Anda di halaman 1dari 7

Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

Sistem Isometrik (Reguler)


Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,


sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30.
Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas yaitu :


Nama : Muhammad Ary Ismoeharto
NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 1
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral

Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b
mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat
lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya
( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,


sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 2
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik
garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30.
Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu:
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid

Proyeksi Stereografis
Untuk mendapatkan ciri-ciri simetri yang lengkap pada suatu kristal
maka bentuk perspektif harus dikombinasikan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah proyeksi sterografis.
Proyeksi stereografis dianggap sebagai proyeksi yang paling baik karena
ini mencakup proyeksi dari setengah bola. Bidang proyeksinya berupa
lingkaran equatorial yang mempunyai jari-jari sama panjang dengan jari-
jari bola. Setelah bidang datar proyksi diambil seperti bidang datar
equatorial bola, garis khayal digambarkan pada ujung-ujung proyeksi bola
ke ujung selatan bola.
Selanjutnya titik-titik yang dihasilkan oleh pertemuan garis proyeksi
bidang Kristal dengan bidang equatorial disebut sebagai Proyeksi
Stereografis Pengkonstruksian proyeksi stereografis dalam bentuk
tersendiri (keluar dari proyeksi bola), dapat dilakukan dengan
menggunakan Wulf Net, paku payung, kalkir dan jangka yaitu dengan cara
sebagai berikut :
Letakkan kalkir diatas Wulf Net dan ikuti/lukis lingkarannya diatas kalkir.

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 3
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

Setelah pusat kedua lingkaran dihimpitkan dengan paku payung,


letakkan posisi sumbu b (bidang 010 dan 010) pada diameter horizontal
(kutup E-W Wulf Net).
Hitung sudut antar pedion plane atau basalt pinacold, kemudian plotkan
kedalam kalkir sesuai dengan busur Wulf Net.
Hitung sudut antar bidang terhadap seluruh pedion plane, selanjutnya
plotkan dengan cara yang sama seperti point 3.
Bidang lainnya akan ditemukan berdasarkan Hukum Kompilasi , yang
merupakan perpotongan masing-masing garis busur lingkaran vertical dan
horizontal.
Sempurnakanlah proyeksi tersebut dengan melengkapi nilai-nilai simetri
kristalnya.
Sistem Kristal
Sistem isometrik
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu utama, mungkin bernilai 2, 4,
atau 4
Bagian 2 : Menerangkan sumbu tambahan pada arah (111), apakah
bernilai bernilai 3 atau 3.
Bagian 3 : Menerangkan sumbu tambahan bernilai dua atau tidak
bernilai, yang memiliki arah (110) atau arah lainnya terletak
tepat diantara dua buah sumbu utama.
Sistem Tetragonal
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin bernilai 4 atau 4).
Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu horizontal.
Bagian 3 : Menerangkan nilai tambahan yang terletak diantara dua
sumbu Utama lateral

Kelas Simetri
Dalam pembagian kelas Sistem kristal, ada 2 simbolisasi yang
sering digunakan. Yaitu Herman-Mauguin dan Schoenflish. Simbolisasi
tersebut adalah simbolisasi yang dikenal secara umum (simbol
Internasional).

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 4
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

kelas simetri menurut Herman-Mauguin


Simbol Herman-Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada
atau tidaknya bidang simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap
sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut.
Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-
masing kristal. Dan cara penentuannya pun berbeda pada tiap Sistem
Kristal.
1.Sistem Isometrik
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu utama, mungkin bernilai 2, 4,
atau 4
Bagian 2 : Menerangkan Sumbu tambahan pada arah 111,apakah
bernil 3atau3
Bagian 3 : Menerangkan sumbu tambahan bernilai 2 atau tidak
bernilai.yang memilikiah 110 atau arah lainnya yang terletak tepat diantara
dua buah sumbu utama.
2. Sistem Tetragonal
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin mungkin bernilai
4 atau 4.
Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
Bagian 3 : Menerangkan nilai sumbu tambahan yang terletak tepat
diantara dua sumbu utama lateral.
Kelas Simetri menurut Schoenflish
Simbolisasi Scoenflish digunakan untuk menandai atau memberi
simbol pada unsur-unsur simetri suatu kristal. Seperti sumbu-sumbu dan
bidang-bidang simetri. Simbolisasi Schoenflish akan menerangkan unsur-
unsur tersebut dengan menggunakan huruf-huruf dan angka yang masing-
masing akan berbeda pada setiap kristal.
Berbeda dengan Herman-Mauguin yang pemberian simbolnya
berbeda-beda pada masing-masing sistemnya, pada Schoenflish yang

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 5
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

berbeda hanya pada sistem Isometrik. Sedangkan system-sistem yang


lainnya sama cara penentuan simbolnya.
1. Sistem Isometrik
Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian,
yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, apakah bernilai 2 atau 4.Bila
bernilai 4, maka dinotasikan dengan huruf O (Octaheder) Bila bernilai 2,
maka dinotasikan dengan huruf T (Tetraheder)
Bagian 2 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri. Jika mempunyai
bidang simetri horizontal, vertical dan diagonal. Maka diberi notasi huruf h.
Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertical. Maka diberi notasi
huruf h. Jika mempunyai bidang simetri vertical dan diagonal. Maka
diberinotasi huruf v. Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal. Maka
diberi notasi huruf d.
2. Sistem Tetragonal
Pada sistem ini, simbolisasi Schoenflish yang dilakukan terdiri dari 3
bagian, yaitu :
Bagian 1: Menerangkan nilai sumbu lateral atau sumbu tambahan,ada2
Kemungkinan:
Kalau bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf D (Diedrish)
Kalau tidak bernilai, maka dinotasikan dengan huruf C (Cyklich)
Bagian 2 : Menerangkan nilai dari sumbu c. penulisan dilakukan dengan
menuliskan nilai angka nilai sumbu c tersebut didepan huruf D atau C
(dari bagian 1) dan ditulis agak kebawah.
Bagian 3 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri. Penulisan
dilakukan
Dengan menuliskan huruf yang sesuai sejajar dengan huruf dari bagian 1.
Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertical dan diagonal.
Maka dinotasikan dengan hruf h
Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertical.
Maka dinotasikan dengan huruf h.
Jika mempunyai bidang simetri vertical dan diagonal. Maka

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 6
Laboratorium Kristalografi & Mineralogi 2012

dinotasikan dengan huruf v.


Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal saja. Maka
dinotasikan dengan huruf d.

Nama : Muhammad Ary Ismoeharto


NIM : 111.120.014
Plug :2 Page 7

Anda mungkin juga menyukai