetapan

Jawab:
ln K
T P=
Ho
RT

T
d ln m 2 H
dT T RT 2
1

T2
H
d ln m RT
T1
2
dT

11
T
1 A BT CT 2
R T1
ln m dT
T2

T
1
R T1
ln m AT 2 BT CT

III. Penutup
III.1. Simpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
a. Suhu sangat mempengaruhi kelarutan, semakin tinggi suhu yang
digunakan maka kelarutan akan semakin cepat. Kelarutan naik
seiring kenaikan suhu dan kelarutan turun seiring dengan
penurunan suhu.
b. Nilai kalor pelarutan differensial yang didapatkan adalah-2,0851
KJ/mol, nilainegatif yang didapatkan menunjukkan bahwa reaksi berlangsung
secara eksoterm karena terjadi pelepasan kalor dari system kelingkungan.
III.2. Saran

12
Saran untuk praktikum ini adalah pada percobaan selanjutnya coba
menggunakan bahan atau metode yang lain. Misalnya menggunkan
larutan KOH metode titrasi asam basa.
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., Danney, F., Jeffery, E dan Meddham, J., 1994, Buku Ajar
Vogel Kimia Analisi Kuantitatif Anorganik, Buku Kedokteran,
Jakarta

Chang, R., 2004, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Erlangga, Jakarta

Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif,


Erlangga, Jakarta

Dogra, S.K dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI-Press,
Jakarta

Ika, D., 2009, Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C demgan


metode Titrasi Asam Basa, 1 (2) : hal 163

Sastrohamidjodjo, H., 2001, Kimia Dasar, UGM Press, Yogyakarta

13
LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

Judul : Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Asisten : Petricia Suryandari

Nama : Sintia Miranti

Nim : H1031141028

Kelompok :V

Hari/Tanggal : Senin/21 Maret 2015

Anggota : 1. Irma Deva Oktavianti

2. Devi Novita Sari

3. Normaningsih Rahayu

4. Ailing

5. Mahdalena

6. Kemal Akbar

7. Wahda Fitri Febryana

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

14
2016

15

Anda mungkin juga menyukai