Anda di halaman 1dari 13

Referat Kecil

NERVUS OPTIKUS

Disusun oleh:
INSAN FITRIYANI
0908151691

Pembimbing:
Dr. AMSAR AT, Sp.S

Bagian Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
2014

0
NERVUS OPTIKUS

1. Anatomi
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di
depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal
dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut
temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan
untuk ke korpus genikulatum lateral dan nucleus pretektalis (gambar 1).1

Gambar 1. Perjalanan serabut saraf nervus optikus1,2


Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan
jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di nukleus pretektalis di batang
otak menghantarkan impuls visual (saraf afferent) yang membangkitkan refleks
visual seperti refleks pupil.1,3
Selanjutnya, dari korpus genikulatum lateral, jaras visual terus melalui
traktus genikulokalkarina (radiasio optik) ke korteks visual. Daerah berakhirnya
serabut di korteks disebut korteks striatum (area 17/area Brodmann). Ini
merupakan pusat persepsi cahaya. Di sekitar area 17, terdapat area yang berfungsi
untuk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan 19.3,4
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang
membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic
radiation) atau traktus genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus
kalkarina. Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a.

1
kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal
dari bagian parietal korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang
bawah sedangkan serabut yang berasal dari temporal membawa impuls dari
lapang pandang atas (gambar 2).1,2

Gambar 2. Radiatio optika1


Untuk serabut yang mengurus refleks pupil, dari nukleus pretektalis,
kemudian bersinaps dengan neuron berikutnya yang mengirimkan serabut ke
nucleus Edinger Westphal sisi yang sama dan sisi kontralateral. Dari sini rangsang
kemudian diteruskan melalui nervus okulomotorius ke sfingter pupil (gambar 3).4,5

Gambar 3. Jaras refleks pupil5

2. Pemeriksaan Sistem Visual

2
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain:4,6
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan refleks pupil
3. Pemeriksaan lapang pandang
4. Pemeriksaan funduskopi
5. Pengenalan warna
Apabila pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan
nervus optikus dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka
dilakukan pemeriksaan visus dan lapang pandang secara kasar, tetapi apabila
dicurigai adanya gangguan, maka dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti, dan
juga dilakukan pemeriksaan funduskopi sebagai pemeriksaan rutin dalam
neurologi.4
2.1 Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen (gambar 4)
pada jarak 6 meter. Kartu Snellen berisi huruf-huruf yang disusun semakin ke
bawah semakin kecil. Pada orang normal, kartu Snellen dapat dibaca dalam jarak
6 meter. Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan
pemeriksaan menggunakan pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat
gangguan refraksi (gambar 5).4

Gambar 4. Kartu Snellen

3
Gambar 5. Pemeriksaan visus menggunakan pinhole 4

Cara pemeriksaan visus dengan kartu Snellen adalah:4


- Pasien disuruh membaca kartu Snellen dari jarak 6 meter.
- Kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat dibaca oleh pasien.
- Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya adalah normal (6/6).
- Apabila tidak 6/6 maka visusnya tidak normal dan hal ini dinyatakan dengan
menggunakan pecahan, misalnya 6/18, ini berarti bahwa orang normal bisa
membaca dalam jarak 18 meter sedangkan ia hanya bisa membaca dalam
jarak 6 meter.
Selain menggunakan kartu Snellen, pemeriksaan visus juga dapat dilakukan
dengan menggunakan:4
-
Hitung jari tangan
Normal jari tangan bisa dihitung pada jarak 60 meter. Bila seseorang tidak
dapat menghitung jari tangan pada jarak 3 meter tetapi bisa menghitung
pada jarak 2 meter maka visusnya 2/60.
- Gerakan tangan
Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 300 meter. Bila seseorang
tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat
pada jarak 1 meter berarti visusnya 1/300.

2.2 Pemeriksaan refleks pupil

Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya
langsung dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahaya langsung maksudnya
adalah mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan

4
refleks cahaya tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada
mata yang tidak disinari cahaya.4

2.3 Pemeriksaan lapang pandang


Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer
penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu
titik. Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke
semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 100 o dari titik fiksasi,
ke medial 60o, ke atas 50 60o, dan ke bawah 60 75 o. Terdapat dua jenis
pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan
pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimetri atau perimetri.4
Cara pemeriksaan dengan tes konfrontasi (gambar 6):4
- Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan
jarak kira-kira satu meter. Jika hendak memeriksa mata kanan, maka mata
kiri pasien harus ditutup misalnya dengan menggunakan tangannya,
sedangkan pemeriksa menutup mata kanannya.
- Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat pada mata kanan pasien.
- Setelah itu pemeriksa menggerakkan jarinya dibidang pertengahan antara
pemeriksa dengan pasien, gerakan dilakukan dari arah luar ke arah dalam.
- Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, maka pasien harus
memberi tahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
pemeriksa juga melihatnya.
- Apabila pasien ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan
lebih dahulu melihat gerakan jari-jari tersebut. Gerakan jari-jari dilakukan
dari semua jurusan dan masing-masing mata harus diperiksa.

5
Gambar 6. Tes konfrontasi4

Cara pemeriksaan dengan kampimetri:4


- Papan hitam diletakkan di depan pasien dengan jarak 1 atau 2 meter, dan
sebagai peguji digunakan bundaran kecil berdiameter 1-3 mm.
- Pasien difiksasi di tengah dan benda penguji digerakkan dari perifer ke
tengah dari segala arah. Catat tempat pasien mulai melihat benda penguji,
dengan demikian didapat daerah gambaran kampus penglihatan.

Cara pemeriksaan dengan perimetri:4


- Perimetri merupakan setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya
pada bidang meridiannya. Cara pemeriksaannya sama dengan kampimetri.

2.4 Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai


keadaan fundus okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan alat berupa oftalmoskop. Oftalmoskop
merupakan alat yang mempunyai sumber cahaya untuk melihat fundus okuli.
Terdapat dua kegunaan oftalmoskop :5

1. Memeriksa adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh, seperti


pada kornea, lensa, dan badan kaca.
2. Untuk memeriksa fundus okuli terutama retina dan papil saraf optik.
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat :
a. Papil : - Batasnya apakah tegas atau kabur
- Warnanya apakah pucat atau merah jambu
- Ekskavasinya
b. Pembuluh darah retina :
- Ikuti dan lihat bentuk pembuluh darah retina supero temporal, infero
temporal, superonasal, dan inferonasal.
- Vena : Apakah normal, melebar, atau kelokannya bertambah
- Arteri : Apakah normal, spasme, atau terdapat sklerosis copper-silver
wire
- Rasio arteri dan vena

c. Retina : Apakah terdapat eksudat, perdarahan, atau sikatrik koroid dapat


terlihat retina terangkat atau ablasi.

6
d. Makula lutea : diperiksa terakhir karena pasien akan merasa silau sekali.
Makula lutea terletak dengan jarak 2,5 diameter papil di bagian temporal
papil atau dapat dilihat dengan meminta pasien melihat lampu oftalmoskop
pemeriksaan. Makula bebas pembuluh darah dengan sedikit lebih
berpigmen dibanding daerah retina lainnya.

Papil normal berbentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal


sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, batas di bagian nasal agak kabur.
Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh darah muncul di bagian
tengah, bercabang ke atas dan ke bawah. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan
vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 3:2 sampai 5:4.4

Gambar 7. Pemeriksaan Funduskopi

2.5 Pemeriksaan warna

Pengenalan warna bergantung kepada sel-sel kerucut di retina, yang


terbanyak terdapat di macula. Sel kerucut mempunyai tiga pigmen, yaitu biru,
hijau dan merah-kuning. Satu sel kerucut hanya mempunyai satu pigmen. Dalam
pengiriman impuls, terdapat dua system warna yaitu merah-hijau dan kuning-biru.
Pengenalan warna diperiksa dengan menggunakan kartu ishihara (gambar 7).6

Gambar 8. Kartu ishihara


3. Gangguan Sistem Visual
3.1 Kelainan pada pemeriksaan visus
Apabila terdapat penurunan visus, perlu diselidiki apakah gangguan ini
disebabkan oleh kelainan oftalmologik (bukan saraf), misalnya kelainan kornea,

7
uveitis, katarak dan kelainan refraksi. Pemeriksaan kasar dengan menggunakan
kertas yang berlubang kecil (pinhole, lubang peniti) dapat memberi kesan adanya
faktor refraksi dalam penurunan visus. Bila dengan melihat lubang kecil, huruf
bertambah jelas, maka faktor yang berperan adalah gangguan refraksi.4

3.2 Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil


Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika
terdapat lesi yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan
pada refleks pupil atau refleks cahaya tersebut. Kelainan tersebut termasuk
diataranya :7
1. Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan
kekeruhan cairan vitreus pada pasien diabetes melitus.
2. Penyakit pada retina, seperti retinitis atau scar.
3. Penyakit atau kelainan pada nervus optikus seperti neuritis optik, neuritis
retrobulbar, dan atrofi nervus optikus.
4. Kelainan yang mengenai traktus optikus dan hubungannya dengan batang
otak.
5. Penyakit atau kelainan pada batang otak.
6. Penyakit atau kelainan pada nervus okulomotorius atau ganglion siliare.

3.3 Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang


Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik,
akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau
medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau
anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan
arteri centralis retina yang memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri
karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian
menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut
amaurosis fugax.1,2
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan
temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian
lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan

8
menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika
bagian temporal akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim
kontralateral, sedangkan lesi pada serabut parietal akan menyebabkan
quadroanopsia inferior homonim kontralateral (gambar 8).1,3

Gambar 9. Gangguan lapang pandang1

Secara klinis, lesi pada jaras visual dibagi 3 kategori:8


1. Anterior dari Chiasma opticum
Kerusakan pada transmisi cahaya pada mata, retina atau nervus opticus
menyebabkan kehilangan lapang pandang hanya pada satu mata (monocular
visual loss)
2. Pada Chiasma opticum
Kerusakan pada Chiasma opticum biasanya menyebabkan kehilangan lapang
pandang pada kedua mata, tergantung dari akson yang terkena (hemianopia
bitemporal)
3. Posterior dari Chiasma opticum
Kerusakan pada Tractus opticus, badan genikulatum lateral, radiatio opticus
atau korteks visual, menyebabkan kehilangan lapangan pandang pada kedua

9
mata kontralateral (homonymous hemianopia). Karena input dari fovea
mengisi sebagian besar dari akson pada radiasi optic, sebagian besar lesi
posterior menuju badan genikulatum lateral tidak menyebabkan hilangnya
lapangan pandang centralis kecuali terjadi lesi yang masif. Fenomena ini
disebut macular sparing. Lesi yang hanya pada subgroup akson pada jaras
visual menyebabkan skotoma. Skotoma juga disebut blind spot

3.4 Kelainan pada pemeriksaan funduskopi


Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu
diperhatikan adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema.
Atrofi papil terbagi atas primer dan sekunder. Pada atrofi primer, warna papil
menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Gambaran ini
dijumpai pada tahap lanjut dari neuritis retrobulbaris. Pada atrofi sekunder, warna
papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Atrofi sekunder merupakan akibat
lanjut dari papilitis dan papiledema.3,4
Papilitis dan neuritis retrobulbaris merupakan kelompok dari neuritis
optika. Neuritis optika sering disebabkan oleh proses infeksi, intoksikasi dan
demielinisasi. Pada papilitis, papil dan sekitarnya akan terlihat sembab, infiltrat
dan perdarahan. Gambaran papilitis terlihat jika proses patologik neuritis optika
terletak pada serabut-serabut yang berada intra okuler. Pada neuritis retrobulbaris,
papil terlihat normal, proses patologiknya terjadi di nervus optikus, setelah serabut
saraf melewati lamina kribosa.3
Papiledema ialah sembab papil yang bersifat noninfeksi dan terkait pada
tekanan intrakranial yang meninggi. Gambaran fundus hampir tidak bisa
dibedakan dengan gambaran papilitis, bedanya pada papiledema daya penglihatan
masih bertahan lama sampai terjadi atrofi. Pada neuritis optika, daya penglihatan
hilang secara akut dan hampir tidak terasa nyeri, baik di dalam mata maupun di
kepala.3

3.5 Kelainan pada pengenalan warna


Kelainan pengenalan warna bisa total atau parsial, dengan berkurangnya
satu atau lebih sifat warna: kecerahan, corak, dan kejenuhan. Kelainan juga bisa

10
terjadi akibat gangguan pada sistem pengiriman impuls, biasanya merah-hijau.
Kelainan ini merupakan kelainan sex-linked, penderitanya adalah laki-laki.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Frotscher M, Baehr M. Duus topical diagnosis in neurology. 4th completely


revised edition. Stuttgart: Thieme; 2005. 130-137,155

2. The targets of the optic nerve. [23 September 2014]. Diunduh dari:
http://thebrain.mcgill.ca/flash/d/d_02/d_02_cr/d_02_cr_vis/d_02_cr_vis.html.

11
3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi V. Jakarta : Dian
Rakyat; 2004. 121-130

4. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI; 2006. 25-37

5. Ilyas Sidarta. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi
III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and victors principles of neurology. 8thed.
New York: McGraw-Hill, 2005; 203-221,241

7. Gilroy J. Basic neurology. 3rd edition. New York: Mc Graw-Hill; 2000.

8. Pauwels LW, Akessson EJ, Stewart PA, Spacey SD. Cranial nerves in health
and disease. London: BC Decker Inc: 2002. 28-41

12

Anda mungkin juga menyukai