"Begal", Hobi Perampok Profesional Menuju Maut
"Begal", Hobi Perampok Profesional Menuju Maut
Jika kita lihat dari jumlah korban begal hingga saat ini, kejahatan ini tidak
bisa lagi disebut sebagai pembunuhan biasa, ini sudah merupakan sebuah
pembantaian di negara Indonesia menurut saya. Faktanya, hampir setiap hari kita
mendengar korban baru dari aksi begal tersebut. Tak hanya itu, pelaku begal ini
nampaknya sudah bisa digolongkan sebagai pembunuh berantai, walaupun bukan
karena motif senang membunuh, namun beberapa pelaku ini melakukan
pembunuhan pada beberapa orang dalam waktu yang berbeda-beda.
Beberapa dari pelaku begal ini sebenarnya sudah berhasil ditangkap, dan
setelah diidentifikasi, sebagian pelakunya diketahui berusia di bawah 18 tahun,
yang menurut hukum Indonesia masih digolongkan sebagai anak-anak. Alat-alat
yang biasa mereka gunakan untuk melakukan tindakan keji ini antara lain kayu
tajam, kayu balok, senjata tajam, dan sejenisnya. Menurut saya, sebenarnya
mereka menggunakan senjata ini hanya untuk menakut-nakuti korban agar mau
menyerahkan barang berharganya kepada pelaku. Namun, mereka juga tak segan
untuk menggunakan alat tersebut pada korban jika korban melakukan perlawanan.
Mengacu pada judul, mengapa saya mengatakan bahwa mereka ini adalah
perampok profesional? Karena menurut saya, begal ini termasuk tindak organized
crime. Para pelakunya sudah merencanakan dengan sangat rapi untuk aksi
kejahatannya ini. Mereka melakukan aksi ini secara berkelompok, dengan
pembagian tugas seperti eksekutor, pengawas, dll. Artinya, kejahatan ini telah
terorganisir dengan matang. Hal ini tentu saja menyebabkan masyarakat menjadi
panik dan ketakutan saat ingin bepergian, terutama di malam hari. Di satu sisi,
dengan adanya kejahatan ini, masyarakat dapat lebih berhati-hati. Namun, di sisi
lain, masyarakat akan menjadi semakin ketakutan sehingga ketenangan tampak
sulit didapatkan.
Pelaku begal ini tidak mungkin melakukan kejahatan sekeji ini jika tidak
ada motif di belakangnya. Menurut saya, yang menjadi faktor utama sehingga
timbul aksi begal, tak lain dan tak bukan, adalah masalah faktor kemiskinan di
Indonesia. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kondisi perekonomian di
negara kita yang dapat dikatakan masih belum cukup baik, karena berbanding
terbalik dengan penghasilan masyarakatnya. Masalah ini tentu saja berkaitan erat
dengan pengangguran, yang disebabkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan
untuk masyarakat kelas bawah. Adanya jurang pemisah atau kesenjangan antara
kaya dan miskin yang begitu lebar menjadi salah satu pemicu tindak kriminal,
karena hal ini tentu saja akan mamacu orang mencari jalan lain untuk
mendapatkan uang, salah satunya dengan cara membegal.
Faktor ketiga menurut saya adalah masalah disfungsi keluarga. Anak yang
lahir dari keluarga bermasalah, akan berpotensi menciptakan pribadi yang
bermasalah pula, minimal tumbuh kembangnya kurang optimal. Upaya yang perlu
dilakukan adalah pemerintah perlu memastikan pemberdayaan keluarga, bukan
hanya dari aspek ekonominya, namun juga memastikan orang tua tersebut
memiliki perilaku pengasuhan yang ramah anak dan berkarakter.
Dengan demikian, akibat dari begal ini tidak hanya menimbulkan kerugian
yang besar terhadap korban baik secara materiil maupun non materiil, namun juga
membebankan tanggung jawab yang cukup berat untuk dipikul oleh negara,
termasuk dalam hal menanggulanginya agar tidak terulang. Menurut saya, ada
beberapa cara penanggulangan yang perlu dilakukan oleh pihak kepolisian.
Pertama, pelaku begal harus dihukum setimpal dan berefek jera. Tentu saja begal
melanggar hukum, sehingga pelakunya harus dihukum agar memberikan efek jera
bagi dirinya maupun bagi orang lain agar tidak mengulangi perbuatan ini lagi.
Kedua, mengintensifkan patroli kepolisian. Pengintensifan patroli kepolisian
diharapkan mampu mempersempit ruang gerak terjadinya aksi begal. Terakhir,
tindakan tegas kepolisian dalam rangka penegakan hukum seperti tembak di
tempat bagi pelaku begal diperlukan. Polisi sudah mempunyai standar
penggunaan senjata api yang diatur oleh undang-undang.
Kini, dari waktu ke waktu, sudah banyak pelaku begal yang ditangkap
oleh pihak kepolisian. Namun, hal tersebut tak kunjung membuat jera para pelaku
lainnya. Faktanya, sampai sekarang, masih sering terjadi aksi begal di Indonesia.
Hal ini tentu saja membuat masyarakat semakin ketakutan dan kesal. Namun,
masyarakat juga tidak tinggal diam begitu saja melihat kekacauan yang semakin
menjadi ini. Alhasil, kekesalan warga pun semakin memuncak. Buntut dari
kekesalan warga ini diperlihatkan dengan tidak segannya mereka membakar
pelaku begal hingga tewas. Di satu sisi, pihak kepolisian menyesali adanya
tindakan main hakim sendiri yang menyebabkan pelaku tewas. Pihak kepolisian
menghimbau agar masyarakat bisa menyerahkan pelaku kejahatan kepada pihak
yang berwajib agar dapat diadili sesuai hukum yang berlaku, karena menurut
hukum, pemberian sanksi terhadap pelaku kejahatan harus sesuai dengan hukum
yang berlaku. Namun, di sisi yang lain, menurut saya, kekesalan warga sudah
memuncak, mereka berpikir bahwa membakar pelaku hingga tewas mungkin
dapat memberikan efek jera, setidaknya menjadi sebuah peringatan bagi para
pelaku begal sendiri agar berhenti melakukan kegiatan haram tersebut. Inilah juga
yang menjadi alasan saya memberikan judul menuju maut, karena buntut dari
aksi begal ini adalah kematian atau kesengsaraan. Jika tidak dibakar oleh warga,
paling tidak mereka akan mendekam di penjara dalam waktu yang cukup lama,
dan tentu saja mendapatkan dosa yang menambah kesengsaraan pastinya.