Kelompok 7
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah penulis terima,
serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyusun
makalah ini.
Didalam makalah ini penulis selaku penyusun hanya bisa memberikan sebatas
ilmu yang dirangkum kedalam topik Permasalahan dan Solusi Penerapan
Desentralisasi Fiskal di Sumatera Barat dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Sumatera Barat. Dimana didalam topik ini ada beberapa hal yang penting
untuk dipahami dan dianalisa oleh masyarakat luas, terutama untuk pemerintah daerah.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait didalam pembuatan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 2
BAB II : LANDASAN TEORI 3
2.1 Pengertian dan Tujuan Desentralisasi Fiskal 3
2.2 Pembagian Kewenangan dan Fungsi Pemerintah 4
2.3 Manfaat dan Masalah Desentralisasi Fiskal 5
2.4 Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi 6
BAB III : PEMBAHASAN 7
3.1 Implementasi Konsep Desentralisasi Fiskal 7
3.2 Permasalahan dan Solusi Penerapan Desentralisasi Fiskal di Sumatera Barat 10
3.3 Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat 12
BAB IV : PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah
diuraikan diatas, maka penelitian ini berjudul tentang Permasalahan dan Solusi
Penerapan Desentralisasi Fiskal di Sumatera Barat dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Sumbar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas adalah :
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.2 Pembagian Kewenangan dan Fungsi Pemerintah
Adanya desentralisasi fiskal, daerah memiliki wewenang untuk mengatur
dan mengelola anggarannya sendiri untuk menggali sumber-sumber pendapatan,
hak untuk menerima transfer dari pemerintahan yang lebih tinggi (pusat) dan
menentukan belanja rutin dan investasi. Dengan kata lain, pemerintah daerah
memiliki kesempatan untuk menentukan regulasi terhadap anggarannya sendiri.
Namun yang menjadi tantangan ialah apabila daerah tersebut belum siap dan tidak
memiliki sumber daya yang cukup, maka desentralisasi fiskal ini akan menjadi
hambatan bagi tujuannya sendiri yaitu memandirikan dan memajukan
pembangunan nasional.
Pelaksanaan sistem desentralisasi telah memberikan tanggung jawab yang
lebih besar kepada pemerintah daerah dalam bentuk wewenang daripada fungsi
pemerintah. Sesuai dengan UU No. 22/1999 tentang pelaksanaan sistem
desentralisasi, sektor-sektor yang wajib ada di tingkat daerah mencakup dinas
kesehatan, pendidikan, pekerjaan umum, lingkungan, perhubungan, transportasi,
pertanian, industri, dan perdagangan, investasi modal, pertanahan, koperasi, tenaga
kerja, dan infrastruktur. Pemerintah provinsi melakukan koordinasi terhadap kinerja
pemerintah kabupaten/kota dan menjalankan sejumlah fungsi yang berpengaruh
terhadap lebih dari satu pemerintah kabupaten/kota. Dalam waktu satu tahun,
sebagian besar tanggung jawab layanan masyarakat sudah didesentralisasikan.
Proporsi anggaran daerah yang tercakup di belanja pemerintah naik menjadi hampir
dua kali lipat, sementara dua pertiga dari pegawai negeri yang ada ditugaskan di
daerah dan lebih dari 16.000 fasilitas layanan masyarakat dialihkan ke pemerintah
daerah.
Kejelasan mengenai kewenangan memang sangat diperlukan untuk
memberikan jaminan akuntabilitas di tingkat daerah. UU No. 32/2004 disahkan
dengan tujuan untuk menentukan kembali secara signifikan hubungan administrasi
antar-pemerintahan. Sistem ini memberikan kejelasan yang lebih besar dalam hal
kewenangan wajib daripada UU No. 22/1999. Akan tetapi, peraturan pelaksanaan
dari pemerintah pusat, yang hendak mengatur fungsi-fungsi ini, belum disahkan
oleh DPR. Selain itu, pemerintah pusat juga perlu menjamin bahwa undang-undang
sektoral yang ditetapkan kementerian teknis tidak memuat penafsiran yang
4
bertentangan mengenai tanggung jawab pemberian layanan di tiap tingkat
pemerintahan.
Di samping itu, UU No. 32/2004 juga memberikan penegasan mengenai
peran baru yang cukup signifikan dari pemerintah provinsi sebagai wakil dari
pemerintah pusat di daerah. Hal ini muncul sejalan dengan pandangan baru dan
fungsi operasional pemerintah provinsi/kabupaten/kota, serta kontrol pemerintah
pusat yang lebih kuat melalui Menteri Dalam Negeri dan Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat. Fungsi dari Pemerintah Pusat hanyalah memberikan advice serta
monitoring pelaksanaan alokasikan belanja daerah. Juga pemerintahan pusat
berupaya untuk mengembangkan pelaksanaan standar minimum yang mungkin
akan membantu untuk memperjelas tanggung jawab disetiap tingkat pemerintahan.
Efisiensi ekonomis.
Anggaran daerah untuk pelayanan publik bisa lebih mudah disesuaikan dengan
preferensi masyarakat setempat dengan tingkat akuntabilitas dan kemauan
bayar yang tinggi.
Peluang meningkatkan penerimaan pajak dari pajak daerah.
Pemerintah daerah bisa menarik pajak dengan basis konsumsi dan aset yang
tidak bisa ditarik oleh pemerintah Pusat.
5
Manfaat desentralisasi fiskal adalah untuk menyesuaikan antara
kebutuhan masyarakat dengan alokasi belanja pemerintah daerah, terjadi
efisiensi melalui kompetisi dan peningkatan kemampuan keuangan. Sementara
itu masalah yang timbul karna desentralisasi fiskal adalah ketidak efisienan dari
pengambilan kebijakan dan penggunaan sumber daya, jika ada ekternalitas
positif dan negatif diantara daerah.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Lebih dari setengah kenaikan alokasi DAU yang seharusnya digunakan untuk
peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat digunakan untuk membiayai
belanja pegawai pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Kebijakan pembayaran gaji
pegawai daerah secara penuh melalui DAU ini tidak mendorong pemerintah daerah
mengarahkan dana itu untuk peningkatan pelayanan masyarakat.
7
1. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan lebih besar untuk berinvestasi dan
membelanjakan lebih banyak untuk berbagai sektor produktif (Lin dan Liu 2000,
Brodjonegoro dan Vasques 2002).
3. Adanya pemberdayaan dan penciptaan ruang bagi publik untuk berpartisipasi dalam
pembangunan (Mardiasmo 2002). Bohte dan Meier (2000) menemukan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan lebih tinggi ternyata terjadi pada
pemerintahan yang terdesentralisasi.
Jenis
Sebelum Desentralisasi Fiskal Setelah Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi
8
Daerah Tingkat II. Tahun 2010 tercatat ada 33
provinsi dan 491
kabupaten/kota.
Desentralisasi Transfer ke Daerah sangat terbatas (18% dari Alokasi Transfer ke Daerah
Fiskal belanja APBN 2000). yang masuk ke APBD cukup
besar (33% dari belanja APBN
2010).
Secara nasional (agregat), transfer per kapita yang meningkat sangat tajam dari
tahun ke tahun selaras dengan pengurangan tingkat kemiskinan dan pengurangan
tingkat pengangguran.
Pada beberapa daerah yang tingkat transfer per kapitanya sangat tinggi, ternyata
mengalami menurunan kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan daerah
lainnya.
9
Output pendidikan (Angka Partisipasi Murni/APM Sekolah Dasar)yang
meningkat di seluruh provinsi.
Korupsi di Daerah
Contoh kasus di Sumatera Barat: Pertama, Gubernur Sumatera Barat Zainal Bakar resmi
sebagai tersangka kasus korupsi anggaran dewan dalam APBD 2002 sebesar Rp 6,4
miliar, oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Kedua, kasus korupsi yang menimpa
10
Wakil Bupati Agam. Umar diduga terlibat dalam kasus korupsi proyek swakelola
perbaikan jalan lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam tahun 2008
dengan kerugian negara RP 2.9 miliar (Kompas, selasa, 9 November 2010, Ketiga kasus
korupsi yang menimpa ketua DPRD Kota Payakumbuh Chin Star. Chin Star mengakui
telah menyalahgunakan keuangan APBD di luar ketentuan Peraturan Pemerintah No
110 Tahun 2000, sekitar Rp 167 juta, dan kasus pengalihan tanah negara di Kabupaten
Solok yang dilakukan oleh Wakil Walikota Pariaman Helmi Darlis. Dalam kasus ini
Kejati Sumbar telah menetapkan tujuh tersangka termasuk mantan Bupati Solok,
Gusmal. Dalam kasus ini negara dirugikan sekitar Rp 288 juta (Padangekspress, Sabtu,
9 Juli 2011) serta kasus yang lainnya.
Contoh konkret adalah pembangunan tempat rekreasi air di ranah minang ini. Tergiur
hasil retribusi dan return proyek yang tinggi pemda telah membuat objek rekreasi yang
sama. Bisa kita lihat menjamurnya tempat rekreasi air di Kabupaten Solok, Kabupaten
Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang.
a. Pemerintah pusat perlu mengatur sistem pemilukada langsung yang hemat biaya
politik. Selain agar biaya politik yang timbul tidak besar, agar pemimpin daerah yang
terpilih merupakan yang terbaik. Dalam kaitannya untuk meminimalisir politik dinasti,
pemerintah juga perlu untuk memperketat persyaratan pencalonan kepala daerah.
b. Perlu dikaji ulang, penempatan investasi untuk setiap daerah. Menjadi daerah yang
unggul, bukan berarti harus berkompetensi di jalur yang sama.
11
c. Sumatera Barat harus lebih bisa menggali potensi yang dapat menambah Pendapatan
Asli Daerah. Penguatan itu dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat daerah ,
pembangunan pasar tradisional dan pasar agribisnis sesuai kebutuhan.
e. Perlu dibuat mekanisme pengukuran kinerja dengan Balanced Scrore Card dalam
rangka pemberian reward dan punishment terkait dengan evaluasi efektivitas
pengelolaan keuangan daerah. Hal ini perlu dilakukan untuk mendorong pemerintah
daerah mengelola keuangan daerahnya dengan lebih baik dan profesional
12
3. Uji regresi variabel independen desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Sumatera Barat. Peningkatan
derajat desentralisasi fiskal menciptakan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
Sumatera Barat menjadi lebih baik, namun belum merata.
13
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Adi PH. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal
Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/05/desentralisasi-fiskal-di-indonesia.html (diakses
pada 6 Februari 2017)
15