Anda di halaman 1dari 11

http://www.bidankita.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=276:keputihan-
saat-hamil&catid=40:monthly-guide&Itemid=34

Keputihan Saat Hamil


Tuesday, 17 May 2011

Ketika Anda hamil tubuh Anda akan


mengalami berbagai perubahan. Salah satu perubahan adalah pada cairan vagina
Anda. Sangatlah penting untuk menyadari perubahan normal selama kehamilan dan kapan
mulai abnormal dan harus diberikan pengobatan. Keputihan berlebihan sangat umum dan
cukup mengejutkan bagi perempuan yang belum pernah mengalaminya. Keputihan dalam
istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina.

Wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil karena pada saat
hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah
peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta
terjadi pula perubahan pada kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh
terhadap peningkatan terjadinya keputihan.

Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan tidak normal (patologis). Dalam keadaan
normal, cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir
serta tidak disertai bau atau rasa gatal. Namun bila cairan yang keluar disertai bau, rasa gatal,
nyeri saat buang air kecil atau warnanya sudah kehijauan atau bercampur darah, maka ini
dapat dikategorikan tidak normal.

Sebagian wanita hamil tidak pernah mengeluhkan keputihan yang tiba-tiba


dideritanya. Hal ini karena merasa tidak merasa terganggu. Padahal, jika
dibiarkan berlarut-larut keputihan tersebut bisa membahayakan kehamilannya.
Tak hanya dapat menyebabkan persalinan prematur(prematuritas), keputihan
pada kehamilan juga dapat menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya
serta kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Itu
sebabnya, sangat diajurkan pada ibu hamil agar segera melakukan pemeriksaan
kehamilan tatkala mendapatkan dirinya mengalami keputihan. Apalagi jika
keputihan tersebut mulai timbul gejala gatal yang sangat hingga cairan berbau

Kapan leucorrhea atau keputihan dikatakan Abnormal?

Setiap cairan/lendir memiliki warna dan bau yang berbeda, apabila cairan/lendir
tersebut berbau busuk darah- dengan warna biruan, dengan rasa terbakar atau
gatal maka gejala ini harus dibicarakan dengan dokter/bidan Anda sehingga
bidan/dokter dapat mengetahui penyebab dari vagina infeksi.

Leukorrhea Abnormal biasanya disebabkan oleh infeksi vagina atau leher rahim,
untuk menandainya sangat mudah. Jika lendir berwarna kuning tebal dengan
rasa gatal biasanya ini berarti terdapat jamur pada vagina dan vulva.

Peningkatan produksi lendir selama kehamilan terutama karena adanya


perubahan tingkat hormon dalam tubuh ibu hamil itu. Selama kehamilan,
produksi hormon estrogen meningkat dan ini merupakan salah satu penyebab
utama.

Peningkatan cairan vagina selama awal kehamilan biasanya merupakan hasil


dari proses implantasi. lendir dapat disertai dengan bercak dan ini normal.

Setiap perubahan tekstur atau kuantitas keputihan selama kehamilan, terutama


jika disertai dengan sakit perut atau kram, tidak boleh diabaikan karena mungkin
menunjuk ke arah komplikasi pada kehamilan. Keputihan yang menyerupai keju
dan disertai oleh sensasi gatal atau terbakar bisa menjadi akibat dari infeksi
jamur. Jika cairan vagina mengeluarkan bau yang tidak sedap atau warna
kekuningan atau kehijauan ini bisa merupakan sinyal infeksi vagina lain yang
bisa mengancam keselamatan bayi yang belum lahir Anda.

Produksi lendir selama kehamilan pada trimester pertama terutama dipicu oleh
perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh selama kehamilan dan keluarnya
lendir tebal adalah tanda kehamilan. Hal ini terutama akibat peningkatan kadar
estrogen. Peningkatan hormon estrogen juga menyebabkan peningkatan aliran
darah ke daerah panggul. Hal ini semakin meningkatkan kuantitas lendir selama
kehamilan. Lendir pada awal kehamilan mungkin sisertai bercak darah terjadi
pada saat implantasi. Hal ini terjadi karena telur yang dibuahi menempel di
dinding rahim.

Yang pasti jika wanita hamil mengalami keputihan, walaupun hal ini wajar namun
tetap saja musti harus hati-hati dan waspada. Dari bermacam keputihan, ada
tiga jenis yang dapat terjadi pada kondisi hamil. Yaitu kandidosis vulvovaginal,
vaginosis baterialis dan trikomoniasis.

1. Kandidosis vulvovaginal

Penyebab: Candida albicans. Sejenis mikroorganisme komensal yang terdapat di sekitar


area genital perempuan sehat. Kandidosis Vulvovaginal dapat terjadi karena
pertumbuhan berlebihan sel-sel jamur, kondisi yang memudahkan pertumbuhan tersebut
antara lain: kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral kombinasi, pemakaian antibiotika
berlebihan, menstruasi, diabetes mellitus (kencing manis), penyakit-penyakit yang
menurunkan daya kekebalan tubuh, kebiasaan irigasi/bilas vagina, cairan
pembersih/pewangi vagina, vaginal jeli atau pemakaian celana dalam yang ketat dengan
ventilasi yang kurang.

Gejalanya: Munculnya cairan kental, berbau sangat tajam dan disertai dengan rasa gatal
akibat cairan keputihan sudah mengiritasi dan membuat lecet vulva. Ibu hamil juga akan
merasakan nyeri saat berkemih dan saat bersenggama.

Dampaknya: Jika dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan kelahiran
prematur , ketuban pecah sebelum waktunya dan bayi berat lahir rendah tidak bertambah
pada keadaan ini

2. Vaginosis Bakterialis

Penyebab: Adanya perubahan ekosistem dalam area genital. Yaitu keadaan


menghilangnya jumlah laktobasili yang normal dan disertai oleh pertumbuhan berlebihan
dari mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang tinggi. Dibandingkan pada saat tidak
hamil, frekuensi terjadinya Vaginosis Bakterialis pada perempuan hamil cukup tinggi
sekitar 16-24 persen.

Gejala: Munculnya cairan kental, berbau sangat tajam. Pada kondisi parah barulah
muncul rasa gatal.

Dampaknya: Jika dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan kelahiran
prematur , ketuban pecah sebelum waktunya dan bayi berat lahir rendah tidak bertambah
pada keadaan ini

3. Trikomoniasis

Penyebab: Trichomonas Vaginalis, yaitu protozoa yang mempunyai flagel, pada manusia
biasanya terdapat di uretra (saluran kemih). Ditularkan pada umumnya melalui hubungan
seksual.

Gejala: Berupa iritasi pada area genital, rasa panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa di
daerah vulva dan paha, perineum (kulit diantara vagina dan anus) , dapat pula disertai
nyeri saat berkemih dan senggama. Dapat juga terjadi perdarahan bercak setelah
senggama akibat kontak langsung dengan leher rahim yang meradang. keluar cairan
keputihan yang berbuih dan berwarna putih keabuan atau berwarna kuning kotor
kehijauan serta berbau busuk yang menusuk. Dalam kondisi parah, vagina dan leher
rahim dapat bengkak dan meradang kemerahan.

Dampaknya: Akibat terhadap kehamilan Trikomoniasis berhubungan dengan kejadian


permaturitas dan bayi berat badan lahir rendah.

Tip untuk ibu hamil

1. Gunakan selalu pakaian dalam dari bahan katun dan hindari pakaian dalam dari bahan
sintetis serta celana ketat.

2. Usahakan agar jangan menggunakan panty liner setiap hari.

3. Usai mandi usahakan area genital benar-benar kering. Gunakan pengering berupa handuk
yang bersih dan jangan menggunakan tissue yang beraroma wangi.
4. Bersihka area genita dari depan kebelakang setiap laki selesai berkemih atau buang air
besar karena dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari saluran
kemih dan anus.

5. Kurangi mengkonsumsi makanan manis serta yang mengandung kafein

6. Jangan gunakan Douche (ini dapat mengganggu keseimbangan PH normal dan


mengakibatkan infeksi vagina)

7. Konsultasi dengan dokter atau bidan sebelum membeli obat apapun.

8. Gunakan kompres es untuk meringankan gejala di daerah vagina.

9. Gunakan sabun tanpa parfum.

http://www.kesrepro.info/?q=node/309

Lebih Jauh Tentang Trikomoniasis


Oleh redaksi pada Rab, 12/26/2007 - 13:38.

Artikel

Oleh: dr. Siti Nurul Qomariyah


Trikomoniasis, suatu tipe dari vaginitis, umumnya adalah sebuah Penyakit Menular Seksual (PMS).
Karena adanya kebiasaan penentuan jenis penyakit dan pengobatan oleh klien sendiri dan diagnosis
oleh petugas kesehatan tanpa menggunakan pemeriksaan yang memadai, beberapa orang dengan
trikomoniasis tidak terdiagnosis. Penentuan jenis penyakit sendiri dapat terjadi karena terdapatnya
obat-obat yang dijual bebas. Gejala dan tanda trikomoniasis tidak begitu spesifik, dan penegakan
diagnosis memebutuhkan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti sediaan basah (wet mount).

Trikomoniasis dapat menyebabkan seseorang kehilangan hari kerjanya karena adanya rasa yang
tidak enak yang disebabkannya, sehingga infeksi ini seharusnya tidak diabaikan begitu saja. Adanya
kejadian infeksi gabungan dengan PMS lain penting untuk diperhatikan pada saat membuat diagnosis
trikomoniasis. Trikomoniasis merupakan masalah bagi penderitanya karena gejala dan kemungkinan
komplikasi yang disebabkannya.
Patofisiologi: Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan
hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) akan
menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal
dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5.

Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina
yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum
timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari. Selama terjadinya infeksi
protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat
dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah
lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari
pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan
trichomonas. T vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara
mengeluarkan substansi sitotoksik. T vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu,
sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase
pejamu terhadap masuknya T vaginalis.

Frekuensi:

Di Amerika Serikat: Trikomoniasis adalah satu dari PMS yang paling sering terjadi, dengan
angka insiden sekitar 2-3 juta per tahun.

Internasional: Di seluruh dunia, angka insiden adalah sekitar 180 juta per tahun. Sementara
angka prevalensinya bervariasi dari 5% pada klien klinik KB sampai 75% pada pekerja seks.

Mortalitas/Morbiditas:

Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan PMS lain. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk, menemukan gonore berhubungan
secara signifikan dengan infeksi trikomonas. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan
human immunodeficiency virus (HIV).

Pada perempuan gejala adanya infeksi trikomoniasis dapat bervariasi dari tidak ada gejala
(asimptomatik) sampai adanya tanda radang seperti gatal-gatal pada vagina dan adanya duh
tubuh vagina (vaginal discharge/keputihan).

Pada perempuan hamil, trikomoniasis yang tidak diobati berhubungan dengan ketuban pecah
dini, bayi berat lahir rendah dan cellulites pasca histerektomi.

Jenis kelamin:

Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan
pada perempuan.

Pada laki-laki, gejala adanya trikomoniasis bervariasi dari tidak ada gejala
(asimtomatik/karier) sampai uretritis, prostatitis, atau epididymo-orchitis.

Perempuan juga dapat merupakan karier asimptomatis, namun umumnya gejala akan
menunjukkan adanya proses peradangan (lihat bagian klinis di bawah).

Umur: Trikomoniasis lebih sering terjadi pada laki-laki dan perempuan yang aktif seksual baik remaja maupun
dewasa.
Keluhan:

Perempuan

o Klien dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada
vagina. Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk).

o Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama
yang dirasakan klien dengan trikomoniasis.

o Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga.
Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis
hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.

o Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama


dan nyeri perut bagian bawah.

Laki-laki

o Kebanyakan infeksi trikomoniasis pada laki-laki asimptomatik.

o Mungkin ada keluhan nyeri pada saat kencing, nyeri pada uretra, testis atau nyeri
perut bagian bawah.

Tanda Fisik:

Perempuan

o Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya


colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan yang purulen yang
dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa,
erythema vagina dan vulva.

o Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas


99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value)
90% dan 62%. Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk.
Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat)
menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis
sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis
sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan
diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah.

o Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi
trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang lain.
Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak klien dengan
trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti trikomoniasis dapat
ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan
basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur.

Laki-laki

o Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik.

o Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan adanya
discharge dari penis.
o Beberapa kasus yang lain mungkin ada tanda-tanda prostatitis atau epididymitis.

Bayi baru lahir perempuan: T vaginalis yang didapat pada saat melewati jalan lahir dapat
menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu-minggu pertama kehidupannya.

Anak-anak sebelum usia pubertas

o Anak-anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan menunjukkan


gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa.

o Adanya T vaginalis pada anak-anak sebelum pubertas harus dicurigai kemungkinan


adanya kekerasan seksual.

Penyebab:

T vaginalis adalah protozoa dengan flagela.

Rata-rata masa inkubasi adalah 1 minggu namun dapat bervariasi antara 4-28 hari.

Trikomoniasis umumnya merupakan penyakit menular seksual.

Risiko untuk terkena infeksi ini tergantung pada aktifitas seksual klien.

Faktor-faktor risiko untuk terkena T vaginalis termasuk hal berikut ini:

o Jumlah pasangan seks selama hidupnya

o Pasangan seksual saat ini

o Tidak memakai kondom saat hubungan seksual

o Memakai kontarsepsi oral (pil KB)


Pemeriksan laboratorium:

Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang memiliki gejala-gejala vaginitis.


Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan fasilitas laboratorium
sederhana. Dasar dari pemastian diagnosis adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengeluarkan penyebab lain yang mungkin juga menyebabkan keluhan
pada klien.

pH vagina

o Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada
kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5.

o pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negatif. pH


lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial.

Tes Whiff

o Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada discharge vagina
dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan vaginosis bakterial.
o Saat ini telah ada pemeriksaan pH Vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam
satu bentuk tes dengan tanda negatif positif.

Sediaan Basah (Wet mount)

o Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap secret


vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi protozoa yang
berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat
menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Rasio sel darah
putih (lekosit) terhadap sel epitel juga dapat dihitung.

o Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat


mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop.

Pap smear

o Sensitivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam basah,


yaitu 40-60%.

o Sedangkan spesifisitas mencapai 95-99% untuk petugas-petugas yang sudah


terlatih.

Pemeriksaan lain

o Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu
pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay, dan
Polymerase chain reaction (PCR)

Pemeriksaan PMS lain

o Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan untuk PMS
lain seperti sifilis, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, HIV, hepatitis B,
dan hepatitis C.

o Infeksi gabungan dengan gonore cukup tinggi.

Hal-hal lain:

Trikomoniasis dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi pada kehamilan.

Adanya T vaginalis pada populasi anak dapat untuk memprediksi kemungkinan adanya
kekerasan seksual pada anak.

CDC merekomendasikan metronidazole untuk digunakan dalam kehamilan. Namun,


beberapa dokter lebih cenderung untuk memakai clotrimazole terutama pada trimester
pertama kehamilan.

Pengobatan trikomoniasis untuk klien dengan HIV positif sama dengan klien dengan
HIV negatif.

Referensi:
American Academy of Pediatrics: Trichomonas vaginalis infections. In: Red
Book. 2000: 588-589.

Centers for Disease Control and Prevention: 1998 guidelines for treatment of
sexually transmitted diseases. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 1998 Jan 23;
47(RR-1): 1-111

DeMeo LR, Draper DL, McGregor JA, et al: Evaluation of a deoxyribonucleic


acid probe for the detection of Trichomonas vaginalis in vaginal secretions. Am
J Obstet Gynecol 1996 Apr; 174(4): 1339-42

Finegold SM, Mathisen GE: Metronidazole. In: Principles and Practice of


Infectious Diseases. 1990: 303-8.

Hammill HA: Trichomonas vaginalis. Obstet Gynecol Clin North Am 1989 Sep;
16(3): 531-40

Jirovec O, Petru M: Trichomonas vaginalis and trikomoniasis. Adv Parasitol


1968; 6: 117-88

Krieger JN, Tam MR, Stevens CE, et al: Diagnosis of trikomoniasis. Comparison
of conventional wet-mount examination with cytologic studies, cultures, and
monoclonal antibody staining of direct specimens. JAMA 1988 Feb 26; 259(8):
1223-7

Laga M, Manoka A, Kivuvu M, et al: Non-ulcerative sexually transmitted


diseases as risk factors for HIV-1 transmission in women: results from a cohort
study. AIDS 1993 Jan; 7(1): 95-102

Lossick JG, Kent HL: Trikomoniasis: trends in diagnosis and management. Am


J Obstet Gynecol 1991 Oct; 165(4 Pt 2): 1217-22

Mulcahy FM, Lacey CJ: Sexually transmitted infections in adolescent girls.


Genitourin Med 1987 Apr; 63(2): 119-21

Nyirjesy P: Vaginitis in the adolescent patient. Pediatr Clin North Am 1999 Aug;
46(4): 733-45, xi

Petrin D, Delgaty K, Bhatt R, Garber G: Clinical and microbiological aspects of


Trichomonas vaginalis. Clin Microbiol Rev 1998 Apr; 11(2): 300-17

Sobel JD, Nagappan V, Nyirjesy P: Metronidazole-resistant vaginal


trikomoniasis--an emerging problem. N Engl J Med 1999 Jul 22; 341(4): 292-3

Sobel JD: Vaginitis. N Engl J Med 1997 Dec 25; 337(26): 1896-903

Sobel JD: Vulvovaginitis in healthy women. Compr Ther 1999 Jun-Jul; 25(6-7):
335-46

Wolner-Hanssen P, Krieger JN, Stevens CE, et al: Clinical manifestations of


vaginal trikomoniasis. JAMA 1989 Jan 27; 261(4): 571-6

Yule A, Gellan MC, Oriel JD, Ackers JP: Detection of Trichomonas vaginalis
antigen in women by enzyme immunoassay. J Clin Pathol 1987 May; 40(5): 566-
8

Anda mungkin juga menyukai