Kalau belajar, rezeki akan lebih mudah untuk dikejar. Kalau belajar, kita akan
berdiri dengan lainnya dengan sejajar. Namun tak semua orang mau belajar. Di
antara mereka malah mengajukan alasan-alasan yang tak wajar.
Kita semua sepakat bahwa yang suka beralasan dan bermalasan itu adalah ciri
para pecundang. Sepenuh hati saya berharap, Anda menghindarinya. Sekali lagi,
menghindarinya. Apa perlu saya ulangi untuk ketiga kalinya?
ippho-motivator-indonesia-motivator-terbaik-motivator-bisnis
- Saat kita menyarankan sesuatu yang baru, alasannya "Saya nggak punya ilmu,
nggak punya pengalaman."
- Saat kita memberitahu ilmu dan cara-caranya, katanya "Kamu sok tahu," atau
"Ah ini susah," atau "Di sana sih berhasil, di sini belum tentu."
- Saat kita memberitahu investasi yang besar, alasannya "Saya nggak punya
uang."
- Dikasih gratis, murah, atau refund, katanya "Mau memanfaatkan saya? Mau
menipu saya? Kamu pikir saya bodoh ya?"
- Dikasih motivasi, tak percaya. Dikasih bukti, katanya pamer. Saat kita berhenti
memotivasi, katanya "Kamu lagi bangkrut ya?"
Tepok jidat, hehehe.
Celetukan mereka "Ah, motivator itu ngomong doang. Kalau ngomong doang,
aku juga bisa." Oya? Yakin bisa? Sekiranya bisa, berapa orang yang mau
mendengarkanmu? Berapa orang yang berubah setelah mendengarkanmu? Perlu
dicatat, banyak motivator yang juga bisa action, nggak ngomong doang.
Motivator-Indonesia-Motivator-Terbaik-Motivator-Islami
Bagi saya, simple saja. Lazimnya, saya hanya mengajar orang yang siap diajar.
Ini sih wajar. Apalagi Robert Kiyosaki pernah berujar, "Jangan mengajari babi
bernyanyi." Anda capek, babinya lebih capek. Hehehe.
Saya nggak terlalu tertarik menghabiskan waktu saya hanya untuk meyakinkan
mereka yang suka beralasan. Saya capek, merekanya lebih capek. Akan jauh
lebih efisien dan efektif jika kita mencurahkan perhatian pada orang-orang yang
siap diajar. Ini namanya prioritas.
Saya berharap, Anda memilki mental pemenang. Mau belajar. Nggak beralasan,
nggak bermalasan. Sekian dari saya, Ippho Santosa.