Pemeriksaan kultur bakteri penyebab tonsilitis rekuren maupun tonsilitis kronis perlu
dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sebagai bukti empiris dalam penatalaksanaan
tonsilitis. Terdapat perbedaan bakteri pada permukaan tonsil dengan bakteri di dalam inti
tonsil sehingga perlu dilakukan pemeriksaan swab permukaan tonsil maupun pemeriksaan
dari inti tonsil. Swab dari inti tonsil didapatkan dari tonsil yang telah dilakukan tonsilektomi9.
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini penatalaksanan yang dapat
diberikan, yaitu6,12 :
1. Antibiotik golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
2. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4. Pemberian antipiretik.
Indikasi dilakukannya pemberian antibiotik pada pasien dengan infeksi pada tonsil
dan saluran napas adalah sebagai berikut 19 :
1. Akut tonsilitis disertai dengan gejala sistemik
2. Unilateral peritonsilitis
3. Memiliki riwayat demam reumatik
4. Keadaan immunosupresi
Tabel 2.2. Uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri patogen penyebab tonsilitis (S) Sensitif (I)
Intermediate (R) Resisten (Pulungan, 2005)
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, Namun hal ini
bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan
dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya 7. Di Amerika Serikat, karena
kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor. Di Indonesia,
tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek dan teknik tidak
sulit. Indikasi dilakukannya tonsilektomi dapat dibagi menjadi19 :
1. Indikasi absolut
Infeksi tenggorokan berulang yang terjadi :
a. Tujuh kali atau lebih dalam satu tahun
b. Lima kali per tahun dalam dua tahun
c. Tiga kali per tahun dalam tiga tahun
d. Dua minggu atau lebih tidak masuk sekolah atau kerja dalam satu tahun
Abses peritonsilar. Pada anak, tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu setelah abses
diobati. Pada dewasa, serangan kedua abses peritonsilar merupakan indikasi asolut.
Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
Hipertrofi tonsil yang menyebabkan :
a. Obstruksi saluran napas (sleep apnea)
b. Sulit menelan
c. Gangguan artikulasi suara
Suspek keganasan. Pembesaran tonsil unilateral kemungkinan limfoma pada anak,
dan kemungkinan karsinoma epidermoid pada dewasa. Sebelumnya harus dilakukan
dahulu biopsi eksisional.
2. Indikasi relatif5
Karies difteri yang tidak respon dengan pemberian antibiotik
Karies streptococcus , yang mungkin menjadi sumber infeksi lainnya
Tonsilitis kronis dengan halitosis yang tidak respon dengan terapi medikamentosa
Tonsilitis streptococcus berulang pada pasien dengan valvular heart disease.
3. Bagian dari operasi lain18
Palatofaringoplasti yang dilakukan karena adanya sleep apnea syndrome.
Neurektomi glossofaringeal. Tonsil diangkat terlebih dahulu baru kemudian nervus
glossofaringeal diangkat dan bed of tonsil tetap ditinggalkan.
Pengangkatan prosessus stiloideus