Sken 5 - Aciok Uretheritis Gonnorhea
Sken 5 - Aciok Uretheritis Gonnorhea
ANDERSEN*
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
*Email : And_der_sen@yahoo.com
PENDAHULUAN
Gonore merupakan salah satu PMS (Penyakit Menular Seksual) atau STD (Sexually
Transmitted Disease) yang dalam arti kata luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
infeksi gonococcus (Neisseria gonorrhoeae). Sampai saat ini diagnosis dan penatalaksanaan
gonore diberbagai Negara dan klinik belum ada keseragaman. Walaupun demikian ada satu
badan yang disebut Centers for Disease control (CDC) di Atlanta yang secara teratur
memberikan laporan mengenai jenis dan dosis obat yang dianjurkan dipakai sebagai pegangan
dalam pengobatan gonore.
Seringkali gonore disebut juga uretritis spesifik atau uretritis gonore (radang saluran
kemih khusus). Gejala penyakit ini bergantung pada situs infeksi, jenis kelamin dan umur
korban, lamanya menderita infeksi, serta terjadinya penyebaran sel-sel bakteri penyebabnya.
Meningkatnya insidens uretritis gonore ini dilihat dari segi medis antara lain disebabkan semakin
banyaknya jalur N. gonorrhoeae yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotika serta adanya
jalur N. gonorrhoeae yang menghasilkan penisilinase (beta laktamase) yang disebut Neisseria
Gonorrhoeae penghasil penisilinase atau Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae
(PPGP).
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-
genital dan ano-genital. Tetapi, disamping itu juga dapat terjadi secara manual melalui alat-alat,
pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. Maka dari itu untuk dapat memahami penyakit
ini dibuatlah makalah mengenai Neisseria Gonorrhoeae yang secara besar akan di bahas dalam
sudut pandang medis.1
PEMERIKSAAN 1,2
A. Anamnesis
1. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya
pasien, keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.
2. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang
dihadapinya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): pengobatan yang dijalani sekarang, termasuk OTC,
vitamin dan obat herbal. Allergi (alergi obat dan yang lainnya yang menyebabkan
manifestasi alergi spesifik), operasi, rawat inap di rumah sakit, transfusi darah termasuk
kapan dan berapa banyak jumlah produk darahnya, trauma dan riwayat penyakit yang
dulu.
5. Pasien dewasa: Tanya apakah menderita penyakti DM, stroke, PUD, asthma, tyroid,
hepar dan ginjal, penyakit perdarahan, kanker, TB, hepatitis dan penyakit menular
seksual. Juga tanyakan tentang pemeliharaan kesehatan pasien. Pertanyaan pada kategori
ini tergantung umur dan jenis kelamin pasien tetapi dapat mencakup pap smear dan
pemeriksaan pelvis terakhir, pemeriksaan payudara, apakah pasien memeriksa
payudaranya sendiri, tanggal mammogram, imunisasi diphteri/ tetanus, vaksinasi
pneumococcal, influenza dan hepatitis B. Sampel feses untuk perdarahan yang
tersembunyi, sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Kolesterol, kolesterol HDL, penggunaan
alarm kebakaran pada tiap lantai dirumah dan penggunaan sabuk pengaman.
Pasien anak-anak: mencakup riwayat prenatal dan kelahiran, makanan, intoleransi
makana, riwayat imunisasi, temperatur pemanas aiat dan penggunaan helm waktu
bersepeda.
6. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan
pada anggota keluarga (tanya apakah ada yang menderita kanker terutama payudara,
kolon dan prostat), TB, asma, infark miokard, HTN, penyakit tyroid, penyakit ginjal,
PUD, DM, penyakit perdarahan, glaukoma, degenerasi makular dan depresi atau
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan. Gunakan skema keluarga (pedagre).
B. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan hanya dengan cara 2 dimensi, yaitu inspeksi dan
palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan pasien seperti pada alat
kelaminnya yang menjadi keluhan yaitu daerah orificium uretra eksterna apakah terdapat
kelainan, juga mengamati apakah terdapat udem, eritema, abses, dan lain-lainnya. Sedangkan
pada palpasi yaitu memegang daerah keluhannya pada alat kelaminnya apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan sebagainya yang tentunya kita menggunakan sarung tangan
guna untuk higien. Kemudian selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kulit dan sendi juga
perlu dilakukan sebab seperti yang kita ketahui bahwa sekitar 1-3% kasus dapat terjadi
hematogen. Ini disebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya defisiensi C6-9 atau
bakteri yang kebal terhadap antibody dan komplemen yang akibatnya terjadi manifestasi
pada sendi dan kulit yang berupa arthritis, tenosynovitis dan lesi kulit.
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Neisseria_gonorrhoeae_01.png
Pemeriksaan kultur ini mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi yaitu 94-98% pada
duh uretra pria dan pada duh endoserviks 85-95%. Sedangkan spesivitas keduanya
sama yaitu 99%.
Tes definitive
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida
1% ditambahkan koloni gonokokus pasien. Semua Neisseria memberi reaksi positif
dengan perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda sampai
merah lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi postif dilanjutkan dengan tes ferrnentasi memakai glukosa, maltose, dan
sukrosa. Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa.
Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung chromogenic
cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan
perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahu sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur, urin dibagi dalam 2 gelas, dan
tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2.
Tabel Hasil Pembacaan
WORKING DIAGNOSIS
Gonorrhea dapat dengan mudah didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis pada
lendir atau nanah yang keluar dari penis. GO juga bisa didiagnosa dari biakan lendir yang berasal
dari saluran kencing, anus atau tenggorokan. Pada pasien dengan gejala sistemik seperti nyeri
pada sendi atau gejala pada kulit, kuman GO bisa dibiakan dari bahan darah. Saat ini beberapa
metode tes diagnostik secara cepat sudah banyak dikembangkan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mendiagnosa GO menjadi lebih singkat. Maka agar diagnosis dapat ditegakkan
harus berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti yang
telah dipaparkan di atas. Untuk pemeriksaan sediaan langsung biasanya dilakukan di klinik luar
rumah sakit/praktek pribadi dan klinik denga fasilitas laboratorium terbatas. Pada pemeriksaan
pembiakan atau kultur dan tes definitive ini dianjurkan untuk dilakukan pada rumah sakit
dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.
Adalah infeksi pada genital yang bukan karena kuman spesifik (kuman yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium sederhana/biasa yaitu gonokokus, candida albicans,
trichomonas vaginalis, dan escherichia coli). Kuman-kuman penyebab utama NSU adalah
Chlamydia trachomatis (serotype D-K), Ureaplasma urealiticum, Mycoplasma hominis, dan
virus HSV.
Sumber : http://scunthorpegayhelpline.webs.com/chamidia2men.jpg
Gejala klinis :
Dysuria + secret mucopurulent pada urethra. Pada pria dapat menjadi epididymitis,
prostatitis, proctitis (homoseksual), dan mungkin timbul reiters syndrome. Sedangkan pada
wanita dapat timbul cervicitis, salphingitis, endometritis, dan pelvic inflammatory disease,
tetapi juga dapat asymptomatic.
Gejala klinis:
Pada pria gejala baru timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual dan biasanya tidak seberat
gonore. Gejalanya berupa dysuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan
keluarnya cairan seropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakit lebih lama
dan cenderung residif. Komplikasinya dapat berupa prostatitis, vesikulitis, dan epididimitis.
Sedangkan pada wanita lebih sering pada serviks dibandingkan dengan vagina. Seperti pada
gonore biasanya asymptomatic. Sebagian keluhan berupa disuria ringan, sering kencing,
nyeri di daerah pelvis, dan disparenia. Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda
servisitis yang disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah.
Sumber : http://habibmaulana.com/wp-content/uploads/2010/11/herpes-genital-pada-pria1.jpg
4. Trikomoniasis
Merupakan infeksi saluran urogenital pada bagian bawah wanita maupun pria, dapat bersifat
akut atau kronik, disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui
hubungan seksual.
Sumber : http://imaging.ubmmedica.com/consultantlive/images/articles/2003/10012003/0310ConPCZooA.jpg
Gejala klinis :
Pada pria yang diserang terutama uretra, ke selenjar prostat, dan kadang-kadang
preuputiumm vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran mirip gonore
seperti disuria, poliuria, dan sekeret mukopurulen. Sedangkan pada wanita, yang diserang
terutama adalah dinding vagina, yang akan terlihat secret seropurulen berwarna kekuningan,
kuning kehijauan, dan berbau tidak enak serta berbusa.
ETIOLOGI 5,6
Gonore (GO) atau biasa disebut penyakit kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum dan tenggorokan atau bagian konjungtiva mata (Konjungtivitis gonore).
Gonokokus termasuk diplokokus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 m dan panjang 16 m,
bersifat tahan asam. Karena selalu berpasangan, bakteri ini di sebut diplokokus. Pada sediaan
langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39
derajat celcius dan tidak tahan zat desinfektan.
Sumber : http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQG7JA0TX7o0dLTO
Secara morfologik gonokok ini terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang
bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunya pili dan bersifat nonvirulen. Pilo akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah
terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang,
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
EPIDEMIOLOGI 5,6
penyakit ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan porevalensi yang lebih tinggi di berbagai
Negara berkembang. Angka serangan paling tinggi pada 15-24 tahun yang tinggal di kota,
termasuk dalam social ekonomi rendah, tidak menikah, homoseksual, atau memiliki riwayat
PMS terdahulu.
Penyakit ini sangat mudah ditularkan dengan angka infeksi 50% pada wanita dan 20% pada pria
setelah sekali terpajan vagina tanpa pelindung. Kira-kira 75% wanita asimtomatik, dibanding
hanya 5% pada pria heteroseksual. Lokasi infeksi ekstragenital termasuk orofaring, mata, dan
jaringan perihepatik; infeksi diseminta jarang terjadi. Insidensi meningkat secara stabil antara
tahun 1951 dan 1980, setelah itu insidensi menurun. Namun pada tahun-tahun belakangan ini
mulai meningkat lagi terutama pada pria homoseksual; kira-kira terdapat 12.000 kasus per tahun
di inggris. Infeksi sistemik berat dab oftalmia neonatorum menjadi jarang terjadi di Negara maju.
Imunitas protektif tidak terbentuk dan reinfeksi umum terjadi setelah pajanan ulang.
PATOFISIOLOGI 7,8
Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari uretra, duktus periuretralis atau
beberap kelenjar disekitarnya. Kuman juga dapat masuk lewat mukosa serviks, konjugtiva atau
rectum. Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel mukosa. Pada hari yang ketiga,
kuman mencapai jaringan ikat dibawah epitel, setelah terlebih dahulu menembus ruang antar sel.
Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Eksudat yang
terbentuk dapat menyumbat saluran atau kelenjar sehingga terjadi kista retensi dan abses.
Penyebaran ke tempat-tempat lainnya lebih sering terjadi lewat saluran getah bening daripada
lewat saluran darah. Terjadinya kerusakan pada sel epitel oleh gonokokus, menyebabkan
terbentuknya celah pada mukosa, sehingga mempermudah dan mempercepat masuknya kuman.
Penularan gonore terutama terjadi lewat kontak seksual. Masa tunas rata-rata 4 hari. Penderita
mengeluh disuria dan mengeluarkan pus yang purulen pada waktu miksi sehingga urin menjadi
keruh. Kadang-kadang disertai demam dan terjadi leukositosis, namun seringkali tidak dijumapi
gejala sistemik lainnya. Sedangkan pada pria yang homoseksual terjadi gonorea anorektal
dengan gejala berupa nyeri perianal, pruritus, secret mukoid atau mukopurulen atau perdarahan
anus. Infeksi asimtomatik pada 60% kasus dimana proktitis distal yang terlihat sebanyak 20%
dan proktitis histology 40%.
Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_zj3TSZg592M/RrVNkeg16mI/AAAADA/O8apBV1k3S4/s320/image004.jpg
b. Wanita
Masa tunas gonore pada wanita sukar ditentukan karena pada umunya tidak menunjukkan gejala-
gejala. Bila ada, gejala dapat berupa disuria/poliuria, keluar getah dari vagina, demam atau nyeri
diperut. Selain itu dapat juga terjadi servisitis dan uretritis, dimana servisitis ditandai oleh serviks
eritematosa yang rapuh dan secret mukopurulen.
Sumber : http://www.consultantlive.com/image/image_gallery?img_id=1406884&t=1240424884574
c. Anak-anak
Pada umumnya infeksi pada anak terjadi pada masa perinatal, yaitu pada saat bayi lewat jalan
lahir. Manifestasinya dapat berupa infeksi pada mata yang biasa disebut opthalmia neonatorum
atau blenorhoeae dimana pada kasus ini jika tidak ada penganganan yang baik, maka akan
mengakibatkan kebutaan pada bayi.
Sumber : http://www.soc.ucsb.edu/sexinfo/images/gonorrhea_infant.JPG
KOMPLIKASI 5,6,7
komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Komplikasi local pada pria biasanya berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis,
littritis (radang kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar cowper). Selain itu, infeksi dapat
pula menjalar ke atas (ascendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis,
epididimitis, dan trigonitis dengan gejala disuria, poliuria, dan hematuria yang dapat
menimbulkan infertilitas.
Pada wanita, infeksi pada serviks (servitis gonore) dapat menimbulkan komplikasi salpingitis,
atau pun penyakit radang panggul sehingga dapat berakibat infertilitas atau kehamilan ektopik.
Jika mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan
menyebabkan terjadinya bartolinitis.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa arthritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain
cara genitor-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis,
proktitis, dan konjungtivitis.
PENATALAKSANAAN 9,10
a. Medikamentosa
1. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+1 gram probenesid. Obat
ini dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
3. Sefalosporin
Seftriakson (generasi 3) cukup efektif dengan dosis 250mg i.m. sefoperazon dengan dosis
0,50 samapai 1,00 gram secara i.m. sefiksim 400mg per oral dosis tunggal member angka
kesembuhan >95%.
4. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sisilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
5. Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. angka kesembuhannya sekita 85%. Baik untuk penderita alergi
penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangaks sifilis.
6. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhannya sekitar 97,7%. Tidak di anjurkan
pemakaiannya pada ibu hamil karena efek sampingnya.
7. Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800mg secara oral. Angka kesembuhannya
cukup tinggi sekitar 100%. Mengingat beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap
siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan
adalah levofloksasin 250mg per oral dosis tunggal. Obat dengan dosis tunggal yang tidak
efektif lagi adalah tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin.
b. Non Medikamentosa
PREVENTIF
1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi.
2. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko penularan penyakit ini
3. hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
4. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh
dan mencegah penularan
5. wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena
infeksi dapat segera diobati dengan benar
6. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
PROGNOSIS
Gonore jika didiagnosis dini dan pengobatan tepat dan segera menghasilkan prognosis baik,
tetapi bila telah sampai pada tahap lanjut memberikan prognosis buruk.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Gonore (GO) adalah penyakit menular
seksual (PMS) yang disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan
maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjugtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah
kebagian tubuh lainnya terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan
gangguan reproduksi. Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1
minggu (biasanya diberikan doksisiklin).
DAFTAR PUSTAKA
http://wulandspirit.blogspot.com/2011/04/makalah-penyakit-
gonore.html, 28 April 2011