Anda di halaman 1dari 16

URETHRITIS GONORRHOEAE

ANDERSEN*
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

*Email : And_der_sen@yahoo.com

PENDAHULUAN

Gonore merupakan salah satu PMS (Penyakit Menular Seksual) atau STD (Sexually
Transmitted Disease) yang dalam arti kata luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
infeksi gonococcus (Neisseria gonorrhoeae). Sampai saat ini diagnosis dan penatalaksanaan
gonore diberbagai Negara dan klinik belum ada keseragaman. Walaupun demikian ada satu
badan yang disebut Centers for Disease control (CDC) di Atlanta yang secara teratur
memberikan laporan mengenai jenis dan dosis obat yang dianjurkan dipakai sebagai pegangan
dalam pengobatan gonore.

Seringkali gonore disebut juga uretritis spesifik atau uretritis gonore (radang saluran
kemih khusus). Gejala penyakit ini bergantung pada situs infeksi, jenis kelamin dan umur
korban, lamanya menderita infeksi, serta terjadinya penyebaran sel-sel bakteri penyebabnya.
Meningkatnya insidens uretritis gonore ini dilihat dari segi medis antara lain disebabkan semakin
banyaknya jalur N. gonorrhoeae yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotika serta adanya
jalur N. gonorrhoeae yang menghasilkan penisilinase (beta laktamase) yang disebut Neisseria
Gonorrhoeae penghasil penisilinase atau Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae
(PPGP).

Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-
genital dan ano-genital. Tetapi, disamping itu juga dapat terjadi secara manual melalui alat-alat,
pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. Maka dari itu untuk dapat memahami penyakit
ini dibuatlah makalah mengenai Neisseria Gonorrhoeae yang secara besar akan di bahas dalam
sudut pandang medis.1
PEMERIKSAAN 1,2

A. Anamnesis
1. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya
pasien, keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.

2. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang
dihadapinya.

3. Riwayat penyakit sekarang (RPS): jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas,


latar belakang, lokasi anatomi dan penyebarannya, waktu termasuk kapan penyakitnya
dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk, tetap,
apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus dalam susunan yang kronologis,
termasuk test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Catat riwayat yang
berkaitan termasuk pengobatan sebelumnya faktor resiko dan hasil pemeriksaan yang
negatif. Riwayat keluarga dan psykososial yang berkaitan dengan keluhan utama.
Masalah lain yang signifikan harus dicantumkan juga dalam riwayat penyakit sekarang
dalam bagian atau paragraf yang berbeda.

4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): pengobatan yang dijalani sekarang, termasuk OTC,
vitamin dan obat herbal. Allergi (alergi obat dan yang lainnya yang menyebabkan
manifestasi alergi spesifik), operasi, rawat inap di rumah sakit, transfusi darah termasuk
kapan dan berapa banyak jumlah produk darahnya, trauma dan riwayat penyakit yang
dulu.

5. Pasien dewasa: Tanya apakah menderita penyakti DM, stroke, PUD, asthma, tyroid,
hepar dan ginjal, penyakit perdarahan, kanker, TB, hepatitis dan penyakit menular
seksual. Juga tanyakan tentang pemeliharaan kesehatan pasien. Pertanyaan pada kategori
ini tergantung umur dan jenis kelamin pasien tetapi dapat mencakup pap smear dan
pemeriksaan pelvis terakhir, pemeriksaan payudara, apakah pasien memeriksa
payudaranya sendiri, tanggal mammogram, imunisasi diphteri/ tetanus, vaksinasi
pneumococcal, influenza dan hepatitis B. Sampel feses untuk perdarahan yang
tersembunyi, sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Kolesterol, kolesterol HDL, penggunaan
alarm kebakaran pada tiap lantai dirumah dan penggunaan sabuk pengaman.
Pasien anak-anak: mencakup riwayat prenatal dan kelahiran, makanan, intoleransi
makana, riwayat imunisasi, temperatur pemanas aiat dan penggunaan helm waktu
bersepeda.

6. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan
pada anggota keluarga (tanya apakah ada yang menderita kanker terutama payudara,
kolon dan prostat), TB, asma, infark miokard, HTN, penyakit tyroid, penyakit ginjal,
PUD, DM, penyakit perdarahan, glaukoma, degenerasi makular dan depresi atau
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan. Gunakan skema keluarga (pedagre).

B. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan hanya dengan cara 2 dimensi, yaitu inspeksi dan
palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan pasien seperti pada alat
kelaminnya yang menjadi keluhan yaitu daerah orificium uretra eksterna apakah terdapat
kelainan, juga mengamati apakah terdapat udem, eritema, abses, dan lain-lainnya. Sedangkan
pada palpasi yaitu memegang daerah keluhannya pada alat kelaminnya apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan sebagainya yang tentunya kita menggunakan sarung tangan
guna untuk higien. Kemudian selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kulit dan sendi juga
perlu dilakukan sebab seperti yang kita ketahui bahwa sekitar 1-3% kasus dapat terjadi
hematogen. Ini disebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya defisiensi C6-9 atau
bakteri yang kebal terhadap antibody dan komplemen yang akibatnya terjadi manifestasi
pada sendi dan kulit yang berupa arthritis, tenosynovitis dan lesi kulit.

C. Pemeriksaan Penunjang 3,4


Untuk memastikan penyebab penyakit ini maka diperlukan adanya pemeriksaan penunjang
laboratorium yang terdiri atas 5 tahapan.
Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan diplococcus negative-
Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartolin dan
endoserviks. Pemeriksaan Gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi
(90-95%) dan spesifitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 46-
65%, dengan spesifitas 90-99%.
Kultur (biakan)
Untuk identifikasi bakteri penyebab perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam
media yang dapat digunakan ialah media transport dan media pertumbuhan.
1. Media transpor, yang pertama adalah media Stuart dimana hanya untuk transpor saja,
sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. Dan yang kedua adalah
media transgrow yaitu media yang selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningitides. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
2. Media pertumbuhan, ada dua yaitu media Thayer-martin dan agar coklat McLeod.
Media Thayer-martin adalah media selektif untuk mengisolasi gonokokus.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram,
kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negative-Gram, dan nistatin untuk
menekan pertumbuhan jamur. Sedangkan pada agar coklat Mcleod adalah media yang
dapat ditumbuhi kuman lain selain gonococcus.

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Neisseria_gonorrhoeae_01.png

Pemeriksaan kultur ini mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi yaitu 94-98% pada
duh uretra pria dan pada duh endoserviks 85-95%. Sedangkan spesivitas keduanya
sama yaitu 99%.
Tes definitive
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida
1% ditambahkan koloni gonokokus pasien. Semua Neisseria memberi reaksi positif
dengan perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda sampai
merah lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi postif dilanjutkan dengan tes ferrnentasi memakai glukosa, maltose, dan
sukrosa. Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa.
Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung chromogenic
cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan
perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahu sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur, urin dibagi dalam 2 gelas, dan
tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2.
Tabel Hasil Pembacaan

Gelas 1 Gelas 2 Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

WORKING DIAGNOSIS

Gonorrhea dapat dengan mudah didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis pada
lendir atau nanah yang keluar dari penis. GO juga bisa didiagnosa dari biakan lendir yang berasal
dari saluran kencing, anus atau tenggorokan. Pada pasien dengan gejala sistemik seperti nyeri
pada sendi atau gejala pada kulit, kuman GO bisa dibiakan dari bahan darah. Saat ini beberapa
metode tes diagnostik secara cepat sudah banyak dikembangkan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mendiagnosa GO menjadi lebih singkat. Maka agar diagnosis dapat ditegakkan
harus berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti yang
telah dipaparkan di atas. Untuk pemeriksaan sediaan langsung biasanya dilakukan di klinik luar
rumah sakit/praktek pribadi dan klinik denga fasilitas laboratorium terbatas. Pada pemeriksaan
pembiakan atau kultur dan tes definitive ini dianjurkan untuk dilakukan pada rumah sakit
dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS 4,5


Non-Spesifik Urethritis (NSU)

Adalah infeksi pada genital yang bukan karena kuman spesifik (kuman yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium sederhana/biasa yaitu gonokokus, candida albicans,
trichomonas vaginalis, dan escherichia coli). Kuman-kuman penyebab utama NSU adalah
Chlamydia trachomatis (serotype D-K), Ureaplasma urealiticum, Mycoplasma hominis, dan
virus HSV.

1. Chlamydia trachomatis, merupakan parasit obligat intraseluler, yang menyerupai bakteri


negatif-Gram dan penyebab NSU yang termasuk subgroup A dan mempunyai tipe serotype
D-K. Dalam pengembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase :
Fase 1 : disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada
genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuma sifatnya intraselular dan berada di dalam
vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes yang disebut badan inklusi atau retikuler
Fase 2 : fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer yang
dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes baru.

Sumber : http://scunthorpegayhelpline.webs.com/chamidia2men.jpg
Gejala klinis :
Dysuria + secret mucopurulent pada urethra. Pada pria dapat menjadi epididymitis,
prostatitis, proctitis (homoseksual), dan mungkin timbul reiters syndrome. Sedangkan pada
wanita dapat timbul cervicitis, salphingitis, endometritis, dan pelvic inflammatory disease,
tetapi juga dapat asymptomatic.

2. Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% penyebab NSU dan sering bersamaan dengan
Chlamydia trachomatis. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan Ureaplasma
urealyticum. Mycoplasma hominis bersifat komensal yang dapat menjadi pathogen hanya
saat-saat tertentu saja. Ureaplasma urealyticum merupakan mikrorganisme paling kecil,
negative-Gram, dan sangat pleomorfik karena tidak mempunyai dinding sel yang kaku.
Sumber : http://www.medchem.axel-schunk.de/harnsteine/bilder/ureaplasma_urealyticum.jpg

Gejala klinis:
Pada pria gejala baru timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual dan biasanya tidak seberat
gonore. Gejalanya berupa dysuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan
keluarnya cairan seropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakit lebih lama
dan cenderung residif. Komplikasinya dapat berupa prostatitis, vesikulitis, dan epididimitis.
Sedangkan pada wanita lebih sering pada serviks dibandingkan dengan vagina. Seperti pada
gonore biasanya asymptomatic. Sebagian keluhan berupa disuria ringan, sering kencing,
nyeri di daerah pelvis, dan disparenia. Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda
servisitis yang disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah.

3. Virus herpes simplex


Virus herpes simplex tipe-2 yang menyebabkan herpes genital yang dengan gejala lesi
vesikuler yang berisi cairan serous pada daerah genitalia dan anal, pria maupun wanita,
infeksi pertama biasanya lebih berat. Infeksi juga dapat asymptomatic, pada pria dapat
prostatitis dan uretritis, sedangkan wanita dapat servisitis yang merupakan sumber penularan.

Sumber : http://habibmaulana.com/wp-content/uploads/2010/11/herpes-genital-pada-pria1.jpg

4. Trikomoniasis
Merupakan infeksi saluran urogenital pada bagian bawah wanita maupun pria, dapat bersifat
akut atau kronik, disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui
hubungan seksual.
Sumber : http://imaging.ubmmedica.com/consultantlive/images/articles/2003/10012003/0310ConPCZooA.jpg

Gejala klinis :
Pada pria yang diserang terutama uretra, ke selenjar prostat, dan kadang-kadang
preuputiumm vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran mirip gonore
seperti disuria, poliuria, dan sekeret mukopurulen. Sedangkan pada wanita, yang diserang
terutama adalah dinding vagina, yang akan terlihat secret seropurulen berwarna kekuningan,
kuning kehijauan, dan berbau tidak enak serta berbusa.

ETIOLOGI 5,6
Gonore (GO) atau biasa disebut penyakit kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum dan tenggorokan atau bagian konjungtiva mata (Konjungtivitis gonore).

Gonokokus termasuk diplokokus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 m dan panjang 16 m,
bersifat tahan asam. Karena selalu berpasangan, bakteri ini di sebut diplokokus. Pada sediaan
langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39
derajat celcius dan tidak tahan zat desinfektan.
Sumber : http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQG7JA0TX7o0dLTO

Secara morfologik gonokok ini terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang
bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunya pili dan bersifat nonvirulen. Pilo akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah
terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang,
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

EPIDEMIOLOGI 5,6
penyakit ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan porevalensi yang lebih tinggi di berbagai
Negara berkembang. Angka serangan paling tinggi pada 15-24 tahun yang tinggal di kota,
termasuk dalam social ekonomi rendah, tidak menikah, homoseksual, atau memiliki riwayat
PMS terdahulu.

Grafik perkembangan penyakit menular seksual


Sumber : http://www.lakartidningen.se/store/images/2/2704/large/05Kv1256.jpg

Penyakit ini sangat mudah ditularkan dengan angka infeksi 50% pada wanita dan 20% pada pria
setelah sekali terpajan vagina tanpa pelindung. Kira-kira 75% wanita asimtomatik, dibanding
hanya 5% pada pria heteroseksual. Lokasi infeksi ekstragenital termasuk orofaring, mata, dan
jaringan perihepatik; infeksi diseminta jarang terjadi. Insidensi meningkat secara stabil antara
tahun 1951 dan 1980, setelah itu insidensi menurun. Namun pada tahun-tahun belakangan ini
mulai meningkat lagi terutama pada pria homoseksual; kira-kira terdapat 12.000 kasus per tahun
di inggris. Infeksi sistemik berat dab oftalmia neonatorum menjadi jarang terjadi di Negara maju.
Imunitas protektif tidak terbentuk dan reinfeksi umum terjadi setelah pajanan ulang.

PATOFISIOLOGI 7,8

Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari uretra, duktus periuretralis atau
beberap kelenjar disekitarnya. Kuman juga dapat masuk lewat mukosa serviks, konjugtiva atau
rectum. Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel mukosa. Pada hari yang ketiga,
kuman mencapai jaringan ikat dibawah epitel, setelah terlebih dahulu menembus ruang antar sel.
Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Eksudat yang
terbentuk dapat menyumbat saluran atau kelenjar sehingga terjadi kista retensi dan abses.
Penyebaran ke tempat-tempat lainnya lebih sering terjadi lewat saluran getah bening daripada
lewat saluran darah. Terjadinya kerusakan pada sel epitel oleh gonokokus, menyebabkan
terbentuknya celah pada mukosa, sehingga mempermudah dan mempercepat masuknya kuman.

GEJALA KLINIK 5-8


a. Pria

Penularan gonore terutama terjadi lewat kontak seksual. Masa tunas rata-rata 4 hari. Penderita
mengeluh disuria dan mengeluarkan pus yang purulen pada waktu miksi sehingga urin menjadi
keruh. Kadang-kadang disertai demam dan terjadi leukositosis, namun seringkali tidak dijumapi
gejala sistemik lainnya. Sedangkan pada pria yang homoseksual terjadi gonorea anorektal
dengan gejala berupa nyeri perianal, pruritus, secret mukoid atau mukopurulen atau perdarahan
anus. Infeksi asimtomatik pada 60% kasus dimana proktitis distal yang terlihat sebanyak 20%
dan proktitis histology 40%.

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_zj3TSZg592M/RrVNkeg16mI/AAAADA/O8apBV1k3S4/s320/image004.jpg

b. Wanita

Masa tunas gonore pada wanita sukar ditentukan karena pada umunya tidak menunjukkan gejala-
gejala. Bila ada, gejala dapat berupa disuria/poliuria, keluar getah dari vagina, demam atau nyeri
diperut. Selain itu dapat juga terjadi servisitis dan uretritis, dimana servisitis ditandai oleh serviks
eritematosa yang rapuh dan secret mukopurulen.
Sumber : http://www.consultantlive.com/image/image_gallery?img_id=1406884&t=1240424884574

c. Anak-anak

Pada umumnya infeksi pada anak terjadi pada masa perinatal, yaitu pada saat bayi lewat jalan
lahir. Manifestasinya dapat berupa infeksi pada mata yang biasa disebut opthalmia neonatorum
atau blenorhoeae dimana pada kasus ini jika tidak ada penganganan yang baik, maka akan
mengakibatkan kebutaan pada bayi.

Sumber : http://www.soc.ucsb.edu/sexinfo/images/gonorrhea_infant.JPG
KOMPLIKASI 5,6,7
komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Komplikasi local pada pria biasanya berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis,
littritis (radang kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar cowper). Selain itu, infeksi dapat
pula menjalar ke atas (ascendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis,
epididimitis, dan trigonitis dengan gejala disuria, poliuria, dan hematuria yang dapat
menimbulkan infertilitas.
Pada wanita, infeksi pada serviks (servitis gonore) dapat menimbulkan komplikasi salpingitis,
atau pun penyakit radang panggul sehingga dapat berakibat infertilitas atau kehamilan ektopik.
Jika mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan
menyebabkan terjadinya bartolinitis.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa arthritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain
cara genitor-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis,
proktitis, dan konjungtivitis.

PENATALAKSANAAN 9,10

a. Medikamentosa
1. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+1 gram probenesid. Obat
ini dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

2. Ampisilin dan amoksisilin


Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram+1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram+1 gram
probenesid. Angka kesembuhannya lebih kurang di banding penisilin sehingga obat ini
tidak dianjurkan. Suntikkan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi
penisilin. Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhoeae penghasil Penisilinase (N.G.P.P)
yang tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisilin tidak dianjurkan.

3. Sefalosporin
Seftriakson (generasi 3) cukup efektif dengan dosis 250mg i.m. sefoperazon dengan dosis
0,50 samapai 1,00 gram secara i.m. sefiksim 400mg per oral dosis tunggal member angka
kesembuhan >95%.

4. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sisilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.

5. Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. angka kesembuhannya sekita 85%. Baik untuk penderita alergi
penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangaks sifilis.

6. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhannya sekitar 97,7%. Tidak di anjurkan
pemakaiannya pada ibu hamil karena efek sampingnya.

7. Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800mg secara oral. Angka kesembuhannya
cukup tinggi sekitar 100%. Mengingat beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap
siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan
adalah levofloksasin 250mg per oral dosis tunggal. Obat dengan dosis tunggal yang tidak
efektif lagi adalah tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin.

b. Non Medikamentosa

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:


- Bahaya penyakit menular seksual
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
- Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

PREVENTIF

Pencegahan Pasien dengan Gejala Gonore :

1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi.
2. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko penularan penyakit ini
3. hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
4. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh
dan mencegah penularan
5. wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena
infeksi dapat segera diobati dengan benar
6. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.

PROGNOSIS
Gonore jika didiagnosis dini dan pengobatan tepat dan segera menghasilkan prognosis baik,
tetapi bila telah sampai pada tahap lanjut memberikan prognosis buruk.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Gonore (GO) adalah penyakit menular
seksual (PMS) yang disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan
maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjugtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah
kebagian tubuh lainnya terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan
gangguan reproduksi. Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1
minggu (biasanya diberikan doksisiklin).

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF, Judonarso J, dkk. Standardisasi diagnostic dan penatalaksanaan beberapa


penyakit menular seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2000. Hal 143-48.
2. Winarno, Penyakit Kelamin Gonorhoeae, Maret 2009, diunduh dari :
http://winarno-ajo.com/2009/03/penyakit-kelamin-gonorrhoea.html, 27 April 2011
3. Chan ECS, Pelczar MJ. Dasar-dasar mikrobiologi II. Jakarta:UI-Press. 2001. Hal 784-94.
4. Daili SF, Judonarso J, dkk. Infeksi menular seksual. Edisi 3; jilid 2. Jakarta: balai penerbit
FKUI. 2007. Hal 65-76.
5. Djuanda A, Hamzah M, Alsah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5; jilid 1. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 366-85.
6. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B. European
Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections. 2nd
edition. China: Saunders Elsevier Inc. 2001. Hal 892-99.
7. Price SA, Wilson LM. Patafisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6; Vol. 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kodokteran EGC. 2006. Hal 133-143.
8. Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik. Edisi 2; Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000. Hal 842-843.
9. Ganiswarna SG, dkk. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005. Hal 622-50.

10. Chiwel, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Penyakit Gonore, 11


Agustus 2008, diunduh dari :

http://wulandspirit.blogspot.com/2011/04/makalah-penyakit-
gonore.html, 28 April 2011

Anda mungkin juga menyukai