Anda di halaman 1dari 2

Menanti Kebangkitan Mobnas

-Arde Candra Pamungkas-

Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi


mobil di Indonesia yang pada 2015 lalu telah mencapai 2 juta unit. Jumlah produksi
tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan produksi mobil terbanyak
kedua di Asia Tenggara setelah Thailand. Meskipun jumlah produksi termasuk besar,
pasar domestik Indonesia masih dikuasai berbagai merek luar, seperti Toyota,
Honda, Daihatsu, Suzuki, Nissan, dan berbagai brand lain yang produknya telah
menguasai hampir semua ruas jalan dari perkotaan sampai pedesaan. Lantas
akankah pasar otomotif nasional dikuasai produk asli dalam negeri? Seperti
terwujudnya mobil nasional (mobnas).

Wacana produksi mobil nasional (mobnas) sudah ada sejak era orde baru. Sejak
diperkenalkannya Toyota kijang, mobil asal Jepang pada gelaran Pekan Raya Jakarta
1975, yang tak lama kemudian banyak digunakan oleh masyarakat pada saat itu,
bahkan sampai sekarang. Belum adanya produk mobil yang asli buatan Indonesia
kemudian memunculkan gagasan tentang produksi mobnas yang komponen, serta
proses produksinya dikerjakan di dalam negeri dengan lisensi yang dipegang
industri dalam negeri.

Pada 1994, wacana produksi mobnas perlahan mulai terealisasikan. Habibie yang
pada saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek)
menerima usulan komisi X DPR agar Indonesia memproduksi mobil sendiri dengan
bercermin pada industri pesawat terbang yang sudah berkembang terlebih dahulu.
Kemudian lahirlah Maleo, mobnas pertama yang diharapkan mampu menjadi pionir
dalam industri otomotif nasional. Namun, Maleo yang sempat mengaspal pada 1994
gagal diproduksi secara masal lantaran dana proyek tersedot untuk mobnas lain,
mobil Timor.

Kematian maleo, diiringi dengan lahirnya Timor. Berdasarkan intruksi presiden


nomor 2 tahun 1996, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan,
dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal diminta untuk secepatnya membuat proyek industri mobil nasional.
Kemudian lahirlah Timor S515. Namun, proyek ini juga terhenti karena krisis
moneter 1998. Selain maleo dan Timor, ada pula Bimantara, Beta 97 MPV, Gang Car
yang seluruhnya kandas karena berbagai kendala.

Harapan baru muncul beberapa tahun terakhir, embrio mobnas justru terlahir dari
tangan para pelajar, mahasiswa, dan teknokrat yang mengembangkan mobil listrik.
Diantaranya adalah mobil Esemka dan Selo yang memiliki potensi besar sebagai
mobnas. Mobil Esemka awalnya merupakan rakitan dari pelajar SMK yang kemudian
namanya melambung karena digunakan oleh jajaran pemerintah kota Solo pada
saat Jokowi menjabat sebagai walikota Solo.

Meski lama tidak terdengar kabarnya, mobil Esemka rencananya akan diproduksi
masal pada akhir 2016 ini setelah mendapatkan izin dari Kementerian Perindustrian.
Mobil Esemka akan diproduksi masal oleh PT Adiperkasa Cipta Esemka Hero (ACEH)
gabungan dari PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dan PT Adiperkasa Citra Lestari
(ACL). Kabar ini kiranya bisa menjadi harapan kebangkitan mobil nasional.

Tidak hanya mobil Esemka yang digaungkan menjadi mobnas. Ada pula Mobil Selo,
mobil listrik generasi kedua dari Tucuxi yang pertama kali digagas oleh Dahlan Iskan
selaku menteri BUMN periode 2011-2014. Dikembangkan oleh tim putra petir, Ricky
Elson dan Dasep Ahmadi. Komponen mobil ini 70 persen merupakan bahan lokal,
sementara untuk baterai dan motor listrik menggunakan produk luar.

Selo memiliki spesfikasi yang mumpuni, disamping tampilannya yang sporty, label
mobil listrik yang ramah lingkungan turut menambah nilai positif pada mobil ini.
Bahkan rancangan mobil Selo pun diminati oleh Malaysia. Namun, di Indonesia Selo
tak kunjung diproduksi secara masal karena permasalahan modal dan perizinan.

Selo yang mengusung konsep mobil listrik bisa menjadi refleksi bahwa kita
sebenarnya tidak terlalu tertinggal dalam hal kreatifitas di bidang teknologi
otomotif. Konsep mobil listrik dewasa ini memang sedang menjadi tren dunia.
Banyak industri otomotif skala internasional yang berlomba menciptakan berbagai
rancangan mobil listrik. Salah satunya Mercedes yang berencana akan merilis 10
model listrik terbaru hingga tahun 2025. Belum adanya pemain dominan pada jenis
mobil listrik kiranya menjadi peluang bagi industri otomotif nasional untuk serius
mengembangkan mobil jenis ini.

Cita-cita Indonesia memiliki mobnas yang mampu bersaing dengan pasar global
tentu bukan perkara yang mudah direalisasikan. Dominasi merek asing dalam pasar
domestik mejadi tantangan bagi industri otomotif dan pemerintah. Mengembangkan
mobil nasional memerlukan pemikiran dan investasi yang besar, dibutuhkan
regulasi yang tepat agar produk mobnas dapat tumbuh dan berjaya dipasar dalam
negeri, lebih-lebih diluar negeri. Mobnas seperti Esemka, Selo, ataupun yang
lainnya tentu akan menjadi kebanggaan tersendiri jika dipakai dan dipercaya oleh
konsumen dalam maupun luar negeri.

Daftar Bacaan
Rio apinino, 5 kendaraan yang pernah jadi calon mobil nasional. Diakses dari
http://otomotif.liputan6.com/read/2294879/5-kendaraan-yang-pernah-jadi-calon-
mobil-nasional pada 7 Oktober 2016
Akhyari Hananto, Mengenang Maleo, Mobnas Pertama Indonesia. Diakses dari
https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/04/14/mengenang-maleo-mobnas-
pertama-indonesia pada 7 Oktober 2016
http://www.gaikindo.or.id/kapasitas-produksi-mobil-di-indonesia-mencapai-2-juta-
unit-per-tahun/. Diakses pada 7 Oktoer 2016

Anda mungkin juga menyukai