Anda di halaman 1dari 8

Dalam kesehariannya, manusia tidak akan pernah lepas untuk beraktivitas.

Apapun bentuknya, manusia akan senantiasa beraktivitas untuk berbagai tujuan,


misalnya mencari nafkah (pekerjaan), menyelesaikan tugas (project), sekadar olah
tubuh untuk menjaga kebugaran, dan sebagainya. Di dalam aktivitas tersebut, tentunya
terjadi berbagai macam gerakan tubuh untuk menginterpretasikan tujuan yang ingin
dicapai. Di dalam studi keilmuan ergonomi, aktivitas manusia berikut gerakan-gerakan
tubuh yang dihasilkannya dipelajari dalam suatu topik khusus, yaitu Hierarchical
Task Analysis (HTA).
HTA (Hierarchical Task Analysis) dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh
Annet & Duncan (Annet & Duncan, 1967; Annet, Duncan, Stammers, dan Gray, 1971:
Cunningham & Duncan, 1967) yang bertujuan untuk mengatasi keterbatasan analisis
kerja (task) dari metode pengukuran kerja motion-time-study. Keterbatasan tersebut
terletak pada analisis pekerjaan (task) yang sifatnya non-repetitif kognitif. Pada
awalnya, metode HTA ini digunakan sebagai pengendali proses kerja pada Industri Baja
dan Petrokimia. Seiring berjalannya waktu, maka sampai saat ini metode HTA ini telah
berkembang dan digunakan sebagai metode pengukuran kerja dalam berbagai bidang,
misalnya Human Interface Design, analisis error (baik individu maupun kelompok)
pada Industri Pembangkit Listrik (sebagai sistem kendali dan petunjuk), dan
sebagainya (Ainsworth & Marshall, 1998; Kirwan & Ainsworth, 1992; Shepherd, 2001).
Pada dasarnya, metode HTA merupakan proses untuk menguraikan (memecah)
suatu task menjadi sub-task tertentu ke dalam beberapa level task secara detail.
Setiap sub-task (atau dalam hal ini disebut operasi) dapat dispesifikkan lagi lebih detail
untuk mencapai suatu tujuan (goal) tertentu, yang bergantung pada input kondisi yang
akan mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai. Action menjadi parameter untuk
mencapai goal (tujuan), sedangkan feedback mengindikasikan pencapaian tujuan
(goal) yang berhasil dicapai. Hubungan antara sub-task dan superordinat task dapat
didefinisikan sebagai plan dan beberapa tipe plan dapat dibedakan menjadi suatu
prosedur, aturan-aturan yang selektif, dan time-sharing. Pada dasarnya tujuan dari
analisis dengan metode HTA adalah untuk mengidentifikasi kondisi aktual dari
suatu task tertentu dan juga dapat menganalisis kecenderungan terjadinya error atas
pengerjaan task tersebut, sehingga dapat diusulkan perulangan (remedial) dengan cara
memodifikasi task tersebut melalui beberapa cara, misalnya redesign task dan atau
proses training atas task tertentu. HTA mungkin lebih baik dapat dilihat sebagai
strategi pembreakdownan task secara sistematis untuk dapat digunakan dalam
berbagai konteks masalah dan tujuan yang berbeda yang masih dalam scope human
factors enterprise (Shepherd, 1998). Sejarah asal mulanya HTA dapat digambarkan
pada bagan sebagai berikut :
Gambar 1.
Sejarah HTA
Beberapa tujuan dari HTA diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Memecahkan suatu task menjadi sub-task dalam level dan detail tertentu; serta
2. Mengatasi keterbatasan metode pengukuran kerja klasik, yaitu timeand
motion study dalam menganalisis pekerjaan (task) yang non-repetitif kognitif.
Beberapa terminologi (Istilah) yang kemungkinan akan dikenal dalam HTA,
diantaranya:
Analysis
Analysis merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk :
Mengidentifikasi sumber kesalahan (error) dari masalah performansi task yang
dikerjakan; dan
Mengusulkan solusi dari permasalahan performansi tersebut.

Description
Description merupakan daftar tindakan atau proses fisik (kognitif) yang terlibat dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan (task).
Task
Task merupakan bagian dari aktivitas (pekerjaan) yang harus dilakukan.
Goals
Goals merupakan ambisi atau usaha (effort) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
(task) tertentu sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Decompotition
Decompotition merupakan suatu proses yang mem-break down tujuan utama menjadi
beberapa kegiatan yang bisa mencapai tujuan tersebut. Aktivitas ini meliputi beberapa
hal sebagai berikut :
1. Identifikasi tujuan dari suatu proses yang telah ditentukan oleh beberapa
kriteria, contoh tiba di suatu tujuan (acara) dengan usaha yang minimum dan tanpa
kecelakaan; dan
2. Aktivitas yang terdiri dari identifikasi subtujuan dalam rute yang dapat diambil
untuk mencapai tujuan proses secara keseluruhan.
Redescription
Redescription merupakan suatu cara untuk mencari sumber kesalahan (error) dari
suatu sistem general, baik yang berupa potensi maupun yang sebenarnya terjadi, yang
dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai subtujuan tertentu.
Plans
Plans merupakan cara yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Apabila cara
pertama dirasa masih belum bisa memenuhi tujuan secara maksimal, diperlukan suatu
alternatif atau cara yang lain.
Stop Rule
Stop Rule merupakan model (bentuk) penghentian dari aktivitas (kerja) yang sedang
dilakukan. Ada dua kemungkinan (klasifikasi) stop rule (kegiatan penghentian) ini
dapat dilakukan, yaitu :
Berhenti ketika semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan analisis
telah dipenuhi; dan

Berhenti ketika probabilitas (peluang) kegagalan dan biaya kegagalan produk dinilai
telah dapat diterima.

Berikut ini akan ditampilkan metodologi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
suatu aktivitas dengan pendekatan HTA (7 steps):
Gambar 2.
Metodologi HTA
Beberapa kelebihan (keunggulan) dari HTA (Hierarchical Task Analysis) adalah
sebagai berikut :
1. Mudah dan sistematis dalam pengorganisasian informasi (task);
2. Dijadikan dasar dalam mendeteksi adanya kecenderungan
terjadinya error dalam task yang dikerjakan;
3. Menyediakan konteks informasi untuk pendekatan task yang lain;
4. Mampu memadukan task dengan orang yang melakukan task tersebut; dan
5. Mempermudah koreksi (pengecekan) pada tiap-tiap elemen task yang
dikerjakan.
Sedangkan kekurangan (kelemahan) dari HTA (Hierarchical Task Analysis) adalah
sebagai berikut :
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membreakdown task dalam
beberapa level;
2. Harus memiliki keahlian yang tinggi (expert) dalam melakukan breakdown dari
sebuah task; dan
3. Melibatkan banyak komponen (stakeholder), baik itu operator, manajer,
maupun engineer.
HTA sangat berguna dalam berbagai bidang (disiplin keilmuan), misalnya bidang
kesehatan (pharmacy). Berikut ini akan dijelaskan penggunaan HTA dalam proses
administrasi obat di suatu RS:
Gambar 3. HTA Proses Administrasi Obat di RS
Contoh HTA di atas adalah proses administrasi obat di sebuah rumah sakit (RS). Tujuan
utama dari HTA ini adalah untuk membreakdown segala aktivitas yang menyertai
proses administrasi obat di suatu rumah sakit, berikut juga menganalisis kemungkinan
terjadinya error (kesalahan) atas aktivitas tersebut. Aktivitas-aktivitas error yang
mungkin terjadi ditandai dengan blok merah (pada gambar diagram HTA di atas).
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan beberapa langkah cara yang harus dipenuhi.
Langkah-langkah serta pendetailan cara telah ditampilkan pada gambar diagram di
atas.
HTA (hierarchical task analysis) pada prinsipnya merupakan tools atau metode yang
dapat membantu menguraikan aktivitas (kerja) yang dilakukan manusia. Dengan
bantuan HTA, maka kita akan memperoleh berbagai macam keuntungan, diantaranya :
-Memperoleh gambaran yang jelas terhadap aktivitas berikut elemen-elemen
pendukung yang sedang dikerjakan;

-Mengetahui tujuan aktivitas secara detail;

-Mampu mencari alternatif-alternatif aktivitas yang dapat dilakukan, terutama untuk


mempermudah pekerjaan;

-Mampu menganalisis kecenderungan terjadinya kesalahan (error) atas aktivitas yang


sedang dikerjakan; dan
-Mampu mengidentifikasi sumber kesalahan (error) yang terjadi.
*****

Referensi :

[1] Ainsworth, L., & Marshall, E. (1998). Issues of quality and practicability in task
analysis: Preliminary results from
two surveys. Ergonomics, 41(11), 16071617. Also in Annett and Stanton (2000) op. cit.
pp. 7989.

[2] Annett, J. (1969). Feedback and human behaviour. Harmondsworth, Penguin.

[3] Annett, J., (2000). Theoretical and pragmatic influences on task analysis methods.
In J.-M. Schraagen, S. F. Chipman, and V. L. Shalin (Eds.), Cognitive task analysis
(pp. 2537). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

[4] Annett, J. & Cunningham, D. (2000). Analyzing command team skills. In J.-M.
Schraagen, S. F. Chipman, V. L.
Stalin. Cognitive task analysis (pp. 401415). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum
Associates.

[5] Annett, J., Cunningham, D., & Mathias-Jones, P. (2000). A method for measuring
team skills. Ergonomics, 43(8),
10761094.

[6] Annett, J., & Duncan, K. D. (1967). Task analysis and training design. Occupational
Psychology, 41, 211221.

[7] Shepherd, A. (2001). Hierarchical task analysis. London: Taylor & Francis.

Advertisements
Rate this:
hwgrr akhirnya bloging lgi..sedikit mengungkap tentang Task Analysis.

apah sih Task analysis (analisis tugas)??? yaitu sesuatu yang sangat penting dalam
pembahasan interaksi manusia dan komputer karena berkonsentrasi pada pefomance
kerja.

yang dimaksud dengan Task analysis adalah suatu metode untuk menganalisis pekerjaan
manusia, apa yang dikerjakan dengan apa mereka bekerja dan apa yang harus mereka
ketahui. Contohnya : apa saja tugas yang dilakukan untuk membersihkan rumah.

Mengapa perlu analisis tugas ?Untuk memasukan elemen manusia secara langsung pada
perancangan secara sistematis dan terbuka sehingga dapat diperiksa dengan teliti.

Task analisis ini merupakan proses menganalisa tentang cara pengguna dalam
mengerjakan, menyelesaikan dan bereaksi terhadap tugas dari suatu sistem dan hal-hal
yang inign diketahui oleh pengguna (dix, 1993 ). Fungsi dari task analysis adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusandesain serta sebagai
dasar unutk mengevaluasi desain dari sistem.

Task analis sangat diperlukan, terutama dari sudut pandang desainer, karena umumnya
desainer beranggapan bahwa semua user adalah sama, dan juga semua user sama
dengan saya. Mereka juga sering kali berasumsi bahwa kareteristik user (budaya, norma
dan lingkungan) tidak memiliki pengaruh dengan sistem dan keangkuhan yang menyatakan
bahwa desain interface yang baik tidak perlu memehami user.

Sebelum dilakukan proses penyusunan task analysis, maka desainer dan pembuat aplikasi
melakukan penyusunan kategori proses, serta membuat pernyataan tentang : apa yang
terjadi sebelum proses, apa yang akan terjadi dari proses, mengapa proses harus
dilakukan, bagaimana cara melakukan dan apa yang akan dihasilkan oleh proses tersebut.

Task analysisi sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaiut ( Dix, 1993) :
1. Task decomposition

Suatu task pecah menjadi sub-task yang berurutan. Salah satu pendekatan dari jenis task
analysis ini adalah HTA atau Hierarchical Task Analysis yang membagi tugas dalam suatu
hirarki jenis Tree. Tipe tuga yang terdapat dalam jenis task analiysis ini antara lain :

1. Fixed sequence : Tugas tetap yang harus dilakukan

2. Optional : Tugas yang dapat diabaikan

3. Cycles : Tugas yang dikerjakan berulang

2. Knowledge Based techniques

Menekankan pengetahuan dari user tentang objek dan aksi yang akakn dibutuhkan dalam
task tersebut . knowledge based analysis dimulai dengan mengidentifikasikan semua objek
dan aksi yang terlibat dalam task, dan kemudian mengembangkan suatu taxonomi dari
semuanya. Hal ini mirip dengan taxonomi dari cabang ilmu biologi (klasifikasi
hewan/tumbuhan).

3. Entity-relation based analysis

Berdasarkan objek, penekanan pada identifikasi dari entity, relationship dan kegunaannya,
seringkali diasumsikan mirip dengan UML.

Anda mungkin juga menyukai