BAB 1 PENDAHULUAN
Bayi post-term adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia
gestasi) dianggap postmatur, atau post term, tanpa memperhitungkan berat badan
lahir (Wong, 2009). Kehamilan post term disebut juga kehamilan lewat waktu atau
Postmatur dimana kehamilan ini menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin
yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menyebabkan beberapa komplikasi hingga kematian perinatal.
1.4.1 Dengan membaca makalah ini tentang pengertian Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan
kehamilan dan bayi Post Term secara lebih optimal;
1.4.2 Dengan membaca makalah ini tentang epidemiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang bagaimana epidemiologi kehamilan dan bayi
Post Term;
1.4.3 Dengan membaca makalah ini tentang etiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang apa penyebab terjadinnya Post Term secara lebih
mendalam;
1.4.4 Dengan membaca makalah ini tentang manifestasi klinis Post Term, maka
dapat semakin dipahami tentang apa sebenarnya tanda dan gejala Post Term;
1.4.5 Dengan membaca makalah ini tentang patofisiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang bagaimana perjalanan terjadinya Post Term
secara lebih mendalam;
1.4.6 Dengan membaca makalah ini tentang komplikasi dan prognosis Post Term,
maka dapat semakin dipahami tentang apa sebenarnya yang komplikasi dan
prognosis Post Term;
4
1.4.7 Dengan membaca makalah ini tentang pemeriksaan penunjang Post Term,
maka dapat semakin dipahami tentang apa saja pemeriksaan penunjang Post
Term;
1.4.8 Dengan membaca makalah ini tentang penatalaksanaan Post Term, maka
dapat semakin dipahami bagaimana penatalaksanaan Post Term;
1.4.8 Dengan membaca makalah ini tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Term, maka dapat semakin dipahami tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan Post Term;
5
2.1 Definisi
Kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari (42
minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 2008). Kehamilan
yang berlangsung melebihi 42 minggu yaitu kehamilan memanjang, kehamilan
lewat bulan, kehamilan posterm dan pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan
merupakan suatu kondisi antepartum yang dibedakan dengan sindrom pasca
maturitas dan merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan
bayi baru lahir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney H., 2007).
Bayi pascaterm adalah bayi yang masa gestasinya lebih dari 42 minggu
tanpa memperhatikan berat badan lahirnya. Bayi-bayi ini dapat BMK atau KMK,
tetapi kebanyakan berat badannya adalah SMK (Bobak, 2004). Kehamilan lewat
bulan (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari
taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dimana
usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (Sarwono, 2005).
6
2.2 Epidemiologi
Prevalensi kehamilan postterm rata-rata sekitar 10% di Amerika Serikat
pada tahun 1997. Sedangkan diketahui prevalensi di Indonesia salah satunya di
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 10,9% pada tahun 2007 (Dianggra, 2009).
2.3 Etiologi
Etiologi dari post term belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah
hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
1998). Selain itu, jumlah air ketuban yang berkurang/ sedikit dan insufisiensi
plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang
janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air
ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur
bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta
kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1) Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a) Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr
yang di sebut dengan bayi makrosomia.
b) Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
Berat badan yang besar atau makrosomia
Kuku panjang
Penulangan baik
Tulang rawan telinga sudah cukup
Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
Mata besar dan terbuka
2) Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga
tidak mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi
sebaliknya dan di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria
berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit
tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilang atau berkurang
2.5 Patofisiologi
Menurut etiologi, kehamilan lewat bulan atau kehamilan post term dapat
disebabkan oleh pengaruh hormone, salah satunya adalah hormone progesterone.
Fungsi hormone progesterone selama kehamilan adalah untuk mempertahankan
kehamilan layaknya penguat dan menghindari kontraksi atau pengerutan otot-otot
rahim yang dikhawatirkan menyebabkan persalinan dini. Hormone progesterone
sangat baik meningkat saat trimester awal dan kedua serta menurun ketika akan
melahirkan. Produksi hormone progesterone yang tetap tinggi ketika mendekati
proses kelahiran akan menyebabkan rahim tidak berkontraksi dan terjadilah
kehamilan lewat bulan atau postterm.
8
2.6.2 Prognosis
10
2.8 Penatalaksanaan
Dua prinsip penatalaksanaan bayi post term:
1) Penatalaksanaan antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan
meningkatkan pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi
2) Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia
kandungannnya melebihi 42 minggu dengan pertimbangan kondisi
janin yang cukup baik/optimal.
Induksi persalinan harus diperkirakan komplikasinya. Induksi persalian
dikaitkan dengan peningkatan anastesia epidural dalam seksio sesaria untuk
wanita primigravida yang usia kehamilanya lebih dari 41 minggu dan taksiran
berat janin 3800 gram atau lebih.
Pada kenyataannya induksi persalinan meningkatkan resiko distress janin,
seksio sesaria, infeksi dan perdarahan. Kehamilan lebih bulan akan meningkatkan
resiko lahir mati, cairan bercampur mekonium, sindrom aspirasi mekonium pada
neonatus, distosia bahu jika janin makrosomia.
Indikasi untuk induksi persalinan mencakup halhal:
a) Hasil uji janin meragukan
b) Oligohidramnion
c) Preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan
d) Diabetes dependent
e) IUGR menjelang usia cukup bulan
f) Riwayat lahir mati pada kehamilan cukup bulan.
Penatalaksanaan antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42
minggu:
12
a) Kaji kembail TP Ibu sebagai titik tengah dalam kisaran waktu 4 minggu
( 40+minggu)
b) Kaji kembali bersama Ibu rencana penanganan kehamilan lewat bulan,
dokumentasikan rencana yang disepakati (>40 minggu)
c) Uji kembali nonstress awal (Nonstress test, NST) dua kali dalam
seminggu, yang dimulai saat kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut
hingga persalinan.
d) Lakukan pengukuran volume cairan amnion (Amniotic fluid volume,
APV) dua kali dalam seminggu yang dimulai saat kehamilan berusia 41
minggu dan berlanjut hingga persalinan.
e) Jika kelainan berlanjut hingga 42 minggu dan perkiraan usia kehamilan
dapat diandalkan mulai penanganan aktif mengacu pada protokol.
f) Support system ditingkatkan baik dari keluarga maupun perawat.
BAB 3. PATHWAY
Nyeri
Gawat janin, cedera otak,
akut
Ketidakseimbangan & organ lainnya
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Aspirasi mekonium
Mengeluarkan mekonium
13
Nutrisi berkurang
Janin mengkompensasi
lemak dan karbohidrat
Kulit kering, mengelupas,
pecah-pecah dan berkerut
Lemak Subcutan menurun Ketidakefektifan
bersihan jalan
Kerusakan Intergritas nafas
Kulit Suhu tubuh tidak stabil
Asfiksia
Gangguan Sianosis
Ketidakefektifan
termoregulasi:
pola nafas
Gangguan
Perfusi
Jaringan
4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
mempermudah penanganan dan perawatan serta mengetahui wali penanggung
jawab atas perawatan klien atau pasien. Identitas klien meliputi:
a. Nama : diisi sesuai nama asli pasien
b. Umur : umur tidak berpengaruh terhadap kejadian kehamilan
postterm
c. Jenis kelamin : perempuan
14
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan terdahulu
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya klien mengalami kehamilan serotinus
atau kehamilan lebih bulan sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi lagi
pada wanita yang mempunyai riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien sekarang serta ditanyakan
apakah saat ini sedang menderita penyakit tertentu, sejak kapan, apa saja yang
telah dilakukan, apakah sudah menghubungi dokter, hal ini untuk mendeteksi
penyakit dalam kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui ada tidaknya keluarga ibu maupun suami yang menderita
penyakit jantung, DM, hipertensi, ginjal, asma, riwayat keturunan kembar atau
riwayat kehamilan postterm yang bertujuan agar dapat mewaspadai apakah ibu
juga berkemungkinan menderita penyakit tersebut.
15
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama
kawin baru hamil yang bertujuan untuk mengetahui apakah ibu memiliki
faktor resiko.
b. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui HPHT. Penentuan kehamilan berdasarkan rumus
Naegele, dihitung dari hari pertama haid terakhir dan berdasarkan siklus
haid ( Taksiran persalinan adalah 280 hari atau 40 minggu dari hari pertama
haid terakhir pada siklus 28 hari atau 266 hari setelah ovulasi ). Jadi, untuk
menentukan kehamilan serotinus harus diketahui umur kehamilan secara
tepat. ( Martaadisoebrata, dkk, 2005).
c. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui riwayat antenatal klien, apakah sudah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi klien selama hamil dan
apakah terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan. Kehamilan
lewat bulan sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau
dalam grandemultiparitas.
5. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui metode yang dipakai karena salah satu efek samping
kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.
6. Riwayat Sosial, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui bagaimana hubungan klien dengan suami, keluarga, dan
masyarakat. Bagaimana ekonomi klien cukup atau kurang mencukupi, ada
tidaknya kebudayaan klien yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan
persalinannya.
7. Riwayat spiritual
Untuk mengetahui apakah klien masih dapat melakukan ibadah agama dan
kepercayaannya dengan baik. Spiritual (ibadah) sangat diperlukan pada saat hamil
untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat menghadapi persalinan.
8. Riwayat psikologis
16
Untuk mengetahui apa pendapat klien dan keluarga tentang kehamilan dan
persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang
dengan kehamilan ini. Atau kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan
kehamilannya.
9. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien dengan kehamilan postterm biasanya jarang memeriksakan
kehamilannya kedokter ataupun kebidan. Mereka menganggap bahwa
perlu memeriksakan kehamilan kedokter bila ada keluhan saja.
Sehingga jika muncul kelainan pada kehamilan ibu tidak cepat
terdeteksi.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dengan kehamilan postterm memiliki riwayat ketidakcukupan
nutrisi sehingga terjadi penurunan jumlah air ketuban.
c. Pola Eliminasi
Menurut etiologi, pola eliminasi tidak berpengaruh terhadap kehamilan
postterm.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Ibu dengan kehamilan postterm biasanya akan mengalami gangguan
istirahat dan tidur, hal ini disebabkan oleh rasa cemas yang timbul dari
kehamilannya yang melewati bulan.
e. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu dengan kehamilan postterm akan mengalami kecemasan dengan
kondisi yang sedang dialaminya dan keselamatan janin yang sedang
dikandung.
f. Pola Aktivitas dan Latihan
Ibu dengan kehamilan postterm akan mudah letih dalam beraktivitas.
Hal ini disebabkan bayi yang terus tumbuh dalam rahim memerlukan
nutrisi yang tidak sedikit dikarenakan bayi tumbuh semakin besar.
g. Pola Hubungan dan Peran
Ibu dengan kehamilan postterm biasanya masih bisa berhubungan baik
dengan lingkungan sekitarnya dan masih bisa menjalankan perannya
dirumah maupun dimasyarakat.
h. Pola Reproduksi dan Seksual
17
i. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid.
j. Dada
a) Jantung : kaji irama jantung
b) Paru : kaji apakah ada suara tambahan
c) Payudara :
1) Kesan umum
Kaji bentuk payudara, apakah payudara simetris antara kiri dan
kanan. Apakah terjadi hiperpigmentasi areola. Dengan palpasi dapat
ditentukan apakah terdapat nodul yang abnormal. Saat palpasi, naikkan
tangan di atas kepala supaya payudara kencang dan hasil pemeriksaan
lebih akurat.
2) Putting susu
Kaji apakah ASI atau kolostrum sudah keluar dengan memencet
areola mamae ibu. Kaji juga kebersihan putting.
l. Abdomen
a. Keadaan
1) Leopold I
Untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) (tidak sesuai dengan
TFU normal, > TFU normal) dan apa yang terdapat dibagian fundus
(TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong
lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak
yang kemungkinan adalah bokong janin.
2) Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
19
8. Urogenital
Kaji kondisi urogenital, meliputi kebersihan, pengeluaran seperti lender
atau keputihan. Rektum juga dikaji apakah terdapat hemoroid, hemoroid
derajat 1 normal untuk ibu hamil. Gunakan sarung tangan untuk
mengkaji urogenital untuk perlindungan pemeriksa. Posisi sims
memudahkan dalam mengkaji rectum.
1. Kondisi Umum
a. Tonus otot : Lunak (tonus otot menurun)
20
b. Kulit :
1) Warna : Pucat, sianosis, sebagian terwarnai oleh mekonium
2) Tekstur : kering, mengelupas, dan pecah-pecah
c. Tangisan : Lemah
2. Pengukuran
a. Berat badan : 4000-4500 gram (makrosomia)
b. Panjang : > 53 cm (normal 48-53 cm)
c. Lingkar kepala: 33-37 cm
d. Lingkar dada : > 35 cm (normal 31-35 cm)
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : < 36,5o C
b. Pernapasan : dispnea, bayi kesulitan bernafas, adanya pernapasan
cuping hidung
c. Nadi : Nadi > 160x/m (Takikardi)
4. Kepala
a. Bentuk : simetris, ukuran dalam batas normal
b. Ubun-ubun : datar, keras
c. Wajah : ukuran kecil, bayi tampak tua
d. Mata : mata lebar dan sudah terbuka
e. Mulut : bibir, gusi, palatum utuh. Adanya mekonium pada
trakea/jalan napas bayi (melihat kondisi dalam mulut), bibir pucat
f. Hidung : simetris, lubang hidung paten, septum utuh.
g. Telinga: kartilago terbentuk dengan baik, simetris kanan-kiri
5. Leher : pendek, tebal, rentang gerak terbatas, tidak ada massa
6. Toraks : simetris, prosesus xifoid deus menonjol
a. Bunyi nafas : peningkatan bunyi nafas, adanya bunyi nafas tambahan
b. Payudara : simetris, datar dengan putting tegak.
7. Abdomen : simetris, agak menonjol, tidak ada massa
8. Genetalia : sesuai dengan jenis kelamin
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
2. DO: Fungsi Plasenta Ketidakefektifan pola
- Dispnea menurun napas
- Pernapasan cuping
Suplai O2 menurun
hidung
- Terlihat bayi
Gawat janin, cedera
menggunakan otot otak dan organ lainnya
aksesorius untuk
bernapas Mengeluarkan
- RR > 60x/m mekonium
DS: -
Aspirasi mekonium
Asfiksia
Ketidakefektifan pola
napas
22
Asfiksia
Sianosis
Gangguan perfusi
jaringan
4. DO: Fungsi plasenta Gangguan
- Suhu < 36,5o C menurun termoregulasi:
- Kulit bayi teraba
Hipotermi
Nutrisi menurun
dingin
- Bayi terlihat
Janin mengkompensasi
menggigil lemak dan karbohidrat
DS: - sendiri
Lemak subcutan
menurun
Gangguan
termoregulasi:
Hipotermi
5. DO: Kehamilan postterm Kerusakan integritas
- Kerusakan lapisan kulit
Placenta mengkerut
kulit
23
Kerusakan integritas
kulit
6. DO: Kehamilan postterm Ketidakseimbangan
- Membrane mukosa nutrisi kurang dari
Placenta mengkerut
pucat kebutuhan tubuh
- Tonus otot menurun
- Kulit kering, pecah- Fungsi plasenta
menurun
pecah, longgar, dan
berkerut Nutrisi menurun
DS: - (kurang vitamin, cairan,
makanan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7. DO: Kehamilan postterm Nyeri akut
- Ibu terlihat
Distosis, distosis bahu
mengekspresikan
perilaku yang Trauma jalan lahir
menandakan nyeri
Nyeri akut
seperti gelisah,
menangis
- Skala nyeri 7
- Ibu terlihat merubah
posisi untuk
menghindari nyeri
DS: -
8. DO: - Kehamilan postterm Risiko Infeksi
DS: -
Distosis, distosis bahu
24
Pendarahan postpartum
Risiko infeksi
9. DO: - Kehamilan postterm Risiko cedera
DS: -
Distosis, distosis bahu
Risiko cedera
10. DO: Kehamilan postterm Ansietas
- Wajah tegang, tremor
Partum lama
tangan
- Peningkatan keringat
- Ibu terlihat bingung Ansietas
dan khawatir
DS: -
antibiotic
- Dorong masukan nutrisi yang
cukup, masukan cairan, dan
istirahat.
- Ajarkan pada pasien dan
keluarga cara menghindari
infeksi.
status oksigen
2. Ketidakefektifan pola napas - Telah membuka jalan napas, gunakan
berhubungan dengan obstruksi teknik chin lift atau jaw thrust bila
jalan napas, asfiksia perlu
- Telah memosisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Telah melakukan monitor respirasi dan
status oksigen
Oxygen Therapy
- Telah membersihkan mulut, hidung,
dan secret trakea
- Telah melakukan monitor aliran
oksigen
- Telah melakukan monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Telah melakukan monitor suara
pernapasan abnormal
3. Gangguan perfusi jaringan - Telah melakukan monitor tanda vital.
berhubungan dengan Dan mencatat pengisian kapiler (CRT)
- Telah mempertahankan masukkan
penurunan suplai oksigen
cairan adekuat. Awasi haluaran urin.
keseluruh tubuh bayi, sianosis
- Telah mempertahankan suhu
lingkungan dan kehangatan tubuh.
- Telah memberikan cairan (IV/peroral)
sesuai indikasi
- Telah memberikan oksigen tambahan
yang sesuai dengan indikasi hasil GDA
dan toleransi pasien.
4. Gangguan termoregulasi: - Telah melakukan monitor suhu
hipotermi berhubungan dengan minimal tiap 2 jam
- Telah melakukan monitor TD, nadi,
suhu tubuh tidak stabil akibat
dan RR
penurunan lemak subkutan
- Telah meningkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Telah memberikan selimut pasien
untuk mencegah hilangnya kehangatan
32
tubuh
- Telah mengajarkan penanganan
hipotermia yang diperlukan pada
keluarga
- Telah berkolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian antipiretik
5. Kerusakan integritas kulit - Telah memberikan baju yang longgar
berhubungan dengan nutrisi untuk pasien
- Telah menjaga agar kulit tetap bersih
janin menurun, berkurangnya
dan kering
lemak subcutan
- Telah melakukan mobilisasi pasien tiap
2 jam sekali atau sesuai keperluan
- Telah mengoleskan lotion atau baby oil
pada daerah yan tertekan
- Telah melakukan monitor status nutrisi
pasien
- Telah memandikan pasien dengan
menggunakan sabun dan air hangat
- Telah berkolaborasikan dengan ahli
gizi terkait pemberian nutrisi pada
pasien
6. Nyeri akut berhubungan - Telah melakukan pengkajian nyeri
dengan trauma jalan lahir, secara komprehensif termasuk
distosis karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presipitasi
- Telah mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
- Telah mengajarkan teknik pereda nyeri
nonfarmakologis
- Telah berkolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian analgetik
- Telah mengevaluasi keefektifan control
nyeri
7. Risiko infeksi berhubungan - Telah mempertahankan teknik isolasi
- Telah menggunakan baju, sarung
dengan pendarahan
33
P: Intervensi dihentikan
Senin, 16 11.00 WIB 5 S:
februari 2015 Keluarga mengatakan, kulit bayinya
sudah tidak mengelupas, tidak
berkerut juga sus.
O:
- Tidak ada kerusakan lapisan kulit
- Terlihat kulit bersih, tidak
berkerut, tidak pecah-pecah
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Selasa, 17 08.00 WIB 6 S:
februari 2015 Ibu mengatakan,masih terasa nyeri
kadang-kadang ketika bergerak, sus.
O:
- Skala nyeri 2
- Ibu terlihat tenang, tidak
gelisah
- Tidak ada ekspresi yang
menunjukkan nyeri seperti
meringis
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Selasa, 17 08.00 WIB 7 S: -
februari 2015 O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
36
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 vol 1. Jakarta: EGC
WHO. 2004. Misoprostol for Induction of Labor. The WHO Reproductive Health
Library. Library.com/commentaries/htm/Haacom.htm