Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
1406205009
Kelompok 8
Pendahuluan
Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri
dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan
untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga
sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah. Otonomi daerah merupakan adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. otonomi daerah berasal dari kata
otonomi dan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga
sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-
masing.
Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi yang sangat
kuat di masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak membawa
perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakat daerah.
Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat tinggi sehingga sama sekali
tidak ada kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu.. Tidak ada perencanaan murni
dari daerah karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi.
Ketika Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997 dan tidak bisa cepat bangkit,
menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam mengatasi berbagai persoalan
yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat semua sibuk mengurusi daerah secara
berlebih-lebihan. Semua pejabat Jakarta sibuk melakukan perjalanan dan mengurusi proyek di
daerah.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menganalisis
lebih jauh tentang kemampuan daerah kabupaten Gianyar dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Dalam analisis tersebut nantinya akan dapat diketahui kinerja pemerintah daerah dalam hal
pengelolaan keuangan di tahun 2014 hingga tahun 2015. Berangkat dari latar belakang tersebut,
maka studi ini akan mengkaji Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Di Kabupaten Gianyar.
Bab II
Metode Penelitian
c Kebutuhan Fiskal.
Kebutuhan fiskal menunjukkan seberapa besar dana yang dibutuhkan oleh daerah untuk
membiayai pelayanan umum bagi masyarakat daerahnya. Semakin tinggi hasilnya, maka
kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar.
Kapasitas fiskal merupakan sumber pendanaan daerah yg berasal dr PAD dan Dana Bagi
Hasil. Semakin tinggi hasilnya, maka kapasitas fiskal suatu daerah semakin tinggi.
f Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.
Jenis data yang digunakan dalam paper ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari publikasi kabupaten Gianyar dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Gianyar.
Teknik analisa data yang digunakan dalam makalah ini adalah deskriptif dan kuantitatif.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan APBD.
Pada dasarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD dapat menjadi sarana
bagi pihak tertentu untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah, baik dari sisi
pendapatan maupun dari sisi belanja. Tabel berikut merupakan gambaran pertumbuhan
APBD Kota Gianyar tahun 2014-2015.
Tabel 2. Pertumbuhan APBD Gianyar Tahun 2014-2015
Berdasarkan tabel diatas, kontribusi PAD terhadap APBD di tahun 2014 hingga tahun
2015 berfluktuatif. Di tahun 2014, kontribusi PAD naik dari tahun 2015 dari 29% menjadi 30%.
Hal tersebut mengindikasikan peranan yang masih sangat kecil dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Gianyar masih perlu mengoptimalkan lagi penggalian potensi-potensi daerahnya
yang potensial bagi pemasukan PAD.
4.2 Indikator Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF).
penghitungan Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) dapat dilakukan dengan menggunakan
tiga (3) formula, yakni rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total
Pendapatan Daerah (TPD), rasio Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP) dengan TPD
dan rasio Sumbangan dan Bantuan Daerah (SBD) dengan TPD. Jika hasil rasio antara
PAD dengan TPD maupun BHPBP dengan TPD lebih dari 50% maka kemampuan
keuangan daerah dapat dikatakan semakin baik/mandiri. Sebaliknya jika nilainya kurang
dari 50% maka kemampuan keuangan daerah dikatakan belum mandiri. Sedangkan
untuk rasio antara SBD dengan TPD, jika nilainya lebih dari 50% berarti tingkat
ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat semakin tinggi. Tetapi jika
kurang dari 50% maka tingkat ketergantungan finansial terhadap Pemerintah Pusat berkurang.
Berikut adalah data TPD, SPD, PAD dan BHPBP Kabupaten Gianyar Tahun 2014-2015 :
Tabel 4. Uraian Jumlah PAD, TPD, BHPBP dan SBD Kab. Gianyar.
Berdasarkan uraian tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah PAD dan TPD meningkat
setiap tahunnya. di tahun 2014 Rp 424.782.236.418 dan Rp 457.321.018.460 di tahun 2015.
Sedangkan tingkat SBD juga meningkat pada tahun 2014 hingga 2015 .
Tabel 5. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) Kab. Gianyar Tahun 2014-2015
DDF%
Tahun PAD/TPD BPHPB/TPD SBD/TPD
2014 29,01% 0.016* 0%
2015 29.93% 0.012% 0.31%
Rata 2.94 % 1.4% 15.5%
%Sumber : Publikasi Gianyar Dalam Angka Tahun 2014-2015.
Berdasarkan tabel perhitungan DDF diatas dapat diketahui bahwa persentase rasio PAD
terhadap TPD meningkat dimana di tahun 2014 rasio PAD terhadap TPD tergolong paling
tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pemerintah daerah di tahun tersebut cukup
baik. Sementara di tahun 2015 persentase sebesar 2,94% Persentase tersebut menujukkan
bahwa kinerja pemerintah daerah di tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2014. Kondisi tersebut mengindikasi bahwa di tahun 2015 kemampuan keuangan
daerah gianyar dikatakan sudah mandiri. Penyebabnya karena pemerintah daerah cukup
memperluas potensi-potensi ekonomi di daerahnya sehingga pemerintah daerah masih
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pendanaan dari pemerintah pusat.
Sementara untuk rasio BHPBP terhadap TPD menunjukkan bahwa kinerja pemerintah
daerah di tahun 2014 lebih baik dibanding tahun-tahun lainnya. Dengan persetase sebesar
0,016% menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pendanaan
yang bersumber dari pemerintah pusat mengalami penurunan dan dapat dikatakan bahwa
kemampuan keuangan daerah Gianyar telah mandiri. Sementara persentase tersebut kembali
turun di tahun 2015 .
Untuk rasio SBD terhadap TPD di tahun 2015 mengalami peningkatan drratis karna
ditahun 2014 tidak ada sumbangan daerah dibandingkan tahun 2014. Dengan persentase di
tahun 2014 sebesar 0,00% dan ditahun 2015 sebesar 0,31% menunjukkan nilai yang kurang
dari 50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa di tahun 2014 dan juga di tahun 2015 tingkat
ketergantungan pendanaan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat telah semakin
berkurang.
Retribusi DOF
Tahun Pajak Daerah Daerah Belanja Daerah (%)
276.603.965. 35.472.013.59 1.324.357.379 23.5
2014 735 7 .197 %
307.668.563. 40.055.119.66 1.364.772.697 25.4
2015 048 3 .481 %
24.45
Rata-rata %
Sumber : Hasil ringkasan pengolahan data sekunder.
Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa persentase DOF
meningkat di tiap tahunnya. Seperti yang diperlihatkan pada tabel di atas., persentase DOF di
tahun 2015% naik menjadi 2,1% dibanding tahun 2014 sebelumnya. Peningkatan persentase
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah untuk Daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
sudah cukup.
Dari tabel di atas terlihat bahwa kemandirian keuangan kabupaten Gianyar dalam
mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, di tahun 2014
dan 2015 yang terjadi adalah Konsultatif. Pola partisipatif tersebut menunjukkan peranan
pemerintah yang semakin berkurang dalam hal pendanaan keuangan diderahnya dan
pemerintah daerah telah mampu melaksanakan prinsip otonomi daerah dengan baik.
Simpulan
Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan
namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan
Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi yang sangat kuat di
masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan dalam
pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakat daerah. Ketergantungan
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada
kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu. Tidak ada perencanaan murni dari daerah
karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi. Berdasarkan analisa diatas maka dapat
disimpulkan :
1) Selama tahun 2014 hingga tahun 2015 terjadi peningkatan anggaran pendapatan daerah
yang dibarengi pula dengan peningkatan belanja daerah. Sehingga, di tiap tahun tersebut
terjadi peningkatan anggaran.
2) Kontribusi PAD terhadap APBD di tahun 2014 hingga tahun 2015 meningkat. Di tahun
2014, kontribusi PAD naik 1% dari tahun 2015 menjadi 30%. Hal tersebut
mengindikasikan peranan yang masih sangat kecil dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Gianyar masih perlu mengoptimalkan lagi penggalian potensi-potensi daerahnya yang
potensial bagi pemasukan PAD.
3) bahwa jumlah PAD dan TPD meningkat setiap tahunnya. di tahun 2014 Rp
424.782.236.418 dan Rp 457.321.018.460 di tahun 2015. Sedangkan tingkat SBD juga
meningkat pada tahun 2014 hingga 2015 . perhitungan DDF diatas dapat diketahui bahwa
persentase rasio PAD terhadap TPD meningkat dimana di tahun 2014 rasio PAD terhadap
TPD tergolong paling tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pemerintah daerah di
tahun tersebut cukup baik. Sementara di tahun 2015 persentase sebesar 2,94% Persentase
dari pemerintah Untuk rasio SBD terhadap TPD di tahun 2015 mengalami peningkatan
drratis karna ditahun 2014 tidak ada sumbangan daerah dibandingkan tahun 2014. Dengan
persentase di tahun 2014 sebesar 0,00% dan ditahun 2015 sebesar 0,31% .
4) persentase DOF meningkat di tiap tahunnya. Seperti yang diperlihatkan pada tabel di atas.,
persentase DOF di tahun 2015% naik menjadi 2,1% dibanding tahun 2014 sebelumnya.
Peningkatan persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah untuk
Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat sudah cukup.
5) bahwa sejak tahun 2014 hingga tahun 2015, sektor industry pengolahan dan Jasa
masyarakat menjadi sektor unggulan di kabupaten Gianyar. sektor jasa keuangan
merupakan sektor terendah di kabupaten Gianyar. Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-
rata kapasitas fiskal standar provinsi Bali dari tahun 2014-2015 adalah Rp 458.761.
Sedangkan rata-rata kapasitas fiskal standar kabupaten Gianyar sebesar 27,75. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa kapasitas fiskal kabupaten Gianyar 27,75 kali lebih besar dari
kapasitas fiskal provinsi Bali.
6) kemandirian keuangan kabupaten Gianyar dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk
melakukan tugas-tugas pemerintahan, di tahun 2014 dan 2015 yang terjadi adalah
Konsultatif. Pola partisipatif tersebut menunjukkan peranan pemerintah yang semakin
berkurang dalam hal pendanaan keuangan diderahnya dan pemerintah daerah telah mampu
melaksanakan prinsip otonomi daerah dengan baik.
Daftar Pustaka
www.gianyarkab.bps.go.id
www.bali.bps.go.id
Mulyanto. 2001. Identifikasi dan Analisis Potensi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah di
Eks-Karesidenan Surakarta. Usul Penelitian Dosen Muda FE UNS Surakarta.
Abdul Halim dan Theresia Damayanti. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Sukanto Reksohadiprojo. 2001. Ekonomika Publik (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE.
Adrianus Dwi Siswanto. 2008. Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap
Derajat Otonomi Pemerintahan Propinsi di Seluruh Indonesia.Jurnal Kajian Ekonomi dan
Keuangan Vol. 12, No. 1 Maret 2008, 91-117.