NERVUS OPTIKUS
Disusun oleh:
INSAN FITRIYANI
0908151691
Pembimbing:
Dr. AMSAR AT, Sp.S
0
NERVUS OPTIKUS
1. Anatomi
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di
depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal
dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut
temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan
untuk ke korpus genikulatum lateral dan nucleus pretektalis (gambar 1).1
1
kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal
dari bagian parietal korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang
bawah sedangkan serabut yang berasal dari temporal membawa impuls dari
lapang pandang atas (gambar 2).1,2
2
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain:4,6
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan refleks pupil
3. Pemeriksaan lapang pandang
4. Pemeriksaan funduskopi
5. Pengenalan warna
Apabila pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan
nervus optikus dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka
dilakukan pemeriksaan visus dan lapang pandang secara kasar, tetapi apabila
dicurigai adanya gangguan, maka dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti, dan
juga dilakukan pemeriksaan funduskopi sebagai pemeriksaan rutin dalam
neurologi.4
2.1 Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen (gambar 4)
pada jarak 6 meter. Kartu Snellen berisi huruf-huruf yang disusun semakin ke
bawah semakin kecil. Pada orang normal, kartu Snellen dapat dibaca dalam jarak
6 meter. Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan
pemeriksaan menggunakan pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat
gangguan refraksi (gambar 5).4
3
Gambar 5. Pemeriksaan visus menggunakan pinhole 4
Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya
langsung dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahaya langsung maksudnya
adalah mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan
4
refleks cahaya tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada
mata yang tidak disinari cahaya.4
5
Gambar 6. Tes konfrontasi4
6
d. Makula lutea : diperiksa terakhir karena pasien akan merasa silau sekali.
Makula lutea terletak dengan jarak 2,5 diameter papil di bagian temporal
papil atau dapat dilihat dengan meminta pasien melihat lampu oftalmoskop
pemeriksaan. Makula bebas pembuluh darah dengan sedikit lebih
berpigmen dibanding daerah retina lainnya.
7
uveitis, katarak dan kelainan refraksi. Pemeriksaan kasar dengan menggunakan
kertas yang berlubang kecil (pinhole, lubang peniti) dapat memberi kesan adanya
faktor refraksi dalam penurunan visus. Bila dengan melihat lubang kecil, huruf
bertambah jelas, maka faktor yang berperan adalah gangguan refraksi.4
8
menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika
bagian temporal akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim
kontralateral, sedangkan lesi pada serabut parietal akan menyebabkan
quadroanopsia inferior homonim kontralateral (gambar 8).1,3
9
mata kontralateral (homonymous hemianopia). Karena input dari fovea
mengisi sebagian besar dari akson pada radiasi optic, sebagian besar lesi
posterior menuju badan genikulatum lateral tidak menyebabkan hilangnya
lapangan pandang centralis kecuali terjadi lesi yang masif. Fenomena ini
disebut macular sparing. Lesi yang hanya pada subgroup akson pada jaras
visual menyebabkan skotoma. Skotoma juga disebut blind spot
10
terjadi akibat gangguan pada sistem pengiriman impuls, biasanya merah-hijau.
Kelainan ini merupakan kelainan sex-linked, penderitanya adalah laki-laki.3
DAFTAR PUSTAKA
2. The targets of the optic nerve. [23 September 2014]. Diunduh dari:
http://thebrain.mcgill.ca/flash/d/d_02/d_02_cr/d_02_cr_vis/d_02_cr_vis.html.
11
3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi V. Jakarta : Dian
Rakyat; 2004. 121-130
5. Ilyas Sidarta. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi
III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and victors principles of neurology. 8thed.
New York: McGraw-Hill, 2005; 203-221,241
8. Pauwels LW, Akessson EJ, Stewart PA, Spacey SD. Cranial nerves in health
and disease. London: BC Decker Inc: 2002. 28-41
12