Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap menusia mempunyai keinginan untuk mememiliki generasi penerus


atau keturunan. Hal ini dapat direalisasikan dengan pernikahan yang kemudian
terjadilah kehamilan. Kehamilan merupakan kondisi dimana seorang wanita
memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di
dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung
dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan tersebut
pasti diharapkan berjalan dengan lancar dan dalam kondisi sehat, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi kondisi yang tidak diinginkan (patologis) dalam
kehamilan. Salah satu kondisi tersebut adalah kehamilan post term.

Bayi post-term adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia
gestasi) dianggap postmatur, atau post term, tanpa memperhitungkan berat badan
lahir (Wong, 2009). Kehamilan post term disebut juga kehamilan lewat waktu atau
Postmatur dimana kehamilan ini menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin
yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menyebabkan beberapa komplikasi hingga kematian perinatal.

Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital,


prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum.
Terjadinya gawat janin di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu,
perdarahan, insufisiensi plasenta, prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan
preterm dan postterm. Menurut wong, 2009 insiden kelahiran bayi postmatur
adalah 3,5% - 15% dari semua kehamilan. Angka kematian ibu dan angka
kematian bayi merupakan indikator yang paling penting untuk melakukan
2

penilaian kemampuan suatu negara untuk menyelenggarakan pelayanan


kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri.

Berbagai masalah keperawatan dapat muncul pada bayi dengan kelahiran


postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia, gangguan nutrisi, dan gangguan
integument. Atas alasan tersebutlah maka makalah ini disusun dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Bayi Post-term. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk teman-teman mahasiswa keperawatan dan perawat dalam
member pengetahuan yang cukup tentang bayi dengan post-term serta diharapkan
mampu memberkan asuhan keperawatan yang optimal ketika menangani bayi
post-term.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan oleh penulis adalah sebagai


berikut:

1.1.1 Apa pengertian kehamilan dan bayi Post Term?


1.1.2 Bagaimana epidemiologi Post Term?
1.1.3 Apa saja etiologi Post Term?
1.1.4 Apa saja manifestasi klinis dari Post Term?
1.1.5 Bagaimana patofisiologi atau proses terjadinya Post Term?
1.1.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis Post Term?
1.1.7 Apa saja pemeriksaan penunjang Post Term?
1.1.8 Bagaimana penatalaksanaan Post Term?
1.1.9 Bagaimana asuhan keperawatan Post Term?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
Kehamilan Post Term dan asuhan keperawatannya. Dan diantaranya adalah
sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Post Term;


1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi Post Term;
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi Post Term;
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis Post Term;
3

1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi atau proses terjadinya;


1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis;
1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Post Term;
1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan Post Term;
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan Post Term.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaatnya adalah untuk menambah pengetahuan baru bagi
mahasiswa keperawatan, dan sebagai pegangan bagi perawat pelaksana pada saat
melakukan asuhan keperawatan. Berikut manfaat penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1.4.1 Dengan membaca makalah ini tentang pengertian Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan
kehamilan dan bayi Post Term secara lebih optimal;
1.4.2 Dengan membaca makalah ini tentang epidemiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang bagaimana epidemiologi kehamilan dan bayi
Post Term;
1.4.3 Dengan membaca makalah ini tentang etiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang apa penyebab terjadinnya Post Term secara lebih
mendalam;
1.4.4 Dengan membaca makalah ini tentang manifestasi klinis Post Term, maka
dapat semakin dipahami tentang apa sebenarnya tanda dan gejala Post Term;
1.4.5 Dengan membaca makalah ini tentang patofisiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang bagaimana perjalanan terjadinya Post Term
secara lebih mendalam;
1.4.6 Dengan membaca makalah ini tentang komplikasi dan prognosis Post Term,
maka dapat semakin dipahami tentang apa sebenarnya yang komplikasi dan
prognosis Post Term;
4

1.4.7 Dengan membaca makalah ini tentang pemeriksaan penunjang Post Term,
maka dapat semakin dipahami tentang apa saja pemeriksaan penunjang Post
Term;
1.4.8 Dengan membaca makalah ini tentang penatalaksanaan Post Term, maka
dapat semakin dipahami bagaimana penatalaksanaan Post Term;
1.4.8 Dengan membaca makalah ini tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Term, maka dapat semakin dipahami tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan Post Term;
5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Kehamilan postterm menurut World Health Organization (WHO, 1997)


adalah suatu kehamilan 42 minggu (complete week) atau lebih yang dihitung
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan postterm merupakan
indikasi untuk dilakukan terminasi dengan maksud untuk mencegah terjadinya
anoksia janin. Anoksia janin terjadi karena plasenta sudah mengalami proses
penurunan structural dan fungsional.

Kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari (42
minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 2008). Kehamilan
yang berlangsung melebihi 42 minggu yaitu kehamilan memanjang, kehamilan
lewat bulan, kehamilan posterm dan pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan
merupakan suatu kondisi antepartum yang dibedakan dengan sindrom pasca
maturitas dan merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan
bayi baru lahir.

Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney H., 2007).
Bayi pascaterm adalah bayi yang masa gestasinya lebih dari 42 minggu
tanpa memperhatikan berat badan lahirnya. Bayi-bayi ini dapat BMK atau KMK,
tetapi kebanyakan berat badannya adalah SMK (Bobak, 2004). Kehamilan lewat
bulan (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari
taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dimana
usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (Sarwono, 2005).
6

2.2 Epidemiologi
Prevalensi kehamilan postterm rata-rata sekitar 10% di Amerika Serikat
pada tahun 1997. Sedangkan diketahui prevalensi di Indonesia salah satunya di
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 10,9% pada tahun 2007 (Dianggra, 2009).

2.3 Etiologi
Etiologi dari post term belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah
hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
1998). Selain itu, jumlah air ketuban yang berkurang/ sedikit dan insufisiensi
plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang
janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air
ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda post term dapat dibagi menjadi 3 stadium (Sarwono, 2005), antara lain:
1) Stadium I: kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2) Stadium II: gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit.
3) Stadium III: terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin
serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan
cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau
bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus
segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan
pembilasan trakhea.
7

Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur
bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta
kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1) Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a) Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr
yang di sebut dengan bayi makrosomia.
b) Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
Berat badan yang besar atau makrosomia
Kuku panjang
Penulangan baik
Tulang rawan telinga sudah cukup
Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
Mata besar dan terbuka
2) Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga
tidak mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi
sebaliknya dan di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria
berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit
tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilang atau berkurang

2.5 Patofisiologi
Menurut etiologi, kehamilan lewat bulan atau kehamilan post term dapat
disebabkan oleh pengaruh hormone, salah satunya adalah hormone progesterone.
Fungsi hormone progesterone selama kehamilan adalah untuk mempertahankan
kehamilan layaknya penguat dan menghindari kontraksi atau pengerutan otot-otot
rahim yang dikhawatirkan menyebabkan persalinan dini. Hormone progesterone
sangat baik meningkat saat trimester awal dan kedua serta menurun ketika akan
melahirkan. Produksi hormone progesterone yang tetap tinggi ketika mendekati
proses kelahiran akan menyebabkan rahim tidak berkontraksi dan terjadilah
kehamilan lewat bulan atau postterm.
8

Selain hormone progesterone, hormone oksitosin juga berpengaruh


terhadap kehamilan lewat bulan. Hormone oksitosin seharunya meningkat ketika
mendekati proses kelahiran sebab fungsi dari hormone ini adalah sebagai pencetus
kontraksi. Hormon ini bekerja untuk memaksa rahim agar berkontraksi sehingga
terjadi persalinan. Penurunan jumlah hormone oksitosin ketika mendekati proses
kelahiran akan menyebabkan rahim tidak berkontraksi dan terjadilah penundaan
persalinan atau kehamilan postterm (postmatur).
Kehamilan postterm akan menyebabkan bayi mengalami sindrom
postmaturitas. Sindroma postmaturitas yaitu: kulit keriput dan telapak tangan
terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti
orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi
plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta.
Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
Penurunan fungsi plasenta (insufisiensi plasenta) dapat menyebabkan
penurunan suplai oksigen ke janin hal ini dapat menyebabkan gawat janin, cedera
otak, dan organ lainnya. Kemudian bayi mengeluarkan mekonium (feses/tinja
pertama yang dikeluarkan bayi) didalam rahim dan berisiko besar untuk diaspirasi
oleh bayi. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia dan sianosis. Penurunan fungsi
plasenta juga dapat menurunkan suplai nutrisi ke tubuh janin, janin akan
kekurangan cairan, vitamin, dan makanan yang kemudian akan menyebabkan bayi
mengkompensasi lemak dan karbohidrat sendiri dari lemak subcutannya. Hal ini
dapat menyebabkan suhu tubuh bayi tidak stabil (hipotermia), kulit kering, pecah-
pecah, longgar, dan berkerut.
Kehamilan postterm memberikan dampak pada ibu yang akan mengalami
persalinan lama. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus
tumbuh yang akan menyebabkan tubuh bayi menjadi besar (makrosomia) dan
dapat menyebabkan distosia bahu. Distosis bahu dapat menyebabkan trauma jalan
lahir pada ibu.
9

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi. Komplikasi pada ibu antara lain
persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan
postpartum. Risiko terhadap ibu meliputi pendarahan post partum dan tindakan
obsetrik yang meningkat (Hariadi, 2004). Hal ini akan menaikkan angka
mordibitas dan mortalitas.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yang mengalami post
term meliputi:
1) Oligohidramnion. Air ketuban normal usia 34-37 minggu adalah 1000 cc,
aterm adalah 800 cc, diatas 42 minggu adalah 400 cc. akibat dari
oligohidramnion adalah amnion kental, mekonium diaspirasi oleh janin,
asfiksia, gawat janin intrauterine. Pada in partu, aspirasi air ketuban, nilai
Apgar rendah, sindrom gawat janin, dan bronkus paru tersumbat yang
menimbulkan atelektasis.
2) Janin diwarnai mekonium. Mekonium keluar karena refleks vagus
terhadap usus. Peristaltic usus dan terbentuknya sfingter ani membuat
mekonium keluar. Aspirasi air ketuban serta mekonium dapat
menimbulkan gangguan pernapasan janin, gangguan sirkulasi bayi setelah
lahir, dan hipoksia intrauterine sampai kematian janin.
3) Dismaturitas bayi. Usia kehamilan 37 minggu luas plasenta 11 m2.
Selanjutnya terjadi penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau
terjadinya kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan
kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolism menuju
anaerobic. Pada keadaan ini terjadi badan keton dan asidosis, otot makin
lemah, dan berwarna mekonium. Kuku tampak tajam dan kulit keriput.
Tali pusat lembek, mudah tertekan dengan disertai olihohidramnion.

2.6.2 Prognosis
10

Beberapa ahli menyatakan kehamilan lewat bulan jika lebih dari 41


minggu karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia
40 minggu. Namun sekitar 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu
hingga 7% akan menjadi 42 minggu tergantung populasi dan kriteria yang
digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi
sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.
Jika TP telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak
dapat diandalkan, maka data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan
resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 12%. Apabila
diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar, 1998).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan
pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya
fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
2) Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai penulangan pada bagian distal
femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau
lebih.
3) Ultrasonografi: untuk memperkirakan berat, waktu persalinan,
menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti, Ukuran diameter
bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
4) Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan
amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban
akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah
kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh
dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan
berwarna jingga. Bila :
a) Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b) Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
11

5) Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya


karena dikeruhi mekonium.
6) Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena
insufiensi plasenta
7) Uji oksitosin (stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang
baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
8) Pemeriksaan kadar estriol dalam urin (Mochtar, 1998).

2.8 Penatalaksanaan
Dua prinsip penatalaksanaan bayi post term:
1) Penatalaksanaan antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan
meningkatkan pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi
2) Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia
kandungannnya melebihi 42 minggu dengan pertimbangan kondisi
janin yang cukup baik/optimal.
Induksi persalinan harus diperkirakan komplikasinya. Induksi persalian
dikaitkan dengan peningkatan anastesia epidural dalam seksio sesaria untuk
wanita primigravida yang usia kehamilanya lebih dari 41 minggu dan taksiran
berat janin 3800 gram atau lebih.
Pada kenyataannya induksi persalinan meningkatkan resiko distress janin,
seksio sesaria, infeksi dan perdarahan. Kehamilan lebih bulan akan meningkatkan
resiko lahir mati, cairan bercampur mekonium, sindrom aspirasi mekonium pada
neonatus, distosia bahu jika janin makrosomia.
Indikasi untuk induksi persalinan mencakup halhal:
a) Hasil uji janin meragukan
b) Oligohidramnion
c) Preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan
d) Diabetes dependent
e) IUGR menjelang usia cukup bulan
f) Riwayat lahir mati pada kehamilan cukup bulan.
Penatalaksanaan antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42
minggu:
12

a) Kaji kembail TP Ibu sebagai titik tengah dalam kisaran waktu 4 minggu
( 40+minggu)
b) Kaji kembali bersama Ibu rencana penanganan kehamilan lewat bulan,
dokumentasikan rencana yang disepakati (>40 minggu)
c) Uji kembali nonstress awal (Nonstress test, NST) dua kali dalam
seminggu, yang dimulai saat kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut
hingga persalinan.
d) Lakukan pengukuran volume cairan amnion (Amniotic fluid volume,
APV) dua kali dalam seminggu yang dimulai saat kehamilan berusia 41
minggu dan berlanjut hingga persalinan.
e) Jika kelainan berlanjut hingga 42 minggu dan perkiraan usia kehamilan
dapat diandalkan mulai penanganan aktif mengacu pada protokol.
f) Support system ditingkatkan baik dari keluarga maupun perawat.

BAB 3. PATHWAY

Faktor penyebab (hormonal:


kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan

Pendarahan Distosis, Kehamilan > 42 minggu (post Partum lama


postpartum Distosis term)
bahu

Plasenta mengkerut Ansietas


Resiko Infeksi Trauma
jalan lahir Suplai oksigen menurun
Resiko Cedera Fungsi plasenta menurun

Nyeri
Gawat janin, cedera otak,
akut
Ketidakseimbangan & organ lainnya
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Aspirasi mekonium
Mengeluarkan mekonium
13

Nutrisi berkurang

Janin mengkompensasi
lemak dan karbohidrat
Kulit kering, mengelupas,
pecah-pecah dan berkerut
Lemak Subcutan menurun Ketidakefektifan
bersihan jalan
Kerusakan Intergritas nafas
Kulit Suhu tubuh tidak stabil
Asfiksia

Gangguan Sianosis
Ketidakefektifan
termoregulasi:
pola nafas

Gangguan
Perfusi
Jaringan

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

4.1.1 Pengkajian Ibu

1. Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
mempermudah penanganan dan perawatan serta mengetahui wali penanggung
jawab atas perawatan klien atau pasien. Identitas klien meliputi:
a. Nama : diisi sesuai nama asli pasien
b. Umur : umur tidak berpengaruh terhadap kejadian kehamilan
postterm
c. Jenis kelamin : perempuan
14

d. Agama : agama tidak berpengaruh pada kejadian kehamilan post


term.
e. Suku bangsa/ras : suku bangsa/ras tidak berpengaruh pada kejadian
kehamilan post term.
f. Pendidikan : pendidikan dan tingkat pengetahuan yang rendah
menyebabkan Ibu sulit mengenali tanda-tanda terjadinya Kehamilan post
term.
g. Pekerjaan : pekerjaan tidak berpengaruh pada kejadian kehamilan post
term.
h. Status perkawinan: menikah

2. Keluhan utama

Merupakan alasan utama klien untuk datang ke pelayanan kesehatan dan


apa-apa saja yang dirasakan klien. Kemungkinan yang ditemui pada kasus
persalinan postterm ini adalah ibu mengeluhkan bahwa kehamilannya telah lewat
dari taksiran persalinannya, tidak datang haid lebih dari 10 bulan, dan gerakan
janin berkurang dari biasanya.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan terdahulu
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya klien mengalami kehamilan serotinus
atau kehamilan lebih bulan sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi lagi
pada wanita yang mempunyai riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien sekarang serta ditanyakan
apakah saat ini sedang menderita penyakit tertentu, sejak kapan, apa saja yang
telah dilakukan, apakah sudah menghubungi dokter, hal ini untuk mendeteksi
penyakit dalam kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui ada tidaknya keluarga ibu maupun suami yang menderita
penyakit jantung, DM, hipertensi, ginjal, asma, riwayat keturunan kembar atau
riwayat kehamilan postterm yang bertujuan agar dapat mewaspadai apakah ibu
juga berkemungkinan menderita penyakit tersebut.
15

4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama
kawin baru hamil yang bertujuan untuk mengetahui apakah ibu memiliki
faktor resiko.
b. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui HPHT. Penentuan kehamilan berdasarkan rumus
Naegele, dihitung dari hari pertama haid terakhir dan berdasarkan siklus
haid ( Taksiran persalinan adalah 280 hari atau 40 minggu dari hari pertama
haid terakhir pada siklus 28 hari atau 266 hari setelah ovulasi ). Jadi, untuk
menentukan kehamilan serotinus harus diketahui umur kehamilan secara
tepat. ( Martaadisoebrata, dkk, 2005).
c. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui riwayat antenatal klien, apakah sudah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi klien selama hamil dan
apakah terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan. Kehamilan
lewat bulan sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau
dalam grandemultiparitas.
5. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui metode yang dipakai karena salah satu efek samping
kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.
6. Riwayat Sosial, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui bagaimana hubungan klien dengan suami, keluarga, dan
masyarakat. Bagaimana ekonomi klien cukup atau kurang mencukupi, ada
tidaknya kebudayaan klien yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan
persalinannya.
7. Riwayat spiritual
Untuk mengetahui apakah klien masih dapat melakukan ibadah agama dan
kepercayaannya dengan baik. Spiritual (ibadah) sangat diperlukan pada saat hamil
untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat menghadapi persalinan.
8. Riwayat psikologis
16

Untuk mengetahui apa pendapat klien dan keluarga tentang kehamilan dan
persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang
dengan kehamilan ini. Atau kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan
kehamilannya.
9. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien dengan kehamilan postterm biasanya jarang memeriksakan
kehamilannya kedokter ataupun kebidan. Mereka menganggap bahwa
perlu memeriksakan kehamilan kedokter bila ada keluhan saja.
Sehingga jika muncul kelainan pada kehamilan ibu tidak cepat
terdeteksi.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dengan kehamilan postterm memiliki riwayat ketidakcukupan
nutrisi sehingga terjadi penurunan jumlah air ketuban.
c. Pola Eliminasi
Menurut etiologi, pola eliminasi tidak berpengaruh terhadap kehamilan
postterm.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Ibu dengan kehamilan postterm biasanya akan mengalami gangguan
istirahat dan tidur, hal ini disebabkan oleh rasa cemas yang timbul dari
kehamilannya yang melewati bulan.
e. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu dengan kehamilan postterm akan mengalami kecemasan dengan
kondisi yang sedang dialaminya dan keselamatan janin yang sedang
dikandung.
f. Pola Aktivitas dan Latihan
Ibu dengan kehamilan postterm akan mudah letih dalam beraktivitas.
Hal ini disebabkan bayi yang terus tumbuh dalam rahim memerlukan
nutrisi yang tidak sedikit dikarenakan bayi tumbuh semakin besar.
g. Pola Hubungan dan Peran
Ibu dengan kehamilan postterm biasanya masih bisa berhubungan baik
dengan lingkungan sekitarnya dan masih bisa menjalankan perannya
dirumah maupun dimasyarakat.
h. Pola Reproduksi dan Seksual
17

Ibu dengan kehamilan postterm biasanya mengalami penurunan. hal ini


disebabkan oleh meningkatkan produksi hormone progesterone dan
adanya kecemasan ibu akan kesehatan bayi dalam kandungan.
i. Pola Koping dan Toleransi Stres
Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam memotivasi klien untuk
mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan.
j. Pola Keyakinan dan Nilai
Klien akan meyakini bahwa kondisi yang dialaminya merupakan takdir
dari Tuhan YME. Keyakinan ini sangat diperlukan pada saat hamil
untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat menghadapi persalinan.

10. Pemeriksaan Fisik


Adapun pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. Tanda tanda vital
Tekanan darah : normanya < 140/90 mmHg. Tekanan diatas normal
menunjukkan adanya hipertensi dalam kehamilan (preklamsia) dan harus
mendapatkan tindakan untuk mencegah menjadi eklamsia.
Suhu tubuh : 36 - 37oC
Denyut nadi : 80-100 kali/menit
Pernapasan : 20-24 kali/menit

e. BB sebelum hamil : diisi sesuai kondisi pasien

f. BB sekarang : normalnya naik minimal 0,5 kg tiap minggu

g. LILA : normalnya harus >23,5 cm. LILA menunjukkan


status nutrisi ibu hamil.

h. Kepala dan Wajah


1. Mata
Konjunctiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena
kekurangan protein dan Fe sebagai sumber pembentukan eritrosit.
2. Hidung
Tanyakan pada ibu, apakah ibu ada pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
3. Telinga
18

Sama dengan pengkajian pada hidung.


6. Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi yang
berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi port de entree bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik

i. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid.
j. Dada
a) Jantung : kaji irama jantung
b) Paru : kaji apakah ada suara tambahan
c) Payudara :
1) Kesan umum
Kaji bentuk payudara, apakah payudara simetris antara kiri dan
kanan. Apakah terjadi hiperpigmentasi areola. Dengan palpasi dapat
ditentukan apakah terdapat nodul yang abnormal. Saat palpasi, naikkan
tangan di atas kepala supaya payudara kencang dan hasil pemeriksaan
lebih akurat.
2) Putting susu
Kaji apakah ASI atau kolostrum sudah keluar dengan memencet
areola mamae ibu. Kaji juga kebersihan putting.

k. Punggung, pinggang, posisi tulang belakang


a) Posisi tulang belakang : Lordosis
b) Nyeri pada pinggang : Tidak ada

l. Abdomen
a. Keadaan
1) Leopold I
Untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) (tidak sesuai dengan
TFU normal, > TFU normal) dan apa yang terdapat dibagian fundus
(TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong
lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak
yang kemungkinan adalah bokong janin.
2) Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
19

kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.


Hasil pemeriksaan berupa punggung kanan (Puka) atau punggung
kiri (Puki). Pada tahap ini boleh dilakukan pemeriksaan denyut
jantung janin (DJJ), karena letaknya antara punggung dan kepala.
Caranya adalah kaki ibu di luruskan kemudian dengarkan DJJ, Nilai
DJJ normal adalah 120 140 kali/menit.
3) Leopold III
Tujuan pemeriksaan Leopold III adalah untuk menentukan presentasi
janin. Jika presentasinya adalah kepala, apakah sudah masuk pintu
atas panggul (PAP) atau belum. Caranya adalah dengan menggoyang
kepala dengan tangan kanan dan menahan fundus dengan tangan
kiri. Jika kepala masih bisa digoyang maka kepala belum masuk
PAP.
4) Leopold VI
Untuk mengetahui seberapa bagian kepala janin yang masuk Pintu
atas panggul (PAP)
m. Ekstermitas atas dan bawah
Kaji apakah ada varies, edema tungkai dan refleks patella. Varises dan
edema terjadi karena terdapat gangguan sirkulasi dari ekstremitas bawah
menuju jantung akibat dari penekanan uterus terhadap vena femoralis
sehingga alir darah balik ke vena cava inferior terhambat dan terbentuk
bendungan di vena bawah.

8. Urogenital
Kaji kondisi urogenital, meliputi kebersihan, pengeluaran seperti lender
atau keputihan. Rektum juga dikaji apakah terdapat hemoroid, hemoroid
derajat 1 normal untuk ibu hamil. Gunakan sarung tangan untuk
mengkaji urogenital untuk perlindungan pemeriksa. Posisi sims
memudahkan dalam mengkaji rectum.

4.1.1 Pengkajian Bayi

1. Kondisi Umum
a. Tonus otot : Lunak (tonus otot menurun)
20

b. Kulit :
1) Warna : Pucat, sianosis, sebagian terwarnai oleh mekonium
2) Tekstur : kering, mengelupas, dan pecah-pecah
c. Tangisan : Lemah
2. Pengukuran
a. Berat badan : 4000-4500 gram (makrosomia)
b. Panjang : > 53 cm (normal 48-53 cm)
c. Lingkar kepala: 33-37 cm
d. Lingkar dada : > 35 cm (normal 31-35 cm)
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : < 36,5o C
b. Pernapasan : dispnea, bayi kesulitan bernafas, adanya pernapasan
cuping hidung
c. Nadi : Nadi > 160x/m (Takikardi)
4. Kepala
a. Bentuk : simetris, ukuran dalam batas normal
b. Ubun-ubun : datar, keras
c. Wajah : ukuran kecil, bayi tampak tua
d. Mata : mata lebar dan sudah terbuka
e. Mulut : bibir, gusi, palatum utuh. Adanya mekonium pada
trakea/jalan napas bayi (melihat kondisi dalam mulut), bibir pucat
f. Hidung : simetris, lubang hidung paten, septum utuh.
g. Telinga: kartilago terbentuk dengan baik, simetris kanan-kiri
5. Leher : pendek, tebal, rentang gerak terbatas, tidak ada massa
6. Toraks : simetris, prosesus xifoid deus menonjol
a. Bunyi nafas : peningkatan bunyi nafas, adanya bunyi nafas tambahan
b. Payudara : simetris, datar dengan putting tegak.
7. Abdomen : simetris, agak menonjol, tidak ada massa
8. Genetalia : sesuai dengan jenis kelamin

4.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
.
1. DO: Fungsi Plasenta Ketidakefektifan
- Adanya mekonium menurun bersihan jalan napas
pada trakea/jalan
Suplai O2 menurun
napas bayi
- adanya suara napas Gawat janin, cedera
tambahan otak dan organ lainnya
- bayi terlihat
kesulitan bernafas Mengeluarkan
21

dan menangis mekonium


- Dispnea
DS: - Aspirasi mekonium

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
2. DO: Fungsi Plasenta Ketidakefektifan pola
- Dispnea menurun napas
- Pernapasan cuping
Suplai O2 menurun
hidung
- Terlihat bayi
Gawat janin, cedera
menggunakan otot otak dan organ lainnya
aksesorius untuk
bernapas Mengeluarkan
- RR > 60x/m mekonium
DS: -
Aspirasi mekonium

Asfiksia

Ketidakefektifan pola
napas
22

3. DO: Fungsi Plasenta Gangguan perfusi


- Waktu pengisian menurun jaringan
kapiler (CRT) > 3
Suplai O2 menurun
detik
- Warna kulit pucat Gawat janin, cedera
- Kulit teraba dingin otak dan organ lainnya
- Sianosis
- Nadi > 160x/m
Mengeluarkan
(Takikardi) mekonium
DS: -
Aspirasi mekonium

Asfiksia

Sianosis

Gangguan perfusi
jaringan
4. DO: Fungsi plasenta Gangguan
- Suhu < 36,5o C menurun termoregulasi:
- Kulit bayi teraba
Hipotermi
Nutrisi menurun
dingin
- Bayi terlihat
Janin mengkompensasi
menggigil lemak dan karbohidrat
DS: - sendiri

Lemak subcutan
menurun

Suhu tubuh tidak stabil

Gangguan
termoregulasi:
Hipotermi
5. DO: Kehamilan postterm Kerusakan integritas
- Kerusakan lapisan kulit
Placenta mengkerut
kulit
23

- Kulit kering, Fungsi plasenta


mengelupas, pecah- menurun

pecah, longgar dan


Nutrisi menurun
berkerut (kurang vitamin, cairan,
DS: - makanan)

Kerusakan integritas
kulit
6. DO: Kehamilan postterm Ketidakseimbangan
- Membrane mukosa nutrisi kurang dari
Placenta mengkerut
pucat kebutuhan tubuh
- Tonus otot menurun
- Kulit kering, pecah- Fungsi plasenta
menurun
pecah, longgar, dan
berkerut Nutrisi menurun
DS: - (kurang vitamin, cairan,
makanan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7. DO: Kehamilan postterm Nyeri akut
- Ibu terlihat
Distosis, distosis bahu
mengekspresikan
perilaku yang Trauma jalan lahir
menandakan nyeri
Nyeri akut
seperti gelisah,
menangis
- Skala nyeri 7
- Ibu terlihat merubah
posisi untuk
menghindari nyeri
DS: -
8. DO: - Kehamilan postterm Risiko Infeksi
DS: -
Distosis, distosis bahu
24

Pendarahan postpartum

Risiko infeksi
9. DO: - Kehamilan postterm Risiko cedera
DS: -
Distosis, distosis bahu

Risiko cedera
10. DO: Kehamilan postterm Ansietas
- Wajah tegang, tremor
Partum lama
tangan
- Peningkatan keringat
- Ibu terlihat bingung Ansietas

dan khawatir
DS: -

4.3 Diagnosa Keperawatan


4.3.1 Diagnosa Keperawatan Bayi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada bayi adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan aspirasi
mekonium ditandai dengan Terlihat adanya mekonium pada trakea/jalan
napas bayi, adanya suara napas tambahan, bayi terlihat kesulitan bernafas
dan menangis, dan Dispnea
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas,
asfiksia ditandai dengan Dispnea, Pernapasan cuping hidung, Terlihat bayi
menggunakan otot aksesorius untuk bernapas, dan RR > 60x/m.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
keseluruh tubuh bayi, sianosis ditandai dengan Waktu pengisian kapiler
(CRT) > 3 detik, Warna kulit pucat, Kulit teraba dingin, Sianosis, dan Nadi
> 140x/m
4. Gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak
stabil akibat penurunan lemak subkutan ditandai dengan Suhu < 36,5 o C,
Kulit bayi teraba dingin, dan Bayi terlihat menggigil.
25

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nutrisi janin menurun,


berkurangnya lemak subcutan ditandai dengan Kerusakan lapisan kulit,
Kulit kering, mengelupas, pecah-pecah, longgar dan berkerut.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan suplai oksigen dan fungsi plasenta yang menurun ditandai dengan
Membrane mukosa pucat, Tonus otot menurun, Kulit kering, pecah-pecah,
longgar, dan berkerut.
4.3.2 Diagnosa Ibu
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada Ibu adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jalan lahir, distosis ditandai
dengan Ibu terlihat mengekspresikan perilaku yang menandakan nyeri
seperti gelisah, menangis, Skala nyeri 7, dan Ibu terlihat merubah posisi
untuk menghindari nyeri.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pendarahan postpartum, distosis
3. Risiko cedera berhubungan dengan Distosis
4. Asietas berhubungan dengan proses kelahiran (partum) yang lama ditandai
dengan Wajah tegang, tremor tangan, Peningkatan keringat, Ibu terlihat
bingung dan khawatir.
26

4.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan napas Respiratory status: Airway suction
berhubungan Ventilation - Pastikan kebutuhan
dengan aspirasi Respiratory status: oral/tracheal suctioning
Airway patency - Hisap hidung dan orofaring
mekonium
Kriteria hasil: dengan hati-hati, sesuai
Menunjukkan jalan kebutuhan
- Auskultasi suara napas
napas yang paten
sebelum dan sesudah
(frekuensi napas dalam
suctioning
rentang normal, tidak - Berikan oksigen
ada suara napas menggunakan nasal untuk
abnormal). memfasilitasi suction
Suara nafas bersih, tidak
nasotrakeal
ada sianosis dan dispnea - Monitor status oksigen
pasien
Airway Management
- Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
- Monitor respirasi dan status
oksigen

2. Ketidakefektifan NOC NIC


pola napas Respiratory status: Airway management
berhubungan Ventilation - Buka jalan napas, gunakan
dengan obstruksi Respiratory status: teknik chin lift atau jaw
27

jalan napas, asfiksia Airway patency thrust bila perlu


Vital sign status - Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil memaksimalkan ventilasi
- Monitor respirasi dan status
Suara nafas bersih, tidak
oksigen
ada sianosis dan dispnea
Menunjukkan jalan Oxygen Therapy

napas yang paten - Bersihkan mulut, hidung, dan

(frekuensi napas dalam secret trakea


- Pertahankan jalan napas yang
rentang normal, tidak
paten
ada suara napas - Atur peralatan oksigenasi
abnormal). - Monitor aliran oksigen
Tanda-tanda vital dalam - Pertahankan posisi pasien
- Monitor TD, nadi, suhu, dan
rentang normal (tekanan
RR
darah, nadi, pernapasan) - Monitor suara pernapasan
abnormal
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. Gangguan perfusi NOC NIC
jaringan Circulation status - Pantau tanda vital. Catat
berhubungan Tissue Perfusion: pengisian kapiler (CRT)
cerebral - Pertahankan masukkan cairan
dengan penurunan
Kriteria hasil adekuat. Awasi haluaran urin.
suplai oksigen
- Pertahankan suhu lingkungan
keseluruh tubuh Tanda-tanda vital dalam
dan kehangatan tubuh.
bayi, sianosis rentang normal - Berikan cairan (IV/peroral)
Tidak ada tanda-tanda
sesuai indikasi
peningkatan tekanan - Berikan oksigen tambahan
intracranial yang sesuai dengan indikasi
Menunjukkan fungsi
hasil GDA dan toleransi
sensori motori cranial
pasien.
yang utuh.
4. Gangguan NOC NIC
termoregulasi: Hidration Temperature regulation
hipotermi Adherence behavior - Monitor suhu minimal tiap 2
Immune status
28

berhubungan Risk control jam


Risk detektion - Monitor TD, nadi, dan RR
dengan suhu tubuh
- Tingkatkan intake cairan dan
tidak stabil akibat Kriteria hasil
nutrisi
penurunan lemak Keseimbangan antara - Selimuti pasien untuk
subkutan produksi panas, panas mencegah hilangnya
yang diterima, kehangatan tubuh
kehilangan panas - Ajarkan penanganan
Temperature stabil: 36,5- hipotermia yang diperlukan
37o C pada keluarga
Tidak ada kejang - Kolaborasikan dengan tim
Pengendalian risiko:
medis terkait pemberian
hipotermia
antipiretik
5. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit Tissue integrity: skin and Pressure management
berhubungan mucous - Berikan baju yang longgar
dengan nutrisi janin Hemodialys akses untuk pasien
Kriteria hasil - Jaga agar kulit tetap bersih
menurun,
Tidak ada tanda-tanda dan kering
berkurangnya
- Mobilisasi pasien tiap 2 jam
lemak subcutan infeksi
Integritas kulit yang baik sekali atau sesuai keperluan
- Oleskan lotion atau baby oil
bisa dipertahankan
Menunjukkan terjadinya pada daerah yan tertekan
- Monitor status nutrisi pasien
proses penyembuhan - Memandikan pasien dengan
menggunakan sabun dan air
hangat
- Kolaborasikan dengan ahli
gizi terkait pemberian nutrisi
pada pasien
- Hindari kerutan pada tempat
tidur
6. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Pain level Pain Management
dengan trauma jalan Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
Comfort level
29

lahir, distosis Kriteria hasil secara komprehensif


Mampu mengontrol termasuk karakteristik,
nyeri (tahu penyebab lokasi, durasi, frekuensi,
nyeri, mempu kualitas, dan faktor
menggunakan teknik presipitasi
- Control lingkungan yang
nonfarmakologi pereda
dapat mempengaruhi nyeri
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang dengan pencahayaan, dan kebisingan
- Ajarkan teknik pereda nyeri
menggunakan
nonfarmakologis
manajemen nyeri - Kolaborasikan dengan tim
Menyatakan rasa
medis terkait pemberian
nyaman setelah nyeri
analgetik
berkurang - Evaluasi keefektifan control
nyeri

7. Risiko infeksi NOC NIC


berhubungan Immune status Infection Control
dengan pendarahan Knowledge: infection - Pertahankan teknik isolasi
control - Batasi pengunjung bila perlu
postpartum, distosis
Risk control - Gunakan baju, sarung tangan

Kriteris hasil sebagai alat pelindung ketika

Klien bebas dari tanda melakukan tindakan


- Cuci tangan setiap sebelum
dan gejala infeksi
Menunjukkan dan sesudah tindakan
- Pertahankan lingkungan
kemampuan untuk
aseptic
mencegah timbulnya - Gunakan sabun antimikroba
infeksi untuk cuci tangan
Menunjukkan perilaku - Monitor tanda dan gejala
hidup sehat infeksi
- Tingkatkan intake nutrisi
- Kolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberikan
30

antibiotic
- Dorong masukan nutrisi yang
cukup, masukan cairan, dan
istirahat.
- Ajarkan pada pasien dan
keluarga cara menghindari
infeksi.

4.5 Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Implementasi
.
1. Ketidakefektifan bersihan - Telah memastikan kebutuhan
jalan napas berhubungan oral/tracheal suctioning
- Telah melakukan hisap hidung dan
dengan aspirasi mekonium
orofaring dengan hati-hati, sesuai
kebutuhan
- Telah melakukan Auskultasi suara
napas sebelum dan sesudah suctioning
- Telah memberikan oksigen
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
- Telah melakukan monitor status
oksigen pasien
- Telah mmbuka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
- Telah memosisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Telah melakukan fisioterapi dada bila
perlu
- Telah melakukan monitor respirasi dan
31

status oksigen
2. Ketidakefektifan pola napas - Telah membuka jalan napas, gunakan
berhubungan dengan obstruksi teknik chin lift atau jaw thrust bila
jalan napas, asfiksia perlu
- Telah memosisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Telah melakukan monitor respirasi dan
status oksigen
Oxygen Therapy
- Telah membersihkan mulut, hidung,
dan secret trakea
- Telah melakukan monitor aliran
oksigen
- Telah melakukan monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Telah melakukan monitor suara
pernapasan abnormal
3. Gangguan perfusi jaringan - Telah melakukan monitor tanda vital.
berhubungan dengan Dan mencatat pengisian kapiler (CRT)
- Telah mempertahankan masukkan
penurunan suplai oksigen
cairan adekuat. Awasi haluaran urin.
keseluruh tubuh bayi, sianosis
- Telah mempertahankan suhu
lingkungan dan kehangatan tubuh.
- Telah memberikan cairan (IV/peroral)
sesuai indikasi
- Telah memberikan oksigen tambahan
yang sesuai dengan indikasi hasil GDA
dan toleransi pasien.
4. Gangguan termoregulasi: - Telah melakukan monitor suhu
hipotermi berhubungan dengan minimal tiap 2 jam
- Telah melakukan monitor TD, nadi,
suhu tubuh tidak stabil akibat
dan RR
penurunan lemak subkutan
- Telah meningkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Telah memberikan selimut pasien
untuk mencegah hilangnya kehangatan
32

tubuh
- Telah mengajarkan penanganan
hipotermia yang diperlukan pada
keluarga
- Telah berkolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian antipiretik
5. Kerusakan integritas kulit - Telah memberikan baju yang longgar
berhubungan dengan nutrisi untuk pasien
- Telah menjaga agar kulit tetap bersih
janin menurun, berkurangnya
dan kering
lemak subcutan
- Telah melakukan mobilisasi pasien tiap
2 jam sekali atau sesuai keperluan
- Telah mengoleskan lotion atau baby oil
pada daerah yan tertekan
- Telah melakukan monitor status nutrisi
pasien
- Telah memandikan pasien dengan
menggunakan sabun dan air hangat
- Telah berkolaborasikan dengan ahli
gizi terkait pemberian nutrisi pada
pasien
6. Nyeri akut berhubungan - Telah melakukan pengkajian nyeri
dengan trauma jalan lahir, secara komprehensif termasuk
distosis karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presipitasi
- Telah mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
- Telah mengajarkan teknik pereda nyeri
nonfarmakologis
- Telah berkolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian analgetik
- Telah mengevaluasi keefektifan control
nyeri
7. Risiko infeksi berhubungan - Telah mempertahankan teknik isolasi
- Telah menggunakan baju, sarung
dengan pendarahan
33

postpartum, distosis tangan sebagai alat pelindung ketika


melakukan tindakan
- Telah mencuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
- Telah mempertahankan lingkungan
aseptic
- Telah menggunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan
- Telah melakukan monitor tanda dan
gejala infeksi
- Telah meningkatkan intake nutrisi
- Telah berkolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberikan antibiotic
- Telah mengajarkan pada pasien dan
keluarga cara menghindari infeksi.

4.6 Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Waktu No.D Evaluasi


x
Senin, 16 10.00 WIB 1 S:
februari 2015 Keluarga pasien mengatakan,
bayinya sudah bisa bernafas lancar
sus, sudah bisa menangis juga.
O:
- Tidak terlihat adanya mekonium
yang menyumbat dijalan napas
bayi
- Suara nafas normal (vesikuler)
- Tidak ada dispnea
- Bayi terlihat mudah bernafas dan
sesekali menangis dengan keras
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Senin, 16 10.00 WIB 2 S:
februari 2015 Keluarga mengatakan, bayinya sudah
34

nafas lancar sus, sudah gak sesak


juga.
O:
- Tidak ada dispnea
- Tidak terlihat pernapasan cuping
hidung
- Tidak terlihat penggunaan otot
acesorius pernapasan
- RR 40-60x/m
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Senin, 16 10.00 WIB 3 S:


februari 2015 Keluarga mengatakan, bayinya sudah
tidak dingin dan pucat sus, sudah
mulai hangat dan kulitnya tidak pucat
seperti kemarin.
O:
- CRT < 3 detik
- Nadi 120-140x/m
- Kulit bayi teraba hangat
- Tidak pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Senin, 16 11.00 WIB 4 S:
februari 2015 Keluarga mengatakan, bayinya sudah
hangat sus, kulitnya tidak dingin
lagi.
O:
- Suhu 36,5-37o C
- Kulit teraba hangat
- Bayi terlihat tenang, tidak
menggigil
A: masalah teratasi
35

P: Intervensi dihentikan
Senin, 16 11.00 WIB 5 S:
februari 2015 Keluarga mengatakan, kulit bayinya
sudah tidak mengelupas, tidak
berkerut juga sus.
O:
- Tidak ada kerusakan lapisan kulit
- Terlihat kulit bersih, tidak
berkerut, tidak pecah-pecah
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Selasa, 17 08.00 WIB 6 S:
februari 2015 Ibu mengatakan,masih terasa nyeri
kadang-kadang ketika bergerak, sus.
O:
- Skala nyeri 2
- Ibu terlihat tenang, tidak
gelisah
- Tidak ada ekspresi yang
menunjukkan nyeri seperti
meringis
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Selasa, 17 08.00 WIB 7 S: -
februari 2015 O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
36

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kehamilan postterm atau kehamilan lewat bulan memiliki prevalensi yang


tidak sedikit di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kehamilan postterm dapat
terjadi pada wanita hamil mana pun. Komplikasi yang akan timbul ketika terjadi
kehamilan postterm adalah hal yang siapapun tidak menginginkannya. Hal ini
sangat berbahaya untuk sang janin maupun ibu yang akan mengalami proses
kelahiran relative lebih lama dari kehamilan normal.
37

Pencegahan merupakan hal yang harus dilakukan untuk menghindari


kehamilan postterm. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan dan perhitungan usia
kandungan mulai dari hari terkhir ibu haid hingga saat ini dengan tepat. Hal ini
akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan
mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC

Dianggra, Phitra Sekar. 2009. Perbandingan Produksi Misoprostoldengan Induksi


Oksitoksin terhadap Lama Persalinan pada Kehamilan Postterm di RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret
38

Hariadi R. 2004. Ilmu Kedokteran Feromaternal. Surabaya: Himpunan


Kedokteran Feromaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia

Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, &


Keluarga. Vol.2. Jakarta: EGC

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 vol 1. Jakarta: EGC

WHO. 2004. Misoprostol for Induction of Labor. The WHO Reproductive Health
Library. Library.com/commentaries/htm/Haacom.htm

Anda mungkin juga menyukai