Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Las Asetilin ( Karbit )

Mengelas adalah suatu proses penyambungan logam dengan logam lainnya


dengan mengikutsertakan energi panas dengan atau tanpa tekanan. Jadi
pengertiaan dari Las Oksi Asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan
pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.
Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen
(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling
populer dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen
( dari kata acetylene, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki
gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
Bahan Bakar Gas Asetilin ( C2H2 ) Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah
suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena
merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom
karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan
rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp
untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak
pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180. Propan Propana adalah
senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan normal,
tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam kontainer
yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain pada
pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.

3
4

B. Bagian-bagian dari perkakas las asitelin dan fungsinya

1. Tabung gas asetilin, terbuat dari bahan baja yang dicirikan dengan warna cat
merah, biasanya memiliki kapasitas 40-60 L, dan memiliki bentuk pendek
dan gemuk. Tekanan isinya mencapai 15 kg/cm2. Jika tabung ini akan
dipergunakan maka katup penutupnya dibuka dengan menggunakan kunci
sok. Baut dan mur pengikatnya menggunakan ulir kiri.
2. Tabung gas oksigen terbuat dari bahan baja, dengan bentuk tinngi dan
ramping. Tabung ini memiliki tekanan isi 150 kg/cm2, dengan katup
pembuka dengan sistem ulir kanan. Kapasitasnya mencapai 40-60 L, denga
warna cat biru. Perbedaan yang tampak nyata adalah model konstruksi alat
pengatur dan regulatornya.
3. Brander atau alat pengatur camputan gas, merupakan alat untuk mencampur
dan pengatur pengeluaran campuran gas asetilin dan gas oksigen di dalam
bagian yang disebut injektor. Secara jelas brander dapat digambarkan
sebagai berikut.
a. Nosel atau mulut brander: untuk mengatur laju aliran campuran gas
untuk dibakar. Ada 3 ukuran nosel, yaitu kecil (S), sedang (M) dan
besar (L). Nosel yang kecil untuk mengelas bahan-bahan yang tipis
atau kecil dan nosel denag ukuran besar diginakan untuk mengelas
bahan-bahan yang tabal atau besar.
b. Injektor: bagian dari brander yang berfungsi untuk mencampur gas
asetilin dan oksigen.
c. Katup gas oksigen: untuk mengatur aliran gas oksigen yang
memasuki bagian injektor
d. Klem pengikat selang gas asetilin: agar hubungan antara selang
nyalur gas asetilin dengan brander tidak timbul kebocoran.
e. Klem pengikat selangg gas oksigen: agar hubungan antara selang
nyalur gas oksigen dengan brander tidak timbul kebocoran.
5

Gambar 2.1
Perkakas las asetilin

C. Teknik mengelas yang benar

Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur
besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan
nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan
oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan
sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala
apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas
asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak
boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa
dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus). Nyala hasil
pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala
api dalam las oksi-asetilen seperti berikut.

1. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)


Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
6

terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya


ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferous.
Gambar 2.2 Nyala api karburasi
2. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam

berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses


oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi
ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu
namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

Gambar 2.3 Nyala api oksidasi


3. Nyala netral
Nyala ini digunakan untuk melapisi permukaan sehingga
menjadibertambah keras. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna
putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.

Gggggggouihpkh;khk;hkkdf
Gambar 2.4 Nyala api netral
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan
posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas
las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu:
a. Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan
di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut
ujung pembakar (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi
(filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30 - 40 dengan benda
kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2
7

3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada


sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan
gerakannya adalah lurus.
b. Pengelasan mendatar (horisontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan
dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung
mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil
mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70 dan
miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi
dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.
c. Pengelasan tegak (vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke
atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan
tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar
80.
d. Pengelasan di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan
dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan
pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut
brander dimiringkan 10 dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi
berada di belakangnya bersudut 45-60.

e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)


Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api
diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus
terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara
pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat
mengelas.
f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah
pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk
pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
8

Anda mungkin juga menyukai