Anda di halaman 1dari 6

BERITA ACARA PENYULUHAN (SAP)

KUSTA

Topik/Materi : Kusta (Morbus Hansen)

Sasaran :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Pemateri : Hendy Ekananda Saputra

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Penyebaran penyakit
ini dari suatu tempat ketempat lain dapat disebabkan oleh perpindahan penduduk
yang terinfeksi penyakit tersebut. Dewasa ini penyakit kusta itu sendiri masih menjadi
masalah kesehatan di dunia, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.
Masalah yang dihadapi penderita bukan hanya dari medis saja, tetapi juga
menimbulkan beban psikologis, sosial dan ekonomi. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa jumlah penderita kusta di dunia pada tahun 2007 diperkirakan 2-3 juta orang
lebih, 80% di antaranya berasal dari daerah tropis. Pada tahun yang sama
Indonesia masih menempati urutan ke tiga setelah India dan Brazil dalam hal
penyumbang jumlah penderita kusta di dunia. Walaupun secara nasional Indonesia
telah mencapai eliminasi kusta sejak Juni 2000. Artinya, secara nasional angka
prevalensi kusta di Indonesia lebih kecil dari 1 per 10.000 penduduk. Namun untuk
tingkat provinsi dan kabupaten sampai akhir tahun 2007 masih ada 14 provinsi dan
155 kabupaten yang angka prevalensinya di atas 1 per 10.000 penduduk. Ke-14
provinsi tersebut antara lain Nangroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo dan Papua
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan peserta dapat
menginformasikan mengenai kusta, sehingga dapat menghindari dan
menyadari tentang faktor resiko kusta.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


1. Definisi Kusta
2. Penyebab Kusta
3. Gejala Klinis Kusta
4. Penegakan Diagnosis Kusta
5. Pengobatan Kusta
6. Pencegahan Kusta

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Melakukan Penjelasan Dengan Menerangkan
2. Tanya Jawab

E. DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANAAN

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


o
1. 5 Menit Pembukaan, memberi salam dan Menjawab salam dan
memberiikan tujuan penyuluhan mendengarkan
penyuluhan

2. 20 Menit Menjelaskan materi peyuluhan Menyimak dan


secara teratur mulai pengertian memperhatikan
sampai pencegahan

3. 15 Menit Evaluasi, Meminta untuk Bertanya dan


menjelaskan dan mengevaluasi menjawab pertanyaan
kembali mengenai materi yang
sudah dijelaskan
F. MEDIA PENYULUHAN
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. LCD
4. PPT

G. METODE EVALUASI
Tanya Jawab Dan Lisan

H. KRITERIA EVALUASI
1. Peserta mampu menjelaskan dan memahami penegertiian kusta
2. Peserta mampu mengetahui dan memahami penularan kusta
3. Peserta mampu mengetahui gejala klinis kusta
4. Peserta mengerti akan pengobatan kusta
5. Memahami upaya pencegahan kusta

I. POIN-POIN MATERI
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala Klinis
4. Penegakan Diagnosis
5. Pengobatan
6. Pencegahan
7.
J. MATERI

Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen
adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir
pada saluran pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa
menyebabkan penderitanya mati rasa. Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri
yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam
tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri menginfeksi
tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta
tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa
daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Gejala Kusta

Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di
antaranya adalah:
Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi
sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya
dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
Lemah otot atau kelumpuhan.
Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit
penderita, yaitu:
Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak
kusta di kulit.
Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak
kusta di kulit.

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko


Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh
pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan
lutut.
M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam
beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui
cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau
bersin.
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko
seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:

Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa


sarung tangan.Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis Kusta
Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita
biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak
putih atau merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf
yang terletak di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat) seringkali
dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta,
seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua
tanda utama berikut ini:
Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.

Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta.

Pengobatan Kusta
Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi
antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus
memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita
untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.
Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan
antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:

Menormalkan fungsi saraf yang rusak.

Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.

Mengembalikan fungsi anggota tubuh.


Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit
tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa
membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
Kerusakan saraf permanen.
Otot melemah.
Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan
hidung.

Anda mungkin juga menyukai